Anda di halaman 1dari 11

Modul Ilmu Perundang-undangan

PERTEMUAN: 1

PENGANTAR TEORI ILMU PERUNDANG-


UNDANGAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Adapun tujuan pembelajara yang hendak dicapai, mahasiswa mampu:

 Menjelaskan istilah dan pengertian ilmu perundang-undangan.


 Memahami dan mampu menjelaskan pengertian, batasan, dan ciri-ciri
Peraturan Perundang- undangan.
B. URAIAN MATERI

Pada pertemuan pertama ini kita akan berbicara tentang pengantar teori ilmu
perundang-undangan. Sebelum membahas mengenai teori ilmu perundang-
undnagan terlebih dahulu harus dipahami tentang konsep ilmu pengetahuaan
perundang-undangan.

Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan, yang merupakan terjemahan dari


Gesetzgebungswissenschaft, adalah suatu cabang ilmu baru, yang mula-mula
berkembang di Eropa Barat, terutama di negara-negara yang berbahasa Jerman.
Istilah lain yang sering digunakan adalah Wetgevingswetenschap, atau Science of
Legislation (Maria Farida Indrati Soeprapto, 2007:7).

Tokoh-tokoh utama yang mencetuskan bidang ilmu ini antara lain:

 Peter Noll dan Jurgen Rodig dengan istilah Gesetzgebungslehre;


 Burkhardt Krems dan Werner Maihofer dengan istilah
Gesetzgebungswissenschaf;
 S.O van Poelje dengan istilah Wetgevingsleer atau Wetgevingskunde;
 W.G. van der Velden dengan istilah Wetgevingstheorie.

1
Modul Ilmu Perundang-undangan

 sedangkan di Indonesia diajukan oleh A. Hamid S. Attamimi dengan istilah


Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan.

Menurut Burkhardt Krems (Maria Farida Indrati Soeprapto, 2007:8), Ilmu


Pengetahuan Perundang-undangan (Gesetzgebungswissenschaft) adalah ilmu
pengetahuan tentang pembentukan peraturan negara, yang merupakan ilmu yang
bersifat interdisipliner (interdisziplinare Wissenschaft von der staatlichen
Rechtssetzung).

Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan (Gesetzgebungswissenschaft) merupakan


ilmu yang berhubungan dengan ilmu politik dan sosiologi, secara garis besar
dapat dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:

a. Teori Perundang-undangan (Gesetzgebungstheorie), yang berorientasi pada


mencari kejelasan dan kejernihan makna atau pengertian-pengertian, dan
bersifat kognitif; dan
b. Ilmu Perundang-undangan (Gesetzgebungslehre), yang berorientasi pada
melakukan perbuatan dalam hal pembentukan peraturan perundang-
undangan, dan bersifat normatif.

Burkhardt Krems (Maria Farida Indrati Soeprapto, 2007:9) membagi llmu


Perundang-undangan (Gesezgebunglehre) ke dalam 3 (tiga) bagian, yaitu:

a. Proses Perundang-undangan (Gesetzgebungsverfahren), yakni membahas


dan menganalisis proses atau mekanisme pembuatan peraturan perundang-
undangan hingga pengawasan dan pengujiannya.
b. Metode Perundang-undangan (Gesetzgebungsmethode), yakni membahas
dan menganalisis substansi atau materi muatan (het onderwerp) peraturan
perundang-undangan, termasuk cara-cara menemukan materi muatannya;
dan
c. Teknik Perundang-undangan (Gesetzgebungstechnik), yakni membahas dan
menganalisis bentuk luar (kenvorm) peraturan perundang-undangan.

2
Modul Ilmu Perundang-undangan

Dalam naskah peraturan perundang-undangan maupun dalam literatur dikenal


berbagai istilah, seperti:

 Perundangan;
 Perundang-undangan;
 Peraturan perundangan;
 Peraturan perundang-undangan; dan
 Peraturan negara.

