Anda di halaman 1dari 14

PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN

SAMPAH AKHIR KAWATUNA

Disusun Oleh :

Diva Meytri Kahar B50120070 Moh. Dwi Kurniawan B50120141

Audhi Riski Amalia B50120079 Nur Arifianto B50120144

Siti Nurhaliza B50120085 Ary Prasetya B50120119

Moh. Farid B50120131 Dino Eka Putra B50120129

Abdillah Rachman B50120115 Moh Ahmad Fauzi B50120084

Riski  B50120104 Gunawan B50120130

Irdat B50120088 Moh Ilham S Dampal B5012010

Lisda B50120098

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TADULAKO

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia.

Setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan sampah. Jumlah atau volume

sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material

yang kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat

tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Oleh karena itu

pengelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari pengelolaan gaya hidup

masyarakat. Masalah sampah sudah menjadi topik utama yang ada pada

bangsa kita. Mulai dari lingkungan terkecil sampai kepada lingkupyang

besar. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya penumpukan sampah ini.

Namun yang pasti faktor individu sangatlah berpengaruh dalam hal ini.

Sekarang pertanyaannya bagaimana untuk menyelesaikan masalah

sampah ini. Dan hal inilah yang melatar belakangi kami menulis makalah

bertemakan tentang tentang “Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan

Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA)”. Untuk menjawab hal ini

kami melakukan studi kasus di Tempat Pembuangan Akhir Sampah.

Alasan kami mengambil tempat di Kelurahan Kawatuna adalah karena di

kelurahan Kawatuna merupakan Tempat PembuanganAkhir Sampah di

seluruh kota palu
1.2 Tujuan Penulisan Laporan

Untuk mengetahui kondisi sosial disekitar TPA kawatuna meliputi

kondisi kesehatan, sanitasi, dan juga dampak sampah terhadap mata

pencarian masyarakat sekitar TPA. Selain itu juga bertujuan agar kita

mengetahui apakah pengelolaan lingkungan tempat tinggal masyarakat

disana tetap diperhatikan atau tidak mengingat tempat penelitian kami

adalah TPA Tempat Pembuangan Akhir yang dipenuhi sampah.


B AB II

PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Lokasi

Lokasi yang kelompok kami teliti yakni Tempat Pembungan Sampah

Akhir (TPA) di Kelurahan Kawatuna Kecamatan Mantikulore, Kota Palu,

Sulawesi Tengah, Indonesia.

2.1.1 Sejarah Kelurahan Kawatuna

Kelurahan Kawatuna merupakan bagian dari kecamatan

Mantikulore,tepatnya berada di bagian Timur kota Palu. Letaknya

sangat strategis, yang berada dekat kawasan perkotaan sehingga

memudahkan masyarakat untuk mengikuti perkembangan-

perkembangan yang terjadi di kota. Dengan begitu, keperluan-

keperluan yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, politik

dan ekonomiakan mudah di jangkau oleh masyarakat di Kelurahan

tersebut.

2.1.2 Letak Geografis

Lokasi daerah penelitian ini berada di Kelurahan Kawatuan,

Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah,

tepatnya berada di bagian Timur kota Palu yang berjarak sekitar 6

km dari pusat kota yang apabila ditempuh dengan menggunakan

kendaraan roda dua selama 16 menit. Kecamatan Mantikulore

merupakan sebuah kecematan dari hasil pemekaran yang ada di Kota

Palu dimana secara keseluruhan Kecamatan Mantikulore ini sendiri


memiliki luas sebesar 206,80 Km2 dan Kelurahan Kawatuna itu

memiliki luas sebesar 20,67 Km2. dengan jumlah penduduk sekitar

3.637 jiwa dan 978 kk.

Berdasarkan posisi geografisnya, Kecamatan Mantikulore

memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Palu Utara

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Palu Selatan dan

Kabupaten Sigi

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Palu dan Kecamatan

Palu Timur.

Letaknya sangat strategis, yang berada dekat kawasan

perkotaan sehingga memudahkan masyarakat untuk mengikuti

perkembangan–perkembangan yang terjadi di kota. Dengan begitu,

keperluan–keperluan yang berhubungan dengan kesehatan,

pendidikan, politik dan ekonomi akan mudah di jangkau oleh

masyarakat.

2.1.3 Kondisi Demografis

Berdasarkan data dari kantor Kelurahan Kawatuna jumlah

penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1.850 jiwa dan

jenis kelamin wanita sebanyak 1.781 jiwa dengan jumlah

keseluruhan sebanyak 3.637 jiwa, 978 kk, 16 RT dan 6 RW.

2.1.4 Kondisi Sosial


Kondisi sosial masyarakat kawatuna banyak yang memiliki

pekerjaan sebagai pedagang dan juga berkegiatan berkebun dan juga

kegiatan beternak. Hal ini merupakan bukti dari kondisi alam

kawatuna yang merupakan 2478 hektar wilayah perbukitan dan 813

hektar pegunungan. Kondisi geografis ini memungkinkan penduduk

untuk beternak karena juga disaana memiliki banyak hamparan hijau

untuk pakan ternak. Untuk di TPA sendiri, masyarakat disana

memiliki kondisi sosial yang cukup baik karena antara pengepul

sampah disana, mereka memiliki interaksi yang baik satu sama lain

dan juga sering bergotong royong dalam melakukan pekerjaan

mereka sebagai pengepul sampah

2.1.5 Kondisi Ekonomi

Dari segi pembangunan, Kawatuna masih dalam tahap

perkembangan. Itu di buktikan dengan adanya pembangunan industri

properti, contohnya telahdibangunnya BTN–BTN, bidang peternakan

yang telah berkembang, dan mulaiadanya rencana rencana

penanaman modal oleh investor asing di KelurahanKawatuna. Untuk

para pengepul sampah sendiri, kondisi ekonominya cukup

memprihatinkan karna hasil dari mengepul sampah tidak seberapa

hal ini dibuktikan dengan tempat tinggal mereka yang tidak layak

huni dan juga kebutuhan dasar mereka disana tidak terpenuhi dengan

baik seperti air karena bila kondisi ekonomi mereka baik maka

mereka mampu untuk membayar jaringan air yang tersedia oleh


pemerintah. Untuk tempat tinggal sendiri pemerintah sebenarnya

juga sudah menyiapkan tempat tinggal untuk mereka. Dari hasil

wawancara yang kita lakukan, pegawai kelurahan menyatakan bahwa

mereka juga sudah menyediakan tempat tinggal untuk mereka tapi

berdasarkan pengakuan mereka, para pengepul sampah itu sendiri

yang tidak menginginkan tempat tinggal itu karena beralasan bahwa

itu dapat menghambat pekerjaan mereka disebabkan tempat tinggal

yang letaknya jauh dari TPA kawatuna yang menjadi tempat mereka

untuk mencari sampah. Kasus ini juga membuktikan hal lain bahwa

mereka kesulitan dalam segi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan

akomodasi mereka untuk bekerja sehari-hari karena mereka menolak

untuk pindah tempat tinggal berarti mereka tidak memiliki

kemampuan untuk mengeluarkan uang untuk membeli kendaraan

ataupun membayar angkutan umum untuk berpindah dari tempat

tinggal ke TPA kawatuna.

2.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan deskripsi tentang kelurahan Kawatuna tersebut,

kelompok kami tertarik untuk mengadakan studi kasus yang mengangkat

tema tentang “Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Tempat

Pembuangan Sampah Akhir (TPA)” Kawatuna.

Seiring dengan perkembangan waktu jumlah penduduk yang

berada di Kota Palu juga semakin bertambah, dengan demikian maka

sampah yang akan dihasilkan akan semakin banyak pula apabila tidak
dikelolah dengan baik dan benar. TPA Sampah Kawatuna telah dibangun

dalam kurun waktu yang cukup lama dengan luas pada umumnya sebesar

20 Ha. Setiap hari sampah yang masuk ke TPA ini sekitar 87 unik truk

dimana tiap truknya mengangkut sampah sekitar 5m3 . Dalam sehari truk

tersebut dapat mengangkut sampah ke TPA sebanyak 3 kali sehingga

sampah yang masuk ke TPA tersebut dalam seharinya sekitar 600m3 /hari.

Dari hasil penelitian yang kami lakukan, sampah – sampah yang di

buang di Kawatuna ternyata memberikan berbagai dampak terhadap

masyarakat yang tinggal di lingkungan TPA sampah atau masyarakat di

Kelurahan Kawatuna itu sendiri. Adapun dampak – dampak yang

ditimbulkan yakni berupa dampak positif dan dampak negatif, meskipun

yang mendominasi adalah dampak negatifnya. Masyarakat yang

kehidupannya di bawah garis rata – rata, dalam hal ini masyarakat yang

miskin yang bertempat tinggal di sekitaran TPA sampah di Kelurahan

Kawatuna menganggap bahwa TPA tersebut memberikan dampak positif

bagi mereka, karena dengan adanya TPA tersebut dapat memberikan

lapangan pekerjaan terhadap mereka ( para pemulung), sehingga dapat

menghasilkan uang yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan

sehari – hari, walaupun sebenarnya kesehatan mereka akan menjadi

korban dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh sampah tersebut.

Dalam hal ini berbagai dampak negatif sangat berpengaruh

terhadap kehidupan masyarakat di Kelurahan Kawatuna. Dampak negatif

yang sering dikeluhkan oleh masyarakat yakni bau – bau tak sedap dari
sampah yang sangat menyengat, yang dapat mengganggu sistem

pernapasan mereka, belum lagi sampah dari bangkai – bangkai hewan

yang di bawa oleh lalat – lalat yang menyebar di lingkungan rumah –

rumah masyarakat yang mengakibatkan timbulnya penyakit.

Banyaknya sampah yang di buang oleh masyarakat Kota Palu

tersebut, perharinya, sangat memberikan rezeki sendiri bagi para

pemulung untuk menghidupi keluarganya. Sinta misalnya, salah seorang

ibu rumah tangga yang tinggal di Daearah Lasoani dan kami jumpai di

TPA Kawatuna mengataakan, dirinya datang ke lokasi TPA setiap hari

dari jam 08:00 sampai pukul 18:00 untuk mengumpulkan sekaligus

memisahkan sampah plastik seperti botol air mineral, dan kertas kemudian

dia menjualnya kembali dan menghasilkan uang, demi mendapatkan

sesuap nasi untuk menghidupi keluarganya hal ini membuat Ibu Sinta

berpikir bahwa TPA Kawatuna sudah cukup efektif apalagi ditambah

lokasinya yang cukup jauh dari pusat Kota Palu dan wilayahnya sangat

luas. Ibu Sinta datang bekerja memulung sampah dengan membawa anak-

anaknya, tentu saja hal ini membuat kami khawatir akan Kesehatan yang

dialami oleh Ibu Sinta dan keluarga, namun ternyata setiap hari Selasa ada

dokter yang datang dari Puskesmas untuk mengecek Kesehatan warga di

TPA Kawatuna. Dan juga Ibu Sinta membawa makanan serta minuman

dari rumah sebagai bekal makan siang.


Berbeda dengan Ibu Sinta yang tidak tinggal di TPA Kawatuna,

Bapak Iswanto sudah lama tinggal di TPA Kawatuna, sekitar 10 tahun

lamanya. Bapak Iswanto mengatakan air masih susah untuk didapatkan

apalagi saat cuaca panas. Walaupun di daerah bawah sebelum TPA

terdapat banyak genangan air bersih yang berasal dari mata air namun

aliran yang di dapatkan di atas berbeda jalur dengan yang ada di bawah,

namun air yang didapatkan tetap bersih karena air tersebut berasal dari air

kuala. Pada saat hujan juga air susah didapatkan karena pipa air yang

digunakan bisa saja buntu. Keresahan yang dialami oleh Bapak Iswanto

sendiri mengatakan bahwa masih banyak kekurangan yang dapat dijumpai

di TPA Kawatuna, namun Bapak Iswanto dapat menanganinya dengan

lapang dada. Tidak lupa Bapak Iswanto bercanda akan kekurangan yang

didapatkan bisa berupa kekurangan kantong. Dan selanjutnyaa Bapak

Iswanto berharap Pemerintah dapat lebih sering mengunjungi TPA

Kawatuna dan memperhatikan kondisi daerah sekitar.


Selanjutkan kami juga mewawancarai beberapa tukang yang

sedang bekerja membangun beberapa bangunan yang terdapat di depan

TPA Kawatuna. Salah satunya Bapak Taufik sebagai tukang mengatakan

proyek pembangunan dimulai tahun ini yang diharapkan sudah dapat

digunakan mulai tahun depan. Beberapa bangunan yang sedang dibangun

nantinya akan digunakan sebagai tempat untuk menimbang sampah,

Kantor pengelolahan sampah di Kawatuna, Pos security dan juga

Workshop alat berat yang juga bisa dijadikan bengkel.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi ada perbedaan persepsi antara masyarakat yang bermukim di sekitar

area TPA sampah dan masyarakat yang bermukim agak jauh dari area

lokasi TPA sampah. Karena masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi

TPA sampah dapat memberikan keuntungan (sebagai mata pencarian /

lapangan pekerjaan), sedangkan bagi masyarakat yang bermukim agak

jauh dari area TPA, lebih banyak memberikan dampak negatif.

3.2 Saran

Kami menyarankan agar pemerintah bisa mengantisipasi dampak dampak

negatifnya terhadap masyarakat dan juga lebih banyak bersosialisasi

kepada masyarakat terhadap sampah dan limbah yang dihasilkannya.

Sehingga dapat terjadi kerjasama antara masyarakat dan pemerintah dalam

menanggulangi dampak negatif yang ditimbulkan.


LAMPIRAN

A. Daftar Pertanyaan

1. Sejak kapan Bapak/Ibu tinggal disini?

2. Apabila tidak tinggal disini, Dimana Bapak/Ibu tinggal?

3. Dari jam berapa Bapak/Ibu mulai mengelolah sampah disini?

4. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengelolah sampah dengan baik?

5. Sampah kan dapat menyebabkan penyakit apabila tidak dibersihkan

dengan benar. Penyakit apa saja yang pernah dialami?

6. Menurut Bapak/Ibu apakah TPA Kawatuna sudah cukup efektif?

7. Apakah air yang didapatkan disini juga ikut tercemar?

8. Keresahan apa saja yang Bapak/Ibu alami disini?

9. Beberapa bangunan yang sedang dibangun ini, nantinya akan

digunakan sebagai apa?

10. Apa harapan yang ingin disampaikan Bapak/Ibu?

B. Daftar Narasumber

No Nama Pekerjaan Umur

1. Sinta Ibu Rumah Tangga 35 Tahun

2. Iswanto Pemulung 40 Tahun

3. Taufik Tukang 27 Tahun


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai