BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian
sebagai petani. Tanah merupakan hal yang terpenting bagi masyarakat tani untuk bercocok
tanam. Namun sering terjadi permasalahan terkait penguasaan tanah dimana masyarakat tani
sering menggarap lahan yang bukan miliknya sendiri, sehingga terjadi ketimpangan baik
penguasaan tanah, pendapatan ekonomi maupun masalah – masalah sosial. Dalam permasalahan
tersebut salah satu pemecahannya adalah Landreform. Landreform dianggap mampu
memecahkan masalah agraria yang ada.
Landreform berasal dari bahasa Inggris yaitu “land” dan “reform”. Land artinya tanah,
sedang reform artinya perombakan atau perubahan untuk membangun atau membentuk atau
menata kembali struktur pertanian baru. Sedangkan landreform dalam arti sempit adalah
penataan ulang struktur penguasaan dan pemilikan tanah, merupakan bagian pokok dalam
konsep reform agraria (agraria reform). Landreform meliputi perombakan mengenai pemilikan
dan penguasaan tanah serta hubungan - hubungan hukum yang bersangkutan dengan penguasaan
tanah.[1] Salah satu tujuan landreform adalah untuk mengakhiri sistem tuan-tanah dan
menghapuskan pemilikan dan penguasaan tanah secara besarbesaran dengan tidak terbatas
dengan menyelenggarakan batas maksimum dan batas minimum untuk tiap keluarga.
Didalam pasal 17 UUPA menyatakan dalam ayat 1 dan 2, “ bahwa dalam waktu yang
singkat perlu diatur luas maksimum tanah yang boleh dipunyai dengan sesuatu hak oleh satu
keluarga atau badan hukum ”. Selanjutnya ditetapkan dalam ayat 3 “ bahwa tanah – tanah yang
merupakan kelebihan dari batas maksimum tersebut akan diambil oleh pemerintah dengan ganti
kerugian untuk selanjutnya dibagikan kepada rakyat yang membutuhkan “. Atas dasar pasal 17
UUPA tersebut diterbitkanlah undang – undang no 56 Prp 1960 yang bertujuan untuk
memeratakan penguasaan atas tanah, mengadakan penataan penguasaan tanah dan meningkatan
pendapatan serta kesejahteraan untuk rakyat khususnya para petani kecil secara adil dan merata,
sehingga terbuka kesempatan untuk mengembangkan diri mencapai kemakmuran sebagai bagian
dari pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur bedasarkan
Pancasila.
Namun, pada kenyataannya banyak tujuan yang berjalan tidak sebagaimana mestinya,
masyarakat khususnya petani, tidak merasakan kemakmuran di bumi Indonesia. Masih banyak
petani yang menggarap tanah yang bukan miliknya sendiri. Sangat miris melihatnya pada
dasarnya bumi Indonesia merupakan Negara agraris yang mempunyai lahan yang luas, subur dan
seharusya diperuntukkan, diolah dan digarap oleh para petani Indonesia.
Ketimpangan pemilikan dan penguasaan tanah di Indonesia sebagaimana halnya
ketimpangan ekonomi/tingkat pendapatan penduduknya adalah sangat tajam dan ironis. Disatu
sisi banyak orang kaya yang memiliki tanah secara absentee dan menjadikan sebagai asset atau
investasi, tetapi di sisi lain lebih banyak petani banyak petani yang hanya mempunyai sebidang
tanah yang tidak cukup menghidupi keluarganya atau bahkan tidak mempunyai satu meter pun
tanah digarapnya. Dengan tujuan pemerataan dan untuk mencapai keadilan dalam perolehan
pemanfaatan tanah maka program landreform haruslah dimaksimalkan sebaik mungkin.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Landreform?
2. Apasaja asas – asas yang mendasari lahirnya Landreform?
3. Bagaimana tujuan Landreform serta dasar hukumnya?
4. Bagaimana program Landreform Berjalan di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Landreform.
2. Untuk mengetahui asas – asas yng mendasari lahirnya Landreform.
3. Untuk mengetahui tujuan Landreform.
4. Untuk menegtahui berjalannya program Landreform di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Landreform
Landreform berasal dari bahasa Inggris yaitu “land” dan “reform”. Land artinya tanah,
sedang reform artinya perombakan atau perubahan untuk membangun atau membentuk atau
menata kembali struktur pertanian baru. Dalam pasal 10 aayat (1) dan (2) UUPA dirumuskan
suatu azas yang menjadi dasar dari pada perubahan – perubahan dalam struktur pertanahan
hampir seluruh dunia, yaitu di negara – negara yang sedang menyelenggrakan apa yang di sebut
Landreform atau Agraria reform yang dimaksud ini, bahwa tanah pertanian harus dikerjakan atau
diusahakan secara aktip oleh pemiliknya sendiri.[2] Boedi Harsono menyatakan Bahwa UUPA
merupakan Undang – Undang yang melakukan pembaruan agraria karena didalamnya memuat
program yang dikenal dengan panca program agrarian reform Indonesia yakni:[3]
1) Pembaruan hukum agraria melalui unifkasi hukum yang berkonsepsi nasional dan pemberian
jaminan kepastian hukum.
2) Peng hapusan hak – hak asing dan konsensi – konsensi kolonial atas tanah.
3) Mengakhiri penghisapan feodal secara berangsur – angsur.
4) Perombakan pemilikan dan penguasaan tanah serta hubungan – hubungan hukum yang
bersangkutan pengusahaan tanah dalam mewujudkan pemerataan tanah kemakmuran dan
keadilan.
5) Perencanaan persediaan dan peruntukan bumi , air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya, serta penggunaan secara terencana sesuai dengan daya dukung dan kemampuannya.
Program dalam point ke-4 diatas merupakan Landreform dalam arti sempit sedangkan
menurut Boedi Harsono Landreform meliputi perombakan mengenai pemilikan dan penguasaan
tanah serta hubungan - hubungan hukum yang bersangkutan dengan penguasaan tanah.[4] Urip
Santoso memberi pengertian Landreform adalah perubahan secara mendasar mengenai
penguasaan dan pemilikan tanah dari sistem yang lama sebelum berlakunya UUPA ke sistem
yang baru menurut UUPA.[5] Sedangkan pendapat R soeprapto menyatakanbahwa landreform
berarti perombakan sistem penguasaan dan pemilikan tanah pertanian disesuiakan dengan batas
kemampuan manusia untuk mengerjakan sendiri tanahnya dengan memperhatikan keseimbangan
antara tanah yang ada dan manuasia yang membutuhkan.[6] Dari pendapat para pakar diatas
dapat disimpulkan landreform adalah perombakan sistem penguasaan tanah dan pemilikan tanah
pertanian yang meninggalkan konsep lama ( konsep sebelum UUPA ) menjadi konsep baru
sesuai dengan UUPA.
Pengertian Landreform menurut UUPA meliputi pengertian yang luas atau disebut
Agrarian Reform mencakup tiga masalah Pokok yaitu:
a) Perombakan dan pembangunan kembali sistem pemilikan dan penguasaan atas tanah. Tujuannya
yaitu melarang groot grond bezit, pemilikan tanah yang melampaui batas, sebab hal yang
demikian akan merugikan kepentingan umum. Asas ini tercantum dalam pasal 7, 10 dan 17
UUPA.
b) Perombakan dan penetapan kembali sistem penggunaan atas tanah atau disebut landuse planing
asas – asasnya tercantum dalam pasal 14 dan 15 UUPA.
c) Penghapusan Hukum Agraria Kolonial dan pembangunan hukum agraria nasional.
