Anda di halaman 1dari 97

PERAN DINAS PARIWISATA DALAM MENINGKATKAN

PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BELU

OLEH :

ELVIANA ORISANTI NINA BAU


1803010239

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial Pada Prodi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Nusa Cendana

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2022

i
ii
iii
iv
Motto

“ Dengan penuh keyakinan, bahwa Allah


berkuasa untuk melaksanakan apa
yang telah Ia janjikan ”
(Roma 4:21)

v
PERSEMBAHAN

Dengan penuh sukacita, penulis mempersembahkan skripsi ini kepada:

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu memberikan anuhgrah

pengetahuan, kesehatan, kekuatan, dan pertolongan yang luar biasa dalam

perjalanan hidup penulis.

2. Ayah tercinta Bapak Marselinus Bau, dan Ibunda tersayang Mama

Ermelinda Bia yang dengan jerih payah membesarkan, mendidik dan

membiayai sampe tinggkat perguruan tinggi serta selalu mendoakan,

mendampingi, mendukung penulis sehingga dapat menyelesaikan tulisan

ini.

3. Saudara – saudari tersayang kaka Oris,Oscar, Ostin,Oralan, serta semua

kelurag besar yang selalu setia mendorong dan mendukung penulis demi

terselesainya penulisan ini.

4. Almamater kebanggan Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Nusa Cendana Kupang

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Peran Dinas

Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan Daerah Kabupaten Belu”

dapat diselesaikan dengan baik. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat

yang harus dipenuhi oleh semua mahasiswa SI untuk memperoleh gelar akedemik

Sarjana Sosial (S.Sos) pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Nusa Cendana Kupang. Penulis menyadari

bahwa dalam penyususnan skripsi ini penulis selalu mendapat bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima

kasih setulus – tulusnya Kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria, kepada kedua

orang tua penulis Bapak Viktor Bau dan Ibu Erlin Bia yang senantiasa

memberikan semangat, nasehat dan doa demi kesuksesan anaknya ini. Berkat

merekalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis juga telah menerima banyak bimbingan dan bantuan dari Ibu Dra.

Jeny J. Therik, M.Si dan Ibu Adriana Rodina Fallo, SH., M.SI selaku pembimbing

I dan II, atas segalah support dan bimbingan dari Ibu berdua yang telah diberikan

selama dalam penulisan skripsi ini, penulis ucapkam limpah trima kasih.

Penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tampa bantuan

serta dukungan dari berbagai pihak, baik berbentuk moral maupun material. Maka

vii
menjadi kewajiban penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah suka rela membantu serta mendukung dalam penulisan skripsi ini hingga

selesai. Dengan penuh kerendahan hati mengucapkan limpah trima kasih sebesar

– besarnya kepada :

1. Bapak Dr. drh. Maxs U.E. Sanam, M.Sc selaku Rektor Universitas Nusa

Cendana kupang beserta jajarannya.

2. Bapak Dr.Melkisedek N.B.C. Neolaka, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nusa Cendana kupang beserta

jajarannya.

3. Dr. Hendrik Toda, S.Sos, M.Si,selaku koordinator program studi dan

semua dosen prodi ilmu administrasi negara.

4. Dinas pariwisata Kabupaten Belu yang memberikan database untuk

melengkapi skripsi ini.

5. Kakak adik penulis, yang selalu mendukung dan membantu penulis kakak

kanis , Gersi, Oris, adik Oscar, Ostin,dan Orlan.

6. Keluarga besar dari Bapa ( bai Muin . Nene Lotu, Bai Blas, Nene Bete,

dan semua keluraga 3S dan yang ada di Masik). Keluarga besar Mama (

Ama Yoseb Mali Uka,dan Nene Wilhelmina, dan semua kelurga besar ).

7. Sahabat – sahabat Penulis ( Sri, Aggel, Monik, Isna, Shargis, Yesi, Nisa,

Windi, Ota, Niki, Jeni,,Luis). Dan teman – teman KKN penulis (kakak,

Mario, Kakak Don, Kakak Fery, Ivan, Serly, Sri, Neng, Ina, Lala, Clarita,

Elvi) kakak Muin, Iky Mones. Trima kasih juga untuk Om Fandi

viii
8. Pihak – pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas

bantuannya baik secara langsung maupun tidak langsung bagi penulis

sehingga terselesailah skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masi terdapat banyak

kekurangan, baik dalam bentuk maupun isi. Oleh karena itu, penulis sangat

menghargai adanya saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun

guna menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi penulis maupun pembaca.

Kupang, 24 Juni 2022

Penulis

Elviana Orisanti Nina Bau

ix
x
ABSTRAK

Elviana Orisanti Nina Bau. Skripsi 2022, Peran Dinas Pariwisata Dalam
Meningkatkan Pendapatan Daerah Kabupaten Belu.Di bimbing oleh
Pembimbing I Dra. Jeny J. Therik, M.Si , Pembimbing II Adriana Rodina
Fallo, SH., M.SI,.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi objektif Peran dari Dinas
Pariwisata dalam usaha meningkatkan pendapatan daerah Kabupaten Belu.
Rumusan masalah yang diajukan yaitu: Bagaiman Peran Dinas Pariwisata
Kabupaten Belu dalam meningkatkan pendapatan daerah ?. Meteode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan, jumblah
informan tujuh orang. Data penelitian ini dikumpulkan melalui observasi,
wawancara dan pengumpulan dokumen – dokumen.
Hasil penelitian yang ditemukan peneliti berdasarkan fokus penelitian yakni
Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata, dilakukan melalui kegiatan
Pramosi dan event – event pariwisata yang sudah terlaksana. Namun
diperhadapkan dengan pendemi covid-19 sehingga dilarangnya membentuk
kerumunan maka Dinas Pariwisata melakukan pemasaran dan promosi pariwisata
dengan mengunakan dan memanfaatkan media-media sosial, seperti websait,
Instagram, facebook, dan you tube resmi Dinas Pariwisata Kabupaten Belu, Dinas
Pariwisata Kabupaten Belu juga menjalankan beberapa kerjasama dengan pihak
perhotelan yang bertujuan untuk penambahan pendapatan daerah. Program
Pengembangan Kemitraan dan Kelembagaan, ini dilakukan melalui kegiatan
Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) ekonomi kreatif, hubungan kerjasama
antara pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan pariwisata. Kegiatan
usaha mikro kecil dan menengah ini sudah terlaksanakan dengan baik, seperti
kerjasama antara Dinas Pariwisata Kabupaten Belu dengan kelompok - kelompok
Tenun ikat dan hasil - hasil tenun dari masyarakat itu dipramosikan atau dijualkan
pada saat event-event dan festival berlangsung sehingga lebih memperkenal
luaskan kepada masyarakat luar maupun masyarakkat lokal tentang kain - kain
adat khas Kabupaten Belu dan juga bias meningkatnya pendapatan daerah
Kabupaten Belu.

Kata Kunci : Peran Dinas Pariwisata dan Pendapan Asli Daerah (PAD).

v
ABSTRACT

Elviana Orisanti Nina Bau. Thesis 2022, The Role of the Department of Tourism in
Increasing Regional Income Belu Regency. Supervised by Supervisor I Dra. Jeny J.
Therik, M.Si, Advisor II Adriana Rodina Fallo, SH., M.SI,.

This study aims to determine the objective condition of the role of the Tourism Office in
an effort to increase regional income in Belu Regency. The formulation of the problem proposed
is: What is the role of the Belu Regency Tourism Office in increasing regional income?. The
method used in this research is descriptive qualitative with seven informants. This research data
was collected through observation, interviews and collection of documents - documents.
The results of the research that were found by researchers were based on the research
focus, namely the Tourism Marketing Development Program, carried out through promotional
activities and tourism events that had been implemented. However, faced with the Covid-19
pandemic so that it is prohibited to form a crowd, the Tourism Office carries out tourism
marketing and promotion by using and utilizing social media, such as websait, Instagram,
Facebook, and the official YouTube channel of the Belu Regency Tourism Office, the Belu
Regency Tourism Office also runs several collaborations with hoteliers aimed at increasing
regional income. Partnership and Institutional Development Program, this is carried out through
the activities of micro, small and medium enterprises (MSMEs) creative economy, cooperative
relations between the government and the community in tourism development. The activities of
these micro, small and medium enterprises have been carried out well, such as the collaboration
between the Belu Regency Tourism Office and the weaving groups and the weaving products
from the community are promoted or sold during events and festivals so that they are more
widely known to the public. outside and the local community about the traditional fabrics of
Belu Regency and also the bias of increasing Belu Regency's regional income.

