Kerjakan Tugas ini dengan penuh tanggung jawab, materi ini akan menjadi bekal
1. Pengertian Hukum Agraria menurut UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960, Arti
2. Definisi Hukum Agraria menurut para sarjana, Prof. Utrecht, Prof. Subekti, Prof
Budi Harsono;
1. a. Hukum Agraria memiliki arti yang sempit dan luas, Hukum Agraria
dalam arti luas adalah suatu kelompok pelbagai hukum yang mengatur
Hak-Hak penguasaan atas Sumber-Sumber Alam Indonesia yang meliputi:
Hukum Pertanahan yaitu bidang hukum yang mengatur Hak-Hak
Pengaturan atas tanah. Dasar Hukumnya UU No. 5 Tahun 1960. Hukum
Pengairan yaitu bidang hukum yang mengatur Hak-Hak atas air. Dasar
hukumnya UU No. 11 Tahun 1974. Hukum Pertambangan yaitu bidang
hukum yang mengatur Hak-Hak penguasaan atas bahan galian. Dasar
hukumnya UU No. 15 Tahun 1967. Hukum Kehutanan yaitu bidang hukum
yang mengatur Hak-Hak Penguasaan atas Hutan dan Hasil Hutan. Hukum
Perikanan yaitu bidang hukum yang mengatur Hak-Hak Penguasan atas
ikan dan lain-lain dan perairan darat lain.
b. Hukum Agraria dalam arti sempit yaitu Hukum Agraria yang hanyalah
mencakup Hukum Pertanahan yaitu Bidang Hukum yang mengatur Hak-
Hak Penguasaan atas tanah.
2. Pengertian Agraria Menurut Para Ahli
Sejarah pengaturan hak atas tanah di indonesia akan dimulai dari tonggak sejarah pada
tahun 1811 pada waktu Indonesia dipengaruhi pikiran Reffles dengan teori domeinnya.
Namun untuk lebih lengkapnya akan diuraikan secara rinci dibawah ini.[14]
1) Tahun 1811
Pada zaman ini, pengusaan hak atas tanah lebih diposisikan sebagai alat untuk menarik
pajak bumi demi kepentingan pemerintahan jajahan Belanda. Setelah pemerintahan belanda
menguasai pertanahan di Indonesia selanjutnya digantikan oleh pemerintahan jajahan
Inggris, administrasi pertanahan mulai ditata. Salah seorang penggagas perbaikan
administrasi pertanahan adalah Reffles. Tujuan Reffles menata sistem administrasi
pertanahan yaitu ingin menerapkan sistem penarikan pajak bumi seperti apa yang
dipergunakan Inggris di India. Di India, pemerintah kolonial Inggris menarik pajak bumi
melalui sistem pengelolaan agraria yang sebenarnya merupakan warisan dari sistem
pemerintahan kekaisaran Mughal (1526-1707).
2) Tahun 1830
Tonggak sejarah perkembbangan hukum agraria, khusunya pengaturan hak atas tanah pada
zaman ini, ditandai dengan kembalinya Indonesia kepada tangan jajahan Belanda yang
kurang lebih 19 tahun berada di tangan Inggris. Pada tahun 1830 pemerintah Belanda di
Indonesia dipimpin oleh Gubernur Jendral Van Den Bosh yang mempopulerkan sebuah
konsep penguasaan tanah cultuurstelsel atau yang lazim disebut sistem Tanah Paksa.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari diadakannya sistim tanam paksa ini adalah untuk
menolong negeri Belanda yang keuangannya dalamkeadaan buruk.
Van Den Bosh dalam menjalankan sistem tanam paksa ini, tetap mengacu kepada teori yang
dilakukan oleh Raffles sebelumnya, yaitu tanah adalah milik pemerintah, para kepala desa
dianggap menyewa kepada pemerintah, dan selanjutnya kepala desa meminjamkan kepada
petani. Atasdasarini, isi pokok cultuurstelsel adalah bahwa pemilik tanah tidak usah lagi
membayar 2/5 dari hasil, tetapi 1/5 dari tanahnya harus ditanami dengan tanaman tertentu
yang dikehendaki oleh pemerintah seperti kopi dan lain-lain, kemudian harus diserahkan
kepada pemerintah (untuk exspor ke Eropa). Hasil politik tanam paksa ini ternyata demikian
melimpahnya bagi pemerintah Belanda sehingga menimbulkan iri hati bagi kaum pemilik
modal swasta.
3) Tahun 1848
Dalam tahun 1830 diatas telah dijelaskan mengenai monopolinya pemerintahan jajahan
Belanda atas tanah dan hasil dariperkebunannya sehingga menimbulkan kecemburuan dari
kaum pemilik modal dari aliran liberal yang ada diparlemen. Wakil-wakil dalam parlemen
menuntut agar bisa turut campur dalam tanah jajahan yang sampai saat itu hanya dipegang
oleh raja dan menteri tanah jajahan. Terjadilah pergolakan antara mereka dengan golongan
konservatif pendukung cultuurstelsel. Namun demikian, dengan kegigihan dalam
memperjuangkan tuntutan tersebut, kaum liberal memetik kemenangan pertama dengan
disetujui perubahan terhadap Undang-Undang Dasar Belanda. Yaitu dengan adanya
ketentuan didalamnya yang menyebutkan bahwa pemerintah di tanah jajahan harus diatur
dengan Undang-Undang.
4) Tahun 1870\
Jatuhnya Mentri Jajahan Frans Van de Putte, karena dianggap terlalu tergesa-gesa
memberikan hak eigendom kepada pribumi. Adapun seluk beluk agraria di Indonesia belum
diketahui benar-benar.
5) Kelima 1960