C. Tujuan Lendreform
Menteri Agraria Sadjarwo dalam pidatonya tanggal 12 september 1960 yang
mengantarkan RUU Pokok Agraria dimuka sidang pleno DPR-GR antara lain menyatakan
bahwa perjuangan perombakan hukum agraria kolonial dan penyusunan hukum agraria nasional
berjalin erat dengan sejarah perjuangan bangsa indonesia untuk melepaskan diri dari
cengkraman, pengaruh dan sisa – sisa penjajahan khususnya perjuangan rakyat tani untuk
membebaskan diri dari kekangan – kekangan sistem feodal atas tanah dan pemerasan kaum
modal asing. Selanjutnya dikatakan, bahwa tujuan landreform di Indonesia adalah:[7]
a) Untuk mengadakan pembagian yang adil atas sumber penghidupan rakyat tani yang berupa
tanah dengan maksud agar ada pembagian hasil yang adil pula, dengan merombak struktur
pertanahan sama sekali secara revolusioner guna merealisir keadilan sosial
b) Untuk melaksanakan prinsip tanah untuk tani agar tidak terjadi lagi tanah sebagai objek
spekulasi dan objek pemerasan.
c) Untuk memperkuat dan memperluas hak milik atas tanah bagi setiap warga negara indonesia
baik laki – laki maupun wanita yang berfungsi sosial. Suatu pengakuan dan perlindungan
terhadap privaat bezit, yaitu hak milik sebagai hak yang terkuat bersifat perseorangan dan turun
temurun tetapi bersifat sosial.
d) Untuk mengakhiri sistem tuan tanah dan menghapuskan pemilikan dengan menyelenggarakan
batas maksimum dan batas minimum untuk tiap keluarga. Sebagai kepala keluarga dapat seorang
laki – laki ataupun wanita. Dengan, demikian mengikis pula sistem liberalisme dan kapitalisme
atas tanah dan memberikan perlindungan terhadap golongan ekonomis lemah.
e) Untuk mempertinggi produksi nasional dan mendorong terselenggarakannya pertanian yang
intensif secara gotong royong dalam bentuk koperasi dan bentuk gotong royong lainnya untuk
mencapai kesejahteraan yang adil dibarengi sitem perkreditan yang khusus di tujukan pada
golongan petani.
R Soeprapto menyatakan bahwa tujuan diadakan landreform di Indonesia yaitu:[8]
a) Pemerataan penguasaan / pemilikan tanah pertanian untuk meratakan hasil produksinya
b) Mengakhiri sistem kapitalisme dan feodalisme dalam penguasaan, pemilikan dan penguasaan
dibidang keagrariaan
c) Meningkatkan produksi pertanian
d) Meningkatkan taraf hidup petani dan rakyat pada umumnya
e) Meningkatkan harga diri para penggarap dan meningkatkan gairah kerja
f) Menghilangkan jurang pemisah antara golongan petani kaya dan miskin
Selain tujuan yang telah disampaikan diatas ada juga tujuan landreform lain yang hendak dicapai
untuk memperbaiki kehidupan rakyat tani yakni:
A. Tujuan Sosial Ekonomi
1) Memperbaiki keadaan sosial ekonomi rakyat dengan memperkuat hak milik serta memberi isi
fungsi sosial hak milik.
2) Memperbaiki produksi nasional khususnya sektor pertanian guna mempertinggi penghasilan dan
taraf hidup rakyat dengan penggunaan teknologi modern
Landreform dapat memperbaiki keadaan sosial ekonomi rakyat dengan memperkuat hak
milik dan memperbaiki produksi nasional khususnya sektor pertanian guna mempertinggi
penghasilan dan tarif hidup rakyat.
B. Tujuan Sosial Politik
1) Mengakhiri sistem tuan tanah dan menghapuskan pemilikan tanah secara luas
2) Mengadakan pembagian yang adil atas sumber penghidupan rakyat tani berupa tanah dengan
maksud agar ada pembagian yang adil atas hasilnya. Ini berarti setiap orang mempunyai
kesempatan yang sama untuk memperoleh kesejahtaeraankemajuan serta melepaskan diri dari
ketergantungan pada orang lain.
Dari tujan diatas diharapkan landreform sistem tuan tanah dapat dihapuskan dan
pemilikan tanah dalam skala besar dapat di batasi sehingga tanah dapat dibagikan secara adil
agar menjadi sumber sumber penghidupan rakyat tani.