Keywords: The role of the Department of Tourism and Local Revenue (PAD).
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i


LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................................ ii
MOTO ............................................................................................................................ iii
PERSEMBAHAN ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................................... vi
ABSTRACT.................................................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 10
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................................... 10
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 12
2.1 Peneltian Terdahulu ................................................................................................... 12
2.2 Tinjauan Teori ........................................................................................................... 16
2.3 Karangka Berpikir ..................................................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................... 31
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................................................. 31
3.2 Lokasi Penelitian ....................................................................................................... 32
3.3 Fokus dan Sub Fokus Penelitian ................................................................................ 34
3.4 Informen Penelitian ................................................................................................... 36
3.5 Jenis Data .................................................................................................................. 36
3.6 Teknik Pengumpulan Data......................................................................................... 37
3.7 Teknik Analisis Data ................................................................................................. 38
3.8 Teknik Pengecekan Keabsahan Data.......................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................. 41
4.1 Gambaran umum Lokasi Penelitian ........................................................................... 41
4.2 Profil Dinas Pariwisata Kabupaten Belu .................................................................... 47
4.3 Struktur Organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten Belu ............................................... 52
4.4 Peran Dinas Pariwisata Kabupaten Belu Dalam Meningkatkan Pendapatan Daerah
Kabupaten Belu ........................................................................................................ 62
BAB V PENUTUP .......................................................................................................... 76
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 76
5.2 Saran ......................................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 79
LAMPIRAN.................................................................................................................... 82
RIWAYAT HIDUP PENULIS ....................................................................................... 94
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Belu Tahun 2018 – 2020 ....................... 6

Tabel 1.2. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dinas Pariwisata Kabupaten Belu

Tahun 2018 – 2020......................................................................................................... 8

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 12

Tabel 3.1. Karangka Informan ......................................................................................... 36

Tabel 4.1. Jumblah Penduduk Kabupaten Belu ................................................................ 42

Tabel 4.2. Objek wisata, Wisata Budaya, Wisata Religi, Wisata Buatan

Kabupaten Belu ............................................................................................................. 49

Tabel 4.3. Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Domesticdi Kabupaten Belu

Tahun 2018 – 2020.......................................................................................................... 67


DAFTAR GAMBAR

Gambar Contoh Buku Destinasi Yang Di Titipkan Dihotel .............................................. 66

Gambar Tempat Wisata Kolam Susuk Dan Pantai Sukaerlaran ........................................ 69

Gambar Kegiatan Penjualan Kain Tenun Khas Kabupaten Belu

Pada Saat Festivsl INACRAFT ...................................................................................... 72

Gambar Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Belu ........................................................... 85

Gambar Wawancara Bersama Sekertaris Dinas Pariwisata Kabupaten Belu ..................... 86

Gambar Wawancara Bersama Kepala Bidang Destinasi

Dan Industri Pariwisata Kabupaten Belu ......................................................................... 86

Gambar Wawancara Bersama Bendahara Penerimaa

Dinas Pariwisata Kabupaten Belu .................................................................................... 87

Gambar Wawancara Bersama Sub Bidang Pengembangan Pemasaran

Pariwisata Kabupaten Belu ............................................................................................. 87

Gambar Bersama Masyarakat (Wisatawan) ..................................................................... 88

Gambar Bersama Masyarakat (Wisatawan) ..................................................................... 89

Gambar Bersama Masyarakat (Wisatawan) ..................................................................... 90

Gambar Objek Wisata .................................................................................................... 91


DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat permohonan Untuk Melakukan Penelitian Dari Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik

2. Surat Ijin Penelitian Dari Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) Provinsi Nusa Tenggara Timur

3. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian dari Dinas Pariwisata Kabupaten Belu

4. Dokumentasi Penelitian

5. Riwayat hidup Peneliti


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia adalah salah satu negara yang memilki banyak potensi kekayaan

alam yang merupakan modal dasar bagi dunia kepariwisataan yang dapat menjadikan sebagai

tempat objek wisata yang patut untuk dibanggakan terlebih objek wisata pantai dan lautnya,

sebab Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai garis pantai yang panjang.

Potensi kekayaan alam apabila dikelola atau managemen dengan baik akan memberikan

peranan yang cukup besar dalam menunjang pencapaian pembangunan daerah. Banyak

negara-negara di dunia yang memiliki organisasi kepariwisataan yang didanai oleh

pemerintah untuk mempromosikan kegiatan kepariwisataannya secara internasional.

Dalam upaya mempercepat perkembangan daerah, pembangunan dan pembinaan

perlu dapat perhatian semua pihak. Dengan cara ini dapat diantisipasi dengan mudah segala

permasalahan yang ada di daerah. Sumber daya yang ada diupayakan penggunaannya secara

optimal sehingga apa yang menjadi tujuan dari pembangunan tersebut dapat tercapai.

Pembangunan pariwisata sebagai bagian dari pembangunan daerah pada umumnya

diarahkan pada peran kegiatan sosial dan ekonomi, untuk menciptakan lapangan kerja,

meningkatkan pendapatan masyarakat, serta pendapatan asli daerah. Selain itu, pembangunan

sarana dan prasarana sebagai penunjang dalam pengembangan destinasi pariwisata perlu

diimbangi dengan adanya pemberdayaan masyarakat daerah sekitar wisata. Hal ini menjadi

sangat wajar dikarenakan daerah wisata menjadi pilihan utama wisatawan lokal maupun

manca negara. Bahkan pada era globalisasi saat ini, daerah wisata telah berkembang pesat

menjadi primadona wisatawan meski hanya untuk sekedar menghabiskan waktu luang.
Upaya pembangunan daerah wisata sudah dilakukan pemerintah sejak tahun 1978.

Hal itu dituangkan dalam TAP MPR No. IV/MPR/1978, yaitu bahwa pariwisata perlu

ditingkatkan dan diperluas anatara lain untuk meningkatkan penerimaan devisa, memperluas

lapangan kerja dan memperkenalkan kebudayaan. Pembinaan serta pemgembangan

pariwisata dilakukan dengan tetap memperhatikan terpeliharanya kebudayaan dan

kepribadian nasional. Upaya yang dilakukan pemerintah saat itu dalam hal pengembangan

pariwisata dalam negeri lebih ditunjukan kepada pengenalan budaya bangsa dan tanah air

dengan diimbangi langkah-langkah dan peraturan yang terarah antara lain dibidang promosi,

penyediaan fasilitas serta mutu dan kelancaran pelayanan. Usaha untuk mencapai kesuksesan

dalam pengembangan pariwisata diperlukan pemahaman baik dari sisi pemerintah dan

masyarakat.

Pemerintah tentu harus memperhatikan dan memastikan bahwa pembangunan

pariwisata itu akan mampu memberikan keuntungan sekaligus menekan biaya sosial dan

ekonomi serta dampak lingkungan sekecil mungkin. Disisi lain, masyarakat sebagai pelaku

wisata lebih terfokus dan berorientasi keuntungan, tentu tidak seenaknya melakukan segala

sesuatu demi mencapai keuntungan, tetapi harus menyesuaikan dengan kebijakan dari

pemerintah dalam pengembangan pariwisata. Hal ini, dimaksudkan untuk meningkatkan

jumlah kedatangan wisatawan dari suatu daerah ke daerah lain. Dengan semakin banyaknya

wisatawan yang datang akan membuat dampak positif dalam bidang sosial dan ekonomi.

Selain itu, pariwisata dalam Undang-Undang Kepariwisataan Nomor 10 Tahun 2009

bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat,

menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumber

daya, memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta tanah air,

memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa dan mempererat persahabatan antara bangsa.

Dengan adanya kunjungan wisatawan baik wisatawan manca negara maupun wisatawan lokal
akan berpengaruh terhadap kesempatan kerja dan pendapatan daerah tujuan wisatawan.

Pariwisata menjadi faktor penting dalam pengembangan ekonomi karena kegiatannya

mendorong perkembangan beberapa sektor ekonomi nasional dengan mengunggah industri-

industri baru yang berkaitan dengan jasa-jasa wisata misalnya; usaha-usaha transportasi,

akomodasi (hotel, motel, pondok wisata, perkemahan, dan lain-lain), yang memerlukan

perluasan beberapa industri seperti peralatan hotel dan kerajinan tangan (Wahab, 2003:9).

Dalam kerangka optimalisasi manfaat pengembangan pariwisata untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat daerah sekitar wisata diadopsi sebagai suatu strategi pembangunan

pariwisata berbasis masyarakat yang diimplementasikan dalam kerangka design dengan pusat

dan sasarannya tidak hanya menumbuh kembangkan nilai tambah ekonomi, tetapi juga nilai

tambah yang bersifat sosial dan budaya. Pariwisata menjadi suatu kegiatan yang cukup

mendapat perhatian dari pemerintah karena dampaknya terhadap perekonomian nasional.

Dengan kedatangan wisatawan ke suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW), terutama wisatawan

mancanegara, maka diharapkan akan mendatangkan devisa bagi DTW tersebut.

Sektor ekonomi yang dianggap cukup perspektif adalah sektor pariwisata. sektor ini

diyakini tidak hanya sekadar mampu menjadi sektor andalan dalam usaha meningkatkan

perolehan devisa untuk pembangunan, tetapi juga mampu mengentaskan kemiskinan

pemerintah daerah juga menggali potensi-potensi lain yang dapat menyumbang Pendapatan

Asli Daerah (PAD). Potensi tersebut dari sektor yang dapat dikembangkan untuk

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), diantaranya sektor pertanian, sektor

pariwisata, sektor jasa, sektor perdagangan, sektor parkir, dan lain-lain.

Pariwisataa diera globalisasi saat ini, merupakan salah satu sektor yang mempunyai

peran yang strategis dalam menunjang pembangunan perekonomian nasional yang

diharapkan mampu memberikan peningkatan pendapatan melalui penerimaan devisa negara.

Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan dan sumbangan terhadap pelaksanaan


pembangunan proyek-proyek berbagai sektor bagi negara-negara yang telah berkembang atau

maju ekonominya, di mana pada gilirannya industri pariwisata merupakan suatu kenyataan

ditengah-tengah industri lainnya (Pendit, 2003:33).

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyebutkan bahwa

keberadaan sektor pariwisata sangat potensial. Adanya Obyek wisata yang dimiliki oleh suatu

daerah, akan sangat menguntungkan dalam meningkatkan pendapatan daerah, membuka

lapangan pekerjaan, meningkatkan taraf hidup masyarakat, serta meningkatkan rasa cinta

untuk melestarikan lingkungan alam dan budaya yang ada. Hal tersebut tentunya akan

memberikan banyak pemasukan bagi daerah yang sadar akan potensi yang dimiliki. Meski

sektor pariwisata hanya menyumbang sedikit namun harapannya sektor tersebut dapat

meningkatkan pendapatan daerah secara bertahap. Oleh karena itu untuk meningkatkan

pendapatan daerah dari sektor pariwisata dibutuhkan manajemen dan tata pengelolaan

pariwisata yang diperankan oleh segenap pemangku kepentingan (stakeholders) baik dari

unsur pemerintah maupun masyarakat.

