Anda di halaman 1dari 6

KONFLIK KEBIJAKAN PERTAMBANGAN,

PEMERINTAH DENGAN MASYARAKAT


KECAMATAN BONTOCANI KABUPATEN BONE

NAMA : ANDI AKBAR


NIM : 105031105720

PRODI MAGISTER ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
“Latar belakang”

dalam pengusahaan bahan galian (tambang), pemerintah dapat melaksanakan sendiri dan/atau
menunjuk kontraktor apabila diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang tidak atau
belum dapat dilaksanakan sendiri oleh instansi pemerintah. (Uu no.3 tahun 2020)

• Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang diterbitkan ini sontak membuat sebagian
masyarakat yang bermukim di lingkar tambang menolak adanya pertambangan tersebut.
• Penolakan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat didasari juga oleh beberapa
peraturan perundang undangan yang diduga dilanggar oleh pemerintah daerah Kabupaten
Bone Yakni UU No 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya dan UU No 32 Tahun 2009
pasal 1 ayat (2) Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Potensi dampak keberadaan tambang terhadap kondisi kehidupan masyarakat di sekitar lingkar
tambang

Konflik pertambangan ini terjadi sejak akhir tahun 2020 hingga sekarang, berawal dari kehadiran salah
satu perusahaan tambang yang hendak melakukan eksplorasi tambang di wilayah Kecamatan Bontocani
Kabupaten Bone tepatnya di Desa Bontojai dan Desa Bulusirua.

1. Dampak lingkungan hidup dan kesehatan

Struktur bawah tanah yang merupakan konsesi pertambangan PT. Emporium Bukit Marmer yang
mencapai 126,5 Ha terdapat gorong-gorong yang memiliki pasokan air (mata air) untuk kebutuhan warga
di Desa Bontojai dan Desa Bulusirua. Dengan adanya aktivitas pertambangan akan menghilangkan mata
air warga akibat tanah yang berpotensi memutus saluran air. Selain itu, daerah pertambangan berada
pada Kawasan hulu DAS Walanae yang merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat dan makhluk
hidup yang menetap di sekitaran sungai. Sungai Walanae telah menjadi sumber mata air untuk rumah
tangga dan irigasi pertanian warga. Sungai Walanae menjadi sumber mata air bendungan Sanrego yang
merupakan saluran irigasi untuk sawah di Desa Sanrego Kecamatan Kahu dan sekitarnya yag dikenal
sebagai salah satu daerah lumbung padi.
2. Dampak bencana alam

Pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone tahun 2012-2023, Kecamatan Bontocani masuk
dalam kategori Kawasan rawan longsor. Aturan ini jelas pada Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor
2 Tahun 2013 tentang RTRW pasal 34 ayat 4. Selain itu jenis tanah yang gampang terjadi erosi,
mengakibatkan belum beroperasinya tambang saja sudah sering terjadi longsor di Desa Bulusirua yang
merupakan wilayah aktivitas perkebunan warga.

3. Dampak ekonomi

Dengan adanya perusahaan pertambangan batubara yang beroperasi diwilayah Kecamatan Bontocani,
membuka kesempatan kerja bagi masyarakat lokal. Berdasarkan wacana pihak pemerintah daerah terkait
dan pihak perusahaan tambang kehadiran perusahaan pertambangan marmer memberikan dampak positif
terhadap kesempatan bekerja masyarakat pada sektor pertambangan, tetapi tetap berdasarkan pada
riwayat pendidikan dan keahlian masing-masing. Meskipun demikian, persepsi masyarakat terhadap
perusahaan pertambangan marmer tersebut masih cenderung tidak memiliki dampak yang positif
4. Dampak terhadap situs sejarah
Situs sejarah merupakan daerah dimana ditemukan benda-benda purbakala. Benda-benda purbakala yang
bersejarah tersebut diantaranya: istana-istana, makam, masjid, candi, dan lain sebagainya yang telah diakui
negara. Jika ditinjau dari tempat situs sejarah, ada dua gua atau leang yang masuk dalam WIUP perusahaan
(leang Biccu dan leang ondungan) yang akan mengalami kerusakan dimana ke-dua leang tersebut memiliki
jalur yang cukup panjang dan memiliki sumber air. Selain itu juga, di sekitar lokasi pertambangan terdapat
beberapa gua yang menyimpan catatan sejarah dan budaya yang sangat penting bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan gua yang termasuk dalam kategori tertua yang ada di Asia.
Upaya resolusi konflik antara masyarakat dan pemda terkait pertambangan

• Upaya resolusi konflik adalah proses untuk mencapai keluaran konflik dengan menggunakan metode
resolusi konflik. Metode resolusi konflik adalah proses manajemen konflik yang digunakan untuk
menghasilkan keluaran konflik. Metode resolusi konflik bisa dikelompokkan menjadi pengaturan
sendiri oleh pihak-pihak yang terlibat konflik (self regulation) atau melalui pihak intervensi pihak
ketiga (third party intervention). Resolusi konflik melalui pengaturan sendiri terjadi jika para pihak
yang terlibat konflik berupaya menyelesaikan sendiri konflik mereka.

• Menurut Nasikun pola penyelesaian konflik dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan,
diantaranya: Negosiasi, konsiliasi, mediasi, dan arbitrasi.Adapun usaha penyelesaian atau upaya
resolusi konflik yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan pihak penambang dalam kasus eksplorasi
tambang di Kecamatan Bontocani kabupaten Bone ini yakni Negosiasi. Menurut Nasikun, Negosiasi
adalah proses tawar-menawar dengan jalan berunding guna mencapai kesepakatan bersama antara satu
pihak dengan pihak lain. Negosiasi juga merupakan komunikasi dua arah yang dirancang untuk
mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak yang memiliki berbagai kepentingan yang sama
maupun berbeda.

Anda mungkin juga menyukai