C. Tujuan Sosial Psikologis
1) Meningkatkan kegairahan kerja para petani penggarap dengan jalan memberikan kepastian hak
mengenai kepemilikan tanah.
2) Memperbaiki hubungan kerja antara pemilik tanah dan penggarap.
3) Meningkatkan kepercayaan dan harga diri rakyat tani sesuai dengan harkat dan martabat sebagai
manusia.
Tujuan sosial psikologis ini dapat meningkatkan kegairahan kerja bagi petani penggarap
dengan jalan memberikan kepastian hak mengenai pemilikan tanah serta dapat memperbaiki
hubungan kerja antara pemilik tanah dengan penggarapnya.
D. Dasar Hukum Landreform
Beberapa landasan mengenai landreform yaitu:
1. Undang – undang No.5 tahun 1960 tentang Peraturan dasar pokok – poko Agraria ( UUPA )
2. Undang – undang No.2 tahun 1960 tentang perjanjian bagi hasil tanah pertanian.
3. Undang – undang No.56 Prp tahun 1960 tentang penetapan luas tanah pertanian.
4. Peraturan Pemerintah No.224 tahun 1961 tentang pelaksanaan pembagian tanah dan pemberian
ganti kerugian ( jo. PP No.41 tahun 1964 dan PP No.4 tahun 1977 )
3. Redistribusi Tanah yang Selebihnya dari Batas Maksimum Serta Tanah – tanah yang
Terkena Larangan Absentee, Tanah bekas Swapraja dan Tanah Negara lainnya.
Ketentuan tentang redistribusi tanah pertanian diatur dalam pasal 17 ayat ( 3 ) UUPA,
yaitu “ Tanah – tanah yang merupakan kelebihan dari batas maksimum termaksud dalam ayat 2
pasal ini diambil oleh pemerintah dengan ganti kerugian untuk selanjutnya dibagikan kepada
rakyat yang membutuhkan menurut ketentuan – ketentuan dalam peraturan pemerintah”.
Peraturan pemerintah yang dimaksud adalah peratura pemerintah No. 224 tahun 1961 tentang
pelaksanaan pembagian tanah dan pemberian ganti kerugian. Peraturan pemerintah ini dirubah
oleh peraturan pemerintah No. 41 tahun 1964 tentang perubahan dan tambahan peraturan
pemerintah No. 224 tahun 1961 tentang pembagian tanah dan pemberian ganti kerugian. Kedua
peraturan pemerintah ini memuat ketentuan – ketentuan tentang tanah – tanah yang akan di
bagikan istilah yang lazim adalah diredistribusikan, pemberian ganti kerugian kepada bekas
pemilik, pembagian tanah, dan syarat – syaratnya.
Pasal 1 peraturan pemerintah No. 224 tahun 1961 menetapkan tanah – tanah yang akan
dibagikan ( diredistribusikan ) dalam rangka pelaksanaan landreform adalah:
1) Tanah – tanah selebihnya dari batas maksimum sebagai yang dimaksud dalam undang – undang
No.56 Prp tahun 1960 dan tanah – tanah yang jatuh pada negara, karena pemiliknya melanggar
kententuan – ketentuan undang – undang tersebut.
2) Tanah – tanah yang diambil oleh pemerintah, karena pemiliknya bertempat tinggal diluar daerah
atau terkena larangan pemilikan tanah pertanian secara absentee.
3) Tanah – tanah swapraja dan bekas swapraja yang telah beralih kepada negara.
4) Tanah – tanah yang dikuasai langsung oleh negara yang akan di tegaskan lebih lanjut oleh
menteri agraria ( sekarang Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia )
Selain tersebut diatas, tanah – tanah yang akan dibagikan oleh negara kepada rakyat yang
membutuhkan adalah tanah – tanah bekas perkebunan besar dan tanah – tanah partikelir.
