Anda di halaman 1dari 77

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

PT. Pegadaian merupakan sebuah BUMN di Indonesia yang usaha intinya

dibidang jasa penyaluran kredit kepada masyarakat atas dasar hukum gadai yang

berkantor pusat di Jakarta, Indonesia. Sebagaimana yang diketahui, pegadaian

memberikan kemudahan bagi masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya yang banyak mengalami masalah khususnya masalah ekonomi. Lembaga

pembiayaan tersebut menjadi tujuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

pembiayaannya baik itu dalam bentuk penyediaan dana maupun barang modal.

Sebelum pegadaian memberikan pinjaman dalam bentuk kredit kepada

nasabah, tentu dalam sebuah lembaga pembiayaan memiliki prosedur, maka

pegadaian terlebih dahulu melakukan analisis kredit dengan memberikan prosedur-

prosedur pemberian kredit kepada nasabah agar meyakinkan pihak pegadaian bahwa

nasabah tersebut dapat dipercaya. Analisis prosedur pemberian kredit biasanya

mencakup biodata atau latar belakang nasabah, prospek usahanya, jaminan yang

diberikan dan faktor lainnya. Tujuan analisis ini agar perusahaan yakin bahwa kredit

yang diberikan kepada nasabah benar-benar aman.

Pemberian kredit tanpa analisis terlebih dahulu sangat membahayakan

perusahaan. Seperti pernah terjadi di PT. Pegadaian, nasabah memberikan data-data

yang fiktif, memberikan jaminan yang tidak layak ataupun palsu salah satunya,

jaminan emas palsu atau perhiasan tiruan yang dilapis emas. Sehingga sebenarnya

kredit tersebut tidak layak untuk diberikan. Akibatnya, jika tidak dilakukan analisis

atau salah dalam menganalisis, maka kredit yang diberikan akan sulit untuk ditagih

1
2

alias macet. Namun, faktor salah analisis ini bukanlah penyebab utama timbulnya

kredit macet walaupun sebagian besar kredit macet terjadi karena salah dalam

analisis. Penyebab lainnya bisa disebabkan oleh bencana alam yang tidak dapat

dihindari oleh nasabah.

Untuk menanggulangi kredit macet, maka dilakukanlah analisis keputusan

kredit. Hal ini sangatlah penting dan sudah ada prosedurnya dari pegadaian

dijalankan oleh masing-masing sumber daya manusia pelaksana cabang dan unit

pembantu cabang. Dilakukannya analisis keputusan kredit merupakan suatu upaya

perusahaan yang tujuannya agar tidak mengalami kerugian atau meminimalisirkan

kerugian yang terjadi.

Dapat dipahami bahwa kredit menurut Tucker adalah perpindahan suatu

yang berharga kepada orang lain, baik berupa uang, barang ataupun jasa-jasa, dengan

keyakinan bahwa ia akan berkemauan dan berkemampuan untuk membayar

imbangannya pada suatu hari mendatang.1 Mengingat kredit yang diberikan

mengandung resiko, untuk itu diperlukan adanya jaminan (agunan) yang menyangkut

harta benda milik nasabah debitur atau dapat juga milik pihak ketiga yang merupakan

jaminan tambahan untuk mengamankan penyelesaian kredit.

Agunan atau jaminan menurut pasal 1 ayat 23 UU No. 10 tahun 1988

adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam

rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah. 2

Sebagaimana halnya orang atau badan usaha yang akan menjadi calon debitur, maka

barang yang diserahkan sebagai jaminan harus di analisis mengenai legalitas dan

1
Julius R. Latumaerissa, Manjamen Bank Umum (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014), h.
119.
2
Syamsu Iskandar, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (t.t.: IN MEDIA, t.th.), h. 132.
3

status barang jaminan yang dapat mempengaruhi keputusan kredit tersebut. Dimana

keputusan adalah dianggap sebagai suatu hasil dari proses yang telah

dipertimbangkan digunakan untuk memilih suatu tindakan yang tepat dalam

memecahkan suatu masalah.

           


”Artinya: Jika kamu dalam perjalanan sedangkan kamu tidak memperoleh

seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang

berpiutang).”(QS. Al-Baqarah : 283) 3

Salah satu bentuk lembaga jaminan yang telah digunakan di Indonesia

sejak zaman penjajahan suatu bentuk jaminan yang lahir dari yurisprudensi menjadi

alur hukum yang konkrit dalam perundang-undangan yang ekstensinya telah

dikukuhkan dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

Salah satu jaminan kredit atas benda bergerak adalah kendaraan bermotor. Yang

dimaksud dengan kendaraan bermotor disini mobil dengan berbagai jenis, tipe, dan

merk. Yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan Raya, yang menyebutkan bahwa kendaraan bermotor

adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan tekhnik yang berada diatas

atau pada kendaraan itu.

Apabila kendaraan bermotor yang diajukan sebagai jaminan kredit maka,

yang harus dimintai oleh Kreditor adalah Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor

(BPKB), 3 lembar blanko yang ditandatangani oleh nama yang tertera di BPKB,

Kartu Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), dan Surat Nikah.4 Adapun perusahaan

Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 283.


3

Nur Adi Kumaladewi, “Eksekusi Kendaraan Bermotor Sebagai Jaminan Fidusia Yang
4

Berada Pada Pihak Ketiga” , Universitas Sebelas Maret, Vol. II, No. 2 , 2015, h. 61.
4

yang menjadi objek penelitian adalah PT. Pegadaian Persero Cabang Watampone

yaitu suatu perusahaan yang bergerak dibidang pengkreditan. Perusahaan ini

memiliki berbagai macam produk, dimana produk utamanya terdiri dari KCA,

Krasida, Kreasi, dan masih banyak lagi. Adapun penelitian yang akan di analisis lebih

mengkhusus pada produk Kreasi. Pada produk KREASI memberikan dana kredit

kepada usaha mikro kecil (UMK) dan menengah (UMKM) dengan cara memberikan

barang jaminan berupa BPKB mobil atau motor yang dimilikinya.

Alasan peneliti dalam mengambil judul tersebut dikarenakan dalam

mempertahankan dan memenuhi kebutuhan hidup dikalangan masyarakat umum

khususnya masalah ekonomi, banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi maka

masyarakat melakukan hutang piutang dengan memberikan jaminan barang untuk

dijadikan agunan agar dapat memenuhi syarat pemberian fasilitas kredit. Dengan

mengambil judul tersebut juga peneliti berharap agar dapat membantu pembaca dan

masyarakat umum dalam mengetahui tentang tata cara/mekanisme dalam pemberian

kredit pada PT. Pegadaian Persero Cabang Watampone.

Dari pernyataan diatas untuk menghindari resiko kredit dibutuhkan agunan

yang mempengaruhi keputusan perusahaan untuk menyetujui pengajuan kredit oleh

nasabah. Untuk itu dari berbagai uraian diatas maka penulis berkeinginan untuk

meneliti dan menulis skripsi dengan judul “Analisis Keputusan Kredit Agunan

Surat-Surat Kendaraan Motor pada PT. Pegadaian Persero Cabang

Watampone”.
5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, permasalahan

yang dapat dirumuskan untuk membatasi adanya perluasan masalah dan untuk

selanjutnya dibahas dan diteliti dalam skripsi adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Prosedur Pemberian Kredit Agunan Surat-Surat Kendaraan Motor

pada PT.Pegadaian Persero Cabang Watampone?

2. Bagaimana Keputusan Kredit Agunan Surat-Surat Kendaraan Motor pada PT.

Pegadaian Persero Cabang Watampone?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

Dengan adanya permasalahan diatas, penelitian yang dilakukan mempunyai

tujuan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemberian kredit agunan surat-

surat kendaraan motor pada PT. Pegadaian Persero Cabang Watampone.

b. Untuk mengetahui bagaimana keputusan kredit agunan surat-surat

kendaraan motor pada PT. Pegadaian Persero Cabang Watampone.

2. Manfaat

Penelitian ini dilakukan dengan kegunaan sebagai berikut :

a. Manfaat Ilmiah

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangsi dan

konstribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.

2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan pembelajaran dan pengalaman

dalam persoalan kehidupan sehari-hari.

b. Manfaat Praktis
6

1) Hasil penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan penulis dan

untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam upaya meraih gelar

sarjana.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu

pengetahuan dan gambaran tentang keputusan kredit agunan surat-surat

kendaraan motor.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian meliputi masalah yang akan diangkat atau diteliti,

melakukan kajian masalah, merumuskan masalah penelitian, menentukan tujuan

penelitian dan menetukan manfaat dari penelitian yang akan dilakukan. 5 Ruang

lingkup penelitian ini bertujuan untuk memperjelas masalah yang akan dibahas dan

untuk mencegah terjadinya pembahasan yang meluas, maka perlu kiranya diberikan

pembatasan cakupan penelitian. Adapun ruang lingkup penelitian ini, yaitu hanya

pada lingkup seputar mengenai kredit agunan surat-surat kendaraan motor pada PT.

Pegadaian Persero Cabang Watampone. Ruang lingkup yang akan di teliti dalam

penelitian ini terfokus pada produk Kreasi yang merupakan produk yang paling

diminati oleh masyarakat yang prosesnya sangat sederhana dan cepat.

E. Sistematika Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini akan disistematika menjadi lima bab yang

saling berkaitan satu sama lain. Sebelum memasuki bab pertama akan didahului

dengan halaman sampul, halaman judul , halaman pernyataan keaslian skripsi,

halaman pengesahan, halaman persetujuan pembimbing, abstrak, halaman kata

pengantar, daftar isi, daftar tabel , daftar gambar, dan daftar lampiran.

5
Febri Endra, Pedoman Metodologi Penelitian: Statistika Praktis ( Sidoarjo: Sifatama
Jawara, 2017), h. 53.
7

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi,latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang kajian penelitian terdahulu, kajian teori, dan

kerangka pikir.

BAB III. METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang jenis dan pendekatan penelitian, lokasi dan waktu

penelitian, data dan sumber data, subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan

data, dan teknik analisis data.

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil penelitian berupa jawaban dari pertanyaan yang

telah diajukan pada bagian rumusan masalah. Dan pada bagian pembahasan, hasil

penelitian yang telah ditampilkan sebelumnya diuraikan, dibahas sesuai dengan

kajian pustaka yang telah ditentukan pada bab II dan dianalisis dengan menggunakan

teknik analisis yang telah ditentukan pada bab III.

BAB V. PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian serta implikasi penelitian yang

muncul berdasarkan penelitian tersebut. Kesimpulan merupakan intisari dari bahasan-

bahasan yang telah dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya yang ditulis dengan

kalimat-kalimat yang ringkas, padat, dan tegas. Dalam bab ini dimuat pula implikasi

dari penelitian yang telah dilakukan dalam bentuk saran-saran yang dipandang perlu,

baik yang bersifat teoritis maupun praktis, berkaitan dengan pokok masalah yang

dibahas.
8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Penelitian Terdahulu

Beberapa sumber sebagai bahan yang berkaitan dengan analisis keputusan

kredit agunan surat-surat kendaraan motor di pegadaian untuk memastikan bahwa

pokok permasalahan yang akan diteliti berbeda dengan penelitian sebelumnya.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sumiati Dianstuti 2016 dengan judul “

Analisis Manajemen Kredit Untuk Meningkatkan Profitabilitas pada PT.

Pegadaian (persero) Kanwil di Kota Makassar”. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa untuk meningkatkan profitabilitas diperlukan adanya

tambahan modal kerja dan penentuan strategi yang tepat, diperlukan kerja

sama yang baik dalam prosedur perkreditan agar tidak ada satupun yang

terlewatkan, analisis 2 C pada kredit KCA dan 6 C pada kredit KUMK agar

lebih difokuskan lagi pada collateral (jaminan) karena digunakan untuk

menutup hutang bila nasabah wanprestasi. Hasil dari performance Analysis

perkreditan menunjukkan bahwa Cash Ratio dinyatakan likuid pada tahun

2013. Loan to asset Ratio menunjukkan adanya peningkatan dalam memenuhi

kredit nasabah dalam periode 5 tahun terakhir. Proses pengumpulan piutang

paling cepat tahun 2014. ROA, BOPO, dan NPM, menunjukkan bahwa laba

yang didapatkan pegadaian Kanwil Makassar terus mengalami peningkatan

dari tahun 2011 sampai 2015, ini berarti pegadaian Kanwil dikota Makassar

semakin baik dalam menjalankan semua kegiatan operasionalnya.6


Sumiati Dianstuti, “Analisis Manajemen Kredit untuk Meningkatkan Profitabilitas pada
6

PT. Pegadaian (persero) Kanwil diKota Makassar” dalam skripsi penelitian Universitas Negeri
Makassar 2016.

8
9

Adapun perbedaan dengan penelitian penulis adalah pada penelitian ini lebih

memfokuskan pada prinsip Collateral sedangkan penelitian yang dilakukan

penulis lebih fokus ke Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Gusti Bagus Fradita Anggriawan, Nyoman

Trisna Herawati, dan Gusti Ayu Purnamawati 2017 dengan judul “Analisis

Prinsip 5C dan 7P dalam pemberian Kredit untuk Meminimalisir Kredit

Bermasalah dan Meningkatkan Profitabilitas (Studi Kasus Pada PT BPR Pasar

Umum Denpasar-Bali)”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Analisis 5C

dan 7P ini dinilai sudah sangat efektif guna untuk mengetahui layak atau tidak

layaknya kredit yang diberikan ke calon debitur, tetap melakukan pembinaan,

mengecek langsung ke lokasi usaha debitur untuk mengetahui apa penyebab

kredit bermasalah, keuntungan yang diperoleh terutama dalam bentuk bunga

yang diterima bank sebagai biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada

debitur. Untuk kendala-kendala yang di alami yaitu tanah yang belum

bersertifikat yang dijadikan jaminan hak tanggungan dalm perjanjian kredit

oleh debitur. Untuk faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kredit

bermasalah yaitu pertama nasabah mengalami penurunan omset penjualan

usahanya, nasabah mengalami musibah terkena sakit, terkena PHK. Kendala-

kendala penyebab utama dari kegagalan PT. BPR. Pasar Umum dalam

meningkatkan profibilitas karena adanya masalah pada kualitas asset yang

bisa disebut kredit bermasalah (non performing loan/ NPL).7

7
Gusti Bagus Fradita Anggriawan, Nyoman Trisna Herawati, dan Gusti Ayu Purnamawati,
“Analisis Prinsip 5C dan 7P dalam Pemberian Kredit untuk meminimalisir Kredit Bermasalah dan
Meningkatkan Profitabilitas ( Studi Kasus pada PT. BPR Pasar Umum Denpasar-Bali)”, Universitas
Pendidikan Ganesha,Vol. 8 No. 2 Tahun 2017.
10

Adapun perbedaan dengan penelitian penulis adalah pada penelitian ini

menggunakan 5C dan 7P sedangkan penelitian yang dilakukan penulis lebih

fokus ke 5C.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Azizah 2015 dengan judul”

Implementasi 5C pada Pembiayaan Murabahah di KJKS BMT EL Amanah

Kendal”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa KJKS BMT EL Amanah

juga menggunakan prinsip 5C dalam menilai nasabah, sehingga bisa

menentukan apakah pengajuan pembiayaan yang diajukan nasabah disetujui

atau ditolak. Dalam pelaksanaannya, KJKS BMT EL Amanah sangat

mengutamakan pada tiga poin yaitu: character, capacity, dan collateral dari

nasabah. Sedangkan poin capital dan condition of economy mendapatkan

porsi yang lebih sedikit dari pada ketiga poin tersebut. Dalam implementasi

pembiayaan di KJKS BMT El Amanah Kendal, selain menggunakan prinsip

5C, pihak BMT juga mempunyai nilai tambah yaitu apabila nasabah tersebut

sudah menjadi mitra yang loyal (setia) di KJKS BMT El Amanah maka pihak

BMT akan lebih memudahkannya, karena nasabah tersebut sudah memiliki

loyalitas (kesetiaan) dengan KJKS BMT El Amanah Kendal.8

Dalam penelitian ini memiliki persamaan yaitu hanya menggunakan prinsip

5C dan memiliki perbedaan dimana penelitian tersebut mengutamakan

character, capacity, dan collateral sedangkan penelitian penulis hanya

mengutamakan character.