Istilah peraturan perundangan ataupun perundangan merupakan istilah yang


keliru, karena kata dasarnya tidak jelas dalam bahasa Indonesia, yakni sedang
berlaku ((Maria Farida Indrati Soeprapto, 2007:81). Harusnya yang menjadi kata
dasar adalah Undang-Undang, yang kemudian mendapat imbuhan menjadi
perundang-undangan.

Lebih tepat digunakan istilah perundang-undangan untuk penyebutan teoritik


dalam pembahasan, penguraian atau penjelasan tentang hukum posisitf yang
tertulis dan bersifat mengatur sebagaimana dipergunakan oleh Irawan Soejito (I
Gde Pantja Astawa dan Suprin Na’a, 2012:11).

Saat ini, banyak digunakan istilah peraturan perundang-undangan. Menurut A.


Hamid S. Attamimi, istilah peraturan perundang-undangan merupakan
terjemahan dari istilah dalam bahasa Belanda wettelijk regelingen, yang berarti
peraturan-peraturan yang bersifat perundang-undangan atau peraturan
perundang-undangan (I Gde Pantja Astawa dan Surin Na’a, 2012:10).

Menurut Rosjidi Ranggawidjaja (1998:17), istilah-istilah di atas, khususnya


istilah perundang-undangan dan peraturan perundang-undangan, tidak mutlak
dipakai secara konsisten, karena dalam konteks tertentu lebih tepat digunakan
perundang-undangan dan dalam konteks lain digunakan istilah peraturan
perundang-undangan.

3
Modul Ilmu Perundang-undangan

Penggunaan istilah peraturan perundang-undangan lebih berkaitan atau lebih


relevan dalam pembicaraan mengenai jenis atau bentuk peraturan (hukum),
sedangkan dalam konteks lain lebih tepat digunakan istilah perundang-undangan
saja, misalnya, istilah Ilmu Perundang-undangan, Teori Perundang-undangan,
Asas-asas Perundang-undangan.

Jadi, Istilah peraturan perundang-undangan lebih normatif daripada istilah


perundang-undangan yang lebih teoritik konseptual.

Dalam bahasa Belanda dikenal istilah:

 Wet;
 Wetgeving; dan
 Wettelijke regels, atau wettelijk regeling (en).

Adopsi atas istilah-istilah ini berpengaruh terhadap peristilahan dalam bahasa


Indonesia tentang hukum tertulis yang bersifat mengatur.

Istilah wet mempunyai dua macam arti, yaitu wet in formele zin dan wet in
materiele zin, yaitu pengertian undang-undang yang didasarkan pada bentuk dan
cara terbentuknya serta pengertian undang-undang yang didasarkan pada isi
atau substansinya.

Istilah “perundangan” (termasuk pula dalam istilah “peraturan perundangan”),


berasal dari kata “undang”, bukan berasal dari kata “undang-undang”. Kata
“undang” tidak mempunyai konotasi dengan pengertian “wet” atau “undang-
undang”, karena istilah “undang” mempunyai arti tersendiri.

Istilah “perundang-undangan” dan “peraturan perundang-undangan” berasal dari


kata “undang-undang, yang merujuk pada jenis atau bentuk peraturan yang
dibuat oleh negara.

4
Modul Ilmu Perundang-undangan

Istilah “perundang-undangan” dan “peraturan perundang-undangan” berasal dari


istilah bahasa Belanda “wettelijke regels”, yang hanya mempunyai ruang
lingkup pada keputusan tertulis yang bersifat mengatur.

Berbeda halnya dengan peraturan negara (staatsregeling) atau yang dikenal


dengan besluiten (keputusan dalam arti tertulis), di samping berisikan wettelijk
regels, juga beleids regels (peraturan kebijaksanaan), bahkan termasuk
didalamnya beschikking (penetapan).

