Kelas : A
NIM : 22410548
Tanah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan salah satu sumber daya alam yang
sangat penting. Selain mempunyai nilai hakiki yang mendalam bagi bangsa Indonesia, juga
mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam menjawab kebutuhan bangsa dan masyarakat yang
semakin beragam dan berkembang. Baik dalam tingkat nasional maupun kaitannya dengan dunia
internasional. Jika penggunaan lahan penting bagi kehidupan dan penghidupan manusia, maka
intervensi pejabat negara terhadap sistem hukum pertanahan sangatlah penting.Selanjutnya ditetapkan
landasan kewenangan hukum untuk mengatur segala permasalahan pertanahan yang tertuang dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD RI) Tahun 1945. Inilah yang menjadi acuan
dasar kehidupan berbangsa dan pengaturan kehidupan berbangsa. Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan: “Bumi, air, dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat.
” Ditetapkan bahwa Pengelolaan tanah, air, dan sumber daya alam oleh negara berarti tercapainya
pemerataan hasil pengelolaan tanah, air, dan sumber daya alam.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok Pokok-Pokok Pertanian, yang
kemudian disebut Undang-Undang Pokok Perekonomian Pertanian (UUPA), yaitu tentang hak negara
untuk mengelola tanah dengan pemberian kuasa:
organisasi tertinggi dari bangsa Indonesia. Hal itu tidak lain ditujukan untuk mencapaisebesar-
besarnya kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan, kesejahteraan, dankemerdekaan dalam
masyarakat dan Negara hukum.
Land reform merujuk pada serangkaian kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk mengubah
struktur kepemilikan dan penggunaan tanah di suatu negara. Land reform biasanya dilakukan dengan
maksud untuk mencapai tujuan-tujuan sosial, ekonomi, dan politik tertentu. Latar belakang land
reform dapat bervariasi dari satu negara ke negara lain, dan sering kali berkaitan dengan sejarah
agraria, ketidaksetaraan tanah, dan masalah-masalah sosial dan ekonomi lainnya. Beberapa latar
belakang umum land reform melibatkan:
Rumusan masalah :
A. Pengertian landreform
Landreform berasal dari kata“land” yang artinya tanah, dan “reform” yang artinya perubahan,
perombakan atau penataan kembali. Jadi landreform itu berarti merombak kembali struktur
hukum pertanahan lama dan membangun struktur pertanahan baru.Landreform
berarti perombakan terhadap struktur pertanahan, akan
tetapisebenarnya yang dimaksudkan bukan hanya perombakan terhadap strukturpenguasaan
pertanahan, melainkan perombakan terhadap hubungan manusia dengan manusia berkenaan
dengan tanah. Istilah Land itu sendiri mempunyai arti yangberbagai macam, sedangkan istilah
reform berarti mengubah kearah yang lebih baik, jadi landreform berkaitan dengan
perubahan struktur secara institusional yangmengatur hubungan manusia dengan tanah.
Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan PembagianTanah dan
Pemberian Ganti Kerugian menyatakan bahwa tanah-tanah yang akandibagikan sebagai Obyek
landreform adalah Tanah, tanah yang dikuasai negara sebagai obyek pengaturan penguasaan tanah
(obyek landreform) yang akandidistribusikan kepada para petani penggarap, yaitu :
Tanah kelebihan batas maksimum, yaitu tanah yang melebihi batas ketentuanyang boleh
dimiliki oleh seseorang atau satu keluarga. Luas batas maksimumditentukan per daerah
tingkat II dengan memperhatikan faktor jumlah penduduk,luas daerah, dan sebagainya.
Daerah tersebut dibagi menjadi daerah yang tidakpadat dengan pemilikan maksimum 20
hektare, cukup padat maksimum 9 hektaredan sangaat padat maksimum pemilikannya 6
hektare.
Tanah absentee, yaitu tanah pertanian yang pemiliknya bertempat tinggal di luarkecamatan
letak tanah dan kecamatan tersebut letaknya tidak berbatasan.
Tanah bekas swapraja, yaitu tanah bekas wilayah kerajaan atau kesultanan, yangdengan
UUPA beralih menjadi tanah negara Republik Indonesia.
Tanah negara lainnya yang merupakan tanah pertanian yang telah digarap rakyatyang ditegaskan oleh
Menteri (sekarang Menteri Negara Agraria/Kepala BPN)sebagai obyek landreform adalah :
Tanah yang terkena UU No. 1 Tahun 1958, yaitu tanah partikelir dan hak eigendomlebih 10
bouw yang di jaman penjajahan dimiliki tuan tanah.
Tanah bekas hak ulayat masyarakat hukum adat, bekas tanah kehutanan, dantanah negara
bebasUntuk tanah yang berasal dari kelebihan maksimum, absentee, dan tanahswapraja,
penegasannya ditetapkan Kepala Kantah setempat.
Sedangkan redistribusinya ditetapkan oleh Kepala Kanwil BPN. Untuk tanah - tanah yang
berasal dari tanah yang langsung dikuasai negara, akan dijadikan obyek landrefom
harusditegaskan telebih dahulu oleh Kepala BPN.