B. Kajian Teori

1. Analisis Kredit

8
Nurul Azizah, “Implementasi 5C Pada Pembiayaan Murabahah Di KJKS BMT El
Amanah Kendal”, dalam Skripsi Penelitian UIN Walisongo Semarang 2015.
11

a. Pengertian Kredit

Kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu

dengan pemberian bunga.

Dalam artian luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Begitu pula dalam

bahasa latin kredit berarti “credere” artinya percaya. Maksud dari percaya bagi si

pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang

disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima

kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk

membayar sesuai jangka waktu.9

b. Unsur- Unsur Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit

adalah sebagai berikut:

a) Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa

uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa

datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan

penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara interen maupun eksteren.

Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah

pemohon kredit.

b) Kesepakatan

Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 85-86.
9
12

Disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur

kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini

dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak

dan kewajibannya masing-masing.

c) Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu

ini mencakup masa pengambilan kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut

bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.

d) Risiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu

risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit

semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan

bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh risiko yang

tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa

ada unsur kesengajaan lainnya.

e) Balas jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang

kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi

kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan

syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.10

Dari berbagai unsur-unsur diatas merupakan hal-hal penting yang

terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit. Apabila dengan adanya rasa

percaya antara kedua pihak dan telah sepakat dengan jangka waktu yang telah

10
Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, h. 87-88.
13

ditentukan dalam proses pengembalian kredit maka akan mengurangi risiko yang

akan terjadi dan pihak pemberi kredit akan mendapatkan balas jasa dari penerima

kredit.

c. Jenis Kredit

Berdasarkan penggunaannya, kredit dapat dibedakan menjadi:

a) Kredit Konsumsi

Kredit konsumsi adalah kredit yang diberikan bank kepada pihak

ketiga atau perorangan (termasuk karyawan bank sendiri) dan

dipergunakan untuk kebutuhan konsumsi berupa barang atau jasa dengan

cara membeli, menyewa atau dengan cara lain. Sebagai contohnya adalah

Kredit Kepemilikan Rumah (KPR), Kredit Pemilikan Mobil (KPM), Kartu

Kredit dan Sebagainya.

b) Kredit Modal Kerja

Kredit yang dipergunakan untuk modal kerja perusahaan dalam rangka

pembiayaan aktiva lancar perusahaan, seperti pembelian bahan

baku/mentah, bahan penolong/pembantu, barang dagangan, biaya

eksploitasi barang modal, piutang dan lain-lain. Biasanya kredit ini jangka

pendek atau dibawah satu tahun, dan dapat diperpanjang sesuai dengan

kesepakatan yang ada.

Kredit modal kerja terdiri dari sebagai berikut:

1) Kredit Modal Kerja (KMK) Ekspor

2) KMK Perdagangan Dalam Negeri

3) KMK Industri

4) KMK Perkebunan, Kehutanan, dan Peternakan


14

5) KMK Prasarana/ Jasa-jasa.11

c) Kredit Investasi

Kredit investasi adalah kredit yang diberikan pada usaha-usaha guna

merehabilitas, modernisasi, perluasan, ataupun pendirian proyek baru.

Misalnya untuk pembelian mesin-mesin, bangunan, tanah, maupun pabrik.

Kredit investasi juga digunakan untuk pembelian atau pengadaan barang-

barang modal seperti biasanya kredit investasi.

d) Kredit Menurut Bentuknya

1) Kredit Rekening Koran

Dalam hal ini debitur diberi hak untuk menarik dana rekening

korannya sampai dengan sebesar plafon yang ditetapkan bank. Pelunasan

pokok kredit dilaksankan pada saat jatuh tempo, dengan bunga kredit

secara umum dihitung secara harian berdasarkan bukti debet setiap

bulannya.

2) Installment Loan

Kredit yang angsuran pokok dan bunganya dilakukan secara teratur

menurut jadwal waktu yang telah disepakati antara bank dengan debitur,

dengan nilai konstan selama berlangsungnya masa kredit tersebut.

e) Jenis Kredit Menurut Jangka Waktu

1) Kredit jangka pendek yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1

tahun.

Samsul Amri, “Pengaruh Kredit Bermasalah Terhadap Likuiditas PT. Pegadaian


11

Naasional Produk Syariah”, dalam Skripsi Penelitian Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana
Hasanuddin Banten 2017.
15

2) Kredit jangka menengah yaitu kredit yang berjangka waktu antara satu

sampai dengan tiga tahun.

3) Kredit jangka panjang yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari

tiga tahun.

d. Tujuan Kredit

Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan lepas dari misi bank tersebut.

Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain:

a) Mencari keuntungan yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari

pemberian kredit tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima

oleh bank dan biaya administrasi kredit yang di bebankan kepada

nasabah.

b) Membantu usaha nasabah yaitu untuk membantu usaha nasabah yang

memerlukan dana, agar dapat mengembangkan dan memperluas

usahanya.

c) Membantu pemerintah, bagi pemerintah semakin banyak kredit yang

disalurkan oleh pihak perbankan, maka akan semakin baik karena akan

meningkatkan penerimaan pajak, membuka kesempatan kerja,

meningkatkan jumlah barang dan jasa, serta meningkatkan devisa

negara.

e. Fungsi Kredit

Kredit mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian.

Secara garis besar, fungsi kredit di dalam perekonomian, perdagangan, dan keuangan

dapat dikemukakan sebagai berikut:

a) Kredit dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang.


16

b) Kredit meningkatkan daya utility (guna suatu) barang.

c) Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

d) Kredit memberikan kegairahan berusaha masyarakat.

e) Kredit sebagai alat stabilitas ekonomi.

f) Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.

g) Kredit sebagai alat hubungan ekonomi Internasional.12

f. Penggolongan Kolektibilitas Kredit

Dalam pemberian kredit bank mempunyai resiko yang disebut “credit risk”

yang timbul apabila peminjam tidak dapat mengembalikan dana yang di pinjam dan

bunga yang harus dibayarnya. Tujuan dilakukan penyusunan kolektibilitas kredit

adalah mengklasifikasikan pinjaman berdasarkan kualitas. Berdasarkan Surat

Keputusan BI No. 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang kualitas

aktiva produktif ditetapkan 5 (lima) golongan kolektibilitas kredit, yaitu:

a) Kredit lancar, apabila memenuhi kriteria:

1) Pembayaran angsuran pokok dan atau bunga tepat waktu,

2) Memiliki mutasi rekening yang aktif,

3) Bagian dari kredit yang dijamin agunan tunai (cash collateral).

b) Kredit dalam perhatian khusus (Special Mentioned), apabila memenuhi

kriteria:

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang belum

melampaui 90 hari.

2) Sering terjadi cerukan,

3) Mutasi rekening relatif aktif,


Samsul Amri, “Pengaruh Kredit Bermasalah Terhadap Likuiditas PT. Pegadaian
12

Naasional Produk Syariah”, dalam Skripsi Penelitian Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana
Hasanuddin Banten 2017.
17

4) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang di perjanjikan,

5) Didukung oleh pinjaman baru.

c) Kredit kurang lancar, apabila memenuhi kriteria:

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui

90 hari,

2) Sering terjadi cerukan,

3) Frekuensi mutasi rekening relatif rendah,

4) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90

hari,

5) Terjadi indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur,

6) Dokumentasi pinjaman yang lemah.

d) Kredit diragukan, apabila memenuhi kriteria:

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui

180 hari,

2) Terjadi cerukan yang bersifat permanen,

3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari,

4) Terjadi kapasitas bunga,

5) Dokumentasi hukum yang baik untuk perjanjian kredit maupun

pengikatan jaminan.

e) Kredit macet

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui

270 hari,

2) Kerugian operasional ditutup dengan jaminan baru,


18

3) Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan

pada nilai wajar.13

g. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

Ada beberapa prinsip-prinsip penilaian dalam kredit yang sering dilakukan

yaitu dengan analisis 5C, analisis 7P dan studi kelayakan. Kedua prinsip ini 5C dan

7P memiliki persamaan yaitu semua yang terkandung dalam 5C dirinci lebih lanjut

dalam prinsip 7P dan di dalam prinsip 7P disamping lebih terinci juga jangkauan

analisisnya lebih luas dari 5C.


Prinsip pemberian kredit dengan analisis 5C kredit dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a) Character
character adalah sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan
kredit harus dapat dipercaya yang tercermin dari latar belakang nasabah baik latar
belakang yang bersifat pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: cara hidup
atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan social standingnya.14

b) Capacity

Adalah untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit

yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya

mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam

mengembalikan kredit yang disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan

seseorang maka semakin besar kemampuannya untuk membayar kredit.

c) Capital

13
Samsul Amri, “Pengaruh Kredit Bermasalah Terhadap Likuiditas PT. Pegadaian
Naasional Produk Syariah”, dalam Skripsi Penelitian Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana
Hasanuddin Banten 2017.
14
Dedi Mulyadi, “Analisis Manajemen Kredit Dalam Upaya Meminimalkan Kredit
Bermasalah (Studi Pada PT. BPR Pantura Abadi Karawang)”, Vol, 1 No, 2, 2016.
19

Adalah penggunaan modal yang efektif dapat dilihat dari laporan keuangan

(neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi

likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital adalah untuk

mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang

akan dibiayai oleh bank.

d) Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik

maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan.

Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka

jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan

adalah sebagai pelindung bank dari resiko kerugian.

e) Condition

Adalah kondisi ekonomi pada masa sekarang dan yang akan datang harus

dinilai sesuai dengan sektor masing-masing. Prospek usaha dari sektor uang

dijalankan oleh nasabah juga harus dinilai. Penilaian prospek bidang usaha yang

dibiayai hendaknya memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit

tersebut bermasalah relatif kecil.15

Sedangkan penilaian dengan 7P kredit adalah sebagai berikut:

a) Personality

Adalah sifat atau perilaku yang dimiliki calon debitur yang mengajukan

permohonan kredit bersangkutan, dipergunakan sebagai bahan pertimbangan

pemberian kredit. Sebaliknya apabila kepribadiannya jelek maka kredit tidak dapat

diberikan.

Dedi Mulyadi, “Analisis Manajemen Kredit Dalam Upaya Meminimalkan Kredit


15

Bermasalah (Studi Pada PT. BPR Pantura Abadi Karawang)”, Vol, 1 No, 2, 2016.
20

b) Party

Adalah mengklasifikasi nasabah dalam klasifikasi tertentu atau golongan-

golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah

dapat digololngkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang

berbeda pula dari bank. Kredit untuk pengusaha lemah sangat berbeda dengan kredit

untuk pengusaha yang kuat modalnya, baik dari segi jumlah, bunga dan persyaratan

lainnya.

c) Perpose

Adalah tujuan dan penggunaan kredit oleh calon debitur, apakah untuk

kegiatan konsumtif atau sebagai modal kerja. Tujuan kredit ini akan menjadi hal yang

menentukan apakah permohonan calon debitur disetujui atau ditolak.

d) Prospect

Adalah untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang

menguntungkan dan mempunyai prospek atau sebaliknya. Prospect adalah prospek

perusahaan dimasa datang, apakah akan menguntungkan (baik) atau merugikan

(jelek).

e) Payment

Adalah mengetahui bagaimana pembayaran kembali kredit yang diberikan

hal ini dapat diketahui jika analisis kredit memperhitungkan kelancaran penjualan dan

pendapatan calon debitur sehingga dapat memperkirakan kemampuannya untuk

membayar kembali kredit tersebut sesuai dengan perjanjian.

f) Profitability
21

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.

Profitability diukur dari periode ke periode apakah tetap sama atau akan semakin

meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.

g) Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan

mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang

atau jaminan asuransi.16

d. Prosedur Pemberian Kredit

Secara umum akan dijelaskan prosedur pemberian kredit oleh badan

hukum sebagai berikut:

a. Pengajuan Proposal, untuk memperoleh fasilitas kredit dari bank maka

tahap yang pertama pemohon kredit mengajukan permohonan kredit

secara tertulis dalam suatu proposal. Proposal kredit harus dilampiri

dengan dokumen-dokumen lainnya yang dipersyaratkan.

b. Penyelidikan Berkas Pinjaman, untuk membuktikan kebenaran dan

keaslian dari berkas-berkas yang ada, seperti kebenaran dan keaslian Akte

notaris, TDP, KTP, dan surat-surat jaminan seperti sertifikat tanah,

BPKB. Kemudian jika asli maka pihak kreditur akan mencoba

mengkalkulasi jumlah kredit yang diminta apakah relevan apa tidak dan

kemampuan nasabah untuk membayar.

c. Penilaian kelayakan kredit, yaitu dengan analisis 5C dan 7P.

d. Wawancara dengan pihak pemohon kredit.

e. Peninjauan lokasi.

Dedi Mulyadi, “Analisis Manajemen Kredit Dalam Upaya Meminimalkan Kredit


16

Bermasalah (Studi Pada PT. BPR Pantura Abadi Karawang)”, Vol, 1 No, 2, 2016.
22

f. Keputusan kredit, untuk menentukan apakah kredit layak untuk diberikan

atau ditolak, jika layak maka dipersiapkan administrasinya, biasanya

keputusan kredit akan mencakup:

1) Akad kredit yang akan ditandatangani.

2) Jumlah uang yang diterima.

3) Jangka waktu kredit.

4) Biaya-biaya yang harus dibayar.

5) Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya.

