Anda di halaman 1dari 4

1.

Di dalam pasal 1 ayat 2 disebutkan agraria secara luas dan sempit


a. Jelaskan pengertian hukum agraria secara luas dan sempit
Jawab :
 Pengertian agraria secara luas dapat kita temukan dalam Pasal 1 ayat (2) UUPA, meliputi
bumi, air dan ruang angkasa.
 Bumi meliputi permukaan bumi, tubuh bumi di bawahnya, dan yang berada di bawah
air (Pasal 1 ayat (4) UUPA).
 Air meliputi perairan pedalaman maupun laut wilayah Indonesia (Pasal 1 ayat (5)
UUPA).
 Ruang angkasa adalah ruang di atas bumi dan air (Pasal 1 ayat (6) UUPA).
 Pengertian agraria secara sempit dapat kita temukan dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA, yaitu
tanah.
b. Sebutkan pasal pasal dalam UUPA yang mengatur agraria secara luas beserta peraturan
peraturan dalam bentuk UU
Jawab :
2. Dalam hukum tanah berlaku asas yang berkaitan dengan hubungan hukum antar pemegang hak
atas tanah dengan benda/tanaman yang di atasnya,sebutkan dan jelaskan asas tersebut ?
Jawab : Asas pelekatan. Asas perlekatan ini secara tegas dinyatakan dalam BW khususnya pada
Pasal 500, Pasal 571, dan Pasal 601 yang menyatakan bahwa hak milik atas sebidang tanah
mengandung pula kepemilikan atas segala sesuatu yang ada di atas tanah maupun di dalam tanah
tersebut. Kata lain, kepemilikan atas tanah meliputi pula kepemilikan atas bangunan yang ada
diatasnya, karena bangunan merupakan bagian dari tanah tersebut dan bangunan yang didirikan di
atas tanah kepunyaan pihak lain akan menjadi milik pemilik tanah
3. a. Sebutkan pengertian mengenai landreform?
Jawab : landreform adalah merombak kembali struktur hukum pertanahan yang lain dan
membangun struktur pertanahan baru. Landreform juga meliputi perombakan mengenai
pemilikan dan penguasaan tanah serta hubungan-hubungan hukum yang bersangkutan dengan
pengadaan tanah.
b. Apa fungsi landreform
Jawab : Secara umum tujuan Landreform adalah untuk mewujudkan penguasaan dan pemilikan
tanah secara adil dan merata guna meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya petani. Secara
terperinci tujuan landreform di Indonesia adalah :
a. Untuk mengadakan pembagian yang adil atas sumber penghidupan rakyat tani yang
berupa tanah, dengan maksud agar ada pembagian hasil yang adil pula, dengan
merombak struktur pertanahan sama sekali secara revolusioner, guna merealisir
keadilan sosial.
b. Untuk melaksanakan prinsip tanah untuk tani, agar tidak terjadi lagi tanah sebagai
obyek spekulasi dan alat pemerasan.
c. Untuk memperkuat dan memperluas hak milik atas tanah bagi setiap warga negara
Indonesia yang berfungsi sosial.
d. Untuk mengakhiri sistem tuan tanah dan menghapuskan pemilikan dan penguasaan
tanah secara besar-besaran dengan tak terbatas, dengan menyelenggarakan batas
maksimum dan batas minimum untuk tiap keluarga. Dengan demikian mengikis pula
sistem liberalisme dan kapitalime atas tanah dan memberikan perlindungan terhadap
golonganekonomis yang lemah.
e. Untuk mempertinggi produksi nasional dan mendorong terselenggaranya pertanian
yang intensif secara gotong-royong dalam bentuk koperasi dan bentuk gotong-royong
lainnya
4. Jelaskan secara singkat politik pertahanan colinial di masa VOC hingga masa Van De Bosch
Jawab :
1. Pada Masa terbentuknya VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) VOC (1602-1799)
didirikan sebagai badan perdagangan dengan maksud untuk menghindari persaingan di antara
para pedagang belanda, mendapatkan monopoli di asia selatan. Beberapa kebijaksanaan
politik pertanian yang sangat menindas rakyat Indonesia yang ditetapkan oleh oleh VOC,
antara lain :
a. Contingenten Pajak atas hasil tanah pertanian harus di serahkan kepada penguasa
colonial(kompeni). Petani harus menyerahkan sebagian dari hasil pertaniannya kepada
kompeni tanpa di bayar sepersen pun.
b. Verplichte leveranten Suatu bentuk ketentuan yang diputuskan oleh kompeni dengan
para raja tentang kewajiban menyerahkan seluruh hasil panen dengan pembayaran yang
harganya juga sudah ditetapkan secara sepihak.
c. Roerendiensten Kebijaksanaan ini dikenal dengan kerja rodi, yang dibebankan kepada
rakyat Indonesia yang tidak mempunyai tanah pertanian.
2. Pada masa Pemerintahan Gubernur Herman Willem Deandles(1800-1811)
Kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Gubernur Herman Willem Daendles adalah menjual
tanah-tanah rakyat Indonesia kepada orang-orang Cina, Arab maupun bangsa Belanda sendiri.