Sektor pariwisata saat ini merupakan sektor yang terus dikembangkan dan dikelola

pemerintah terutama oleh pemerintah daerah. Di mana pariwisata sebagai salah satu potensi

unggulan sebagai penyumbang pendapatan daerah. Hal ini Perlu adanya pengelolaan secara

tersusun dan terencana agar memperoleh hasil yang optimal bagi daerah dan layak menjadi

potensi unggulan. Pengelolaan potensi wisata yang dimiliki terus dilakukan untuk

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di beberapa daerah kota/kabupaten, tidak

terkecuali di Kabupaten Belu.

Kabupaten Belu adalah salah satu kabupaten terbesar kedua di pulau Timor, Provinsi

Nusa Tenggara Timur. Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Timor Leste ini

memiliki potensi obyek wisata daerah diantaranya yaitu wisata alam, wisata budaya, dan

wisata sejarah, yang harus dikembangkan dan ditingkatkan demi menarik perhatian
wisatawan. Mulai dari wisata Kolam Susu yang pernah dijadikan sebuah lagu oleh Grup band

legendaris Koes Plus, wisata alam Fulan Fehan yang dikenal sebagai bukit teletubis Pulau

Timor, wisata laut yaitu Pantai Pasir Putih, Benteng pertahanan jaman penjajahan Belanda

yaitu Benteng Makes yang terletak di bawah kaki gunung Lakaan yang merupakan gunung

tertinggi di daratan Pulau Timor. Selain wisata alam, ada pula wisata budaya, yaitu tarian

daerah Kabupaten Belu yaitu Tarian Likurai, Tarian Tebe dan wisata daerah lainnya.

Perkembangan pariwisata Kabupaten Belu yang baik dapat meningkatkan pendapatan dari

bantuan kontribusi sektor pariwisata, diharapkan Kabupaten Belu mampu memunculkan

pesaing suatu daerah.

Meskipun memiliki berbagai potensi wisata alam dan wisata budaya, kunjungan

wisatawan manca negara dan domestik masih sangatlah kurang. Berdasarkan data indikator

kinerja utama Dinas Pariwisata kabupaten Belu, realisasi kunjungan wisatawan manca negara

dan domestik dari tahun 2018-2020 hanya mencapai 20% dari target yang ditetapkan. Hal ini

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1 Kunjungan Wisatawan di Kabaupaten Belu Tahun 2018-2020

Tahun Wisatawan Kabupaten Belu

Laki- Laki Perempuan L+P

2018 4.467 2.239 6.706

2019 9.593 3.306 12.899

2020 3.317 1.333 4.650

Jumblah 17.377 6.878 24.255

Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Belu Tahun 2021


Rendahnya kunjungan wisatawan ke Kabupaten Belu diindikasi dari kurangnya promosi

yang di lakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Belu. Selain itu berdasarkan pengamatan

penulis pada beberapa objek wisata alam yang ada di Kabupaten Belu masih belum dikelola

secara maksimal dan masih kurangnya fasilitas yang tersedia seperti Sejumlah tempat wisata

di Kabupaten Belu yang berbatasan langsung dengan negara RDTL ini belum dikelola

dengan baik, bahkan terkesan amburadul. Sejumlah destinasi wisata di Kecamatan Kakuluk

Mesak, seperti di Pantai Pasir Putih, Pantai Sukaerlaran dan Teluk Gurita, kondisi fasilitasnya

sangat memprihatinkan. Padahal setiap akhir pecan ketiga pantai ini selalu menjadi tempat

wisata andalan masyarakat kabupaten Belu. Ditempat wisata Sukaer Laran, loket masuk tidak

dijaga petugas dari Dinas Pariwisata. Di sana hanya terdapat beberapa orang remaja, dengan

potongan kertas yang diakuinya didapat dari hasil copyan. Karcis itu tidak dikasih nomor dan

stempel dengan tarif sekali masuk, pengunjung dipungut Rp 5.000,00.Uang pungutan pun

tidak diketahui diserahkan kepada siapa. yang mereka tahu, setiap hasil pungutan akan

diserahkan kepada kakaknya. Selain pungutan masuk yang terkesan asal-asalan, tempat

wisata ini juga dipenuhi dengan tumpukan sampah plastik yang tidak terurus. Fasilitas air

bersih juga sangat sulit. Rendahnya kunjungan wisatawan ke Kabupaten Belu ini juga akan

berdampak pada rendahnya Pendapatan Asli Daerah (PAD). Berdasarkan data yang diperoleh

penulis, realisasi PAD dari Dinas Pariwisata Kabupaten Belu masih belum mencapai target

yang telah ditetapkan.

Tabel 1.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dinas Pariwisata Kabupaten Belu

Tahun 2018-2020

No Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp)

1 2018 60.000.000 60.151.000


2 2019 85.000.000 50.291.000

3 2020 62.500.000 39.851.000

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Belu, 2021

Tabel 1.2. dapat diketahui bahwa pendapatan yang diperoleh dari sektor pariwisata

Kabupaten Belu mengalami penurunan setiap tahunnya dan mempengaruhi pendapatan

daerah ( PAD ) Kabupaten Belu. Alasan rendahnya pendapatan daerah kabupaten Belu setiap

tahunnya karena sumber daya manusia, infrastruktur, pendanaan, sarana – prasarana yang

tidak memadai, Promosi yang belum menyeluruh Kepariwisataan di Kabupaten Pangandaran

masih mengalami kelemahan dari segi promosi akibatnya jumlah Wisatawan yang

berkunjung kesana prosentasinya kadang-kadang kurang menggembirakan yang akibatnya

berdampak pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Belu dampak yang terakhir yaitu

pendemi Covid-19. Covid-19 juga menjadi salah satu alasan rendahnya kunjungan wisatawan

lokal maupun manca negara ke tempat wisata Kabupaten Belu, sehingga dapat berakibat

pada rendahnya pendapatan daerah Kabupaten Belu setiap tahunnya.

Daya tarik suatu daerah wisata tergantung dari promosi dan fasilitas yang ditawarkan,

oleh karena itulah Dinas Pariwisata Kabupaten Belu harus berupaya dalam mempromosikan

dan melakukan hal – hal lain agar dapat menarik wisatawan untuk datang ke Kabupaten Belu.

Namun dalam kenyataan dilapangan terdapat beberapa kekurangan diantaranya:

1. Kegiatan pemasaran pariwisata, yang termasuk dalam kegiatan pemasaran

pariwisata ini yaitu event – event kepariwisataan yang dilaksanakan seperti

promosi yang belum terlaksana secara merata, diduga peningkatan pemanfaatan

teknologi informasi dalam pemasaran pariwisata yang dirasakan masih kurang,

misalnya tentang update – update terbaru kegiatan pariwisata diradio, atau pun

media cetak yang agak terlambat, mengakibatkan banyak masyrakat dari luar
kota, manca negara maupun dalam kota tidak mengetahui adanya kegiatan yang

dilaksanakan. Dan juga jaringan kerjasama promosi pariwisata sering terjadi mis

komunikasi sehingga program – program kerja yang dilaksanakan kadang tidak

sesuai dengan yang sudah direncanakan.

2. Kegiatan pengembangan destinasi pariwisata, dalam kegiatan ini diduga beberapa

objek pariwisata yang ada di Kabupaten Belu belum di kekolah secara maksimal

dan pengembangan sarana prasarana objek wisatanya yang belum memadahi,

sehingga mengakibatkan kurangnya kunjungan dari masyarakat Kabupaten Belu

dan masyarakat luar, sehingga bias berdampak pada rendahnya pendapatan

daerah. Pengelolaan objek wisata juga menjadi salah satu masalah,seperti

kekurangan dana, dan juga dana yang digunakan untuk menggelolah objek wisata

belum dikelola atau dipergunakan dengan baik, sehingga menyebabkan beberapa

kekurangan dalam bidang sarana dan prasarana pendukung penggembagan

pariwisata.

3. Kegiatan UMKM ekonomi kreatif, yaitu kegiatan promosi dan penjualan kain

tenun, makan-makan khas daerah Kabupaten Belu disekitara tempat wisata,

belum terlaksanakan dengan baik. Sehingga mengakibat banyak masyarakat

setempat lebih menyukai produk luar dari pada produk lokal sendiri.

Berdasarkan hal-hal yang telah disampaikan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Peran Dinas Pariwisata Kabupaten Belu Dalam Meningkatkan

Pendapatan Daerah”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini

adalah: Bagaimanakah Peran Dinas Pariwisata Kabupaten Belu dalam meningkatkan

pendapatan daerah ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah: Mendeskripsikan Peran Dinas Pariwisata Kabupaten Belu dalam

meningkatkan pendapatan daerahH.

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritik

Manfaat teoritik yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah untuk

memberikan konstribusi pada teori administrasi publik, khususnya teori yang

berkaitan dengan peningkatan pendapatan daerah.

1.4.2. Manfaat Praktik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi bagi Dinas

Pariwisata Kabupaten Belu dalam meningkatkan pendapatan asli daerah dan

sebagai bahan informasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian

selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Dalam suatu penelitian tidak terlepas dari perolehan data melalui referensi buku-

buku atau literature studi kepustakaan ini dilakukan untuk memenuhi atau

mempelajari serta mengutip pendapat-pendapat dari para ahli yang ada hubungannya

dengan permasalahan yang diteliti. Sepanjang penelitian, peneliti mengambil buku-

buku, skripsi dan tesis serta artikel yang berkaitan dengan Peran Dinas Pariwisata

dalam meningkatkan Pendapatan Daerah Kabupaten Belu.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Hasil Penelitian Teori Yang di Persamaan dan

Penelitian Gunakan Perbedaan

1. Peran Hasil penelitian Teori yang di Penelitian terdahulu


Dinas menunjukan gunakan adalah dan penelitian saat ini
Kebudayaa bahwa 1) teorinya Miles dan sama-sama meneliti
n Dan Kebijakan yang Hubermen. Tahap peran yang
Pariwisata dikeluarkan oleh analisis menurut dilaksanakan dinas
Dalam dinas kebudayaan Miles dan pariwisata dalam
Meningkat dan pariwisata Huberman antara peningkatan PAD
kan yang beberapa lain reduksi data akan tetapi ada
Pendapata sudah berjalan (data reduction), perbedaan pada fokus
n Asli dengan baik serta penyajian data penelitian karena
Daerah pembenahan di (data display) serta lokus penelitian yang
(PAD) Di beberapa objek penarikan berbeda sehingga
Kabupaten wisata unggulan. kesimpulan dan kebijakannya pun
Toraja Namun masih verifikasi berbeda.
Utara oleh terdapat beberapa (conclusion
Syamjaya kekurangan dalam drawing/verificatio
SM tahun pengelolaan serta n).
2019 pengembangannya
, seperti belum
semuanya
kelompok
pengrajin atau art
gallery di objek
wisata yang
mendapatkan
bantuan dana
untuk
mengembangkan
usahanya. Selain
itu promosi
mengenai
kebudayaan di
Toraja Utara
masih belum
maksimal seperti
kurangnya pusat
informasi
pariwisata. 2).
Kontribusi PAD
tahun 2017-2018
mengalami
peningkatan yaitu
terbesar pada
sektor pariwisata
di kabupaten
Toraja Utara pada
tahun 2018 adalah
dari objek wisata
ka’te kesu’ yang
juga merupakan
objek wisata
budaya yaitu Rp.
665.000.000,- dan
yang paling sedikit
memberikan
kontribusi PAD
nya adalah objek
wisata Pallawa
yaitu sebesar
Rp.41.300.000,-.
3). Faktor
penghambat dalam
pengembangan
objek wisata
Pallawa yaitu
akses menuju
objek wisata
kurang
mendukung
seperti jalan yang
kurang bagus dan
keterbatasan dana
pengembangan
pariwisata. Faktor
pendukung dalam
pengembangan
objek wisata
Pallawa adalah
adanya kesadaran
masyarakat untuk
melengkapi sarana
tambahan di objek
wisata dan
menjaga
kebersihan.
2. Peran Hasil penelitian karna peneliti ini Penelitian terdahulu
Dinas menunjukkan mengunakan dan penelitian saat ini
Kepemuda bahwa kegiatan penelitian kualitatif sama-sama meneliti
an, yang dilakukan sehingga peneliti peran yang
Olahraga, oleh Dinas tidak menggunakan dilaksanakan dinas
Dan Kepemudaan, satu teori menjadi pariwisata dalam
Pariwisata Olahraga, dan patokan dalam peningkatan PAD
Dalam Pariwisata penyusuna skripsi akan tetapi ada
Pengelolaa Kabupaten Kendal ini tetapi teori teori perbedaan pada fokus
n Obyek yaitu melakukan parah ahli itu penelitian dimana
Wisata pembinaan kepada menjadi teori penelitian saat ini
Curug pegawai, pendukung, dan berfokus pada
Sewu pengelola,dan penelitian ini tetang program kerja dinas
Untuk pemandu wisata, peran dinas pariwisata kabupaten
Peningkata melakukan sehingga peneliti belu.
n sosialisasi, dan menggunakan
Pendapata mempromosikan peran dalam
n Asli obyek wisata peningkatan
Daerah Curug Sewu. pendapatan daerah
(PAD) Pengelolaan lewat program –
Kabupaten dilakukan mulai program yang di
Kendal dari perencanaan, buat yang
oleh pengorganisasian, tercantum dalam
Radika pelaksanaan, renstra.
Ayu pengawasan, dan
Erriawati evaluasi. Faktor
Tahun penghambat
2019 secara internal
terdiri dari faktor
sumber daya
manusia (SDM)
dan faktor
anggaran. Faktor
eksternal terdiri
dari faktor alam,
faktor lokasi,
faktor fasilitas,
dan faktor
promosi.

Sumber : Olahan Penulis

2.2. Tinjauan Teori

2.2.1 Konsep Pemerintah Daerah

Dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 mengatakan bahwa ”Pembagian

daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya

ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingat dasar

permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal usul dalam daerah-

daerah yang bersifat istimewa”

Penjelasan Pasal 18 UUD 1945 menerangkan bahwa karena negara Indonesia itu

adalah suatu negara kesatuan, lndonesia tidak akan mempunyai daerah di dalam

lingkungannya yang juga berbentuk negara. Wilayah Indonesia dibagi menjadi daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi dibagi pula menjadi daerah yang lebih kecil. Daerah-daerah itu

bersifat otonom atau bersifat administratif belaka, semuanya menurut aturan yang akan

ditetapkan dengan undang-undang. Di daerah-daerah yang bersifat otonom diadakan badan

perwakilan daerah, karena di daerah pun pemerintah akan bersendikan dasar

permusyawaratan. (Kansil dan Kansil : 2004).

Pemerintahan daerah merupakan kegiatan pemerintahan yang mengurus segala aspek

kehidupan yang dilakukan dan berpusat di daerah. Daerah yang dimaksud yaitu provinsi dan

pemerintahan kabupaten atau kota. Pada pemerintahan di daerah tentu saja sudah di konsep

dengan betul dan segala tujuan, sasaran, obyek, subyek, sarana dan prasana telah disiapkan

dengan matang untuk menuju tujuan masyarakat adil dan makmur. Strategi pengembangan

dan tujuan yang konkrit merupakan hal- hal yang harus diperhatikan. Strategi Pemerintahan

Daerah digunakan untuk mencari jalan keluar bagi semua orang untuk menuju perubahan.

Pada pemerintahan daerah juga perlu adanya koordinasi antara pusat dan daerah agar semua

program-program yang telah disusun akan menghasilkan perubahan ke arah yang lebih baik.

Dalam perkembangan sejarah, teori dan pemikiran tentang pengorganisasian

kekuasaan dan tentang organisasi negara berkembang sangat pesat. Variasi struktur dan

fungsi organisasi dan institusi-institusi kenegaraan itu berkembang dalam banyak ragam dan

bentuknya, baik di tingkat pusat atau nasional maupun di tingkat daerah atau lokal. Gejala

perkembangan semacam itu merupakan kenyataan yang tak terelakkan karena tuntutan

keadaandan kebutuhan yang nyata, baik karena faktor- faktor sosial, ekonomi, politik dan

budaya ditengah dinamika gelombang pengaruh globalisme versus lokalisme yang semakin

kompleks dewasa ini. (Asshiddiqie:2006)

Dalam menjalankan roda pemerintahan perlu dibuat juga organisasi pemerintahan

yang valid untuk menjalankan dan mengukur suatu keberhasilan pemerintahan daerah

tersebut. Maju mundurnya suatu organisasi tergantung pada peran serta pelaku organisasi itu
sendiri. Semakin pandai nilai berfikirnya pelaku organisasi maka secara otomatis semakin

maju dan perkembangnya organisasi. Prilaku organisasi terbagi jadi 2 asfek yaitu; perilaku

organisasi terhadap manusia dan prilaku manusia terhadap organisasi. Perilaku ini merupakan

prilaku positif yang bisa berpengaruh terhadap jalannya organisasi. Dalam perilaku organisasi

semua asfek kegiatan harus tersusun rapi dan terencana. Dengan demikian roda organisasi

akan semakin baik. (Sedarmayanti:2000)

Model hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah secara teoritis

menurut Clarke dan Stewart (dalam Huda : 2009) dapat dibedakan menjadi tiga, yakni:

Pertama, The Relative Autonomy Model. Memberikan kebebasan yang relatif besar kepada

pemerintah daerah dengan tetap menghormati eksistensi pemerintah pusat. Penekanannya

adalah pada pemberian kebebasan bertindak bagi pemerintah daerah dalam kerangka

kekuasaan/ tugas dan tanggung jawab yang telah dirumuskan oleh peraturan perundangan.

Kedua, The Agency Model . Model di mana pemerintah daerah tidak mempunyai kekuasaan

yang cukup berarti sehingga keberadaannya terlihat lebih sebagai agen pemerintah pusat yang

bertugas untuk menjalankan kebijaksanaan pemerintah pusatnya. Karenanya pada model ini

berbagai petunjuk rinci dalam peraturan perundangan sebagai mekanisme kontrol sangat

menonjol. Pada model ini pendapatan asli daerah bukanlah hal penting dan sistem keuangan

daerahnya didominasi oleh bantuan dari pemerintah pusat. Ketiga, The Interaction Model.

Merupakan suatu bentuk model di mana keberadaan dan peran pemerintah daerah ditentukan

oleh interaksi yang terjadi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Organisasi pemerintahan daerah salah satu organisasi yang telah dibentuk untuk

mengatur pemerintahan daerah itu sendiri. Organisasi pemerintahan daerah mempunyai

peranan yang sangat penting dalam mengatur dan mengawasi pemerintahan yang ada di

daerah tersebut. Pemerintahan daerah salah satunya bertujuan memperbaiki kinerja organisasi

yang dijalankannya.
Perangkat Daerah di Kabupaten terdiri atas; Kepala Daerah, Sekretaris Daerah,

Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lambaga Teknis Daerah ,Kecamatan dan Kelurahan atau

Desa. Tugas Sekretaris Daerah membantu Kepala Daerah (Bupati) dalam menyusun

kebijakan dan mengkoordinasikan pada Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah. Hal ini

sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi

Perangkat Daerah.

Organisasi perangkat daerah harus sejalan dengan peraturan pemerintah yang ada di

indonesia agar koordinasi semakin terarah. Kepemimpinan Daerah yang punya sifat good

governance sangat perlu untuk dijadikan barometer berhasil tidaknya seorang pemimpin.

Dampak kepemimpinan di daerah berpengaruh besar terhadap roda pembangunan di daerah

itu sendiri. Kegagalan pembangunan sering terjadi karena kurang partisifasinya masyarakat

setempat.

Good governance merupakan prinsip dasar yang melandasi perbedaan antara konsepsi

kepemerintahan (governance) dengan pola pemerintahan yang tradisional, adalah terletah

pada adanya tuntutan yang demikian kuat agar peranan pemerintah dikurangi dan peranan

masyarakat (termasuk dunia usaha dan Lembaga Swadaya Masyarakat/organisasi non

pemerintah) semakin ditingkatkan dan semakin terbuka aksesnya. (Sedarmayanti : 2004)

Dengan ketegasan dan disiplin aparatur pemerintahan yang bersih dan berwibawa

maka akan menghasilkan etos kerja yang baik pula. Potensi yang ada di daerah terus digali

dan diperdayakan untuk kemakmuran masyarakatnya. Setiap daerah punya potensi yang

berbeda (Halim dan Iqbal : 2012). Potensi itu bisa berupa pikiran, benda, sumber daya

manusia, sumber daya alam dan potensi organisasi pemerintahan yang sangat menunjang

keberhasilan pembangunan. Struktur organisasi adalah pengaturan hubungan bagian-bagian

komponen dan posisi suatu organisasi (Martono dan Harjito: 2010).


2.2.2 Asas Penyelenggaraan Otonomi Daerah

Teori otonomi daerah berasal dari istilah “Autos” berarti sendiri, dan “Nomos” berarti

pemerintahan. Jadi otonomi berarti “pemerintahan sendiri” dan secara dogmatis pemerintahan

disini dipakai dalam arti luas. Menurut perkembangan pemerintah Indonesia, otonomi selain

mengandung arti perundangan (regeling) juga mengandung arti pemerintahan (bestuur).

(Supriatna : 1996)

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Syafrudin mengatakan, bahwa otonomi

mempunyai makna kebebasan dan kemandirian tetapi bukan kemerdekaan. Kebebasan

terbatas atau kemandirian itu adalah wujud pemberian kesempatan yang harus dipertanggung

jawabkan. Secara implisit definisi otonomi tersebut mengandung dua unsur (Syafirudin :

2002), yaitu:

1. Adanya pemberian tugas dalam arti sejumlah pekerjaan yang harus diselesaikan

serta kewenangan untuk melaksanakannya.

2. Adanya pemberian kepercayaan berupa kewenangan Untuk memikirkan dan

menetapkan sendiri berbagai penyelesaian tugas itu.

Negara kesatuan dapat di bedakan dalam dua bentuk: (1) Negara kesatuan dengan

sistem Sentralisasi. (2) Negara kesatuan dengan sistem Desentralisasi. Dalam Negara

kesatuan dengan sistem sentralisasi segala sesuatu dalam negara langsung diatur dan diurus

oleh pemerintah pusat dan daerah-daerah hanya tinggal melaksanakan segala apa yang

diintruksikan oleh pemerintah pusat. Sedangkan dalam Negara kesatuan dengan sistem

desentalisasi, kepada daerah-daerah diberikan kesempatan dan kekuasaan untuk mengatur


dan mengurus rumah tangganya sendiri (otonomi daerah) yang dinamakan dengan daerah

otonom. (Amrusy : 1987)

Di dalam otonomi, hubungan kewenangan antara pusat dan daerah, antara lain

bertalian dengan cara pembagian urusan penyelenggaraan pemerintahan atau cara

menentukan urusan rumah tangga daerah.

2.2.3 Sumber-Sumber Pendapatan Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang didapat oleh daerah itu

sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan, misalnya yang berasal

dari pajak dan retribusi daerah. Pendapatan yang berasal dari hasil pajak daerah, retribusi

daerah, perusahaan milik daerah dan pengelolan kekayaan daerah yang dipisahkan serta lain-

lain pendapatan asli daerah yang sah. (Solihin : 2001)

1. Pajak Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi menyebutkan bahwa Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak,

adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah

bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.

2. Retribusi

Retribusi adalan iuran dari masyarakat tertentu (individu yang bersangkutan) yang

ditetapkan berdasarkan peraturan pemerintah yang prestasinya ditunjuk secara

lansung, dan pelaksanaannya dapat dipaksakan. Dengan kata lain yang lebih

sederhana, retribusi adalah pungutan yang dibebankan kepada seseorang karena

menikmati jasa secara langsung. Contoh retribusi: karcis pasar, karcis parkir, uang
SPP, karcis bioskop, karcis masuk taman hiburan, rekening listrik, rekening

telepon, rekening air PAM, dan lain-lain. Retribusi ini berbeda dengan pajak;

sebab kalau pajak itu merupakan iuran masyarakat kepada pemerintah berdasarkan

peraturan yang berlaku guna membiayai pengeluaran pemerintah yang prestasinya

kembali tidak dapat ditunjuk secara langsung. (Syamsi : 1994)

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi menyebutkan bahwa Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut

Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian

izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah

untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.

Retribusi adalah pemungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian

izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan olah pemerintah daerah

untuk kepentingan orang pribadi atau badan. (Syamsi : 1994). Retribusi terdiri dari

3 macam, yaitu retribusi jasa umum, jasa usaha dan retribusi perizinan tertentu.

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan

Yang dimaksud dengan “hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan”

antara lain bagian laba dari BUMD dan hasil kerja sama dengan pihak ketiga.

4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah antara lain penerimaan daerah di luar

pajak dan retribusi daerah seperti jasa giro, hasil penjualan aset daerah.
2.2.4 Tujuan dan Fungsi Pendapatan Daerah

Salah satu pendapatan daerah adalah bearsal dari pendapatan asli daerah. Dana-

dana yang bersumber dari pendapatan aslih daerah tersebut merupakan salah satu

faktor penunjang dalam melakasanakan kewajiban daerah untuk membiayai belanja

rutin serta biaya pembangunan daerah, serta untuk mengatur dan meningkatkan

kondisi sosial ekonomi pemakaian jasa tersebut. Tentu dalam hal ini tidak terlepas

dari adanya beban yang menangani atau yang diberi tugas untuk mengatur hal

tersebut. (Yivita : 2011)

Sumber keuangan yang berasal dari pendapatan asli daerah di dalam

pelaksanaan otonomi daerah lebih penting di bandingkan dengan sumber-sumber

diluar pendapatan asli daerah, karena pendapatan asli daerah dapat dipergunakan

sesuai dengan praksa dan inisiatif daerah sedangkan bentuk pemberian pemerintah

(non PAD) sifat lebih terikat. Adanya pengganti dan peningkatan pendapatan asli

daerah diharapkan pemerintah daerah juga mampu meningkatkan kemampuan dalam

penyelenggaraan urusan daerah. Kebijakana keuangan daerah diarahkan untuk

meningkatkan pendapatan asli daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah yang

dapat digunakan oleh daerah dalam melaksanakan pemerintah dan membangun daerah

sesuai dengan kebutuhannya guna memperkecil ketergantungan dalam pendapatan

dana dari pemerintah tingkat atas (subsidi).

Hal ini berarti usaha meningkatkan pendapatan asli daerah seharusnya dilihat

dari perspektif yang lebih luas tidak hanya ditinjau dari segih daerah masing-masing

tetapi dalam kaitanya dalam kesatuan perekonomiana Indonesia. Pendapatan asli

daerah itu sendiri dianggap sebagai alternatif untuk memperoleh tambahan dana yang
dapat digunakan untuk berbagai keperluan pengeluaran yang ditentukan oleh darah

sendiri khusunya keperluan rutin. Oleh karena itu peningkatan pendapatan tersebut

merupakan hal yang dikehendaki setiap daerah.

2.2.5 Strategi dan Kebijakan Dinas Pariwisata Kabupaten Belu

Membangun destination image / image destinasi, salah satunya melalui branding

pariwisata Kabupaten Belu dengan memperhatikan potensi existing serta keunggulan

Pariwisata Belu. Brand image destinasi (Belu) ini sangat penting sebagai identitas atau citra

diri yang membuat kabupaten Belu dapat dengan muda diidentifikasi secara berbeda dengan

destinasi yang lain ditengah gencarnya persaingan pasar pariwisata baik ragional, nasional

maupun internasional yang semakin kompetitif. dapat dengan mendorong tumbuhnya industri

pariwisata Regional dan Internasional/ crossborder melalui :

1. Religious Tourism

Religious Tourism dan gilgrimage merupakan semua kegiatan perjalanan keluar

dari lingkungan yang bisa di tempati untuk tujuan keagamaan, tidak termasuk

perjalanan untuk tujuan profesional. Latar belakang kebijakan ini yaitu:

a) Kabupaten Belu (Atapupu) sebagai wilayah pertama masuknya Misionaris

Katolik diTimor Barat, dengan beberapa bukti seperti Makam Misionaris

Belanda di Oelero Atapupu, Gereja Lahurus dan Gereja Tua di Nualain.

b) Mayoritas Penduduk Pulau Timor (Belu, Malaka, TTU dan Timor Leste)

menganut agama katolik.

c) Prosesi Nat Feto Lalean yang rutin (2 Tahunan) diselenggarakan oleh Paroki

Stella Maris Atapupu.

d) Pengembangan Obyek Wisata Religi Patung Bunda Maria Segala Bangsa di

Teluk Gurnta oesa Dualaus, Kecamatan kakuluk Mesak. Patung Bunda Maria
dengan tinggi 32m ini merupakan salah satu patung Bunda Mariah tertinggi

se-Asia Tenggara.

