Anda di halaman 1dari 8

Menuju Keadilan Sosial melalui Program Landreform

Nama : Mohamad Afandi

Kelas : A

NIM : 22410548

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

TAHUN AJARAN 2022 / 2023


Latar belakang

Tanah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan salah satu sumber daya alam yang
sangat penting. Selain mempunyai nilai hakiki yang mendalam bagi bangsa Indonesia, juga
mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam menjawab kebutuhan bangsa dan masyarakat yang
semakin beragam dan berkembang. Baik dalam tingkat nasional maupun kaitannya dengan dunia
internasional. Jika penggunaan lahan penting bagi kehidupan dan penghidupan manusia, maka
intervensi pejabat negara terhadap sistem hukum pertanahan sangatlah penting.Selanjutnya ditetapkan
landasan kewenangan hukum untuk mengatur segala permasalahan pertanahan yang tertuang dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD RI) Tahun 1945. Inilah yang menjadi acuan
dasar kehidupan berbangsa dan pengaturan kehidupan berbangsa. Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan: “Bumi, air, dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat.

” Ditetapkan bahwa Pengelolaan tanah, air, dan sumber daya alam oleh negara berarti tercapainya
pemerataan hasil pengelolaan tanah, air, dan sumber daya alam.

Prinsip ini dijelaskan dalam Pasal 2(2).

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok Pokok-Pokok Pertanian, yang
kemudian disebut Undang-Undang Pokok Perekonomian Pertanian (UUPA), yaitu tentang hak negara
untuk mengelola tanah dengan pemberian kuasa:

 Mengatur dan menyelenggarakan peruntukkan, penggunaan, persediaan danpemeliharaan


bumi, air, dan ruang angkasa Indonesia;b.

 Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orangdengan bumi, air,


dan ruang angkasa tersebut;c.

 Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orangdan perbuatan-


perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang angkasatersebut.Isi pasal ini
menyebutkan bahwa Hak Menguasai Negara tidak menempatkan
Negara sebagai “pemilik tanah”, tetapi pemberian kewenangan kepada Negara sebagai

organisasi tertinggi dari bangsa Indonesia. Hal itu tidak lain ditujukan untuk mencapaisebesar-
besarnya kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan, kesejahteraan, dankemerdekaan dalam
masyarakat dan Negara hukum.

Land reform merujuk pada serangkaian kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk mengubah
struktur kepemilikan dan penggunaan tanah di suatu negara. Land reform biasanya dilakukan dengan
maksud untuk mencapai tujuan-tujuan sosial, ekonomi, dan politik tertentu. Latar belakang land
reform dapat bervariasi dari satu negara ke negara lain, dan sering kali berkaitan dengan sejarah
agraria, ketidaksetaraan tanah, dan masalah-masalah sosial dan ekonomi lainnya. Beberapa latar
belakang umum land reform melibatkan:

 Ketidaksetaraan Tanah: Banyak negara menghadapi masalah ketidaksetaraan dalam


kepemilikan dan penggunaan tanah. Beberapa kelompok masyarakat hanya memiliki akses
terbatas atau bahkan tidak memiliki tanah sama sekali, sementara sejumlah kecil orang atau
lembaga memiliki sebagian besar tanah.
 Kemiskinan dan Kesejahteraan Masyarakat Petani: Land reform seringkali bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani dan mengurangi tingkat kemiskinan di
pedesaan. Ini dapat melibatkan redistribusi tanah kepada petani kecil atau landless, serta
penyediaan dukungan dan sumber daya untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
 Modernisasi Pertanian: Beberapa negara melakukan land reform untuk meningkatkan
produktivitas pertanian dan modernisasi sektor pertanian. Ini mungkin melibatkan
penggabungan lahan kecil menjadi unit yang lebih besar, pengenalan teknologi pertanian
baru, dan diversifikasi usaha pertanian.
 Perbaikan Infrastruktur dan Akses Pasar: Land reform juga dapat melibatkan perbaikan
infrastruktur di daerah pedesaan dan peningkatan akses petani ke pasar. Ini bertujuan untuk
meningkatkan daya saing dan pengembangan ekonomi di pedesaan.
 Tujuan Sosial dan Politik: Beberapa land reform dilakukan untuk mencapai tujuan sosial dan
politik, seperti mengurangi ketegangan sosial, mengatasi konflik tanah, dan memberikan
akses tanah kepada kelompok-kelompok yang sebelumnya terpinggirkan.

Rumusan masalah :

1. Apa pengertian landreform?


2. Bagaimana tujuan diadakannya landreform?
3. Apa saja asas landreform dan dasar hukumnya?
4. Apa objek landreform?
5. Kendala dalam pelaksanaan lanreform di Indonesia ?
Pembahasan

A. Pengertian landreform
Landreform berasal dari kata“land” yang artinya tanah, dan “reform” yang artinya perubahan,
perombakan atau penataan kembali. Jadi landreform itu berarti merombak kembali struktur
hukum pertanahan lama dan membangun struktur pertanahan baru.Landreform
berarti perombakan terhadap struktur pertanahan, akan
tetapisebenarnya yang dimaksudkan bukan hanya perombakan terhadap strukturpenguasaan
pertanahan, melainkan perombakan terhadap hubungan manusia dengan manusia berkenaan
dengan tanah. Istilah Land itu sendiri mempunyai arti yangberbagai macam, sedangkan istilah
reform berarti mengubah kearah yang lebih baik, jadi landreform berkaitan dengan
perubahan struktur secara institusional yangmengatur hubungan manusia dengan tanah.

Pengertian landreform dalam UUPA dan UU No. 56/Prp/1960 adalah pengertian


landreform dalam arti luas, yaitu :
 Pelaksanaan pembaharuan hukum agraria, yaitu dengan mengadakan perombakan
terhadap sendi-sendi hukum agraria yang lama yang sudah tidak sesuai lagi dengan
kondisi dan situasi zaman modern dan menggantinya dengan ketentuan hukum yang
lebih sesuai dengan perkembangan masyarakat modern.
 Penghapusan terhadap segala macam hak-hak asing dan konsepsi kolonial.
 Diakhirinya kekuasaan para tuan tanah dan para feodal atas tanah yang telah banyak
melakukan pemerasan terhadap rakyat melalui penguasaan atas tanah.
 Perombakan mengenai pemilikan dan penguasaan atas tanah serta berbagai
hubungan-hubungan yang berkenaan dengan pengusahaan atas tanah.
 Perencanaan persediaan, peruntukkan dan penggunaan tanah secara berencana
sesuai dengan kemampuan dan perkembangan kemajuan.
B. Bagaimana tujuan diadakannya landreform

Di Indonesia pelaksanaan Landreform berlandaskan kepada Pancasila dan UUD1945 yang


terwujud di dalam satu rangkaian kegiatan di bidang pertanahan. Kemudiandikatakan bahwa
Landreform bertujuan untuk memperkuat dan memperluaskepemilikan tanah untuk seluruh
rakyat Indonesia, terutama kaum tani. Secara umumtujuan Landreform adalah untuk
mewujudkan penguasaan dan pemilikan tanah secara adil dan merata guna meningkatkan
kesejahteraan rakyat khususnya petani :
1. Untuk mengadakan pembagian yang adil atas sumber penghidupan rakyat tani yang
berupa tanah, dengan maksud agar ada pembagian hasil yang adil pula, dengan mengubah
struktur pertanahan secara revolusioner, guna merealisasi keadilan sosial.
2. Untuk melaksanakan prinsip tanah untuk tani, agar tidak terjadi lagi tanah sebagai
obyek spekulasi dan alat pemerasan.
3. Untuk memperkuat dan memperluas hak milik atas tanah bagi warganegara Indonesia,
baik laki-laki maupun wanita, yang berfungsi sosial. Suatu pengakuan dan perlindungan
terhadap privaat bezit, yaitu hak milik sebagai hak yang terkuat bersifat perseorangan dan
turun temurun, tetapi berfungsi sosial.
4. Untuk mengakhiri sistem tuan tanah dan menghapus pemilikan dan penguasaan tanah
secara besar-besaran dengan tak terbatas, dengan menyelenggarakan batas maksimum dan
batas minimum untuk tiap keluarga. Sebagai kepala keluarga dapat seorang laki-laki atau
wanita. Dengan demikian mengikis pula sistem liberalisme dan kapitalisme atas tanah dan
memberikan perlindungan terhadap golongan ekonomi lemah.
5. Untuk mempertinggi produksi nasional dan mendorong terselenggaranya pertanian
yang intensif secara gotong royong dalam bentuk koperasi dan bentuk gotong royong lainnya,
untuk mencapai kesejahteraan yang merata dan adil disertai dengan sistem perkreditan yang
khusus ditujukan kepada golongan lemah.
C. Apa saja asas landreform dan dasar hukumnya
Landasan Ideal : Pancasila
Landasan Konstitusional : Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 dan TAP MPR No. IX/MPR/2001
Landasan Operasional :
- Pasal 7, 10, dan 53 UUPA;
- UU No. 56/Prp/1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian;
- UU No. 2/1960 jo Inpres No. 13/1980 tentang Perjanjian Bagi Hasil;
- PP No. 224/1961 jo PP No. 41/1964 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pembayaran
Ganti Rugi;
- PP No. 4/1977 tentang Pemilikan Secara Absentee oleh Para Pensiunan Pegawai Negeri;
- UU No. 1/1958 jo PP No. 18/1958 tentang Penghapusan Tanah Partikelir dan Eigendom;
- Peraturan Kepala BPN No. 3/1991 tentang Pengaturan Penguasaan Tanah Obyek
Landreform secara Swadaya, dan lain-lain.

D. Apa objek landreform

Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan PembagianTanah dan
Pemberian Ganti Kerugian menyatakan bahwa tanah-tanah yang akandibagikan sebagai Obyek
landreform adalah Tanah, tanah yang dikuasai negara sebagai obyek pengaturan penguasaan tanah
(obyek landreform) yang akandidistribusikan kepada para petani penggarap, yaitu :

 Tanah kelebihan batas maksimum, yaitu tanah yang melebihi batas ketentuanyang boleh
dimiliki oleh seseorang atau satu keluarga. Luas batas maksimumditentukan per daerah
tingkat II dengan memperhatikan faktor jumlah penduduk,luas daerah, dan sebagainya.
Daerah tersebut dibagi menjadi daerah yang tidakpadat dengan pemilikan maksimum 20
hektare, cukup padat maksimum 9 hektaredan sangaat padat maksimum pemilikannya 6
hektare.
 Tanah absentee, yaitu tanah pertanian yang pemiliknya bertempat tinggal di luarkecamatan
letak tanah dan kecamatan tersebut letaknya tidak berbatasan.

 Tanah bekas swapraja, yaitu tanah bekas wilayah kerajaan atau kesultanan, yangdengan
UUPA beralih menjadi tanah negara Republik Indonesia.

Tanah negara lainnya yang merupakan tanah pertanian yang telah digarap rakyatyang ditegaskan oleh
Menteri (sekarang Menteri Negara Agraria/Kepala BPN)sebagai obyek landreform adalah :
 Tanah yang terkena UU No. 1 Tahun 1958, yaitu tanah partikelir dan hak eigendomlebih 10
bouw yang di jaman penjajahan dimiliki tuan tanah.
 Tanah bekas hak ulayat masyarakat hukum adat, bekas tanah kehutanan, dantanah negara
bebasUntuk tanah yang berasal dari kelebihan maksimum, absentee, dan tanahswapraja,
penegasannya ditetapkan Kepala Kantah setempat.
 Sedangkan redistribusinya ditetapkan oleh Kepala Kanwil BPN. Untuk tanah - tanah yang
berasal dari tanah yang langsung dikuasai negara, akan dijadikan obyek landrefom
harusditegaskan telebih dahulu oleh Kepala BPN.

E. Kendala pelaksanaan landreform di Indonesia


Program landreform pernah dicoba dan diimplementasikan di Indonesia padaera tahun 1960-an,
meskipun hanya mencakup luasan tanah dan petani penerimadalam jumlah yang sangat terbatas.
Kemudian, sepanjang pemerintahan Orde Baru,landreform tidak pernah lagi diprogramkan secara
terbuka, namun diganti denganprogram pensertifikatan, transmigrasi, dan pengembanga Perkebunan
Inti Rakyat,yang pada hakekatnya bertujuan untuk memperbaiki akses masyarakat terhadaptanah.
Sepanjang pemerintahan dalam era Reformasi sampai sekarang, telah tercapaibeberapa perbaikan
dalam hukum dan perundang-undangan keagrariaan, namuntetap belum dijumpai program nyata
tentang landreform.Secara teoritis, ada empat factor penting sebagai prasyarat pelaksanaanlandreform,
yaitu:a. Kesadaran dan kemauan dari elit politik,b. Organisasi petani dan masyarakat yang kuatc. Kete
rsediaan data yang lengkap dan juga akuratd. Dukungan anggaran yang memadaiSaat ini, kondisi
keempat factor tersebut masih dalam kondisi lemah, sehinggadapat dikatakan implementasi
landreform secara serentak dan menyeluruh diIndonesia masih sulit diwujudkan. Dalam
kenyataannya, beberapa hal kendala yangtimbul dalam pelaksanaan landreform adalah :
1.Lemahnya Keinginan Elite Politik dan Kapasitas Pemerintah Lokal . Kunci pokok pelaksanaan
landreform ada pada politisi, karena permasalahan landreformada dalam aspek politik. Hal ini
dinyatakan oleh Walinsky (1997; dalam
Abdurrahman, 2004), yaitu: “ The key to who makes agrarian reform, and to
what determines whether an attempted reform will be successful is political.Technical expertise in
prepering and administering the necessary legislation inindispensible but experts do not make reform.
Politician and only politicians make good or poor reform or do not make them at all”. Di pundak para
politikuslah masalah besar landreform terletak. Hanya mereka yang mampu melakukannya, atau
sebaliknya pada mereka jugalah yang memastikan apakahlandreform dapat dilaksanakan atau tidak
sama sekali. Kunci pelaksanaanlandreform bukanlah pada perencana, pakar, ataupun undang-
undang,meskipun dalam tataran wacana semua pihak boleh dan memang sebaiknyaikut terlibat.
2. Ketiadaan Organisasi Masyarakat Tani yang Kuat dan Terintegrasi. Meskipun semenjak bergulirnya
Era Reformasi beberapa organisasi masyarakat petanitelah mulai menampakkan diri, beberapa di
antaranya cukup radikal, namun secara keseluruhan belum terbentuk satu organisasi yang mampu
berperansebagai basis untuk mengimplementasikan gerakan landreform ataupun reforma agraria
secara lebih luas. Beberapa demonstrasi yang seringdiberitakan media massa menjadikan
reforma agraria sebagai topiknya, namun baru sebatas tuntutan dengan tujuan memberi kesadaran
kepada khalayak.Organisasi itu pun masih bersifat parsial dan temporal, dan tampaknya
masihbergantung kepada inspirator-inspirator yang berasal dari luar.
3. Miskinnya ketersediaan data pertahanan dan kegrariaan.Data yang komprehensif merupakan
kebutuhan yang pokok untuk merumuskan programlandreform (dan bahkan reforma agraria) secara
nasional, misalnya untukkebutuhan menyusun hukum payung yang komprehensif. Selain
datakuantitatif juga diperlukan berbagai data kualitatif dalam konteks sosio agraria.
KESIMPULAN
Meskipun terdapat perbaikan dalam hukum dan perundang-undangan keagrariaan, namun
implementasi landreform masih terkendala. Pada masa Demokrasi Terpimpin 1960-1965, landreform
dilaksanakan sebagai bagian dari program transmigrasi, namun sejak itu, program landreform tidak
lagi diprioritaskan secara terbuka. Faktor-faktor penting sebagai prasyarat pelaksanaan landreform,
seperti kesadaran dan kemauan dari elit politik, organisasi petani yang kuat, ketersediaan data yang
lengkap, serta dukungan anggaran yang memadai, masih dalam kondisi lemah. Selain itu, terdapat
permasalahan dalam pendaftaran tanah pertanian hasil redistribusi tanah, yang memengaruhi
efektivitas pelaksanaan landreform. Dengan demikian, meskipun terdapat landreform di Indonesia,
implementasinya masih menghadapi sejumlah hambatan yang perlu diatasi untuk mencapai tujuan-
tujuan landreform tersebut.

Anda mungkin juga menyukai