4. Pengaturan Soal Pengembalian dan Penebusan Tanah – tanah Pertanian Yang Digadaikan
Gadai tanah ( hak gadai ) sebagai salah satu hak atas tanah yang bersifat sementara
disebutkan dalam pasal 53 UUPA. Menurut Boedi Harsono Gadai tanah hubungan hukum antara
seseorang dengan tanah kepunyaan orang lain, yang telah menerima uang gadai dari padanya .
selama uang gadai belum dikembalikan tanah tersebut dikuasai oleh pemegang gadai. Selama itu
hasil tanah seluruhnya menjadi hak pemegang gadai atau yang lazim disebut penebusan
tergantung pada kemampuan pemilik tanah yang menggadaikan.[10]
Gadai tanah ( hak gadai ) bagi masyarakat Indonesia khususnya petani bukanlah hal
yang baru. Semula gadai tanah diatur atau tunduk pada hukum adat tentang tanah dan pada
umumnya dibuat tidak tertulis. Kenyataan ini selaras dengan sistem dan cara berpikir hukum adat
yang sifatnya sangat sederhana. Dalam praktik adalah gadai tanah pada umumnya dilakukan
tanpa sepengetahuan kepala desa/kepala adat. Gadai tanah hanya dilakukan oleh pemilik tanah
dan pihak yang memberikan uang gadai dan dilakukan tidak tertulis. Hak gadai menurut sistem
hukum adat ini mengandung unsur eksploitasi dan pemerasan. Tanah yang digadaikan dikuasai
oleh pemegang gadai , tanah tidak akan dikembalikan kepada pemilik apabila tidak ditebus.
Dengan menguasai atau menggarap tanah yang digadaikan selama enam sampai tujuh tahun saja,
hasil yang diperoleh pemegang gadai sudah melebihi uang gadai dan bunga gadai.
Kemudian diaturlah aturan dalam pasal 7 ayat (1) Undang – undang No.56 Prp tahun
1960 yakni “ Barang siapa menguasai tanah pertanian dengan hak gadai yang pada mulai
berlakunya peraturan ini sudah berlangsung tujuh tahun atau lebih wajib mengembalikan tanah
itu kepada pemiliknya dalam waktu sebulan setelah tanaman yang ada selesai dipanen dengan
tidak ada hak untuk menuntut uang tebusan”. Atas dasar ketentuan ini gadai tanah yang sudah
berlangsung tujuh tahun atau lebih maka tanah yang digadaikan harus dikembalikan kepada
pemiliknya.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
1. Landreform merupakan perubahan secara mendasar mengenai penguasaan dan pemilikan tanah
dari sistem yang lama sebelum berlakunya UUPA ke sistem yang baru menurut UUPA yang
bertujuan untuk mewujudkan pemerataan tanah yang berdasar keadilan serta untuk kemakmuran
rakyat.
2. Asas – asas landreform seperti: asas penghapusan tuan tanah besar, asas pembatasan luas
maksimum/minimum tanah, asas larangan pemerasan orang oleh orang lain, serta asas kewajiban
mengerjakan atau mengusahakan sendiri secara aktif atas tanah pertanian, tidak lain bertujuan
untuk menciptakan hukum agraria nasional yang berdasar untuk kemakmuran rakyat itu sendiri
agar tidak tertindas oleh orang – orang yang hendak mengambil keuntungan dengan menindas
orang lain.
3. Tujuan awal dari landreform tidak terlepas dari sejarah perjuangan bangsa indonesia untuk
melepaskan diri dari cengkraman, pengaruh dan sisa – sisa penjajahan khususnya perjuangan
rakyat tani untuk membebaskan diri dari kekangan – kekangan sistem feodal atas tanah dan
pemerasan kaum modal asing.
4. Program – program landreform merupakan perwujudan dari tujuan lahirnya UUPA yang ingin
menciptakan hukum agraria nasional yang berdasarkan pancasila dan untuk menciptakan tertib
hukum agraria yang bertujuan untuk kemakmuran rakyat.
B. Daftar Pustaka
Soeprapto, R, 1986 “ Undang –undang Pokok Agraria Dalam Praktik ”, Jakarta : Universitas
Indonesia Press.