6) Realisasi kredit.17

2. Agunan

a. Pengertian Agunan

Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu Zekerheid

atau autie, yaitu kemampuan debitur untuk memenuhi atau melunasi utangnya kepada

kreditur yang dilakukan dengan cara menahan benda tertentu yang bernilai ekonomis

sebagai tanggungan atas pinjaman atau utang yang diterima debitur terhadap

krediturnya. Selain istilah jaminan, dikenal juga dengan agunan. Istilah agunan dapat

dilihat didalam pasal 1 angka 23 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, yaitu

agunan adalah : “Jaminan tambahan diserahkan debitur kepada Bank dalam rangka

mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah”. Tujuan

agunan adalah untuk mendapatkan fasilitas dari bank. Jaminan ini diserahkan oleh

debitur kepada bank. Jadi unsur-unsur dari agunan adalah:

1) Jaminan tambahan;

Sumiati Dianstuti, “Analisis Manajemen Kredit untuk Meningkatkan Profitabilitas pada


17

PT. Pegadaian (Persero)” dalam skripsi penelitian Universitas Negeri Makassar 2016.
23

2) Diserahkan oleh debitur kepada bank;

3) Untuk mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan.18

Pengertian agunan atau jaminan menurut pasal 1 ayat 23 UU No. 10 tahun

1988 tentang perbankan, agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah

debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiyaaan

berdasarkan prinsip syariah.19

         


”Artinya: Jika kamu dalam perjalanan sedangkan kamu tidak memperoleh

seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang

(oleh yang berpiutang).”(QS. Al-Baqarah : 283) 20

Menurut bentuknya jaminan dibedakan menjadi:

1) Barang Berwujud:

Barang berwujud adalah benda yang secara nyata kelihatan fisiknya dan

mempunyai nilai terdiri dari:

a) Barang bergerak yaitu, kendaraan, alat perlengkapan perusahaan,

persediaan barang, surat berharga yang dapat diperjual-belikan, deposito.

b) Barang tidak bergerak yaitu tanah (hak milik, hak guna usaha dan hak

bangunan) dan bangunan.

2) Barang Tidak Berwujud:

18
Elvira Suzana Ekaputri, Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan Gadai Pada Perum
Pegadaian Cabang Depok, dalam Skripsi Penelitian Universitas Indonesia 2012.
19
Syamsu Iskandar, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, h. 132.
20
Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 283.
24

Yang termasuk dalam barang tidak berwujud adalah benda yang secara

nyata tidak kelihatan fisiknya, antara lain hak tagihan atas piutang (cessie), jaminan

perorangan (personal guaranty).

Dalam kaitannya dengan kredit, jaminan dibedakan menjadi:

1. Jaminan Pokok, yaitu jaminan yang langsung berhubungan dengan obyek

yang dibiayai dengan kredit, misalnya barang dagangan, bahan baku dan

hasil industri, surat berharga/dokumen pengakutan, benda bergerak dan tidak

bergerak yang dimiliki dan dipergunakan dalam usaha debitur dan

sebagainya.

2. Jaminan Tambahan, yaitu jaminan pelengkap atas jaminan pokok, Jenis

barang yang dapat diterima sebagai barang jaminan pada prinsipnya adalah

barang bergerak.

Jenis barang yang dapat diterima sebagai barang jaminan pada prinsipnya

adalah barang bergerak, yaitu:

1) Barang-barang perhiasan, yaitu semua perhiasan yang dibuat dari emas,

perhiasan perak, platina, baik yang berhiaskan intan, mutiara, batu

maupun tidak.

2) Barang-barang elektronik: TV, kulkas, radio, tape recorder, dan lain-lain.

3) Kendaraan: sepeda, sepeda motor, dan mobil.

4) Barang-barang rumah tangga: barang-barang pecah belah.

5) Mesin: mesin jahit dan mesin motor kapal.

6) Tekstil: kain batik dan permadani.


25

7) Barang-barang lain yang dianggap bernilai.

Barang-barang yang akan dijadikan jaminan atau agunan ditaksir terlebih

dahulu dengan cara sebagai berikut:

Untuk barang kantong, yaitu emas dan permata dengan cara:

1) Untuk emas, yaitu dengan cara:

a) Melihat harga pasar pusat dan standar taksiran logam.

b) Melakukan pengujian karatase dan diukur beratnya.

c) Menaksir dan memberi uang pinjaman berdasarkan golongannya.

2) Untuk permata, yaitu dengan cara:

a) Melihat standar taksiran permata.

b) Melakukan pengetesan dengan jarum penguji, mengukur besarnya berlian

dan menentukan kualitas berlian.

c) Menaksir dan memberikan uang pinjaman berdasarkan golongannya.

Untuk barang gudang, yaitu barang agunan selain emas dan permata

dengan cara:

a) Melihat harga pasar setempat (HPS) barang tersebut.

b) Melakukan penaksiran dan dilanjutkan dengan perhitungan pemberian

pinjaman berdasarkan golongannya.21

b. Legalitas Pemilikan Barang Jaminan

Sebagaimana halnya orang atau badan usaha yang akan menjadi calon

debitur, maka terhadap barang yang diserahkan sebagai jaminan atas fasilitas kredit

yang akan diberikan, bank wajib melakukan penelitian mengenai :

21
Martono, Bank & Lembaga Keuangan Lain (Yogyakarta: Ekonisia, 2010), h. 175.
26

1) Legalitas/ keabsahan tanda bukti pemilikan barang-barang tersebut,

apakah:

a) Milik calon debitur sendiri

b) Milik pihak ketiga

c) Harta bersama ( gono-gini)

2) Status barang jaminan , bebas atau berada dalam sengketa atau dalam

keadaan terikat sebagai jaminan kepada pihak ketiga.

Pengecekan barang jaminan berupa tanah sertifikat (SHM,SHGB, SHGU) dapat

dilakukan ke BPN sesuai yang tertera di sertifikat, atau dengan melalui jasa Notaris.22

3. Fidusia

a. Sejarah Fidusia

Lembaga fidusia sebenarnya sudah diketemukan sejak zaman Romawi.

Orang romawi mengenal dua bentuk fidusia, yaitu fidusia cum creditore dan fidusia

cum amino, keduanya timbul dari perjanjian yang disebut pactum fiduciae yang

kemudian diikuti dengan penyerahan hak atau in iure cession. Pada bentuk yang

pertama, seorang debitur menyerahkan suatu barang dalam pemilikan kreditur,

kreditur sebagai pemilik mempunyai kewajiban untuk mengembalikan pemilikan atas

barang itu kepada debitur apabila debitur sudah memenuhi kewajibannya kepada

debitur.

Selain fidusia cum creditore, orang romawi mengenal fidusia cum amino

yang terjadi bilamana seseorang menyerahkan kewenangannya kepada pihak lain atau

menyerahkan suatu barang kepada pihak lain untuk di urus. Dalam bentuk ini,

berbeda dengan fidusia cum creditore, kewenangan diserahkan kepada pihak

22
Syamsu Iskandar, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, h. 133.
27

penerima akan tetapi kepentingannya tetap ada pada pihak pemberi atau dengan

perkataan lain penerima menjalankan kewenangan untuk kepentingan pihak pemberi.

Kemudian, dalam sejarah hukum di Romawi (di penghujung zaman klasik)

berkembang pula lembaga pand (gadai) dan hipotik (hak tanggungan), sehingga

peranan lembaga fidusia sebagai jaminan hutang mulai berkurang peranannya sampai

kemudian peranan dan eksistensinya lenyap sama sekali sejak zaman sesudah zaman

klasik dibawah pemerintahan Justianus.

Sebagaimana diketahui bahwa pada saat hukum Romawi diadopsi oleh

negara-negara Eropa Kontinental ( seperti Prancis, Belanda) pada saat itu, lembaga

fidusia sudah keburu lenyap. Sehingga, dalam kitab Undang-Undang mereka juga

tidak dikenal lembaga yang disebut dengan fidusia tersebut. Waktu itu, yang ada

hanyalah pand (gadai) untuk benda bergerak, dan hipotik ( hak tanggungan) untuk

benda tidak bergerak.23

Akan tetapi, kemudian di negara-negara Eropa Kontinental tersebut, seperti

di negeri Belanda, dalam praktek hukum dirasakan bahwa eksistensi pand dan hipotik

tersebut belum cukup, khususnya jika ada pembebanan jaminan terhadap barang

bergerak dimana fisik bendanya tidak perlu dialihkan kepada pihak kreditur. Dengan

menyadari akan kebutuhan dalam praktek tersebut, akhirnya dimunculkannya

kembali lembaga fidusia ( dalam bentuknya yang modern) sebagai jaminan hutang

lewat konstruksi yang unsur rekayasa sangat kental. Kemudian, jaminan fidusia

dalam bentuknya yang modern ini diterima dengan baik dalam praktek hukum yang

diakui oleh yurisprudensi.

23
Shifa’ Al-Adawiyah, “ Tinjauan Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Angsuran Sistem
Fidusia (KREASI) Pada Perum Pegadaian (Studi Pada Perum Pegadaian Cabang Teluk Betung)”,
dalam Skripsi Penelitian Universitas Lampung Bandar Lampung, 2010.
28

Dan dewasa ini banyak negara yang bahkan sudah mempunyai Undang-

Undang yang mengatur tentang fiduisa ini, termasuk Indonesia dengan Undang-

Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia. Di Indonesia kebutuhan

praktek terhadap suatu lembaga semacam fidusia ini sangat terasa sejak zaman Hindia

Belanda. Sebab, ada kekurangan dari lembaga gadai atau pun hipotik versi KUH

Perdata ataupun Undang-Undang lainnya, misalnya Undang-Undang Pokok Agraria

(khusus yang berkenaan dengan hipotik dan credietverband) atau Undang-Undang

Hak Tanggungan No. 4 Tahun 1996. Kelemahan dari ketentuan ini yang ada akan

ditutupi oleh lembaga fidusia ini adalah sebagai berikut:

a) Terhadap benda bergerak, maka lembaga gadai ( versi KUH Perdata)

mengharuskan penyerahan fisik tersebut tidak dilakukan. Demikian juga

halnya lembaga gadai dalam hukum adat.

b) Tidak semua barang yang tidak bergerak dapat dibebani dengan hipotik/

hak tanggungan ( versi KUH Perdata, Undang-Undang Pokok Agraria,

ataupun Undang-Undang Hak Tanggungan). Misalnya, hipotik versi

Undang-Undang agraria tidak memberikan kemungkinan hipotik untuk

dipakai atas tanah, atau hak tanggungan versi Undang-Undang Hak

Tanggungan yang tidak dapat mentolerir adanya hak tanggungan terhadap

benda tidak bergerak berupa bangunan saja.

c) Walaupun sangat dimungkinkan gadai atas tanah versi hukum adat, tetapi

Undang-Undang Pokok Agraria sangat membatasi berlakunya gadai

tersebut, disamping adanya kewajiban menyerahkan tanah untuk dipakai

oleh pihak pemberi gadai yang belum tentu sesuai dengan setiap kasus

gadai tanah tersebut.


29

d) Walaupun sangat dimungkinkan bentuk jaminan fidusia menurut Undang-

Undang tentang Perumahan dan Pemukiman No. 4 Tahun 1992 ( atas

rumah diatas tanah milik orang lain) atau fidusia menurut Undang-Undang

Tentang Rumah Susun No. 16 Tahun 1985 ( atas satuan rumah susun jika

tanahnya adalah hak pakai atas tanah negara), akan tetapi pengaturan

fidusia dalam Undang-Undang tersebut sangat sunir dan objeknya sangat

terbatas ( terbatas atas rumah atau satuan rumah susun saja).24

Dalam sejarah hukum Indonesia bahwa lembaga fidusia pertama kali

diakui oleh yurisprudensi Indonesia denga putusan HGH tanggal 18 Agustus 1932

dalam kasus BPM (penggugat) melawan Pedro Clignett.

Pedro Clignett, selanjutnya disebut Clignett, meminjam uang dari

Bataafsche Petroleum Maatschappij, selanjutnya disingkat BPM. Sebagai

jaminannya, Clignett menyerahkan hak milik atas sebuah mobil secara kepercayaan.

Clignett tetap menguasai mobil itu atas dasar perjanjian pinjam pakai dengan BPM.

Perjanjian pinjam pakai itu akan diakhiri bilamana clignett lalai membayar utangnya

dan mobil tersebut akan diambil oleh BPM.

Ternyata Clignett benar-benar tidak melunasi utangnya pada waktu yang

telah ditentukan. BPM menuntut penyerahan mobil dari Clignett. Clignett menolak

untuk menyerahkannya dengan alasan bahwa perjanjian yang dibuat itu tidak sah.

Menurut Clignett jaminan yang ada adalah gadai, akan tetapi karena barang gadai

dibiarkan tetap berada dalam kekuasaan debitur maka gadai tersebut tidak sah.

Keputusan Hooggerechtshof (HGH) menolak alasan Clignett karena HGH

berpendapat bahwa jaminan yang dibuat antara BPM dan Clignett bukanlah gadai,
24
Shifa’ Al-Adawiyah, “ Tinjauan Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Angsuran Sistem
Fidusia (KREASI) Pada Perum Pegadaian (Studi Pada Perum Pegadaian Cabang Teluk Betung)”,
dalam Skripsi Penelitian Universitas Lampung Bandar Lampung, 2010.
30

melainkan penyerahan hak milik secara kepercayaan atau fiducia yang telah diakui

oleh Hoge Raad dalam Bierbrouwerij Arrest. Sehingga akhirnya HGH menyatakan

bahwa perjanjian penyerahan hak milik secara kepercayaan itu sah dan Clignett

berkewajiban menyerahkan barang jaminan, mobil, kepada BPM. Keputusan ini

merupakan tonggak dimulainya perkembangan fiducia di Indonesia.

Dari duduk perkara dalam keputusan tersebut ternyatalah bahwa untuk

mengadakan fiducia, penyerahan dilakukan secara constitutum possessorium, yang

merupakan suatu bentuk penyerahan dimana barang yang diserahkan dibiarkan tetap

berada dalam penguasaan pihak yang menyerahkan, jadi yang diserahkan hanya hak

milik saja.

Bentuk penyerahan yang demikian dikenal dalam praktek, sedang dalam

Undang-Undang dinyatakan bahwa penyerahan suatu benda bergerak dilakukan

dengan penyerahan yang nyata (Pasal 612 KUH perdata). Jadi, jelas bahwa Undang-

Undang, dalam hal ini KUH Perdata, tidak mengenal penyerahan secara constitutum

possessorium. Akan tetapi, penyerahan secara constitutum possessorium itu tetap

dapat dilakukan secara sah oleh karena pada dasarnya para pihak bebas

memperjanjikan apa yang mereka kehendaki.

Setelah pengakuan fiducia oleh HGH seperti tersebut diatas, fiducia

selanjutnya berkembang sebagai suatu jaminan kebendaan disamping gadai dan

hipotik. Bahkan menurut Sumardi Mangunkusumo, S.H., fiducia mendapatkan

tempat pertama dalam urutan pemberian jaminan terhadap kredit dari Bank Rakyat

Indonesia. Keterangan ini dapat dipergunakan sebagai petunjuk betapa pesatnya


31

perkembangan fiducia dan agaknya sekarang ia sudah mendapatkan tempat dalam

dunia perkreditan di Indonesia.25

b. Pengertian Fidusia

Istilah fidusia berasal dari Hukum Romawi, dikenal sebagai gadai barang

hak atas benda berdasarkan kepercayaan yang disepakati sebagai jaminan bagi

pelunasan utang kreditur.

Menurut Pasal 1 UU No. 42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia

memberikan batasan pengertian sebagai berikut:

“fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar

kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya

dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda”.

Pengertian jaminan fidusia menurut Pasal 1 angka 2 Undang-undang

Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia adalah:

“Hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak

berwujud dan benda yang tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak

dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana yang dimaksud dalam

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap

berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan

utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada

penerima fidusia terhadap kreditur lainnya”.26


25
Shifa’ Al-Adawiyah, “ Tinjauan Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Angsuran Sistem
Fidusia (KREASI) Pada Perum Pegadaian (Studi Pada Perum Pegadaian Cabang Teluk Betung)”,
dalam Skripsi Penelitian Universitas Lampung Bandar Lampung, 2010.
26
Elvira Suzana Ekaputri, Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan Gadai Pada Perum
Pegadaian Cabang Depok, dalam Skripsi Penelitian Universitas Indonesia 2012.
32

c. Objek Jaminan Fidusia

Objek jaminan fidusia awalnya hanya ditujukan untuk benda bergerak,

akan tetapi dalam perkembangannya, objek fidusia meliputi benda tidak bergerak.

Hal ini dapat dilihat dari ketentuan sebagaimana dituangkan dalam Undang-Undang

Nomor 42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia, yang menyebutkan bahwa objek

jaminan fidusia adalah benda berwujud maupun benda tidak berwujud, yang terdaftar

maupun tidak terdaftar dan benda tidak bergerak yang tidak dapat dibebani hak

tanggungan maupun hipotik. Sedangkan J.Satrio menyatakan bahwa benda yang

dapat menjadi objek jaminan fidusia sekarang ini meliputi: benda bergerak dan benda

tetap tertentu yaitu benda tetap yang tidak bisa dijaminkan melalui lembaga jaminan

hak tanggungan atau hipotik dan dengan syarat benda tetap tersebut dapat dimiliki

dan dapat dialihkan.

Lebih lanjut dalam ketentuan pasal 3 Undang-undang Nomor 42 Tahun

1999 tentang jaminan Fidusia menyatakan, bahwa jaminan fidusia tidak berlaku

terhadap:

1) Hak tanggungan yang berkaitan dengan tanah dan bangunan, sepanjang

peraturan perundang-undangan yang berlaku menentukan jaminan atas benda-

benda tersebut wajib didaftar;

2) Hipotek atas kapal yang terdaftar dengan isi kotor berukuran 20 (dua puluh)

M3 atau lebih;

3) Hipotek atas pesawat terbang; dan

4) Gadai.

Dengan demikian, objek jaminan fidusia adalah benda bergerak dan benda

tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak bisa dibebani dengan hak
33

tanggungan. Akan tetapi dalam prakteknya, kebanyakan jaminan fidusia berupa

benda bergerak, antara lain kendaraan bermotor, stok barang dagangan (inventory).

Sedangkan jaminan fidusia berupa benda yang tidak bergerak seperti kios jarang

digunakan. Hal ini berkaitan dengan tempat pendaftaran yang dirasakan kurang

menjamin kepastian hukum terhadap kreditur, dan kemungkinan menghadapi

kesulitan lebih besar dibandingkan dengan benda bergerak dalam eksekusi benda

jaminan dikemudian hari. Sehingga secara praktis objek jaminan fidusia hanya berupa

benda bergerak saja.

Mengenai benda yang menjadi jaminan fidusia, Undang-undang fidusia

pada pasal 5 ayat (1) menentukan, bahwa pembebanan benda dengan jaminan fidusia

dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta jaminan

fidusia, selain dicantumkan hari dan tanggal, juga dicantumkan waktu (jam)

pembuatan akta tersebut. Dari ketentuan pasal 5 ayat (1) tersebut, maka pembebanan

jaminan fidusia yang merupakan perjanjian fidusia dibuat dalam bentuk tertulis

dengan akta notaris.27

c. Pengalihan Jaminan Fidusia

Pengalihan jaminan fidusia sesuai Pasal 19 Undang-undang jaminan

Fidusia ayat (1), bahwa pengalihan hak atas piutang yang dijaminkan dengan

jaminan fidusia mengakibatkan beralihnya demi hukum segala hak dan kewajiban

penerima fidusia kepada kreditor baru. Selanjutnya beralihnya jaminan fidusia

termaksud sesuai ayat (2) didaftarkan oleh kreditur baru kepada kantor Pendaftaran

Fidusia.

Purwanto, “Beberapa Permasalahan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Dengan


27

Jaminan Fidusia”, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, h. 204-205.


34

Dengan “pengalihan hak atas piutang” dalam ketentuan ini dikenal dengan

istilah “Cessie” yakni pengalihan piutang yang dilakukan dengan akta otentik atau

akta dibawah tangan. Dengan adanya cessie ini, maka segala hak dan kewajiban

penerima fidusia lama beralih kepada penerima fidusia baru dan pengalihan hak atas

piutang tersebut diberitahukan kepada pemberi fidusia.

Dengan pengalihan jaminan fidusia kepada pihak lain, jaminan fidusia

menurut pasal 20 akan tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia

dalam tangan siapapun benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas benda

persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia. Hal tersebut sesuai dengan prinsip

“Droit De Suite” yang telah merupakan bagian dari peraturan perundang-undangan

Indonesia dalam kaitannya dengan hak mutlak atas kebendaan.28

Pelaksanaan pengalihan jaminan fidusia sesuai dengan pasal 21 yang

menyatakan:

1) Pemberi fidusia dapat mengalihkan benda persediaan yang menjadi objek

jaminan fidusia dengan cara dan prosedur yang lazim dilakukan dalam

usaha perdagangan;

2) Pengalihan tidak berlaku apabila telah terjadi cidera janji oleh debitur atau

pemberi fidusia;

3) Benda yang menjadi objek jaminan fidusia yang telah dialihkan wajib

diganti oleh pemberi fidusia dengan objek yang sama;

28
M.Yasir, “Aspek Hukum Jaminan Fidusia”, Vol. 3 No. 1, 2016, h. 87.
35

4) Dalam hal pemberi fidusia cidera janji, maka hasil pengalihan dan atau

tagihan yang timbul karena pengalihan demi hukum menjadi objek jaminan

fidusia pengganti dari objek jaminan fidusia yang dialihkan.

Dari ketentuan tersebut diatas menegaskan kembali bahwa pemberi fidusia

dapat mengalihkan benda persediaan untuk menjadi objek jaminan fidusia. Namun

demikian untuk menjaga kepentingan penerima fidusia, maka benda yang dialihkan

tersebut wajib diganti dengan objek yang setara. Yang dimaksud dengan

“mengalihkan” antara lain termasuk menjual atau menyewakan dalam rangka

kegiatan usahanya. Selanjutnya yang dimaksud “setara” tidak hanya nilainya tetapi

juga jenisnya. Yang dimaksud dengan “cidera janji” adalah tidak memenuhi prestasi,

baik yang berdasarkan perjanjian pokok, perjanjian jaminan fidusia, maupun

perjanjian jaminan lainnya.

Berkaitan dengan pengalihan jaminan fidusia, pembeli benda objek

jaminan fidusia yang merupakan benda persediaan menurut pasal 22 UUJF, bebas

dari tuntutan meskipun pembeli tersebut mengetahui tentang adanya jaminan fidusia

itu, dengan ketentuan bahwa pembeli telah membayar lunas harga penjualan benda

tersebut sesuai dengan harga pasar. Yang dimaksud dengan “harga pasar” adalah

harga yang wajar yang berlaku dipasar pada saat penjualan benda tersebut, sehingga

tidak mengesankan adanya penipuan dari pihak pemberi fidusia dalam melakukan

penjualan benda tersebut.29

d. Hapusnya Jaminan Fidusia

Hapusnya jaminan fidusia sebagaimana diatur pasal 25 dikarenakan :

1) Hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia ;

29
M.Yasir, “Aspek Hukum Jaminan Fidusia”, Vol. 3 No. 1, 2016, h. 87-88.
36

2) Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia atau musnahnya

benda yang mejadi jaminan objek jaminan fidusia;

3) Hapusnya jaminan fidusia wajib diberitahukan secara tertulis kepada

kantor pendaftaran fidusia paling lambat 7 hari setelah hapus;

4) Lampiran dokumen pendukung: 1). Permohonan oleh penerima fidusia,

kuasa atau wakilnya pada Kantor Pendaftaran Fidusia ditempat

kedudukan pemberi fidusia; 2). Sertifikat Jaminan Fidusia yang asli.

5) Kantor Pendaftaran Fidusia mencoret pencatatan Jaminan Fidusia dari

Buku Daftar Fidusia;

6) Kantor Pendaftaran Fidusia menerbitkan surat keterangan yang

menyatakan Sertifikat Jaminan Fidusia yang bersangkutan tidak berlaku

lagi dan sertifikat dicoret dan disimpan dalam arsip Kantor Pendaftaran

Fidusia.

Apabila benda yang menjadi jaminan Fidusia musnah, menurut pasal 25

ayat (2) tidak akan menghapuskan klaim asuransinya. Dengan hapusnya jaminan

fidusia penerima fidusia sesuai ayat (3) pasal 25 UUJF harus memberitahukan kepada

Kantor Pendaftaran Fidusia mengenai hapusnya Jaminan Fidusia dengan

melampirkan pernyataan mengenai hapusnya utang, pelepasan hak, atau musnahnya

benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Bahwa sesuai dengan sifat ikutan dari

jaminan fidusia, maka adanya jaminan fidusia tergantung pada adanya piutang yang

dijamin pelunasannya. Apabila piutang tersebut hapus karena hapusnya utang atau

karena pelepasan, maka dengan sendirinya jaminan fidusia yang bersangkutan

menjadi hapus. Yang dimaksud dengan “hapusnya utang” antara lain Karena
37

pelunasan dan bukti hapusnya utang berupa keterangan yang dibuat oleh kreditur.

Selanjutnya dalam hal benda yang menjadi objek jaminan fidusia musnah dan benda

tersebut diasuransikan, maka klaim asuransi akan menjadi pengganti objek jaminan

fidusia tersebut.

Dengan hapusnya jaminan fidusia, maka sesuai pasal 26 ayat (1) Kantor

Pendaftaran Fidusia mencoret pencatatan jaminan fidusia dari Buku Daftar Fidusia.

Selanjutnya Kantor Pendaftaran Fidusia sesuai ayat (2) menerbitkan surat keterangan

yang menyatakan sertifikat jaminan fidusia yang bersangkutan tidak berlaku lagi.30

4. Pandangan Islam tentang Kredit dan Agunan

a. Pandangan Islam tentang Kredit

Praktek pelaksanaannya sistem perkreditan yang dianut oleh dunia

internasional saat ini mengaku pada sistem bunga dalam proses pembayarannya.

Maka perspektif islam terhadap perkreditan yang dilakukan masyarakat luas saat ini,

islam memandangnya menjadi 2 pendapat: pendapat pertama mengatakan boleh,

pendapat kedua mengharamkan , hal itu bergantung pada beberapa faktor seperti

dalam penjelasan berikut:

Berdasarkan bukunya yang berjudul Hukum Islam dan Transformasi

Pemikiran karangan Prof. Dr. H. Umar Shihab dijelaskan bahwa bunga bank yang

dipungut dan diberikan kepada nasabah jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah

bunga atau riba yang diperlakukan pada masa jahiliyah. Sementara pemungut riba

waktu itu selalu mendapat keuntungan besar karena melipat gandakan pembayaran.

Sekarang ini pemungutan bunga bank tidak akan membuat bank dan nasabah itu

sendiri memperoleh keuntungan besar dan sebaliknya bank dan nasabah sama-sama

30
M.Yasir, “Aspek Hukum Jaminan Fidusia”, Vol. 3 No. 1, 2016, h. 88-89.
38

tidak dirugikan atas adanya bunga tersebut. Oleh sebab itu tidak sepantasnya bunga

bank diharamkan. Sebab meskipun diidentikkan dengan riba, namun tujuan dan

metode pelaksanaannya sama sekali jauh dari yang pernah dipraktekkan di jahiliyah

yang di haramkan dalam al-Qur’an itu, dan bunga bank lebih tepat dianalogikan

dengan jual beli yang didasari atas suka sama suka.

Berdasarkan ketetapan ulama hasil lokakarya tanggal 19-22 Agustus di

bogor bahwa bunga bank sepanjang dipergunakan dalam kondisi darurat dan

kepentingan umum, maka status hukumnya adalah mubah, tetapi jika syarat yang

diajukan tersebut tidak terpenuhi, maka bunga bank secara otomatis berstatus hukum

haram.31 Hal tersebut diperkuat dengan adanya penjelasan dalam Al-Qur’an dan

Hadist yang dikemukakan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata

(dalam fatwa Mu’ashirah: 52-53, dari Fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin):


“Menjual dengan kredit artinya bahwa seseorang menjual sesuatu (barang)
dengan harga tangguh yang dilunasi secara berjangka.
Hukum asalnya adalah dibolehkan berdasarkan firman Allah swt: “ Hai orang-orang

yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang

ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.”(QS.Al-Baqarah:282). Demikian pula,

karena Nabi Muhammad saw membolehkan jual beli As-Salam, yaitu membeli secara

kredit terhadap barang yang dijual.

Kredit dibolehkan dalam hukum jual beli secara Islami. Kredit adalah

membeli barang dengan harga yang berbeda antara pembayaran dalam bentuk tunai

bila dengan tenggang waktu. Ini dikenal dengan istilah: bai’bit taqshid atau bai’ bits-

tsaman ‘ajil. Gambaran umumnya adalah penjual dan pembeli sepakat bertransaksi

atas suatu barang (x) dengan harga yang sudah dipastikan nilainya (y) dengan masa

31
Ahmad Abdullah, “Pinjaman Kredit Dalam Perspektif Pendidikan Islam”, Vol. 3, No. 1,
2019, h. 48.
39

pembayaran (pelunasan) (z) bulan. Harga harus disepakati di awal transaksi meskipun

pelunasannya dilakukan kemudian.

Ada sementara pendapat yang mengatakan bahwa bila si penjual itu

menaikkan harga karena temponya, sebagaimana yang kini biasa dilakukan oleh para

pedagang yang menjual dengan kredit, maka haram hukumnya dengan dasar bahwa

tambahan harga itu berhubung masalah waktu dan semua itu sama dengan riba.

Jumhur ulama membolehkan jual beli kredit ini, karena pada asalnya boleh dan nash

yang mengharamkannya tidak ada. Jual beli kredit tidak bisa dipersamakan dengan

riba dari segi manapun. Oleh karena itu seorang pedagang boleh menaikkan harga

menurut yang pantas, selama tidak sampai kepada batas pemerkosaan dan kezaliman.

Kalau sampai terjadi demikian, maka jelas hukumnya haram.


Iman Syaukani berkata: “Ulama Syafi’iyah, Hanafiyah, Zaid bin Ali, al-
Muayyid billah dan Jumhur berpendapat boleh bedasar umumnya dalil yang
menetapkan boleh dan inilah kiranya lebih tepat”.32
b. Pandangan Islam tentang Agunan
Barang yang dijadikan sebagai jaminan fidusia adalah benda yang

bergerak, yang berwujud atau tidak berwujud sistem jaminan fidusia ini belum pernah

terjadi masa Rasulullah, karena pada masa Rasulullah barang jaminan tersebut harus
diserahkan setelah pemilik barang menerima utang sedangkan pada jaminan fidusia

ini yang dijadikan jaminan bukan barang/bendanya tetapi hanya hak kepemilikan

saja. Barang yang dijadikan jaminan tidak ditarik/diambil apabila si debitur

melakukan wansprestasi. Adapun hadits yang menjelaskan tentang hal tersebut adalah

sebagai berikut:

32
Ahmad Abdullah, “Pinjaman Kredit Dalam Perspektif Pendidikan Islam”, Vol. 3, No. 1,
2019, h. 50-51.
40

“Dari Anas, berkata: Rasulullah telah merungguhkan baju besi beliau


kepada seorang yahudi di Madinah, sewaktu beliau menghutangi syair (gandum) dari
seorang yahudi ini untuk keluarga beliau”. (HR Ahmad, Bukhari, Nasai, dan Ibnu
Majah)
Dari praktek Nabi yang menjelaskan bahwa yang dijadikan sebagai barang jaminan

termasuk barang bergerak yang berupa baju besi karena pada zaman Nabi baju besi

mempunyai nilai yang sangat besar yaitu sebagai baju besi di medan pertempuran,

maka boleh dijadikan sebagai jaminan hutang.

Keuntungan dan kerugian barang jaminan fidusia, bahwa dalam lembaga

jaminan fidusia barang-barang yang dijadikan jaminan tetap berada dibawah

penguasaan debitur/pemilik barang, artinya debitur masih boleh menggunakan

barang-barang tersebut untuk melakukan kegiatan usahanya karena hak miliknya saja

yang di simpan oleh kreditur selama hutangnya belum lunas, itu berarti fidusia adalah

penyerahan hak milik atas dasar kepercayaan.

Sedang dalam hukum Islam, dalam hal gadai, bahwa gadai tetap berhak

mengambil manfaat dari barangnya yang digadaikan, bahwa semua manfaatnya tetap

milik debitur juga kerusakan atas barang gadainya menjadi tanggungannya, walaupun

tidak seizin orang yang menerima gadai, tetapi usahanya untuk menghilangkan
miliknya dari barang itu/menguranginya tidak dibolehkan melainkan dengan izin

yang menerima gadai. Maka tidaklah sah bagi orang yang menggadaikan/menjual

barang yang telah digadaikan itu, begitu juga menyewakannya apabila masa sewa-

menyewa itu melewati masa gadaian yang memegang gadai boleh mengambil

manfaat barang yang digadaikan dengan sekedar ganti kerugiannya untuk menjaga

barang itu.33

33
Lisa Indah Purwitasari, “Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Jaminan Dalam
Perjanjian Kredit (Studi Kasus di BMT Al-Amanah Tarub Tegal)”, dalam Skripsi Penelitian
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2016.
41

C. Kerangka Pikir

PT. Pegadaian Persero


Cabang Watampone

Prosedur Pemberian Keputusan Kredit


Kredit Agunan Agunan

Keterangan:

Berdasarkan kerangka pikir diatas maka dapat dipahami bahwa yang

menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana prosedur pemberian kredit
42

agunan dan keputusan kredit agunan surat-surat kendaraan motor pada PT. Pegadaian

Persero Cabang Watampone.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan. Penelitian

lapangan (field research) adalah dengan melakukan penelitian langsung pada PT.

Pegadaian Persero Cabang Watampone dengan melakukan wawancara dan tanya

jawab tentang keputusan kredit agunan surat-surat kendaraan motor.

2. Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu dengan

menggunakan berbagai metode untuk penelitian dengan latar alamiah agar tujuan

penelitian ini dapat dicapai, yang mana dalam fenomena yang diteliti terdapat unsur
43

pembentuknya, yaitu partisipan, peristiwa, latar dan waktu.34 Penelitian ini

menggunakan pendekatan penelitian kualitatif karena dilakukan wawancara dengan

pihak yang terkait sehingga dapat menghasilkan data berupa tertulis ataupun lisan dan

melakukan pengamatan langsung pada PT. Pegadaian Persero Cabang Watampone.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian penulis dilakukan di PT. Pegadaian Persero Cabang

Watampone dengan pertimbangan ditempat tersebut menangani keputusan kredit

agunan surat-surat kendaraan motor.

C. Data dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer
43
Data primer merupakan jenis data yang diperoleh secara langsung dari

pihak responden dan informasi melalui wawancara serta observasi secara langsung

dilapangan. Responden adalah orang yang dikategorikan sebagai sampel dalam

penelitian yang merespon pertanyaan-pertanyaan peneliti. Para peneliti hanya dapat

menggali dan memperoleh jenis data ini dari sumber pertama, apakah respondennya

diantaranya Pemimpin cabang, manajer operasional, pegawai, nasabah, dan

pemegang gudang barang.

2. Data Sekunder

34
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 30.
44

Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh melalui media perantara

atau secara tidak langsung baik berupa buku, jurnal, dan arsip yang sudah

dipublikasikan dan maupun belum dipublikasikan secara umum. Dengan kata lain,

peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan cara berkunjung ke perpustakaan

dan membaca jurnal-jurnal yang berhubungan dengan penelitian tersebut.35

D. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang melakukan penelitian (peneliti),

sedangkan penelitian adalah orang atau sesuatu yang diteliti. Subjek dalam konsep

penelitian merujuk pada responden disebut dengan istilah informan, yaitu orang

memberi informasi tentang data yang diinginkan peneliti berkatan dengan penelitian

yang sedang dilaksanakan. Adapun subjek penelitian dalam tulisan ini adalah

pemimpin cabang, manajer operasional, pegawai, kasir, nasabah, pemegang gudang

barang.

2. Objek penelitian

Objek adalah apa yang akan diselidiki selama kegiatan penelitian. Menurut

Supanto memaparkan bahwa objek penelitian adalah himpunan elemen yang dapat

berupa orang , organisasi, atau barang yang akan diteliti. 36 Adapun objek penelitian

dalam tulisan ini adalah keputusan kredit agunan surat-surat kendaraan motor dengan

menggunakan analisis 5C.

E. Teknik Pengumpulan Data

35
Akmal, Basri, Nilai Agunan Terhadap Pemberian Kredit Bank BRI Unit Hasanuddin
Parepare (Analisis Ekonomi Islam), dalam Skripsi Penelitian Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Parepare 2018.
36
Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian: Penelitian Kualitatif, Tindakan
Kelas dan Studi Kasus, (Cet. I; Jawa Barat: CV Jejak, 2017), h. 152.
45

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi atau ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu.37 Pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah penulis atau peneliti

sebagai interviewer dan pemimpin cabang, manajer operasional, pegawai, kasir dan

pemegang gudang barang sebagai interview jumlah yang akan di interview yaitu

sekitar 5 orang .

Tabel 1.1
PEDOMAN WAWANCARA

NO RUMUSAN MASALAH DAFTAR PERTANYAAN

1. Prosedur Pemberian Kredit Agunan 1. Apa persyaratan nasabah yang


ingin mengajukan kredit dengan
jaminan BPKB Motor?
2. Bagaimana cara Pegadaian dalam
menganalisis nasabah yang
mengajukan kredit dengan
jaminan BPKB Motor?
3. Bagaiamana prosedur kredit
agunan surat-surat kendaraan
37
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 231.
46

NO RUMUSAN MASALAH DAFTAR PERTANYAAN

motor pada PT.Pegadaian?


4. Bagaimana keputusan Pegadaian
ketika salah satu dari Analisis
Prinsip 5C/7P tidak dipenuhi oleh
nasabah?
5. Bagaimana cara penaksiran
barang jaminan BPKB Motor
serta penentuan jumlah pinjaman
yang disalurkan kepada nasabah?
2. Keputusan Kredit Agunan 1. Bagaimana menilai calon
nasabah dilihat dari segi
Character?
2. Bagaimana menilai calon
nasabah akan kemampuan
membayar kredit dilihat dari segi
Capacity?
3. Dilihat dari segi Capital,
Bagaimana menilai nasabah yang
layak diberikan pinjaman dan
menentukan seberapa besar
bantuan kredit akan diberikan
kepada nasabah?
4. Apa tindakan yang dilakukan,
Apabila nasabah tidak mampu
mengembalikan pinjaman
tersebut dilihat dari segi
Collateral?
47

NO RUMUSAN MASALAH DAFTAR PERTANYAAN

5. Bagaimana mengatasi suatu


masalah ekonomi yang terjadi
diantara kedua belah pihak,
dimana usaha yang dijalankan
oleh nasabah bergantung pada
kondisi perekonomian baik mikro
maupun makro dilihat dari segi
Condition?
6. Bagaimana tahap penghapusan
jaminan Fidusia yang dilakukan
oleh PT.Pegadaian Persero
Cabang Watampone?

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu upaya subjek dalam mengumpulkan

berbagai bukti atau referensi lain. Alat yang digunakan dalam mengumpulkan data
yaitu kamera, telpon genggam untuk recorder, pulpen, dan buku.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan

keterangan-keterangan atau data-data yang digunakan agar data tersebut dapat

dipahami oleh peneliti dan juga orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian

tersebut. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif. Analisis data adalah proses penyerderhanaan data dalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. Data yang diperoleh kemudian
48

dianalisis secara bersamaan dengan proses pengumpulan data. Proses analisis yang

dilakukan merupakan suatu proses yang cukup panjang. Data dari hasil wawancara

dan observasi yang menggunakan analisis 5C diperoleh kemudian dicatat dan

dikumpulkan sehingga menjadi sebuah catatan lapangan yang kemudian nantinya

diolah menjadi data penelitian.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Sejarah Umum Pegadaian

Sejarah pegadaian dimulai pada saat Pemerintah penjajahan Belanda

(VOC) mendirikan BANK VAN LEENING yaitu lembaga keuangan yang

memberikan kredit dengan sistem gadai, lembaga ini pertama kali didirikan di

Batavia pada tanggal 20 Agustus 1746.

Ketika Inggris mengambil alih kekuasaan Indonesia dari tangan Belanda

(1811-1816) Bank Van Leening milik pemerintah dibubarkan, dan masyarakat diberi

keleluasaan untuk mendirikan usaha pegadaian asalkan mendapat lisensi dari


49

Pemerintah Daerah setempat (liecentie stelse). Namun metode tersebut berdampak

buruk, pemegang lisensi menjalankan praktek rentenir atau lintah darat yang

dirasakan kurang menguntungkan pemerintah berkuasa (Inggris). Oleh karena itu,

metode liecintie stelse diganti menjadi pacth stelse yaitu pendirian pegadaian

diberikan kepada umum yang mampu membayarkan pajak yang tinggi kepada

pemerintah.

Pada saat Belanda berkuasa kembali, pola atau metode pacth stelse tetap

dipertahankan dan menimbulkan dampak yang sama dimana pemegang hak ternyata

banyak melakukan penyelewengan dalam menjalankan bisnisnya. Selanjutnya

pemerintah Hindia Belanda menerapkan apa yang disebut dengan “cultuur stelse”

dimana dalam kajian tentang pegadaian, saran yang dikemukakan adalah sebaiknya

kegiatan pegadaian ditangani sendiri oleh pemerintah agar dapat memberikan

perlindungan dan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Staatsblad (Stbl) No.

131 tanggal 12 Maret 1901 yang mengatur


49 bahwa usaha pegadaian merupakan

monopoli Pemerintah dan tanggal 1 April 1901 didirikan Pegadaian Negara pertama

di Sukabumi (Jawa Barat), selanjutnya setiap tanggal 1 April diperingati sebagai hari

ulang tahun Pegadaian.

Pada masa pendudukan Jepang, gedung Kantor Pusat Jawatan Pegadaian

yang terletak di Jalan Kramat Raya 162 dijadikan tempat tawanan perang dan Kantor

Pusat Jawatan Pegadaian dipindahkan ke Jalan Kramat Raya 132. Tidak banyak

perubahan yang terjadi pada masa pemerintahan Jepang, baik dari sisi kebijakan

maupun Struktur Organisasi Jawatan Pegadaian. Jawatan Pegadaian dalam Bahasa

Jepang disebut “Sitji Eigeikyuku”, pimpinan Jawatan Pegadaian dipegang oleh orang
50

Jepang yang bernama Ohno-San dengan wakilnya prang pribumi yang bernama M.

Saubari.

Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia, Kantor Jawatan

Pegadaian sempat pindah ke Karang Anyar (Kebumen) karena situasi perang yang

kian terus memanas. Agresi militer Belanda yang kedua memaksa Kantor Jawatan

Pegadaian dipindah lagi ke Magelang. Selanjutnya, pasca perang kemerdekaan

Kantor Jawatan Pegadaian kembali lagi ke Jakarta dan pegadaian kembali dikelola

oleh Pemerintah Republik Indonesia. Dalam masa ini pegadaian sudah beberapa kali

berubah status, yaitu sebagai Perusahaan Negara (PN) sejak 1 Januari 1961,

kemudian berdasarkan PP.No. 10/1990 (Yang diperbaharui dengan PP. No.

103/2000)berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (PERUM) hinnga sekarang.

Kini usia Pegadaian telah lebih dari seratus tahun, manfaat semakin

dirasakan oleh masyarakat, meskipun perusahaan membawa misi public service

obligation, ternyata perusahaan masih mampu memberikan kontribusi yang signifikan

dalam bentuk pajak dan bagi keuntungan kepada Pemerintah, disaat mayoritas

lembaga keuangan lainnya berada dalam situasi yang tidak menguntungkan.

2. Visi dan Misi Pegadaian

Visi dan misi dalam sebuah perusahaan diciptakan untuk memberi arahan

serta batasan dalam proses pencapaian suatu tujuan. Adapun visi dsn misi pegadaian

yaitu:

a. Visi “Menjadi Tha Most Valuable Financial Company di Indonesia dan

Sebagai Agen Inklusi Keuangan Pilihan Utama Masyarakat”.

b. Misi
51

1) Memberikan manfaat dan keuntungan optimal bagi seluruh

pemangku kepentingan dengan mengembangkan bisnis inti;

2) Membangun bisnis yang lebih beragam dengan mengembangkan

bisnis baru untuk menambah proporsi nilai ke nasabah dan

pemangku kepentingan;

3) Memberikan service excellence dengan fokus nasabah melalui:

a) Bisnis proses yang lebih sederhana dan digital

b) Teknologi informasi yang handal dan mutakhir

c) Praktek manajemen risiko yang kokoh

d) SDM yang professional berbudaya kinerja baik

3. Produk KREASI pada PT.Pegadaian Persero Cabang Watampone

Kreasi adalah kredit dengan angsuran bulanan yang diberikan kepada

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk pengembangan usaha dengan sistem

Fidusia. Sistem Fidusia berarti agunan untuk pinjaman cukup dengan BPKB sehingga

kendaraan masih bisa digunakan untuk usaha. KREASI merupakan solusi terpercaya

untuk mendapatkan fasilitas kredit yang cepat, mudah dan murah.

Jenis produk KREASI terdiri dari 2 jenis yang menggunakan jaminan

Fidusia yaitu:

a. Kreasi Ultra Mikro adalah pinjaman (kredit) dalam jangka waktu tertentu

dengan menggunakan kontruksi penjaminan kredit secara jaminan fidusia

dan atau jaminan gadai, yang diberikan kepada pengusaha mikro dan

pengusaha kecil yang membutuhkan dana untuk keperluan pengembangan

usaha dengan uang pinjaman 10 juta ke bawah dengan sewa modal yang
52

lebih ringan. Syarat produk ini adalah tidak sedang dalam pembiayaan

KUR dari lembaga keuangan lain.

b. Kreasi Fleksi adalah pinjaman (kredit) dalam jangka waktu tertentu dengan

menggunakan konstruksi penjaminan kredit secara jaminan fidusia

dan/atau jaminan gadai, yang diberikan oleh perusahaan kepada pengusaha

mikro dan pengusaha kecil yang membutuhkan dana untuk keperluan

pengembangan usaha dimana pembayaran angsuran/pelunasan dilakukan

secara sekali bayar atau secara berjangka.

4. Persyaratan dan Analisis Pengajuan Kredit Agunan pada PT. Pegadaian

Persero Cabang Watampone

Persyaratan untuk nasabah yang mengajukan kredit agunan di PT

Pegadaian Persero Cabang Watampone yaitu:

a. Legalitas Usaha (SIUP, SITU, Surat Keterangan Usaha) an. Pemohon.

b. Legalitas Kendaraan (BPKB, STNK, Faktur, Kwitansi) an. Pemohon.

c. Kartu Keluarga.

d. KTP (suami-istri jika pemohon telah berkeluarga).38

Kemudian analisis yang digunakan pegadaian untuk memberikan kredit

kepada nasabah yaitu dengan menggunakan prinsip 5C.

B. Pembahasan

1. Prosedur Pemberian Kredit Agunan Surat-Surat Kendaraan Motor pada

PT. Pegadaian Persero Cabang Watampone

Pengambilan kredit agunan surat-surat kendaraan motor tentunya memiliki

prosedur yang harus dipenuhi oleh calon nasabah yang mengajukan permohonan

38
Abdul Samad, Kepala Cabang Bisnis Mikro (CBM) Watampone, Kab. Bone, Sulsel,
wawancara oleh penulis di jalan Durian, 02 September 2020.
53

pengambilan kredit pada PT. Pegadaian Persero Cabang Watampone. Sebelum

nasabah memperoleh kredit terlebih dahulu harus melalui tahapan-tahapan penilaian

mulai dari pengajuan proposal kredit dan dokumen-dokumen yang diperlukan,

pemeriksaan keaslian dokumen, analisis kredit sampai dengan kredit dikucurkan.

Tahap-tahap dalam memberikan kredit mikro ini kita kenal dengan prosedur

pemberian kredit. Tujuan prosedur kredit adalah untuk memastikan kelayakan suatu

kredit, diterima atau ditolak. Dalam menentukan kelayakan suatu kredit maka dalam

setiap tahap selalu dilakukan penilaian yang mendalam.

Prosedur dalam pemberian kredit di PT. Pegadaian biasanya sama saja di

tiap cabang atau pun unit. Namun proses kredit ini dikelola oleh bagian Tim Mikro

dimana sudah ditetapkan dalam manajemen. Menurut Abdul Samad selaku Kepala

Cabang Bisnis Mikro (CBM) Watampone prosedur yang harus dipenuhi oleh calon

nasabah yang mengajukan permohonan pada PT. Pegadaian Persero Cabang

Watampone yaitu:

a. Nasabah mengajukan permohonan kredit lengkap dengan dokumen-

dokumen pendukung seperti : ( KTP suami dan istri, BPKB, STNK, Surat

Izin Usaha, Kartu Keluarga, Denah lokasi Usaha)

b. Permohonan tersebut diproses oleh Tim Mikro setelah data-data yang

diperlukan lengkap. Proses dimulai dengan meminta data informasi

nasabah dengan cara melakukan kunjungan ke lokasi usaha (on the spot),

wawancara, dan penilaian agunan.

c. Kemudian dilakukan analisis/penilaian kelayakan kredit oleh petugas

analisis kredit berdasarkan data yang sudah di peroleh dan hasil kunjungan

ke lokasi serta wawancara. Analisis tersebut dituangkan kedalam suatu


54

laporan penilaian kredit dikenal juga dengan appraisal kredit atau

rekomendasi kredit.

d. Apabila usaha dinilai layak oleh analis kredit setelah dianalisis, maka

appraisal kredit akan diajukan untuk disetujui oleh pimpinan cabang atau

pimpinan devisi, atau direksi.

e. Apabila telah disetujui maka diberikan surat pemberitahuan persetujuan

kredit ( SP2K) kepada nasabah yang mencantumkan syarat-syarat dan

ketentuan yang harus dipatuhi oleh nasabah. Jika nasabah menyetujui

persyaratan, maka SP2K ditandatangani oleh nasabah dan diserahkan

kembali kepada pegadaian yang disaksikan langsung oleh pihak Notaris

sebagai saksi.

f. Selanjutnya adalah pencairan yang diproses oleh penaksir dan selanjutnya

diberikan kepada kasir untuk pencairan uang.39

Seperti yang telah jelaskan diatas dibenarkan pula oleh nasabah bapak

Umar Dani yang mengatakan syarat permohonan kredit yaitu KTP Suami-istri, KK,

fotocopy BPKB, fotocopy STNK, Surat keterangan Usaha, dan rekening listrik (jika

ada). 40

Berikut ini adalah prosedur dari pemberian kredit usaha Mikro pada PT.

Pegadaian Persero Cabang Watampone:

1. Tahap Permohonan Kredit dilakukan oleh calon nasabah

Calon nasabah datang ke PT. Pegadaian untuk mengajukan permohonan

Kredit Usaha Mikro. Setelah itu, calon nasabah terlebih dahulu harus mengisi

39
Abdul Samad, Kepala Cabang Bisnis Mikro (CBM) Watampone, Kab. Bone, Sulsel,
wawancara oleh penulis di jalan Durian, 02 September 2020.
40
Umar Dani, Nasabah Kredit Usaha Mikro, Kab. Bone, Sulsel, wawancara oleh penulis di
jalan Durian, 02 September 2020.
55

formulir aplikasi pembiayaan kredit usaha mikro. Disertai dengan itu, calon nasabah

harus melengkapi persyaratan-persyaratan yang ditentukan PT.Pegadaian. adapun

persyaratan tersebut adalah:

a. BPKB Agunan ( tercatat sesuai dengan identitas KTP/ SIM )

b. Surat Keterangan Usaha minimal dari Kelurahan

c. Usaha berjalan minimal 1 tahun

d. Blanko dari samsat yang menerangkan No. Fisik dan No. Mesin

e. Fotocopy KTP suami dan istri

f. Fotocopy keluarga

g. Fotocopy PBB

h. Fotocopy Rekening Listrik

i. Fotocopy STNK

j. Fotocopy surat nikah

k. Surat keabsahan BPKB di polres

l. Pas foto suami dan istri 4x6 1 Lembar

m. Materai Rp. 6000,- 3 Lembar

2. Tahap Analisis Kredit

Pada tahap ini petugas perum Pegadaian yaitu bagian penaksir melakukan

survey ketempat usaha dan tempat tinggalnya. Hal ini dilakukan untuk menganalisa

kelayakan usaha calon nasabah dengan menggunakan prinsip 5C.

Setelah tahap analisis dilakukan, maka diperoleh hasil analisis. Apabila

hasil analisis menunjukkan usaha calon nasabah layak diberikan kredit, dengan

catatan memenuhi ketentuan Kredit Usaha Mikro dan menunjukkan bahwa usaha

calon nasabah sesuai dengan informasi yang diberikan, maka permohonan kredit
56

dapat sesegera mungkin direalisasikan. Kemudian hasil analisa diberikan kepada

Kepala Manajer Kantor Cabang untuk mengetahui apakah kredit disetujui atau tidak.

3. Tahap Keputusan Kredit

Pada tahap ini Kepala Manajer Kantor Cabang menerima dokumen atas

hasil analisa yang telah dilakukan penaksir. Dari data yang diperoleh tersebut, maka

Kepala Manajer Kantor Cabang membuat keputusan mengenai permohonan kredit

Usaha Mikro yang diajukan calon nasabah, apakah kredit diterima atau ditolak.

Setelah menganalisis nasabah yang mengajukan kredit, maka tahap

selanjutnya adalah bagaimana keputusan pegadaian terhadap pengajuan tersebut. Dari

hasil wawancara dengan bapak Abdul Samad keputusan kredit tidak akan diterima

atau dicairkan ketika salah satu dari analisis prinsip 5C tidak dipenuhi oleh nasabah,

karena apabila dicairkan tidak akan sesuai dengan peruntukannya. Namun pihak

pegadaian dapat memberikan kebijakan jika syarat tersebut dilakukan perbaikan dari

nasabah.41

Setelah dianalisis, pihak pegadaian akan menentukan jumlah pinjaman

yang akan disalurkan kepada nasabah dengan cara menaksir barang jaminan BPKB

Motor. Dari hasil wawancara dengan bapak Abdul Samad cara penaksiran barang

jaminan BPKB Motor di pegadaian adalah dengan melakukan pengecekan HPS

(Harga Pasar Setempat) yang memiliki tabel harga dari setiap jenis motor dan mobil

disetiap 3 bulan diperbaharui.42 Tabel harga dari setiap motor dan mobil yang ada di

PT.Pegadaian Persero pada Cabang Watampone sebagai berikut:

Tabel 2.1

Abdul Samad, Kepala Cabang Bisnis Mikro (CBM) Watampone, Kab. Bone, Sulsel,
41

wawancara oleh penulis di jalan Durian, 02 September 2020.


42
Abdul Samad, Kepala Cabang Bisnis Mikro (CBM) Watampone, Kab. Bone, Sulsel,
wawancara oleh penulis di jalan Durian, 02 September 2020.
57

HPS KENDARAAN TRIWULAN II 2020

SEPEDA MOTOR CBM WATAMPONE

PT. PEGADAIAN (PERSERO)


KONDISI

MERK TYPE TAHUN BARU 90% 80% 70%


YAMAHA
YAMAHA Jupiter MX King 150 GP 2019 25,525,000 22,972,500 21,823,875 20,732,681
AAaaA MOVISTAR
Jupiter MX King 150 GP 2018 20,000,000 19,000,000 18,050,000
MOVISTAR
Jupiter MX King 150 2018 19,800,000 18,810,000 17,850,000
Jupiter MX King 150 2017 18,000,000 17,100,000 16,250,000
Jupiter MX King 150 2016 16,270,000 15,460,000 14,690,000
Jupiter MX 150 2018 18,000,000 17,100,000 16,250,000
Jupiter MX 150 2017 15,820,000 15,030,000 14,280,000
Jupiter MX 150 2016 13,920,000 13,230,000 12,570,000
Jupiter MX CW 2015 12,240,000 11,630,000 11,050,000
YAMAHA Jupiter MX CW 2014 10,780,000 10,250,000 9,740,000
Jupiter MX CW 2013 9,480,000 9,050,000 8,600,000
Jupiter MX CW 2012 8,350,000 7,940,000 7,550,000
Jupiter MX CW 2011 7,350,000 6,990,000 6,650,000
Jupiter MX CW 2010 6,470,000 6,150,000 5,850,000
Jupiter MX CW 2009 5,690,000 5,410,000 5,140,000
Jupiter MX CW 2008 5,000,000 4,750,000 4,520,000
Jupiter MX CW 2007 4,400,000 4,180,000 3,980,000
New Jupiter Z CW F1 2019 19,364,000 18,395,800 17,476,010 16,602,210
New Jupiter Z CW F1 2018 17,470,000 16,600,000 15,770,000
New Jupiter Z CW F1 2017 14,290,000 13,580,000 12,900,000
New Jupiter Z CW F1 2016 12,580,000 11,950,000 11,350,000
New Jupiter Z F1 2018 15,030,000 14,280,000 13,570,000
New Jupiter Z F1 2017 13,230,000 12,570,000 11,950,000
New Jupiter Z F1 2016 11,650,000 11,070,000 10,520,000
New Jupiter Z F1 2015 10,250,000 9,740,000 9,250,000
New Jupiter ZX CW 2014 9,020,000 8,570,000 8,150,000
New Jupiter ZX CW 2013 7,940,000 7,550,000 7,180,000
New Jupiter ZX CW 2012 6,990,000 6,640,000 6,300,000
New Jupiter ZX CW 2011 6,150,000 5,850,000 5,560,000
New Jupiter ZX CW 2010 5,410,000 5,140,000 4,890,000
58

KONDISI

MERK TYPE TAHUN BARU 90% 80% 70%


New Jupiter Z 2009 4,760,000 4,530,000 4,300,000
New Jupiter Z 2008 4,200,000 3,990,000 3,790,000
New Jupiter Z 2007 3,690,000 3,500,000 3,330,000
New Jupiter Z 2006 3,250,000 3,090,000 2,940,000
Mio Sporty 2013 8,000,000 7,600,000 7,220,000
Mio Sporty 2012 7,000,000 6,650,000 6,320,000
Mio Sporty 2011 6,100,000 5,800,000 5,510,000
Mio Sporty 2010 6,560,000 6,240,000 6,000,000
Mio Sporty 2009 5,920,000 5,630,000 5,350,000
Mio STD 2008 5,330,000 5,070,000 4,820,000
Mio STD 2007 4,800,000 4,560,000 4,340,000
Mio STD 2006 4,320,000 4,100,000 3,900,000
Mio J 2014 9,900,000 9,410,000 8,940,000
Mio J 2013 8,910,000 8,470,000 8,050,000
Mio J 2012 8,020,000 7,620,000 7,240,000
Mio GT 2015 11,250,000 10,690,000 10,150,000
Mio GT 2014 10,130,000 9,630,000 9,150,000
All New Soul GT AKS 2018 16,641,000 15,810,000 15,020,000
All New Soul GT AKS 2017 16,227,000 15,420,000 14,650,000
All New Soul GT AKS SSS 2018 17,118,000 16,270,000 15,460,000
YAMAHA All New Soul GT AKS SSS 2017 16,686,000 15,850,000 15,060,000
Sumber: Arsip Dokumen Pegadaian Cabang Watampone

Berdasarkan tabel diatas mengenai Harga Pasar setempat (HPS) dapat dilihat bahwa

harga motor tergantung pada merk, type serta tahun dan kondisi motor tersebut

sehingga dapat menentukan berapa besar jumlah kredit yang dapat diberikan kepada

nasabah.

Contoh dalam pemberian kredit dengan jaminan BPKB motor ditaksirkan

dengan harga 10 juta dengan tenor 3 tahun x 70% atau tenor 1 tahun bisa sampai

80%- 85% tergantung berapa tenor yang diminta oleh nasabah mulai dari 12, 18, 24,

36 dan 48 bulan. Semakin lama tenor yang diminta oleh nasabah akan berpengaruh
59

dengan taksiran harga barang jaminan karna terkait dengan resiko, yang setiap

tahunnya harga motor atau mobil menurun dan untuk meminimalisirkan resiko

pegadaian menurunkan jumlah taksirannya.

4. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini Kepala Manajer Kantor Cabang menyetujui Permohonan

kredit Usaha Mikro yang diajukan calon nasabah maka calon nasabah

menandatangani akad atau perjanjian kredit. Seperti pembayaran dilakukan melalui

angsuran serta kesepakatan apabila calon nasabah tidak dapat memenuhi

kewajibannya setalah batas waktu yang ditentukan, maka agunan akan dilelang.

Setelah akad atau perjanjian disetujui oleh kedua belah pihak, maka Kepala Manajer

Kantor Cabang memberikan dokumen persetujuan kredit kepada kasir untuk

pencairan dana pinjaman sesuai dengan nilai yang agunan yang telah diperhitungkan.

Tabel 3.1

Tabel Kreasi Regular Pola Angsuran Bulanan


Biaya Sewa
Administrasi Modal
Jangka Waktu Kredit (SM)
No Uang Pinjaman (UP) (BAK)
Kredit (bulan)
(BAK x UP) (SM x
UP)
1 1.000.000 s.d 10.000.000 12, 18, 24, 36 1% 1.25%
2 10.100.000 s.d 50.000.000 12, 18, 24, 36 1% 1.15%
3 50.100.000 s.d 100.000.00012, 18, 24, 36 1% 1.05%
4 100.100.000 s.d 500.000.000
12, 18, 24, 36, 0% 1.00%
48
Sumber: Arsip Dokumen Pegadaian Cabang Watampone

Berdasarkan tabel diatas bahwa dalam kreasi reguler pola angsuran bulanan terdapat

4 unsur yaitu uang pinjaman (UP), dimana pada bagian ini mencantumkan jumlah
60

atau besaran pinjaman yang disediakan oleh pihak pegadaian dan nasabah hanya

memilih dari jumlah-jumlah yang disediakan tersebut. Jangka waktu kredit (bulan),

pada bagian ini mencantumkan jangka waktu berlakunya pinjaman atau kredit

nasabah yang diinginkan serta berapa lama pihak nasabah melakukan pembayaran

angsuran. Biaya administrasi kredit (BAK), pada bagian ini mencamtukan berapa

total biaya administrasi yang harus dibayarkan oleh nasabah pada saat pengambilan

kredit, total tersebut diperoleh dari besaran jumlah pinjaman dikali dengan persen

biaya administrasi kredit. Persen biaya administrasi kredit ditentukan oleh pihak

kantor pegadaian. Sewa modal, pada bagian ini diperoleh dari besaran uang pinjaman

dikali dengan besaran persen sewa modal. Besaran persen sewa modal ditentukan

juga dari pihak kantor pegadaian. Reguler bulanan ini biasanya diperuntukkan untuk

nasabah yang memiliki pendapatan harian.

Tabel 3.2

Tabel Kreasi Reguler Pola Angsuran Sekali Bayar

Biaya
Sewa Modal (SM)
Uang Pinjaman Administrasi
No
(UP) Kreasi
Tenor Tenor Tenor
( BAK x UP)
(3 bulan) (4 bulan) (6 bulan)
1.000.000 s.d
1 1% 6.80% 9.20% 14.10%
10.000.000
10.100.000 s.d
2 1% 6.30% 8.50% 13.00%
50.000.000
50.100.000 s.d
3 1% 5.60% 7.60% 11.60%
100.000.000
100.100.000 s.d
4 0% 5.50% 7.40% 11.30%
500.000.000
. Sumber: Arsip Dokumen Pegadaian Cabang Watampone
61

Berdasarkan tabel diatas mengenai kreasi reguler pola angsuran sekali bayar ada

beberapa persamaan dan perbedaan dengan tabel pertama yaitu pada bagian uang

pinjaman dan biaya administrasi kredit sama dengan kreasi reguler pola angsuran

bulanan. Hal ini mencantumkan besaran atau total uang yang akan dipinjam oleh

nasabah dan BAK ditentukan oleh pegadaian. Namun, pola bagian sewa modal tetap

jumlahnya diperoleh dari total uang pinjaman dikali dengan besaran persen dari sewa

modal yang ditentukan oleh pihak pegadaian. Akan tetapi, pembayarannya dilakukan

sekali bayar sesuai dengan tenor yang dipilih oleh nasabah dimana pihak nasabah

tidak melakukan pembayaran secara berangsur setiap bulannya melainkan melakukan

pembayaran dengan jangka waktu yang dipilih oleh nasabah dengan melakukan

pembayaran sekali bayar atau langsung lunas. Pola ini diperuntukkan nasabah petani,

pengusaha, kontraktor, dan lain-lain.

Tabel 3.3

Tabel Kreasi Regular Pola Angsuran Berjangka

Sewa Modal ( SM x UP)

Biaya
Uang Pinjaman Administrasi Tenor Tenor Tenor
No (bulan) (bulan) (bulan)
(UP) Kredit
(BAK x UP) 12, 18, 24, 12, 24, 36 12, 18, 24,
36 36
Pola Pola Pola
Angsuran Angsuran Angsuran
3 Bulanan 4 Bulanan 6 Bulanan
1 1.000.000 s.d 1% 4.40% 6.30% 10.80%
10.000.000
2 10.100.000 s.d 1% 4.05% 5.80% 10.00%
50.000.000
3 50.100.000 s.d 1% 3.60% 5.20% 9.00%
100.000.000
62

4 100.100.000 s.d 0,5% 3.50% 5.05% 8.60%


500.000.000
Sumber: Arsip Dokumen Pegadaian Cabang Watampone

Berdasarkan tabel diatas mengenai kreasi reguler pola angsuran berjangka memiliki

persamaan pada tabel sebelumnya. Hanya saja yang membedakan pada sewa modal

dimana tabel ini memberikan tenor dengan jangka waktu 12, 18, 24, dan 36 bulan,

disertai pula tenor pola angsuran 3 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Dalam hal ini nasabah

melakukan pembayaran secara berangsur sesuai dengan pola angsuran yang

dipilihnya.

2. Keputusan Kredit Agunan Surat-Surat Kendaraan Motor pada PT.

Pegadaian Persero Cabang Watampone

Pengambilan keputusan dalam memberikan kredit agunan kepada nasabah,

PT. Pegadaian Persero Cabang Watampone memiliki prinsip-prinsip dalam menilai

nasabah apakah layak diberikan atau tidak.

a. Character

Penilaian ini merupakan hal yang paling penting bagi pegadaian karena

menyangkut tentang kepribadian dan watak calon nasabah. Titik perhatian bagi

pegadaian adalah mengenai kejujuran dan iktikad baik calon nasabah. Oleh karena

itu, pihak pegadaian harus mengetahui tentang karakter calon nasabah, karenanya

perlu kehati-hatian dan ketelitian dalam memberikan keputusan pemberian kredit.

Untuk itu dari data-data yang disampaikan oleh calon nasabah dapat diketahui sejauh

mana kebenarannya ketika pihak pegadaian melakukan survey langsung ke lokasi

usaha calon nasabah.

PT.Pegadaian Persero Cabang Watampone melihat sifat dari calon nasabah

tersebut dengan cara melakukan survey terhadap nasabah baru dengan mewawancarai
63

lingkungan sekitar nasabah tanpa sepengetahuannya. Selain itu, pihak PT. Pegadaian

Persero Cabang Watampone juga menilai Character dari calon nasabah saat

mengajukan pertanyaan seputar usaha yang akan dibiayai. Berdasarkan wawancara

tersebut dapat dilihat dari sikap dan cara menjawab calon nasabah yang akhirnya

akan di ketahui karakter mereka.

Menurut bapak Abdul Samad dari 5C, karakter yang paling penting karena

adanya nasabah yang memiliki sifat yang tidak baik dalam penilaiannya Tim Analisis

melakukan survey awal yang tidak langsung on the spot tetapi kita melakukan survey

lingkungan misalnya mensurvey tetangga nasabah dan bisa juga mensurvey kepala

RT. Setelah ambil data dari tetangga kita juga melakukan survey ke kerabat nasabah

yang tidak serumah. Setelah itu kita melakukan perbandingan dengan apa yang

dikatakan oleh tetangga nasabah sebelumnya.43

Setelah melakukan survey penilaian character terhadap nasabah dan

mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penilaian character. Dalam hal ini

Tim Analisis telah dapat mengetahui dan menyimpulkan dari sifat atau character dari

nasabah tersebut. Selain melalui wawancara untuk mengetahui karakter calon

nasabah, penilaian karakter juga dapat dilakukan pihak pegadaian dengan pengecekan

BI Checking. BI Checking ini adalah suatu proses lembaga keuangan baik bank

maupun non bank melalui suatu sistem yang dikelola oleh Bank Indonesia. Sistem ini

didalamnya berisi data tentang reputasi calon nasabah yang berkaitan dengan kondisi

pembayaran nasabah di masa lampau atau sekarang ketika calon nasabah memiliki

kredit di Bank manapun.

43
Abdul Samad, Kepala Cabang Bisnis Mikro (CBM) Watampone, Kab. Bone, Sulsel,
wawancara oleh penulis di jalan Durian, 02 September 2020.
64

Adapun tujuan lain dalam melakukan pemilihan karakter sebagai salah satu

penilaian dalam pemberian kreditnya guna untuk meminimalisir resiko kredit yang

akan muncul pada saat kredit yang diberikannya berjalan. Hal ini dapat dilihat dari

contoh ketika usaha nasabah lancar dan memiliki kemampuan untuk memenuhi

kewajibannya tetapi nasabah tersebut tidak memiliki iktikad yang baik untuk

membayar, maka hal ini akan memunculkan permasalahan bagi pegadaian

dikemudian hari dan akan menimbulkan kredit bermasalah.

Karakter yang baik dan meyakinkan biasanya ditunjukkan oleh kebenaran

pernah dinyatakan calon nasabah baik secara tertulis maupun secara lisan. Tidak ada

keraguan tentang identitas diri, usaha dan aspek legalitasnya. Tidak ada cacat dari

dokumen yang menyertai identitas dan bisnisnya. Tidak terdapat atau terdengar suara

miring tentang reputasi, tidak ada catatan dipengadilan baik pengadilan negeri,

pengadilan tinggi, maupun mahkamah agung. Tidak terdapat catatan kriminal dan

catatan lain dari kepolisian, bahkan sebaliknya bila terdapat catatan positif tentang

penghargaan yang pernah diterima calon nasabah, sumbangan dan hasil karya yang

mendapat apresiasi dari pihak pemerintah atau masyarakat sangat membantu

pembentukan karakter positif calon nasabah.

Adapun landasan hukum mengenai penilaian karakter terdapat dalam Q.S

Al- Baqarah: 284 yaitu:

            
          
       
Artinya :
Milik Allah-lah segala apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi. Jika
kamu menyatakan apa yang ada didalam hatimu atau kamu
menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
65

tentang perbuatan itu. Dian mengampuni siapa saja yang Dia kehendaki
dan menyiksa siapa saja yang Dia kehendaki. Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu.44
Berdasarkan ayat diatas dapat diketahui bahwasannya seluruh yang ada di

langit dan di bumi ini adalah milik Allah. Allah yang menciptakan, memiliki dan

mengaturnya. Oleh karena itu siapa yang menampakkan atau menyembunyikan apa

yang ada di dalam dirinya, baik berupa kebaikan maupun keburukan, maka semua itu

akan di hisab oleh Allah. Allah akan mengampuni siapa saja yang dikehendaki dari

kalangan orang-orang beriman dan bertaqwa, dan Allah juga akan menyiksa siapa

saja uang dikehendaki dari kalangan orang-orang yang berbuat syirik dan maksiat.

Adapun kaitan ayat diatas dengan karakter adalah bahwa Allah akan

menghisab semua yang disembunyikan seseorang didalam dirinya baik itu berupa

kebaikan maupun keburukan. Hal ini sangat jelas menerangkan kaitannya dengan

karakter, dimana karakter sendiri adalah sifat-sifat, akhlak atau budi pekerti

seseorang. Oleh karena itu, sifat seseorang yang dimilikinya baik ataupun buruk

Allah akan tetap mengetahuinya dan Allah akan menghisabnya. Pada ayat tersebut

juga Allah menerangkan bahwasannya Dia akan mengampuni siapa saja yang

dikehendaki dan juga menyiksa siapa saja yang di kehendaki. Hal ini

memberitahukan kepada setiap orang agar selalu memiliki sifat yang baik agar dapat

terhindar dari siksaan Allah.

b. Capacity

Penilaian prinsip capacity berhubungan dengan kemampuan nasabah dalam

mengembalikan pinjaman. Pengukuran untuk hal ini dapat dilakukan kreditur dengan

meneliti keahlian calon nasabah dalam mengelola bidang usaha dan kemampuan

44
Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 284.
66

manajerial. Pihak PT. Pegadaian Persero Cabang Watampone sendiri juga melihat

kemampuan calon nasabah dalam menjalankan usaha dan sebaik apa prospek usaha

tersebut sehingga pihak pegadaian dapat mengetahui sejauh mana kemampuan

nasabah dalam mengembalikan hutang kelak dengan mengajukan pertanyaan yang

berhubungan dengan usaha tersebut.

Sesuai dengan hasil wawancara dengan bapak Abdul Samad mengatakan

bahwa Capacity dapat dilihat dari besarnya omset usahanya kita bandingkan dan

pegadaian mengambil nilai terendah. Adapun tahapan yang dilakukan dalam menilai

Capacity yaitu :

1. Melakukan wawancara berupa omset harian

2. Laba

3. Gaji karyawan jika ada

4. Biaya umumnya lainnya45

Tahapan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui laba bersih

dari usaha nasabah yaitu omset dikurangi dengan pengeluaran.

c. Capital

Prinsip ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar modal yang

dimiliki oleh nasabah sebelum mendapat tambahan dana. Hal ini dapat ditunjukkan

dengan melihat akan kondisi aset dan kekayaan yang dimiliki, khususnya nasabah

yang mempunyai sebuah usaha. Capital dinilai dari laporan tahunan perusahaan yang

dikelola oleh nasabah dengan melihat laporan keuangan (neraca dan laporan rugi

laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas,

rentabilitas dan ukuran lainnya.

45
Abdul Samad, Kepala Cabang Bisnis Mikro (CBM) Watampone, Kab. Bone, Sulsel,
wawancara oleh penulis di jalan Durian, 02 September 2020.
67

Cara yang di pergunakan PT. Pegadaian Persero Cabang Watampone

dalam mengamati prinsip ini adalah dengan melihat keadaan rumah calon nasabah itu

sendiri dan aset-aset yang ia miliki. Menurut bapak Abdul Samad untuk menentukan

besar jumlah pinjaman dilihat dari laba bersihnya dari suatu usaha nasabah yang

dimana laba bersih di bagi 3 itulah yang menjadi angsuran maksimal nasabah. 46

d. Collateral

Bentuk penilaian terhadap agunan, dimana prosedur untuk melakukan

pinjaman pada pegadaian yaitu seorang debitur diperlukan sebuah jaminan untuk

persetujuan pemberian kredit yang merupakan sebuah sarana pengaman bagi

pegadaian atas resiko yang mungkin akan terjadi atau wanprestasi dikemudian hari.

Seperti halnya kredit macet yang dimana jaminan yang dijaminkan harus memiliki

kualitas tinggi sebesar pinjaman yang diberikan agar dapat menutupi pinjaman yang

diberikan kepada nasabah.

Pada prinsip ini pihak Pegadaian akan melakukan pengecekan secara

langsung terhadap jaminan yang diajukan oleh nasabah. Bila jaminan berupa

kendaraan bermotor, maka pihak pegadaian akan memeriksa kelengkapan surat,

kelengkapan bagian kendaraan, kepemilikan, melakukan penilaian dari kendaraan,

dan informasi penting lainnya tentang keadaan kendaraan bermotor tersebut. Dalam

hal ini pihak pegadaian akan selalu memperhatikan setiap tahapan yang dilakukannya

guna meminimalisir akan terjadinya suatu resiko yang akan terjadi nantinya. Kredit

bermasalah adalah kredit yang tergolong kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan

kredit macet. Dalam keadaan ini dapat mengganggu kelancaran pengembalian kredit

sesuai waktu yang telah ditentukan.

46
Abdul Samad, Kepala Cabang Bisnis Mikro (CBM) Watampone, Kab. Bone, Sulsel,
wawancara oleh penulis di jalan Durian, 02 September 2020.
68

Apabila suatu resiko telah terjadi yang dimana disebut kredit macet atau

nasabah menunggak melakukan pembayaran angsuran, maka dalam mengatasi hal

tersebut pihak pegadaian akan memberikan peringatan kepada nasabah. Suatu

pinjaman dikatakan bermasalah bila terjadi kualifikasi angsuran yaitu menunggak

angsuran diatas 2 bulan. Pada kondisi ini kepada nasabah harap mulai dikunjungi dan

diingatkan akan kewajibannya membayar angsuran kepada kantor pegadaian. Namun

demikian, apabila ternyata melewati hingga bulan ketiga atau sampai dengan jatuh

tempo, maka pihak pegadaian memberikan teguran resmi berupa somasi dengan

memberikan surat peringatan resmi kepada nasabah sebanyak 3 kali.

Isi dari surat peringatan, selain memuat jumlah yang harus dibayar nasabah,

juga berisi pemberitahuan dilakukannya upaya penyitaan dan pasal eksekusi terhadap

barang jaminan. Surat peringatan dibuat rangkap dua, asli untuk nasabah dan lembar

kedua sebagai arsip cabang yang disimpan dalam map dokumen kredit nasabah yang

bersangkutan. Surat peringatan dikirim dengan pos tercatat atau diantar langsung dan

meminta tanda tangan penerimaan surat pada buku ekspedisi.

Sesuai dengan hasil wawancara dengan bapak Abdul Samad dalam

menangani hal tersebut kredit macet, kita tetap melakukan penagihan, kita lakukan

somasi pertama dengan surat peringatan dan melakukan penagihan secara langsung.

Jika belum dibayar, berselang 7 hari kita lanjutkan somasi kedua dengan memberikan

surat peringatan kedua. Jika tidak dapat di bayar lagi dari penagihan tersebut

berselang 7 hari masih belum bayar, kita kirimkan lagi surat peringatan ketiga, jika

surat peringatan ketiga masih belum dibulatkan berarti tidak bayar-bayar berselang 7

hari kemudian, kita melakukan penarikan barang jaminan. Nanti jika peralihan

jaminan telah sukses dilakukan maka akan dilakukan penjualan barang jaminan yang
69

sudah ditarik untuk menutupi sisa hutang dari nasabah. Adapun yang akan menjadi

uang kelebihan atau uang sisa akan menjadi hak nasabah atau di kembalikan kepada

nasabah. 47

Menurut bapak Abdul Samad berdasarkan hasil wawancara berikut adalah

kebijakan PT. Pegadaian Persero Cabang Watampone dalam penentuan denda

keterlambatan:

1. Setiap keterlambatan pembayaran angsuran, pembayaran pokok kredit atau

angsuran pokok kredit berikut sewa modal kreditnya yang melebihi tanggal

jatuh tempo angsuran dan atau jatuh tempo kredit dikenakan denda.

2. Besaran denda dihitung dengan menggunakan rumus yang memperhatikan

jumlah hari keterlambatannya dikalikan tarif.

Rumus Denda Keterlambatan Per hari dirumuskan:

Denda = (4% x Angsuran x n ) : 30

n = Jumlah Hari Keterlambatan

Angsuran = cicilan pokok pinjaman ditambah dengan sewa modal

perbulannya dan atau sisa tunggakan pokok pinjaman ( jika terdapat kurang

angsuran).48

47
Abdul Samad, Kepala Cabang Bisnis Mikro (CBM) Watampone, Kab. Bone, Sulsel,
wawancara oleh penulis di jalan Durian, 02 September 2020.
48
Abdul Samad, Kepala Cabang Bisnis Mikro (CBM) Watampone, Kab. Bone, Sulsel,
wawancara oleh penulis di jalan Durian, 02 September 2020.
70

Secara umum subtansi landasan hukum jaminan lebih mencerminkan

penguat kepercayaan dalam hal hutang piutang. Jaminan boleh dijual jika hutangnya

tidak dapat dibayar, hanya penjualannya itu harus dengan adil dan harus

sepengatahuan si pemilik jaminan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT Q.S Al-

Baqarah: 283 sebagai berikut:

           
        
         
      
Artinya :
Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang
kamu tidak mendapat seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan
yang di pegang (oleh yang berpiutang). Tetapi, jika sebagian kamu
mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada
Allah Tuhannya. Dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan
kesaksian, karena barang siapa menyembunyikannya,maka sesungguhnya
ia adalah orang yang berdosa hatinya dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.49
Berdasarkan penjelasan ayat diatas dapat dipahami bahwa jika seseorang

melakukan mu’amalah sedang dalam perjalanan dan tidak diikuti oleh seorang

penulis, maka hendaklah orang yang melakukan perjalanan itu memberikan

tanggungan berupa barang, sehingga barang tersebut dapat dijadikan jaminan. Yang

mana fungsi jaminan itu gunanya untuk menjaga kepercayaan bersama dan pegangan

bagi yang memberi utang dari yang berutang. Ayat diatas juga menjelaskan jika

kedua belah pihak saling mempercayai, boleh saja keduanya bersepakat untuk tidak

memerlukan jaminan. Namun jangan ada yang berkhianat kepada sesamanya dan

49
Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 283.
71

bertaqwalah kepada Allah. Maksud taqwa disini memberikan perintah kepada

pemberi pinjaman untuk selalu waspada dan memberi bimbingan kepada peminjam

agar disiplin dalam membayar pinjaman. Apabila ada orang yang mengetahuinya

hendaklah orang tersebut selalu siap menjadi saksi, dan memberi kesaksian yang

benar. Namun, apabila ada yang mengetahuinya tetapi tidak mau bersaksi maka itu

termasuk perbuatan dosa. Wajib hukumnya memberi kesaksian apabila

mengetahuinya. Allah mengetahui segala yang dikerjakan hambanya, baik secara

terang-terangan maupun yang disembunyikan. Oleh karena itu para saksi jangan

menyembunyikan persaksian apalagi membuat kepalsuan.

e. Condition

Kredit yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi

yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah. Ada suatu usaha yang sangat

tergantung dari kondisi perekonomian, oleh karena itu perlu mengaitkan kondisi

ekonomi dengan usaha calon nasabah. Dengan demikian pihak pegadaian juga dapat

memperkecil resiko kemungkinan yang akan ditimbulkan oleh kondisi ekonomi.

Keadaan perdagangan serta persaingan dilingkungan usaha calon nasabah perlu

diketahui sehingga kredit yang telah diberikan akan benar-benar bermanfaat untuk

perkembangan usahanya.

PT. Pegadaian dalam memberikan keputusan pemberian kredit kepada

debitur atau nasabah bukan semata-mata untuk memastikan nasabah tersebut dapat

mengembalikan uang pinjaman yang diberikan tetapi, pihak pegadaian juga membina

dan mengawasi perkembangan usaha nasabah apakah usaha tersebut berjalan dengan

lancar atau uang pinjaman yang diberikan oleh pihak pegadaian tidak sesuai dengan
72

peruntukannya. Sehingga hal tersebut dapat memicu adanya suatu permasalahan bagi

pihak pegadaian yang akan menyebabkan kerugian.

Menurut Bapak Abdul Samad apabila usaha nasabah mengalami suatu

penurunan omset atau terjadinya suatu masalah yang tidak terduga yang sangat

mempengaruhi pendapatan usaha nasabah yang pada akhirnya nasabah tidak dapat

memenuhi kewajibannya dalam kata lain mogok angsuran. Dalam kondisi ini, pihak

pegadaian akan mengatasi masalah yang terjadi kepada nasabah yang tidak dapat

memenuhi kewajibannya.50

Setiap tindakan yang dilakukan harus menerapkan prinsip kehati-hatian

dalam memberikan keputusan untuk menghindari munculnya permasalahan bagi

pihak pegadaian yang akan dirugikan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dan membahas permasalahan terkait

keputusan kredit agunan surat-surat kendaraan motor pada PT. Pegadaian Persero

Cabang Watampone akhirnya penulis mengambil kesimpulan. Adapun kesimpulan

yang diperoleh adalah:

50
Abdul Samad, Kepala Cabang Bisnis Mikro (CBM) Watampone, Kab. Bone, Sulsel,
wawancara oleh penulis di jalan Durian, 02 September 2020.
73

1. Prosedur pemberian kredit agunan surat-surat kendaraan motor pada PT.

Pegadaian Persero Cabang Watampone yaitu:

a. Tahap Permohonan Kredit dilakukan oleh calon nasabah

Calon nasabah datang ke PT. Pegadaian untuk mengajukan permohonan

Kredit Usaha Mikro. Setelah itu, calon nasabah terlebih dahulu harus

mengisi formulir aplikasi pembiayaan kredit usaha mikro.

b. Tahap Analisis Kredit

Pada tahap ini petugas perum Pegadaian yaitu bagian penaksir melakukan

survey ketempat usaha dan tempat tinggalnya. Hal ini dilakukan untuk

menganalisa kelayakan usaha calon nasabah dengan menggunakan prinsip

5C.

c. Tahap Keputusan

Kredit Pada tahap ini Kepala Manajer Kantor Cabang menerima dokumen

atas hasil analisa yang telah dilakukan penaksir. Dari data yang diperoleh

tersebut, maka Kepala Manajer Kantor Cabang membuat keputusan

mengenai permohonan kredit Usaha Mikro yang diajukan calon nasabah,

apakah kredit diterima atau ditolak.

d. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini Kepala Manajer Kantor Cabang menyetujui Permohonan


74
kredit Usaha Mikro yang diajukan calon nasabah maka calon nasabah

menandatangani akad atau perjanjian kredit. Seperti pembayaran dilakukan

melalui angsuran serta kesepakatan apabila calon nasabah tidak dapat

memenuhi kewajibannya setalah batas waktu yang ditentukan, maka

agunan akan dilelang.


74

2. Keputusan Kredit Agunan Surat-Surat Kendaraan Motor pada PT. Pegadaian

Persero Cabang Watampone

Dalam keputusan pemberian kredit pada PT. Pegadaian Persero Cabang

Watampone menggunakan prinsip penilaian 5C terhadap nasabah. Dengan penilaian

ini akan diketahui keputusan pemberian kredit akan diterima atau ditolak oleh Kepala

Manajer Cabang. Apabila berakhirnya perjanjian KREASI dapat disebabkan 2 hal

yaitu karena pelunasan hutang (prestasi) dan wanprestasi. Apabila terjadi wanprestasi,

maka pihak pegadaian terlebih dahulu akan melakukan somasi (peringatan) dan

terakhir melakukan penarikan barang jaminan jika tidak dapat melunasi hutang

kepada kreditur.

B. Saran

Untuk menghindari suatu masalah wanprestasi pada PT. Pegadaian Persero

Cabang Watampone baiknya lebih meningkatkan prinsip kehati-hatian dan

mengutamakan prinsip 5C dalam penilaian calon nasabah yang mengajukan

permohonan kredit. Dari prinsip 5C Character yang paling penting karena Tim

Analisis harus lebih teliti dan mengamati lebih mendalam mengenai watak calon

nasabah karena ini akan memicu munculnya permasalahan bagi Pegadaian yang

mengakibatkan kerugian dalam penyaluran kredit.


75

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ahmad.“Pinjaman Kredit Dalam Perspektif Pendidikan Islam”. Vol. 3.


No. 1. 2019.
Al-Adawiyah, Shifa’.“ Tinjauan Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Angsuran
Sistem Fidusia (KREASI) Pada Perum Pegadaian (Studi Pada Perum
Pegadaian Cabang Teluk Betung)”. dalam Skripsi Penelitian Universitas
Lampung Bandar Lampung. 2010.
Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 283.
Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 284.
76

Amri, Samsul. “Pengaruh Kredit Bermasalah Terhadap Likuiditas PT. Pegadaian


Naasional Produk Syariah”. dalam Skripsi Penelitian Universitas Islam
Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten 2017.
Anggriawan, Gusti Bagus Fradita . Nyoman Trisna Herawati, dan Gusti Ayu
Purnamawati, “Analisis Prinsip 5C dan 7P dalam Pemberian Kredit untuk
meminimalisir Kredit Bermasalah dan Meningkatkan Profitabilitas ( Studi
Kasus pada PT. BPR Pasar Umum Denpasar-Bali)”. Universitas
Pendidikan Ganesha.Vol. 8 No. 2 Tahun 2017.
Azizah, Nurul.“Implementasi 5C Pada Pembiayaan Murabahah Di KJKS BMT El
Amanah Kendal”. dalam Skripsi Penelitian UIN Walisongo Semarang
2015.
Basri, Akmal. Nilai Agunan Terhadap Pemberian Kredit Bank BRI Unit Hasanuddin
Parepare (Analisis Ekonomi Islam). dalam Skripsi Penelitian Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare 2018.
Dani, Umar.Nasabah Kredit Usaha Mikro. Kab. Bone. Sulsel. wawancara oleh
penulis di jalan Durian. 02 September 2020.
Dianstuti, Sumiati. “Analisis Manajemen Kredit untuk Meningkatkan Profitabilitas
pada PT. Pegadaian (persero) Kanwil diKota Makassar” dalam skripsi
penelitian Universitas Negeri Makassar 2016.
Ekaputri, Elvira Suzana. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan Gadai Pada Perum
Pegadaian Cabang Depok. dalam Skripsi Penelitian Universitas Indonesia
2012.
Endra, Febri. edoman Metodologi Penelitian: Statistika Praktis. Sidoarjo: Sifatama
Jawara. 2017.
Fitrah, Muh dan Luthfiyah,. Metodologi Penelitian: Penelitian Kualitatif, Tindakan
Kelas dan Studi Kasus. Cet. I; Jawa Barat: CV Jejak. 2017.
Iskandar, Syamsu. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya . t.t.: IN MEDIA, t.th.
Kasmir. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali Pers. 2015.
Kumaladewi, Nur Adi. “Eksekusi Kendaraan Bermotor Sebagai Jaminan Fidusia
Yang Berada Pada Pihak Ketiga” . Universitas Sebelas Maret. Vol. II. No.
2 . 2015.
Latumaerissa, Julius R. Manjamen Bank Umum. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014.
Martono. Bank & Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: Ekonisia, 2010.
Muhammad. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2011.
Mulyadi, Dedi .“Analisis Manajemen Kredit Dalam Upaya Meminimalkan Kredit
Bermasalah (Studi Pada PT. BPR Pantura Abadi Karawang)”. Jurnal
Manajemen & Bisnis Kreatif Vol. 1. No. 2. 2016.
Purwanto. “Beberapa Permasalahan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Dengan
Jaminan Fidusia”. Vol. 1 No. 2. Agustus 2012.
77

Purwitasari, Lisa Indah. “Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Jaminan Dalam
Perjanjian Kredit (Studi Kasus di BMT Al-Amanah Tarub Tegal)”. dalam
Skripsi Penelitian Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. 2016.
Rosdiana. “Peranan PT. Pegadaian (persero) Cab. Takalar dalam Meningkatkan
Ekonomi Ummat di Kab. Takalar”. dalam Skripsi Penelitian Universitas
Islam Negeri Makassar 2012.
Samad, Abdul. Kepala Cabang Bisnis Mikro (CBM) Watampone. Kab. Bone, Sulsel,
wawancara oleh penulis di jalan Durian. 02 September 2020.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
2012.
Yasir, M. “Aspek Hukum Jaminan F idusia”. Vol. 3 No. 1. 2016.

Anda mungkin juga menyukai