Tanah-tanah yang dijual itu dikenal dengan sebutan tanah partikelir. Tanah partikelir adalah
tanah eigendom yang mempunyai sifat dan corak istimewa. Yang membedakan dengan tanah
eigendom lainnya adalah adanya hak-hak pada pemiliknya yang bersifat kenegaraan yang
disebut landheerlijke rechten atau hak pertuanan.
3. Pada Masa Pemerintahan Gubernur Thomas Stamford Raffles (1811-1816)
Kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur Thomas Stamford Raffles adalah landrent atau
pajak tanah. Beberapa ketentuan yang berkaitan dengan pajak tanah dapat dijelaskan sebagai
berikut:
 Pajak tanah tidak langsung dibebankan kepada para petani pemilik tanah, tetapi
ditugaskan kepada kepala desa. Para kepala desa diberi kekuasaan untuk menetapkan
jumlah sewa yang wajib dibayar oleh tiap petani.
 Kepala desa diberi kekuasaan penuh untuk mengadakan perubahan pada pemilikan tanah
oleh para petani. Jika hal itu diperlukan guna memperlancar pemasukan pajak tanah.
Dapat dikurangi jumlahnya atau dicabut penguasaannya jika petani yang bersangkutan
tidak mau atau tidak mampu membayar pajak tanah yang ditetapkan baginya, tanah yang
bersangkutan akan diberikan kepada petani lain yang sanggup memenuhinya.
 Praktik pajak tanah menjungkirbalikan hukum yang mengatur pemilikan tanah rakyat
sebagai akibat besarnya kekuasaan kepala desa. Seharusnya luas pemilikan tanahlah yang
menentukan besarnya sewa yang wajib dibayar, tetapi dalam praktik pemungutan pajak
tanah itu justru berlaku yang sebaliknya. Besarnya sewa yang sanggup dibayarlah yang
menentukan luas tanah yang boleh dikuasai seseorang
4. Pada Masa Pemerintahan Gubernur Johanes van den Bosch Pada tahun 1830
Gubernur Johanes van den Bosch menetapkan kebijakan pertanahan yang dikenal dengan
sistem Tanam Paksa atau Cultuur Stelsel. Dalam sistem tanam paksa ini, petani dipaksa untuk
menanam suatu jenis tanaman tertentu yang secara langsung maupun tidak langsung
dibutuhkan oleh pasar internasional pada waktu itu. Hasil pertanian tersebut diserahkan kepada
pemerintah kolonial tanpa mendapat imbalan apapun. Sedangkan rakyat yang tidak mempunyai
tanah pertanian wajib menyerahkan tenaga kerjanya yaitu seperlima bagian dari masa kerjanya
atau 66 hari untuk satu tahunnya.
Adanya monopoli pemerintah dengan sistem tanam paksa dalam lapangan pertanian telah
membatasi modal swasta dalam lapangan pertanian besar. Di samping pada dasarnya para
penguasa itu tidak mempunyai tanah sendiri yang cukup luasa dengan jaminan yang kuat guna
dapat mengusahakan dan mengolah tanah dengan waktu yang cukup lama. Usaha yang
dilakukan oleh pengusaha swasta pada waktu itu adalah menyewa tanah dari negara. Tanah-
tanah yang bisa disewa adalah tanah-tanah negara yang masih kosong.
5. Dalam UUPA ada beberapa pasal menyatakan bahwa hak Ulayat tanah adat masih diakui oleh
negara dan masih eksis sampai saat ini
a. Sebutkan pasal pasal yang berhubungan dengan hal di atas
Jawab :
 Hak penguasaan atas tanah masyarakat hukum adat dikenal dengan Hak Ulayat. Pasal
18B ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan.
“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang
diatur dalam undang-undang.”
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
(“UUPA”) mengakui adanya Hak Ulayat. Pengakuan itu disertai dengan 2 (dua) syarat
yaitu mengenai eksistensinya dan mengenai pelaksanaannya. Berdasarkan Pasal 3
UUPA, Hak Ulayat diakui “sepanjang menurut kenyataannya masih ada”

b. Pendapat saudara dengan banyaknya kasus di Indonesia menganai tanah ulayat,berikan opini
dengan dasar hukumnya!
Jawab : Pengaturan hak atas tanah merupakan salah satu kewajiban negara untuk mengaturnya
demi terwujudnya kepastian hukum serta terjaganya hak-hak masing-masing pihak. Selain
kepastian hukum, aturan hukum yang ada dalam negara ini juga memberikan perlindungan
hukum bagi pengakuan hak-hak warga negaranya.
Pengaturan tanah ulayat telah disebutkan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang berbunyi dengan mengingat
ketentuan-ketentuan dalam Pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu
dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada, harus
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan Nasional dan Negara, yang berdasarkan
atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang dan peraturan-
peraturan lain yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai