Anda di halaman 1dari 13

PELAKSANAAN PROGRAM LANDREFORM REDISTRIBUSI

TANAH PERTANIAN DI KABUPATEN BEKASI

PROPOSAL SKRIPSI
OLEH
RAFIF NABIL ARMADA
NIM 8111412108

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

PROPOSAL SKRIPSI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara hukum yang bercorak agraris. Hal ini
karena luas wilayah Indonesia yang sangat luas, terdiri dari ribuan pulau.
Jika dibandingkan dengan wilayah negara Asia Tenggara, Indonesia
merupakan negara dengan luas wilayah paling besar se-Asia Tenggara.
Untuk itu dibutuhkan pengaturan tentang pertanahan nasional yang jelas
agar tidak menimbulkan suatu permasalahan. Pada 24 September Tahun
1960, Peraturan pertama terkait pertanahan yaitu Undang-Undang Pokok
Agraria yang disingkat UUPA. Undang-Undang ini menjadi acuan-acuan
peraturan pertanahan lainya dalam mengatur segala hal yang berkaitan
tentang pertanahan.
Tanah merupakan hal penting yang dibutuhkan oleh masyarakat,
karena tanah merupakan kebutuhan primer. Tanah juga disebut sebagai
papan yang berarti tempat tinggal dan merupakan kebutuhan primer.
Dinyatakan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945bahwa :
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-sebesar kemakmuran rakyat.
Penguasaan tanah tidak dapat dilepaskan dari permasalahan petani
dan taraf kehidupan mereka. Kekurangan tanah, untuk dijadikan lahan
pertanian merupakan permasalahan pokok yang ada pada masyarakat
agraris

termasuk

masyarakat

Indonesia.

Kondisi

pemilikan

dan

penguasaan tanah yang tidak merata seperti inilah yang telah mendorong
para pendiri bangsa untuk menata struktur agrarian melalui kebijakan
perundang-undangan guna mengangkat rakyat dan kemiskinan akibat
ketidakadilan akses rakyat atas tanah.
Kebijakan yang dimaksud diatas adalah Land Reform. Land
Reform atau dikenal sebagai pembaharuan agraria. Salah satu program
land reform yaitu redistribusi tanah. Dimana program redistribusi tanah ini
pemerintah memberikan lahan kepada para petani yang membutuhkan.
Kebijakan ini diatur dalam PP No.224 tahun 1961 jo No. 41 tahun 1964.
Dari uraian diatas, Penulis tertarik untuk menegetahui lebih lanjut
tentang Redistribusi Tanah. Oleh karena itu penulis membuat judul
penulisan

hukum

LANDREFORM

dengan

judul:

PELAKSANAAN

REDISTRIBUSI

TANAH

PROGRAM

PERTANIAN

DI

KABUPATEN BEKASI.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah

yang

akan

diteliti

dalam

penulisan

hukum(Skripsi) ini adalah:


1. Bagaimana pelaksanaan program land reform redistribusi tanah di
kabupaten Bekasi dan kondisinya saat ini?
2. Apa hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan redistribusi tanah di
kabupaten Bekasi dan bagaimana penyelesaianya ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan yang ingin penulis capai dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1 . Untuk memahami dan mengetahui pelaksanaan program land reform
redistribusi tanah di kabupaten Bekasi dan kondisinya saat ini.
2 . Untuk memahami dan mengetahui hambatan yang terjadi dalam
pelaksanaan redistribusi tanah di kabupaten Bekasi dan bagaimana
penyelesaianya.

1.4 Kegunaan Penelitian


Adapun kegunaan yang sehubungan dengan penulisan skripsi ini adalah:
1. Kegunaan Teoritis
a. Diharapakan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan
wawasan bagi pengembangan hukum pada khususnya dan agraria
pada khususnya mengenai redistribusi tanah.
b. Diharapkan hasil penilitian ini dapat sebagai latihan menerapkan
teori yang diperoleh sehingga dapat menambah pengalaman dan
pengetahuan ilmiah dengan cara membandingkan teori dengan
praktek.
2.Kegunaan Praktis
a. Untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang akan diteliti.
b. Untuk memberikan masukan dan sumbangan perikiran kepada pihakpihak yang terkait,

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tentang Land Reform

Secara harfiah, perkataan landreform berasal dari bahasa Inggris


yaitu Land artinya tanah dan Reform artinya perubahan, perombakan. Jadi
pengertian landreform adalah perombakan terhadap struktur pertanahan.
Akan tetapi yang dimaksudkan bukan hanya perombakan terhadap struktur
penguasaan tanah, melainkan juga perombakan terhadap hubungan
manusia

dengan

tanah

guna

meningkatkan

penghasilan

petani.

Perombakan ini sifatnya mendasar dan bukan tambal sulam.1


Dalam pengertian yang terbatas, istilah agrarian reform ini dikenal
sebagai landreform dimana salah satu programnya adalah yang banyak
dikenal adalah redistribusi tanah (pembagian tanah). Namun seringkali
antara agrarian reform dan landreform dianggap identik, meskipun
sebenarnya sudah disepakati secara umum bahwa pengertian agrarian
reform lebih luas daripada landreform.2
Agrarian reform dan landreform sebagaimana yang dikemukakan
oleh Lin adalah Agrarian Reform merupakan upaya perubahan atau
perombakan sosial yang dilakukan secara sadar, guna mentransformasikan
struktur agraria ke arah sistem agraria yang lebih sehat dan merata bagi
pengembangan pertanian dan kesejahteraan desa. Sedangkan landreform
adalah yang merupakan konsep agrarian reform dalam arti sempit,
dibedakannya atas landreform dalam arti sempit yaitu redistribusi tanah

1 Hustiati, Agraria Reform di Philipina dan Perbandingannya dengan


Landreform di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 1990, hal. 31-32.
2 Setiawan, Konsep Pembaharuan Agraria, Sebuah Tinjauan Umum,
ReformasiAgraria Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1997, hal.
3.

dan landreform dalam arti luas yakni pembaharuan dalam struktur


penguasaan, struktur produksi dan struktur pelayanan pendukung.
Sedangkan Ladejinsky mendefinisikan sebagai berikut:3
Agrarian reform adalah unsur-unsur yang seluruhnya atau sebagian
besar meliputi pendistribusian tanah kepada kaum tak bertanah serta
pengaturan pembiayaan yang layak bagi pembelian tanah jaminan bagi
penguasaan tanah dan penyakapan yang adil, metode penggarapan yang
lebih baik melalui asistensi teknis, kredit yang cukup, fasilitas pemasaran
lewat koperasi dan lain-lain.
Pengertian landreform di Indonesia dibagi atas dua bagian, yaitu :
1. Landreform dalam arti luas, yang dikenal dengan istilah
AgrarianReform/Panca Program, terdiri dari :
a. Pembaharuan Hukum Agraria
b. Penghapusan hak-hak asing dan konsepsi-konsepsi kolonial
atas tanah.
c. Mengakhiri penghisapan feodal secara berangsur-angsur.
d. Perombakan mengenai pemilikan dan penguasaan tanah serta
hubungan-hubungan hukum yang bersangkutan dengan
penguasaan tanah.
e. Perencanaan, persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi,
air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya serta
penggunaannya secara berencana sesuai dengan daya dan
kesanggupan serta kemampuannya.
2. Landreform dalam arti sempit, menyangkut perombakan mengenai
penguasaan tanah serta hubungan-hubungan hukum yang
bersangkutan dengan penguasaan tanah.4
2.2 Tinjauan Tentang Penguasaan Tanah di Indonesia

3 Ladejinsky W, Agrarian Reform in Asian, Leiden, 1980, hal. 33.


4 I Nyoman Budi Jaya. Tinjauan Yuridis tentang Redistribusi Tanah
Pertanian dalam Rangka Pelaksanaan Landreform, Liberty, Yogyakarta,
1989, hal. 9.

UUPA merupakan

undang-undang

nasional

pertama

yang

dirancang untuk mengganti Undang-Undang Agraria kolonial, yaitu


Agrariche Wet dan peraturan yang dipakai oleh pemerintahan Belanda
yang mengatur soal pertanahan.
Tujuan pokok dari diundangkannya UUPA 1960 adalah :
a. Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria
nasional,
yangmerupakan
alat
untuk
membawakan
kemakmuran, kebahagiaan, dan keadilan bagi negara dan
rakyat, terutama rakyat tani, dalam rangka masyarakat yang
adil dan makmur.
b. Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan
kesederhanaan dalam hukum pertanahan.
c. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum
mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya.
Ada tiga konsep dasar dalam UUPA 1960 yaitu :
1. Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa
didasarkanhukum adat.
2. Eksistensi dan wewenang negara sebagai organisasi bangsa dinyatakan
dalam HMN atas bumi, air, dan ruang angkasa sebagai penjabaran
pasal 33 (3) UUD 1945 yang digunakan untuk mencapai sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
3. Pelaksanaan program Landreform.
Kembalinya dasar pengaturan hukum agraria kepada hukum asli
Indonesia terdapat dalam Pasal 5 UUPA 1960, bahwa :
Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah
hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan
nasional dan negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan
sosialisme

Indonesia

tercantum

dalam

serta

dengan

undang-undang

ini

peraturan-peraturan
dan

dengan

yang

peraturan

perundangan lainnya, segala sesuatu dengan mengindahkan unsurunsur hukum pada hukum agama.

Kemudian dalam UUPA diatur dan sekaligus ditetapkan tata


jenjang atau hirarki hak-hak penguasaan atas tanah dalam hukum tanah
nasional kita, yaitu :
1. Hak Bangsa Indonesia, yang disebut dalam Pasal 1, sebagai hak
penguasaan tanah yang tertinggi beraspek perdata dan publik.
2. Hak Menguasai dari negara, yang disebut dalam Pasal 2, semata-mata
beraspek publik.
3. Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat, yang disebut dalam Pasal 3,
beraspek perdata dan publik.
3. Hak-hak perorangan/individual, semuanya beraspek perdata, terdiri
atas :
a. Hak-hak atas tanah sebagai hak-hak individual yang semuanya
secara langsung ataupun tidak langsung bersumber pada. Hak
Bangsa, yang diubah dalam Pasal 16 dan 53.
b. Hak jaminan atas tanah yang disebut Hak Tanggungan dalam
Pasal 25, 33, 39, 51.
2.3 Tinjauan Tentang Redistribusi Tanah
Redistribusi tanah adalah pembagian tanah-tanah yang
dikuasaioleh negara dan telah ditegaskan menjadi objek landreform
yang diberikankepada para petani penggarap yang telah memenuhi
syarat ketentuan Peraturan Pemerintah No. 224 Tahun 1961. Dengan
tujuan untuk memperbaiki keadaan sosial ekonomi rakyat dengan cara
mengadakan pembagian tanah yang adil dan merata atas sumber
penghidupan rakyat tani.
Petani-petani yang berhak menerima redistribusi itu adalah
mereka yang telah memenuhi syarat dan prioritas menurut ketentuan
Pasal 8 dan 9 Peraturan Pemerintah No. 224 Tahun 1961 seperti berikut
ini:5
(1) Penggarap yang mengerjakan tanah yang bersangkutan
(2) Buruh tani tetap pada bekas pemilik, yang mengerjakan tanah
5 Suardi, Hukum Agraria, IBLAM, Jakarta, 2005, hal. 125.

yang bersangkutan
(3) Pekerja tetap pada bekas pemilik tanah yang bersangkutan
Penggarap yang belum sampai 3 (tiga) tahun mengerjakan
Tanah yang bersangkutan
(4) Penggarap yang mengerjakan tanah hak pemilik
(5) Penggarap tanah yang oleh pemerintah diberi peruntukan lain
berdasarkan Pasal 4 Ayat (2) dan (3)
(6) Penggarap yang tanah garapannya kurang dari 0,5 (setengah)
Ha
(7) Pemilik yang luas tanahnya kurang dari 0,5 (setengah) ha
(8) Petani atau buruh tani lainnya.
Apabila terdapat petani yang berada dalam prioritas sama, maka
mereka mendapat pengutamaan dari petani lainnya, yaitu:
(1) Petani yang mempunyai ikatan keluarga sejauh tidak lebih
dari duaderajat dengan mantan pemilik, dengan ketentuan
sebanyakbanyaknya 5 (lima) orang.
(2) Petani yang terdaftar sebagai veteran.
(3) Petani janda pejuang kemerdekaan yang gugur.
(4) Petani yang menjadi korban kekacauan.
Selain harus memenuhi daftar prioritas seperti tersebut di atas petani
calon penerima redistribusi tanah harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
(1) Syarat umum
a. Warga negara Indonesia
b. Bertempat tinggal di kecamatan tempat tanah itu terletak dan kuat
bekerja di bidang pertanian
(2) Syarat khusus
a. Petani-petani yang tergolong dalam urutan prioritas butir (1) sampai
dengan (7) telah mengerjakan tanah yang bersangkutan sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun berturut-turut
b. Petani yang tergolong dalam prioritas butir (2) telah mengerjakan
tanahnya 2 (dua) musim berturut-turut
c. Para pekerja yang tergolong dalam prioritas butir (3) telah bekerja
pada mantan pemilik selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan sifat penelitian
Penelitian ini merupakan pendekatan

yuridis-empiris.

Pendekatanyuridis digunakan untuk menganalisis berbagai peraturan


perundangundangan
landreform.

terkait

dengan

Sedangkanpendekatan

redistribusi
empiris

tanah

obyek

digunakan

untuk

menganalisis hukum yang dilihat sebagai perilaku masyarakat yang


berpola dalam kehidupan masyarakat yang selalu berinteraksi dan
berhubungan dalam aspek kemasyarakatan.
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai pada penelitian
ini, maka hasil penelitian ini nantinya akan bersifat deskriptif analitis
yaitu

memaparkan,

menggambarkan

atau

mengungkapkan

redistribusi tanah obyek landreform. Hal tersebut kemudian dibahas


atau dianalisis menurut ilmu dan teori-teori atau pendapat peneliti
sendiri, dan terakhir menyimpulkannya
3.2 Data dan sumber data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
yang tidak diperoleh dari sumber pertama yang bisa diperoleh dari
dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian, laporan, buku
harian, surat kabar, makalah, dan lain sebagainya. Data sekunder
dalam penelitian ini dapat dibagi atas 3 kelompok besar, yaitu :
a

Bahan hukum primer yang penulis peroleh dari beberapa peraturan


perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Bahan hukum sekunder diperoleh penulis dari keterangan, kajian,

analisis tentang hukum positif seperti skripsi, makalah seminar,dll.


c

Bahan hukum tertier yang dipergunakan penulis sebagai bahan


yang mendukung, memberi penjelasan bagi bahan hukum sekunder
seperti Kamus Besar Indonesia,Kamus Bahasa Inggris, dan Kamus
Hukum.

3.3 Metode pengumpulan data


Alat-alat pengumpulan data, pada umumnya dikenal tiga jenis alat
pengumpulan data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan
atau observasi, dan wawancara atau interview (Soekanto, 2007 : 50).
Berdasar pendekatan yang dipergunakan dalam memperoleh data, maka
alat pengumpulan data yang dipergunakan adalah :
a. Studi kepustakaan dan dokumen
Dalam

penelitian

ini,

penulis

mempergunakan

metode

pengumpulan data melalui studi dokumen/ kepustakaan ( library research )


yaitu dengan melakukan penelitina terhadap berbagai sumber bacaan
seperti buku-buku yang berkaitan dengan pidana mati, psikologi, pendapat
sarjanah, surat kabar, artikel, kamus dan juga berita yang penulis peroleh
dari internet.
b. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya
atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan

menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)


(Nazir, 1988 : 234).
Wawancara dipergunakan dengan tujuan-tujuan sebagai berikut :
1
2
3

Memperoleh data mengenai persepsi manusia


Mendapatkan data mengenai kepercayaan manusia
Mengumpulkan data mengenai perasaan dan motivasi seseorang

(atau mungkin kelompok manusia)


Memperoleh data mengenai antisipasi ataupun orientasi ke masa

5
6

depan dari manusia


Memperoleh informasi mengenai perilaku pada masa lampau
Mendapatkan data mengenai perilaku yang sifatnya sangat pribadi
atau sensitif (Soekanto, 2007 : 67).

Daftar Pustaka
Hustiati, 1990. Agraria Reform di Philipina dan Perbandingannya
dengan
Landreform di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 1990.
Jaya. Nyoman Budi. 1989. Tinjauan Yuridis tentang Redistribusi Tanah
Pertanian dalam Rangka Pelaksanaan Landreform, Liberty,
Yogyakarta.
Ladejinsky. W, 1980. Agrarian Reform in Asian, Leiden.

Setiawan, 1997. Konsep Pembaharuan Agraria, Sebuah Tinjauan


Umum,
Reformasi Agraria Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Suardi, 2005. Hukum Agraria, IBLAM, Jakarta.


UU No. 5 Tahun 1960 tentang UUPA

Anda mungkin juga menyukai