Anda di halaman 1dari 11

DAMPAK DARI PERTAMBANGAN DI WAWONII

KELOMPOK VII:

SISWANTO C1B120129 (ketua kelompok)

SUGIANTI C1B120133

ILHAM ALRAHMAN C1B120009

AGUNG ARFAN C1B120033

WINDASARI C1B120141

MARHUMI C1B120097

NURUL RAHMA C1B120019

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang memiliki potensi kekayaan alam


yang cukup melimpah. Sehingga para pecinta bisnis terpancing dan banyak berdatangan
di berbagai daerah, baik dari dalam Negeri maupun dari luar Negeri. Salah satu daerah
yang mempunyai potensi kekayaan alam tersebut adalah daerah wawonii. Daerah ini
merupakan sebuah pulau yang baru saja terbentuk menjadi satu kabupaten yakni
Kabupaten Konawe Kepulauan. Wilayah pulau Wawonii1 berada dalam provinsi
Sulawesi Tenggara di Kabupaten Konawe. Luas wilayah daratan pulau Wawonii
seluruhnya 86,761 kilo meter bujur sangkar. Wilayah tersebut terbagi dalam 4 (empat)
kecamatan dan 50 (lima puluh) desa/kelurahan.

Letak Geografis pulau Wawonii berada di perairan Laut Banda, dengan batas-
batas wilayah bagian Utara : kompleks hutan Lasalimu, bagian Selatan : teluk Pasarwajo,
bagian Barat : kompleks hutan Sampolawa, dan bagian Timur : teluk Pasarwajo atau Laut
Banda. Adapun mengenai mata pencaharian masyarakat Wawonii yaitu berada pada
pertanian 80% dan nelayan 20 %, yang tersebar pada lima kecamatan dan kurang
lebihnya lima puluh desa.Kondisi masyarakat Wawonii, khususnya Desa Batulu Raya di
saat ini sedang dalam kegelisahan dan/atau ketakutan atas kehadiran investor
pertambangan di wawonii yang di duga keras akan terjadi mala petaka/bencana besar di
Wawonii yang sebelumnya belum pernah terjadi. Seperti contoh kasus lapindo yang
sering terjadi di jawa. Yang mana saat ini Investor pertambangan yang dimaksud sedang
dalam penggarapan disekitar lokasi pertanian, khususnya wilayah Desa Polara.

Hasil investigasi LSM Komnasdesa-Sultra2 mengurai adanya praktik penguasaan


sumber daya alam yang cukup besar di wilayah tersebut, baik sebelum wawonii
dimekarkan maupun pasca pembentukan kabupaten konawe kepulauan menyebabkan
posisi orang wawonii akan semakin terus terjepit, sehingga konflik-konflik vertikal
dikuatirkan sering terjadi. Terbukti dengan hadirnya salah satu perusahaan tambang yang
mengeksploitasi sumber daya alam berupa pasir chrom di wilayah Batulu. Perusahaan
yang masuk kedesa Batulu raya adalah PT Derawan Berjaya Mining (PT. DMB) yang
mendapatkan ijin berdasarkan SK Bupati Konawe No: 53/2007 tanggal 19 Februati 2007,
dengan luas KP: 10.070 Ha. Dimana pada waktu itu wilaya pulau Wawonii masuk
kedalam wilayah administratif Kabupaten Konawe.

Dalam menghadapi investasi pertambangan, Masyarakat Batulu pada waktu itu


terjadi pro-kontra antara menerima dan menolak pertambangan pasir chrom lewat PT.
DBM. Dalam situasi demikian, masyarakat Batulu akhirnya menerima kehadiran PT
DBM dengan catatan perusahaan dapat memenuhi poin kesepakatanperjanjian bersama
masyarakat. Sayangnya, selama delapan tahun beroperasi semua janji perusahaan urung
ditempati. Beberapa kali warga mempertanyakan

realisasi dari perjanjian tersebut, baik kepada pihak manajemen secara langsung
maupun melalui mediasi pemerintah setempat, tetapi tidak mendapat respon. Dari inilah
sehingga terjadi puncak kemarahan Masyarakat Desa Batulu Raya pada umumnya yang
terbagi atas empat desa, yakni Desa Batulu, Polara, Tondongit dan Waturai

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dan agar penelitian yang dilakukan lebih terarah
dan spesifik, maka yang menjadi rumusan masalah disini yaitu:

1. Bagaimana dampak positif pertambangan terhadap sosial ekonomi masyarakat


Desa Batulu Raya?

2. Bagaimana dampak negatif pertambangan terhadap sosial ekonomi


masyarakat Desa Batulu Raya?
3. Bagaimana Perspektif Islam tentang dampak pertambangan terhadap sosial
ekonomi masyarakat Desa Batulu Raya?

C. Tujuan penelitian
Dengan mengacu pada permasalahan diatas, maka penelitian bertujuan sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui dampak positif pertambangan terhadap sosial ekonomi


masyarakat Desa Batulu Raya.

2. Untuk mengetahui dampak negatif pertambangan terhadap sosial ekonomi


masyarakat Desa Batulu Raya.
3. Untuk mengetahui perspektif Islam tentang Dampak pertambangan terhadap
sosial ekonomi masyarakat Desa Batulu Raya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dampak Dari Pertambangan

Pengaruh sesuatu yang menimbulkan akibat yang cukup hebat sehingga


menyebabkan perubahan. Dampak secara sederhana bisa diartiakan sebagai pengaruh
atau akibat. Dalam setiap keputusan yang diambil seseorang biasanya mempunyai
dampak tersendiri baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Pengertian
dampak menurut KBBI adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik
positif maupun negatif. Sedangkan pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari
sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, Kepercayaan, atau perbuatan
seseorang. Pengaruh juga merupakan suatu keadaan dimana ada hubungan timbal
balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang
dipengaruhi.

Sejak dimekarkan dari Kabupaten Konawe, Pulau Wawonii sesungguhnya


langsung dibebankan sejumlah izin tambang. Terdapat 15 izin tambang diterbitkan
Lukman Abunawas, Bupati Konawe dua periode (2003-2013) saat itu. Izin-izin
tambang itu tersebar di enam kecamatan, mulai dari Kecamatan Wawonii Barat,
Wawonii Tengah, Wawonii Selatan, Wawonii Timur, Wawonii Utara, dan Wawonii
Tenggara. Dari 15 izin tambang itu, sembilan izin diantaranya telah dicabut oleh
Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi pada April 2019 setelah warga dan mahasiswa
menggelar protes besar-besaran. Setelah ditelusuri, izin tambang yang dicabut itu,
sesungguhnya masa aktif izinnya telah kadaluarsa, sehingga tanpa dicabut pun sudah
secara otomatis menjadi ilegal.Sementara, enam izin tambang lainnya sempat
dibekukan, namun pembekuan itu tak memiliki dasar hukum yang jelas, hanya berupa
“memo”

Pasca Pemilihan Presiden - Wakil Presiden dan Pemilihan Anggota Legislatif


pada April 2019 lalu, Indonesia kembali memasuki tahun politik, yakni Pilkada
Serentak pada 9 Desember 2020. Dari 270 daerah yang menggelar Pilkada Serentak
2020 itu, sebanyak 229 daerah di antaranya merupakan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil yang, tak terlepas dari sejumlah masalah, terutama terkait ekspansi
industri ekstraktif, mulai dari industri pertambangan dan migas, industri kehutanan
dan kelapa sawit, industri pariwisata, hingga proyek reklamasi.Aktivitas dari
sejumlah industri tersebut, telah menimbulkan daya rusak yang parah: daratan, pesisir,
dan laut serta sumber air dan pangan warga dihancurkan dan tercemar limbah
tambang, bahkan tak sedikit warga tersingkir dari kampung - ruang hidupnya,
kualitas lingkungan dan kesehatan warga terus merosot, berikut sejumlah warga yang
berjuang menyelamatkan ruang hidup dan hak atas tanah - airnya mengalami
kekerasan dan kriminalisasi, hingga ada yang berakhir di jeruji besi, sebagiannya lagi
kehilangan nyawa.

Lantas, apakah Pilkada Serentak 2020 menghasilkan kepala daerah yang


mampu mengatasi sejumlah persoalan di atas? Ataukah, justru semakin memperparah
kerusakan yang telah ada, sebab, selain terdapat kepentingan oligarki di balik setiap
pasangan calon, juga akibat telah disahkannya UU Minerba No 3 Tahun 2020 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara dan UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
yang memberikan keistimewaan bagi perluasan investasi korporasi?Telah menjadi
rahasia umum, bahwa pesta elektoral seperti pilkada menjadi ajang perebutan kuasa
dan jabatan bagi para elit politik dan pebisnis untuk mendapat kepastian dan jaminan
hukum bagi kenyamanan dan perluasan bisnis mereka di berbagai daerah.Laporan
Direktorat Penelitian dan Pengembangan Komisi Pemberantasan Korupsi (Litbang
KPK) berjudul ”Studi Potensi Benturan Kepentingan Dalam Pendanaan Pilkada
2015” memaparkan, biaya yang dibutuhkan untuk menjadi wali kota/bupati mencapai
Rp 20 – 30 miliar, sedangkan untuk gubernur bisa Rp 20 – Rp 100 miliar.
Selanjutnya, Laporan Harta dan Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN)
menunjukkan total harta kekayaan calon kepala daerah pada 2015 rata-rata hanya Rp
Untuk tanaman pangan sendiri, per 2018 terdapat lima jenis tanaman yang utama
yaitu: padi, jagung, kacang kedelai, kacang hijau, dan ubi kayu. Sementara untuk
sektor perkebunan, jambu mete adalah komoditi perkebunan terbesar. Pada tahun
2018, luas areal tanaman jambu mete mencapai 6.005,75 hektar. Jumlah tersebut jauh
lebih besar dibandingkan dengan luas tanaman kelapa yaitu sebesar 4.400 hektar.
Kecamatan dengan luas tanaman kacang mete terbesar adalah Kecamatan Wawonii
Selatan yaitu sebesar 1.403 hektar.

Sementara wilayah pesisir dan laut Pulau Wawonii ditumbuhi hutan


mangrove yang lebat sehingga sangat mendukung habitat biota laut yang bernilai
ekonomis seperti kepiting bakau dan udang. Selain itu juga berpotensi untuk
pengembangan rumput laut dan ikan kerapu.
B. Solusi

1. Mencabut izin operasi perusahaan pertambangan yang melangar AMDAL

Apabilah kedapatan persuhan terkait dalam hal ini melangar ketentuan amdal,
pemerintah harus bersikap bijak dalam menyikapi hal ini dan harus di lakukan
pemberhentian izin usaha tambang.

2. Setiap perusahan pertambangan perlu melakukan pengawasan yang intensif

Perusahaan pertambangan harus terus melakukan penelitian terhadap endapan


dari pembuangan limbah penambangan apakah aman dilepas ke alam. Sebelum
limbah hasil penambangan dibuang, perusahan harus mengolah terlebih dahulu
limbah tersebut agar nantinya tidak mencemari lingkungan sekitar tambang.

3. Menjaga keanekaragaman hayati di sekitar lokasi pertambangan

Sebagian besar daerah pertambangan berada di lokasi yang mempunyai


beraneka macam tumbuhan dan hewan, perusahan boleh mendirikan perusahaan di
lokasi tersebut dengan syarat telah memperoleh izin dari pemerintah. Terpenting lagi
perusahaan tidak dapat menepati lokasi kawasan konservasi.

4. Perusahan pertambangan wajib melakukan reklamasi

Tentunya pelaksanan reklamasi paska tambang sangat perlu di lakukan,


karena hal inilah yang paling berakibat fatal jikalaub tidak di perhatikan dan tidak di
laksanakan reklamasi.

5. Adanya edukasi terhadap masarakat tentang bahayanya pertambangan ilegal

Hal ini dikarenakan dalam penambangan terdapat limbah hasil tambang dan
biasanya penambang ilegal sudah pasti tidak memikirkan hal itu dan akan berdampak
negativ. Disinilah peran perusahaan dan pemerintah melakukan edukasi terhadap
masarakat tentang bahayanya terhadap lingkungan.
Saya rasa dengan terpenuhinya segala ketentuan yang seharusnya di penuhi
perusahan pertambangan, maka semakin kecil kemungkinan kerusakan lingkungan itu
terjadi. Dan kami sebagai penyambung lidah masyarakat dalam hal ini ( Mahasiswa ),
tidak akan pernah bosan membuka mata pemerintah agar lebih bijak dari mengawasi
perusahan pertambaangan yg ada di Indonesia yg kita cintai ini.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Simpulan dari materi di atas yaitu dampak dari tambang di pulau kecil apalagi
pulau wawonii berdampak besar untuk pulau tersebut dan mencemari kehidupan
masyarakat di wawonii

Saran

Yaitu tidak adanya surat menyetujui dari pihak tertentu untuk membuka
tambang di pulau2 kecil
DAFTAR PUSTAKA

digilib.iainkendari.ac.id pertama kali diindeks oleh Google pada October 2017

·http://digilib.iainkendari.ac.id/1094/2/BAB%20I.pdf

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia adalah organisasi lingkungan hidup


independen, non-profit terbesar di Indonesia.Wikipedia

·https://www.walhi.or.id/dampak-pertambangan-nikel-terhadap-pulau-wawonii

https://www.kompasiana.com/riskamkader0046/5db41700097f36132b0b1552/solusi-
terbaik-dalam-menyikapi-kerusakan-lingkungan-akibat-tambang

Anda mungkin juga menyukai