2. Health Tourism - Medical Tourism

Kegiatan perjalan/ trevel yang bertujuan untuk penggunaan layanan kesehatan,

dan mendapatkan keperawatan medis mulai dari perawatan kesehatan yang

sifatnya preventif/ diagnosis, pengobatan, penyembuhan, pencegahan, dan

rehabilitasi. Latar belakang kebijakan ini yaitu:

a) Sesuai dengan visi dan Misi Bupati dan Wakil Bupati Belu 2021-2024 yang

menempatkan kesehatan sebagai salah satu sektor prioritas di kabupaten Belu.

b) Dengan dijadikannya Sektor kesehatan sebagai sektor prioritas maka hal-hal

seperti fasilitas kesehatan yang baik. Layanan perawatan kesehatan yang

berkualitas, tenagaedis (Dokter Ahli) dengan repotasi terbaik, sera harga yang

kompetitif yang menjadi variabel-variabel krusial dalam pengembangan

medical Tourism dapat di penuhi.

Potensi pasar internasional medical tourism dari Timor Leste maupun daratan

Timor barat cukup menjanjikan. Dengan kemudahan akses masuk WN TL ke

Indonesia termasuk kebijakan bebas visa yang masi berlaku serta minimnya

fasilitas kesehatan dibeberapa distrik terdekat dengan perbatasan seperti Bobonaro

dan sebagainya.

3. Festivals dan Event

Festival dan events mampu meningkatkan kunjungan wisatawan, mendongrak

perputaran ekonomi daerah dan membuat kota menjadi lebih hidup. Data

menunjukkan adanya peningkatan Tingkat hunian kamar dan lama menginap

hotel-hotel di kabupaten Belu. Belu sejak tahun 2016 pada saat pelaksanaan

Festival dan Events seperti Festival Crossborder, Festival Foho Rai dan beberapa
Festival lainnya. Festival Likurai Timor (Festival Fulan Fehan) masuk dalam 100

Wonderful Event, coE Nasional tanun 2018. Selaras dengan program pemerintah

pusat untuk menjadikan Indonesia sebagai "Negeri 1000 Festival yang mulai

diluncurkan tanggal 9 Juni 2021 pada Festival Teluk Jailolo ke-12 di Halmahera

Barat. Atambua sebagai salah satu pintu masuk Wisman ke Indonesia. Didalam

dunia wisata digital, khususnya yang berbasis platform social media Hashtag

Atambua Kota Festival sudah cukup populer. Kepopuleran Hashtag Atambua

Kota Festival dan Festival Fulan Fehan menjadi salah satu indikator Fulan Fehan

meraih API AWARDS sebagai dataran tinggi terpopuler 2020.

Untuk Mendorong tumbuhnya industri pariwisata melalui atraksi/daya tarik khas Belu dengan

Tema Health Tourism, Religious Tourism serta Kota Festival, diperlukan beberapa kebijakan

dalam pembangunan kepariwisataan Kabupaten Belu sebagai berikut :

1. Pelaksanaan event budaya dan ekonomi kreatif.

2. Peningkatan serta pengembangan destinasi wisata alam, budaya, religius dan

buatan.

2.3.Kerangka Berpikir

Sektor ekonomi yang dianggap cukup perspektif adalah sektor pariwisata. sektor ini

diyakini tidak hanya sekadar mampu menjadi sektor andalan dalam usaha meningkatkan

perolehan devisa untuk pembangunan, tetapi juga mampu mengentaskan kemiskinan

pemerintah daerah juga menggali potensi-potensi lain yang dapat menyumbang Pendapatan

Asli Daerah (PAD). Potensi tersebut dari sektor yang dapat dikembangkan untuk

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), diantaranya sektor pertanian, sektor

pariwisata, sektor jasa, sektor perdagangan, sektor parkir, dan lain-lain.


Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyebutkan bahwa

keberadaan sektor pariwisata sangat potensial. Adanya Obyek wisata yang dimiliki oleh suatu

daerah, akan sangat menguntungkan dalam meningkatkan pendapatan daerah, membuka

lapangan pekerjaan, meningkatkan taraf hidup masyarakat, serta meningkatkan rasa cinta

untuk melestarikan lingkungan alam dan budaya yang ada. Sektor pariwisata saat ini

merupakan sektor yang terus dikembangkan dan dikelola pemerintah terutama oleh

pemerintah daerah. Dimana pariwisata sebagai salah satu potensi unggulan sebagai

penyumbang pendapatan daerah. Hal ini Perlu adanya pengelolaan secara tersusun dan

terencana agar memperoleh hasil yang optimal bagi daerah dan layak menjadi potensi

unggulan. Pengelolaan potensi wisata yang dimiliki terus dilakukan untuk meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) di beberapa daerah kota/kabupaten, tidak terkecuali di

Kabupaten Belu.

Kabupaten Belu adalah salah satu kabupaten terbesar kedua di pulau Timor, Provinsi

Nusa Tenggara Timur. Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Timor Leste ini

memiliki potensi obyek wisata daerah diantaranya yaitu wisata alam, wisata budaya, dan

wisata sejarah, yang harus dikembangkan dan ditingkatkan demi menarik perhatian

wisatawan. memiliki berbagai potensi wisata alam dan wisata budaya, kunjungan wisatawan

manca negara dan domestik masih sangatlah kurang.

Untuk Mendorong tumbuhnya industri pariwisata maka Dinas Pariwisata Kabupaten

Belu menyusun dan melaksanakan Program dan Kegiatan dalam pembangunan

kepariwisataan Kabupaten Belu yang tertuang dalam rencana strategis Dinas Pariwisata

Kabupaten Belu tahun 2016-2021 sebagai berikut :

1. Program pengembangan pemasaran pariwisata

2. Program pengembangan destinasi pariwisata

3. Program pengembangan kemitraan dan Program pengembangan kelembagaan


Berdasarkan hal tersebut di atas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat

digambarkan pada bagan di bawah ini.

PERAN DINAS PARIWISATA KABUPATEN


BELU DALAM MENINGKATKAN
PENDAPATAN DAERAH

1. PROGRAM PENGEMBANGAN PEMASARAN PARIWISATA


2. PROGRAM PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA
3. PROGRAM PENGEMBANGAN KEMITRAAN DAN
KELEMBAGAAN

Sumber: Rencana Strategi Dinas Pariwisata kabupaten Belu Tahun 2016-2021

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini, adalah penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan

untuk menggambarkan gejala, fenomena, atau peristiwa tertentu untuk mendapat informasi

terkait dengan fenomena, kondisi, atau variabel tertentu dan tidak dimaksudkan untuk

melakukan pengujian hipotesis. Selanjutnya pendekatan kualitatif merupakan suatu

pendekatan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan memahami suatu fenomena secara

mendalam dengan peneliti sebagai instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti melakukan

observasi partisipan, wawancara mendalam, catatan lapangan, focus group dan prediksi

obyektif. Jenis penelitian dekriptif dan pendekatan kualitatif digunakan untuk menggali

informasi mengenai Peran Dinas Pariwisata Kabupaten Belu dalam meningkatkan

pendapatan daerah.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akuntabilitas ini berada pada Dinas Pariwisata Kabupaten Belu. Alasan

peneliti memilih lokasi ini karena sektor pariwisata merupakan salah satu yang mempunyai

peran penting dalam penunjang pembangunan perekonomian dan mampu meningkatkan

pendapatan daerah Kabupaten Belu.

3.3 Fokus dan Sub Fokus Penelitian

Untuk mengkaji peran Dinas Pariwisata Kabupaten Belu dalam meningkatkan

pendapatan daerah maka penulis menggunakan program kerja Dinas Pariwisata Kabupaten

Belu. Oleh karena itu fokus pada penelitian ini yaitu:

1. Program pengembangan dan Pemasaran pariwisata, yaitu kegiatan promosi dan

event kepariwisataan yang dilaksanakan oleh dinas pariwisata kabupaten Belu.

Dengan sub focus yaitu :


a) promosi dan event pariwisata yang terlaksana, kegiatan promosi melalui

program Belu Expo dan cetak info promosi sehingaa masyarakat luar

maupun masyrakat lokal lebih mengetahui potensi wisata alam yang ada

di Kabupaten Belu guna untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dan

pendapatan daerah.

b) jaringan kerjasama promosi pariwisata, kegitan kerja sama yang dilakukan

yaitu dengan dilakukan event – event yang bersakutan dengan

kepariwisataan sehingga dapa meningkatkan kunjungan wisatawan dan

pendapatan daerah.

2. Program Pengembangan destinasi pariwisata, yaitu pengembangan objek wisata

agar objek wisata lebih baik dan lebih menarik ditinjau dari segi tempat maupun

benda-benda yang ada didalamnya untuk dapat menarik minat wisatawan untuk

mengunjunginya. Dengan sub focus yaitu :

a. pengembangan sarana dan prasarana objek wisata, Dinas Pariwisata

Kabupaten Belu perlu melengkapi atau mengati sarana sarana yang belum ada

dan yang sudah rusak guna untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dan

pendapatan daerah.

b. penggelolaan objek wisata, Dinas Pariwisata Kabupaten Belu lebih efektif lagi

dalam penggelolaan wisata seperti wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah

maupun wisata rohani guna untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dan

pendapatan daerah.

3. Program Pengembangan kemitraan dan kelembagaan yaitu hubungan antara

pemerintah, masyarakat dan swasta dalam pembangunanan pariwisata. Dengan

sub focus :

a) Usaha mikro kecil dan menegah (UMKM) ekonomi kreatif


Usaha mikro kecil dan menegah (UMKM) sebagai suatu sistem kerja

sama antara Dinas pariwisata Kabupaten Belu dengan masyarakat seperti

kerjasama Dinas Pariwisata dengan kelompok kelompok tenun ikat seperti

penjualan kain kain adat khas daerah Kabupaten Belu guna untuk

meningkatkan kunjungan wisatawan dan pendapatan daerah.

3.4 Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang-orang yang memberikan berbagai informasi yang

diperlukan selama proses penelitian. Informan yang digunakan dengan pertimbangan bahwa

informan sebagai sumber data mengetahui masalah yang dihadapi berkaitan dengan Peran

Dinas Pariwisata Kabupaten Belu dalam meningkatkan pendapatan daerah. Penetapan

informan dengan menggunakan teknik purposive. Oleh karena itu, informan yang ditetapkan

memiliki pengetahuan yang mendalam, serta mampu menjelaskan keadaan sebenarnya

tentang objek penelitian. Selanjutnya, penulis menyajikan kerangka informan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jumlah Kerangka Informan

No. Informan Jumlah Alasan Pemilihan Informan Teknik

Penelitian Informan Penentuan

Informan

1 Sekertaris dinas 1 Sekertaris Dinas Pariwisata Purposive

pariwisata Kabupaten Belu memiliki wewenang Sampling

Kabupaten Belu dan tangung jawab mengenai semua


urusan yang yang berkaitan dengan

kepariwisataan

2 Kepala bidang 1 Kepala bidang destinasi dan industri Purposive

destinasi dan pariwisata yang bertangung jawab Sampling

industri terhadap program yang berkaitan

pariwisata dengan industry Pariwisata

3 Staf seksi 2 Staf seksi pemasaran pariwisata dan Purposive

pemasaran bendahara penerima yang berugas Sampling

pariwisata dan menyelengarakan ivent-ivent dan

bendahara yang mengtur pemasukan devisa dari

penerima Dinas Pariwisata Kabupaten Belu

4 Wisatawan Lokal 3 Wisatawan Lokal (Kabupaten Belu) Purposive

(Kabupaten yang memeberikan informasi dan Sampling

Belu) kritik dari objek-objek wisata yang

ada di Kabupaten Belu

Total 7 Orang

Sumber: olahan penulis, 2021

3.5 Jenis Data


Jenis data menurut yang digunakan penulis adalah

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari informan melalui

wawancara terbuka, berkaitan dengan Peran Dinas Pariwisata dalam meningkatkan

pendapatan daerah Kabupaten Belu.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung melalui media perantara, dalam arti data diperoleh dan dicatat oleh pihak lain.

Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun

dalam arsip yang telah dan tidak dipublikasikan.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas:

1. Observasi

Teknik observasi dalam sutopo (1969) digunakan untuk menggali data dari sumber data

yang berupa pristiwa, tempat atau lokas, dan benda, serta rekaman gambar. Dalam

penelitian ini peneliti mengamati, merekam atau mencatat Peran Dinas Pariwisata

Kabupaten Belu dalam meningkatkan pendapatan daerah.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh

dua pihak yaitu pewawancara ( interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan ini.(Meleong, 2005:168).


Dalam penelitian ini, peneliti akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada informan

terkait Peran Dinas Pariwisata Kabupaten Belu dalam meningkatkan pendapatan daerah.

3. Pengumpulan dokumen-dokumen, untuk mengumpulkan data dan informasi penunjang

melalui beberapa dokumen berupa peraturan-peraturan dan data Peran Dinas Pariwisata

Kabupaten Belu dalam meningkatkan pendapatan daerah.

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data menurut Moleong (2004), dilakukan secara terus menerus dimulai

dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara,

pengamatan yang sudah dilakukan dalam catatan lapangan, dokumen dan sebagainya sampai

dengan penarikan kesimpulan. Dalam melaksanakan analisis data, peneliti mengacu pada

beberapa tahapan yang terdiri dari dari beberapa tahapan antara lain:

1. Pengumpulan data atau informasi (data collection) melalui wawancara dengan informan

yang memberikan informasi secara objektif/akurat/saksama mengenai data penelitian,

kemudian diobservasi langsung ke lapangan untuk menunjang penelitian yang dilakukan

agar mendapatkan sumber data yang diharapkan.

2. Reduksi data (data Reduction) yaitu proses pemelihan, pemusatan perhatian pada

penyerderhanaan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan dilapangan

selama meneliti. Tujuan diadakan transformasi data untuk memilih informasi mana ynag

dianggap sesuai dan tidak sesuai dengan masalah yang menjadi pusat penelitian di

lapangan.

3. Penyajian data (data display) yaitu kegiatan sekumpulan informasi dalam bentuk naratif,

grafik jaringan, tabel dan bagan yang bertujuan untuk mempertajam pemahaman

penelitian terhadap informasi yang dipilih kemudian disajikan dalam tabel ataupun uraian

penjelasan.
4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclution drawing/verification), dalam arti pola-

pola penjelasan, alur sebab akibat dan proposisi. Penarikan kesimpulan dilakukan secara

cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan

dilapangan sehingga data dapat diuji validitasnya dan dipertanggungjawabkan secara

ilmia.

3.8 Teknik Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data menurut Moleong (2004), merupakan hal yang sangat penting dalam

penelitian kualitatif. Informasi yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti dan akan

dijadikan data dalam penelitian ini perlu diperiksi kredibilitasnya, sehingga data penelitian

tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan dijadikan sebagai dasar dalam

penarikan kesimpulan. Dalam menetapkan keabsahan data, diperlukan teknik pemeriksaan

didasarkan atas beberapa kriteria, yaitu:

1. Credibility (Derajat Kepercayaan), Pembuktian data apakah hal-hal atau peristiwa-

peristiwa yang diamati oleh peneliti, benar-benar sesuai dengan apa yang dikumpulkan,

mengandung nilai kebenaran, dalam arti hasil penelitian dapat dipercaya oleh pembaca

yang bersifat kritis dan dapat diterima oleh orang-orang yang memberikan informasi yang

dikumpulkan selama penelitina berlangsung.

2. Dependability (Ketergantungan), Upaya mempertahankan dependabilitas dalam

penelitian ini, yaitu dengan cara melakukan wawancara berulang ulang, dengan beberapa

sumber yang berbeda, seperti satu konteks pertanyaan yang sama ditanyakan kepada

pembimbing secara berulang-ulang.

3. Confirmability (Kepastian), Kriteria yang digunakan untuk menilai kualitas hasil

penelitian dengan penekanan pada pelacakan data dan informasi serta interpretasi yang

didukung oleh materi yang ada pada penelusuran pelacakan audit. Untuk memenuhi
penelusuran tersebut, peneliti menyiapakan bahan-bahan yang diperlukan seperti catatan

lapangan dan transkip wawancara, hasil perekaman (dokumen dan foto), hasil analisis

data (rangkaian dan konsep-konsep), catatan tentang proses penyelenggaraan

(metodologi, strategi dan usaha keabsahan). Konfirmalitas dilakukan untuk melihat

kesesuaian data dilapangan yang dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumen

lainnya.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Belu

4.1.1. Letak Geografis

Kabupaten Belu sebagai salah satu bagian dari Provinsi Nusa Tenggara

Timur (NTT) terletak di PulauTimor dan merupakan kabupaten yang

berbatasan dengan Negara Republic Democratic Timor Leste (RDTL).

Astronomi wilayah Kabupaten Belu terletak antara koordinat 124°40’

33- 125°15’23” Bujur Timur dan 08°70’30”- 09°23’30” Lintang Selatan.

Secara geografis batas-batas wilayah Kabupaten Belu meliputi :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Selat Ombai

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Malaka

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Negara RDTL

Sebelah Barat : Berbatasan dengan KabupatenTimor Tengah Utara

4.1.2. Jumblah Penduduk Kabupaten Belu


Penduduk atau warga suatu negara atau daerah dapat didefinisikan sebagai orang yang

tinggal didaerah tersebut dan/atau orang yang secara hukum berhak tinggal didaerah

tersebut. Berikut merupakan perincian jumblak penduduk Kabupaten Belu :

Tabel 4.1. Jumblah Penduduk Kabupaten Belu tahun 2020

No Kecamatan Jumblah Penduduk

Laki-Laki Perempuan Total

1 Raimanuk 8.566 8.487 17.053

2 Tasifeto Barat 13.573 13.088 26.661

3 Kakuluk Mesak 11.714 11.606 23.320

4 Nanaet Duabesi 2.438 2.521 4.959

5 Kota Atambua 16.067 15.885 31.952

6 Atambua Barat 13.763 13.044 26.807

7 Atambua Selatan 14.589 14.080 28.669

8 Tasifeto Timur 13.320 12.913 26.233

9 Raihat 7.660 7.682 15.342

10 Lasiolat 3.530 3.508 7.038

11 Lamaknen 6.418 6.609 13.027

12 Lamaknen Selatan 4.201 4.299 8.500

Total Keseluruhan 115.839 113.722 229.561

Sumber: Dinas Penduduk dan Catatan Sipil kabupaten Belu tahun 2022
4.1.3. Topografi

Keadaan topografi Kabupaten Belu bervariasi antara ketinggian 0 sampai

dengan kuranglebih 150 m.(di atas Permukaan air laut). Variasi

ketinggian rendah (0-150 m di atas permukaan air laut).hanya sebagian

kecil dibagian utara. Sementara pada bagian tengah wilayah ini terdiri

dari daerah dengan dataran sedang (200-500 m di atas permukaan laut).