Menurut Solly Lubis (1977:13-14), yang dimaksud dengan peraturan negara


(staatsregeling) adalah peraturan-peraturan tertulis yang diterbitkan oleh instansi
resmi, baik dalam pengertian lembaga maupun dalam pengertian pejabat tertentu.
Peraturan yang dimaksud meliputi Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perpu), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan
Daerah (Perda), Instruksi, Surat Edaran (SE), Pengumuman, Surat Keputusan
(SK), dan lain-lain. Oleh karena itu, menurut I Gde Pantja Astawa dan Supri
Na’a (2012:13) yang disebut dengan peraturan negara (staatsregeling) atau
keputusan dalam arti luas (besluiten) dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok,
yaitu:

a. Wettelijk regeling (peraturan perundang-undangan), seperti UUD, UU, Perpu,


PP, Perpres, Perda, Perdes;
b. Beleidregels (peraturan kebijakan), seperti Instruksi, SE, Pengumuman;
c. Beschickking (penetapan), seperti SK;

Menurut S.J. Fockema Andreae, di dalam bukunya yang berjudul Rechtsgeleer


Handwoorden Boek, istilah perundang-undangan (legislation, wetgeving, atau
gesetzgebung) mempunyai dua pengertian yang berbeda, yaitu: (Maria Farida
Indrati Soeprapto, 2007:10).

a. merupakan proses pembentukan atau proses membentuk peraturan


negara, baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah.

5
Modul Ilmu Perundang-undangan

b. adalah segala peraturan negara, yang merupakan hasil pembentukan


peraturan, baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah.

P.J.P. Taak (Bagir Manan, 1997:125) memberikan pengertian terhadap peraturan


perundang-undangan, dengan istilah wet in materiele zin sebagai berikut:

“ ... als een besluit van een orgaan met wetgevende bevoegdheid algemene,
burgers bindende regels bevat. Het begrip algemeenin deze omschrijving
wil niet zeggen dat materiele wetten alleen die wetten zijn die alle burgers
binden, maar slechts materiele wetten uniet voor een bepaald geval gelden,
maar van toepassing zijn in een onbepaald aantal gevallen en voor een
onbepaald aantal personen.”

Pengertian dan pendeskripsian yang dikemukakan di atas, menurut Bagir Manan


dan Kuntana Magnar (1997:125), menggambarkan bahwa unsur-unsur yang
termuat dalam peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut:

a. Peraturan perundang-undangan berbentuk keputusan tertulis, karena


merupakan keputusan tertulis, maka peraturan perundang-undangan sebagai
kaidah hukum lazim disebut hukum tertulis (geschreven recht, written law);
b. Peraturan perundang-undangan dibentuk oleh pejabat atau lingkungan
jabatan (badan, organ), yang mempunyai wewenang membuat “peraturan”
yang berlaku umum atau mengikat umum (algemeen);
c. Peraturan perundang-undangan bersifat mengikat umum, tidak dimaksudkan
harus selalu mengikat semua orang. Mengikat umum hanya menunjukkan
bahwa peraturan perundang-undangan tidak berlaku terhadap peristiwa
konkret atau individu tertentu. Karena dimaksudkan sebagai ketentuan yang
tidak berlaku pada peristiwa konkret tertentu atau individu tertentu, maka
lebih tepat disebut sebagai sesuatu yang mengikat secara (bersifat) umum
dan mengikat umum.

Pendapat P.J.P. Taak di atas jika dirumuskan secara sederhana, yang dimaksud
dengan peraturan perundang-undangan (undang-undang dalam arti materiil)
adalah setiap keputusan tertulis yang dikeluarkan pejabat berwenang yang berisi

6
Modul Ilmu Perundang-undangan

aturan tingkah laku yang bersifat dan mengikat secara umum (Bagir Manan,
1992:3).

Bagir Manan dan Kuntana Magnar (1987:12) memberikan pengertian bahwa


yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan adalah setiap peraturan
tertulis yang dibuat, ditetapkan, dan dikeluarkan oleh lembaga dan/atau pejabat
negara yang mempunyai (menjalankan) fungsi-fungsi legislatif sesuai dengan
cara yang berlaku.

Kemudian Bagir Manan (2007:10-11) memberikan pengertian peraturan


perundang-undangan adalah:

a. Setiap keputusan tertulis yang dikeluarkan pejabat atau lingkungan jabatan


yang berwenang yang berisi aturan tingkah laku yang bersifat atau mengikat
umum.
b. Merupakan aturan tingkah laku yang berisi ketentuan-ketentuan mengenaI
hak, kewajiban, fungsi, status atau suatu tatanan.
c. Merupakan peraturan yang mempunyai ciri-ciri umum-abstrak atau abstrak-
umum, artinya tidak mengatur atau tidak ditujukan pada objek, peristiwa,
atau gejala konkret tertentu.
d. Dengan mengambil pemahaman dalam kepustakaan Belanda, peraturan
perundang-undangan lazim disebut dengan wet in materiel zin, atau sering
juga disebut dengan algemeen verbindende voorschrift, yang meliputi antara
lain: de supranationale algemeen verbindende voorschriften, wet, AmvB, de
Ministeriele verordening, de gemeentelijke raadsverordeningen, de
provinciale staten verordeningen.

Menurut A. Hamid S. Attamimi (Rosjidi Ranggawidjaja, 1998:19), peraturan


perundang-undangan adalah peraturan negara, di tingkat Pusat dan di tingkat
Daerah, yang dibentuk berdasarkan kewenangan perundang-undangan, baik
bersifat atribusi maupun bersifat delegasi.

7
Modul Ilmu Perundang-undangan

Kemudian dalam disertasinya, A. Hamid S. Attamimi memberikan batasan


pengertian peraturan perudang-undangan adalah semua aturan hukum yang
dibentuk oleh semua tingkat lembaga dalam bentuk tertentu, dengan prosedur
tertentu, biasanya disertai sanksi dan berlaku umum serta mengikat rakyat.

T.J. Buys yang mengartikan perundang-undangan sebagai peraturan-peraturan


yang mengikat secara umum (Ronald S. Lumbuun, 2011:143).

J.H.A. Logemann (Ronald S. Lumbuun, 2011:143) mengartikan peraturan


perundang-undangan sebagai peraturan-peraturan yang mengikat secara umum
dan berdaya laku ke luar (algemeen bendende en naar buiten werkende
voorschriften). Pengertian “berdaya laku ke luar” adalah bahwa peraturan
tersebut ditujukan kepada masyarakat (umum) tidak ditujukan kepada (ke
dalam) pembentuknya.

Jadi, secara umum dari berbagai pandangan ahli HTN dan HAN, khususnya
Indonesia, mendefinisikan peraturan perundang-undangan sebagai aturan tertulis
yang dibentuk atau dibuat oleh lembaga atau pejabat yang berwenang untuk
itu,baik di tingkat pusat maupun daerah, yang isinya mengikat secara umum.

Pengertian Peraturan Perundang-undangan di atas sejalan dengan definisi atau


ruang lingkup yang terdapat dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nonor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang
menegaskan:

“Peraturan Perundang-undangan, adalah “peraturan tertulis yang memuat


norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan
oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang malalui prosedur yang
ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.”

Dari pengertian ini, ada 5 (lima) unsur peraturan perundang-undangan, yakni:

a. peraturan tertulis;

8
Modul Ilmu Perundang-undangan

b. memuat norma hukum ;


c. mengikat secara umum;
d. dibentuk atau ditetapkani oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang;
dan
e. melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

Dari sisi teoritikal, peraturan perundang-undangan mempunyai sifat-sifat khusus,


yakni: (I Gde Pantja Astawa dan Suprin Na’a, 2012:18-19)

a. norma hukum (rechtsnormen);


b. berlaku ke luar (naar buiten werken);
c. bersifat umum dalam arti luas (algemeenheid in ruimne zin);
d. bersifat futuristik;
e. berlaku terus menerus (dauerhaftig);
f. bersifat hierarkis (stufenbau des recht);

Menurut Satjipto Rahardjo (2006:83-84), suatu perundang-undangan


menghasilkan peraturan yang memiliki ciri-ciri-ciri sebagai berikut:

a. Bersifat umum dan komprehensif, sehingga merupakan kebalikan dari sifat-


sifat khusus yang terbatas;
b. Bersifat universal. Ia diciptakan untuk menghadapi peristiwa-peristiwa yang
akan datang yang belum jelas bentuk konkretnya. Oleh karena itu, ia tidak
dapat dirumuskan untuk mengatasi peristiwa-peritiwa tertentu saja; dan
c. Memiliki kekuatan untuk mengoreksi dan memperbaiki dirinya sendiri.
Dalam setiap peraturan, lazimnya mencantumkan klausal yang memuat
kemungkinan dilakukannya peninjauan kembali.

Rosjidi Ranggawidjaja (1997:19-20) mengemukakan bahwa dari batasan dan


pengertian peraturan perundang-undangan sebagaimana dirumuskan di atas,
dapat diidentifkasi sifat-sifat atau ciri-ciri dari suatu peraturan perundang-
undangan, yaitu:

9
Modul Ilmu Perundang-undangan

a. Peraturan perundangan-undangan berupa peraturan tertulis. Jadi, mempunyai


bentuk atau format tertentu.
b. Dibentuk, ditetapkan, dan dikeluarkan oleh lembaga atau pejabat yang
berwenang, baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah. Yang dimaksud
dengan pejabat yang berwenang adalah pejabat yang ditetapkan berdasarkan
ketentuan yang berlaku, baik berdasarkan atribusi maupun delegasi.
c. Peraturan perundangan-undangan tersebut berisi aturan pola tingkah laku.
Jadi, perundangan-undangan bersifat mengatur (regulerend), tidak bersifat
sekali jalan (einmahlig).
d. Peraturan perundangan-undangan mengikat secara umum (karena ditujukan
kepada umum), artinya tidak ditujukan kepada seseorang atau individu
tertentu (tidak bersifat individual).
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Apakah yang Saudara ketahui mengenai ilmu pengetahuan perundang-
undangan? Jelaskan!
2. Apakah persamaan dan perbedaan antara teori perundang-undangan dan ilmu
perundang-undangan?
3. Apakah perbedaan antara peraturan perundang-undangan dan peraturan
negara?
4. Apakah yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan menurut
hukum positif di Indonesia dan sebutkan unsur-unsurnya!
D. DAFTAR PUSTAKA

Astawa, I Gde Pantja dan Suprin Na’a. 2012. Dinamika Hukum dan Ilmu
Perundang-undangan di Indonesia. Bandung: Alumni.

Indrati, Maria Farida. 2007. Ilmu Perundang-undangan I (Jenis, Fungsi, dan


Materi Muatan). Yogyakarta: Kanasius.

Lubis, Solly. 1977. Landasan dan Teknik Perundang-undangan. Bandung:


Alumni.

10
Modul Ilmu Perundang-undangan

Lumbuun, Ronald S. 2011. PERMA RI (Peraturan Mahkamah Agung


Republik Indonesia) Wujud Kerancuam antara Praktik Pembagian
dan Pemisahan Kekuasaan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Manan, Bagir. 1987. Peranan peraturan Perundang-undangan dalam


Pembinaan Nasional. Bandung: Armico.

Manan, Bagir. 1992. Dasar-Dasar Perundang-undangan Indonesia. Jakarta:


Ind-Hill.

Manan, Bagir & Magnar, Kuntana. 1997. Beberapa Masalah Hukum Tata
Negara Indonesia. Bandung: Alumni.

Rahardjo, Satjipto. 2006. Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Ranggawidjaja, Rosjidi. 1998. Pengantar Ilmu Perundang-undangan


Indonesia. Bandung: Mandar Maju.

11

Anda mungkin juga menyukai