Bentuk topografi wilayah Kabupaten Belu merupakan daerah dataran

berbukit-bukit hingga pergunungan. Keadaan kemiringan lahan wilayah

kabupaten Belu dapat dibagi menjadi lima kelas dengan masing masing

lokasi sebagai berikut ;

a. Kemiringan lereng 0-8%, yang merupakan dataran landau,terdapat di pesisir

pantai utara dan sekitar kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Kota

Atambua, Atambua Selatan, Atambua Barat.

b. Kemiringan Lereng 8-15% merupakan daerah datran yang melputi sebagian

kecamatan Tasifeto Barat.

c. Kemiringan lereng 15-25% yaitu daerah landai atau bergelombang yang

meliputih daerah lembah yang terletak diantara pergunungan, terdapat di

Kecamatan Raihat, Lasiolat, Lamaknen, Raimanuk dan bagian Timur

Kecamatan Tasifeto Barat.

d. Kemiringan lereng 25-40% yaitu daerah yang bergelombang dan berbukit

terdapat di kecamatan Tasifeto Timur, Nanaer Duabesi, Lamaknen, Lamaknen

Selatan, Lasioalat kemudian di bagian tengah kabupaten terdapat di kecamatan

raimanuk.
e. Kemiringan Lereng di atas 40% terdapat disebagian kecamatan Nanaet

Duabesi, Lasiolat dan sebagian besar di kecamatan Lamaknen dan Lamaknen

Selatan.

4.1.4. Potensi Kabupaten Belu

4.1.4.1.Pariwisata

Potensi terbesar yang dimiliki Kabupaten Belu adalah pariwisata baik

objek wisata alam, objek wisata sejarah maupun objek wisata budaya.

Terdapat banyak objek wisata favorit baik oleh turis mancanegara maupun

domestik. Objek wisata yang terdapat di Kabupaten Belu yaitu: Tempat

Wisata Gunung antara lain Ksadan Takirin, Ksadan Fatulotu, Gunung

Lakaan, Fulan Fehan, Air Terjun Sihata Mauhalek, Anin Nawan, Bukit

Mandeu, Bukit Lidak, Mata air Lahurus, Mata air Webot Haekesak, Niki Tohe

Leten, Kampung Kewar, Air Terjun Weró, Bendungan Rotiklot; Tempat

Wisata Pantai antara lain Pasir Putih, Kolam Susuk, dan Teluk Gurita.

Pariwisata Kabupaten Belu merupakan salah satu potensi yang sanggat

berpengaruh dalam menunjang pendapatan daerah Kabupaten Belu

4.1.4.2.Pertanian

Luas sawah di Kabupaten Belu berdasarkan data Dinas Pertanian

Kabupaten Belu pada tahun 2018 tercatat 7651.2 Ha. Pertanian tanaman padi

(sawah dan ladang) merupakan komuditas utama disektor pertanian data


produksi tanaman padi (sawah dan ladang) tahun 2018 Kabupaten Belu

tercatat 25.351 ton.

Produksi tanaman pangan yang paling banyak adalah tanaman jagung

yang mencapai 20.200 ton pada tahun ini sedangkan produksi padi sebanyak

20.111 ton. Namun angka ini tidak berarti produktivitas jagung lebih tinggin

dari pada padi karena selisih produksi yang sangat tipis tetapi luas lahan yang

ditanami berbanding sangat jauh. Luas tanam jagung seluas 8.133 Ha.

4.1.4.3.Perikanan

Kabupaten Belu memiliki 2 (Dua) kecamatan yang berada di daerah pesisir

yang merupakan fokus sektor perikanan laut. Sedangkan untuk perikanan darat

sediri tersebar di kecamatan lain. Kabupaten Belu memiliki perikanan baik

laut maupun darat, khususnya yang berasal dari tambak untuk dikembangkan.

Pada tahun 2017, jumlah produksi perikanan laut sebanyak 1.513,7 dan

perikanan darat sebanyak 145,3 ton. Sub sektor Produksi perikanan perairan

umum 2,5 ton, tambak 116,6 ton, dan kolam 26,2 ton. Sebuah potret potensi

perikanan yang menjanjikan untuk dikelola dan mampu meningkatkan taraf

hidup penduduk Kabupaten Belu.

4.1.4.4.Peternakan

peternakan merupakan salah satu sektor unggulan bagi Kabupaten Belu

karena salah satu produk unggulan Kabupaten adalah sapi. Masyarakat Belu

yang umumnya peternak yang juga ditunjang dengan kondisi alam yang

kondusif untuk berternak menjadikan sektor menjadi perhatian Pemerintah


Daerah Kabupaten Belu. Jenis ternak yang dikembangkan di Kabupaten Belu

terbagi atas 3 (tiga) jenis yaitu ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Ternak

besar terdiri dari sapi, kerbau, dan kuda, ternak kecil terdiri dari babi,

kambing, dan domba. Pada jenis ternak besar, populasi terbanyak adalah sapi

sebanyak 69.621 ekor, pada jenis ternak kecil populasi terbanyak adalah babi

sebanyak 8.996 ekor. Sedangkan ternak unggas populasi terbanyak adalah

ayam kampung sebanyak 186.100 ekor.

4.1.4.5.Kehutanan

Luas kawasan hutan berdasarkan Berita Acara (BA) Tata Batas pada tahun

2014 adalah 58.155,55 Ha yang terdiri dari Hutan Lindung, Hutan Produksi,

Hutan Produksi Tetap, Hutan Produksi Konversi, Cagar Alam dan Suaka

Margasatwa. Luas kawasan hutan tersebut masih tersebar di wilayah

Kabupaten Belu dan Malaka dan belum ada pemisahan dikarenakan penetapan

luas yang terpisah belum ada dan tidak dapat dilakukan oleh Dinas Kehutanan

Kabupaten Belu karena merupakan wewenang Kementrian Kehutanan. Dilihat

dari penyebaran lokasinya kawasan hutan (KH) Uabau Atepupu (RTK 115)

berada didalam KH Bifemnasi Sonmahole (RTK 184). Pemisahan antara

kedua kawasan hutan tersebut belum dapat dilakukan sehingga luas KH Uabau

Atepupu masih tergabung di dalam KH Bimfemnasi Sonmahole. Total

keseluruhan kawasan Hutan Lindung seluas 43.996,35 Ha, Hutan Produksi

seluas 3.188,88 Ha, Hutan Produksi Tetap seluas 3.025 Ha, Cagar Alam seluas

3.246 Ha dan Suaka Margasatwa seluas 4.699,32 Ha.

4.2. Profil Dinas Pariwisata Kabupaten Belu


Tugas pokok Dinas Pariwisata Kabupaten Belu adalah untuk melaksanakan urusan

pemerintahan kabupaten Belu dalam bidang budaya dan pariwisata berdasarkan asas otonomi

daerahnya. Melalui Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata ini berbagau urusan pemerintahan

daerah terkait bidang pariwisata dan kebudayaan yang dilakukan. Fungsi dari Dinas

Pariwisata Kabupaten Belu sebagai berikut:

1. Perumusan kebijakan teknis dibidang pariwisata

2. Pelayanan penunjang penyelenggaraan dibidang kepariwisataan

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kepariwisata

4. Penggelolaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, sarana dan

prasarana serta rumah tangga

5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati

Penelaan visi, misi dan program kepala daerah terpilih ditunjukan untuk memahami

arah pembangunan yang akan dilaksanakan selama limah tahun kedepan, sesuai dengan

kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Belu, yang tertuang dalam RPJMD

Kabupaten Belu Tahun 2016-2021. Proses telaahan pelayanan Dinas Pariwisata Kabupaten

Belu yang dapat mempengaruhi pencapaian visi dan misi pembangunan Kabupaten Belu

Tahun 2016 – 2021.

Sesuai dengan visi misi Kabupaten Belu yang tercantum dalam RPJMD Kabupaten

Belu Tahun 2016 – 2021, maka visi pembangunan yaitu: “Belu Yang Berkualitas, Mandiri,

Maju, Demokratis Dan Berbudaya”. Sedangkan misi pembangunan Kabupaten Belu

merupakan komitmen untuk melaksanakan agenda – agenda utama pembangunan yang

menjadi penentu untuk mencapai keberhasilan pencapain visi pembangunan. Oleh karena itu

ditetapkan empat visi pembangunan yang akan menjadi acuan dalam penyiapan karangka

kerja dan agenda pembangunan daerah yaitu :


1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia

2. Meningkatkan pembangunan dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan

3. Meningkatkan pembangunan infastruktur daerah sebagai wilayah perbatasan dan

pengelolaan lingkungan hidup

4. Meningkatkan kinerja birokrasi, penegakan hukum, dan kualitas pelayanan publik.

Tabel 4.2.Objek Wisata, Wisata Alam, Wisata Budaya, Dan Wisata Bahari

Kabupaten Belu

No Lokasi Objek Wisata Objek Wisata Objek Wisata

Alam Budaya Bahari

1 Kecamatan Raihat Sumber Air We Bot, Kampung Lama

Air Terjun Ulutil, asuan, Kesadan Mau -

Gua Kelelawar Bele

2 Kecamatan Air Terjun Mauhalek Benteng Kota mutin,

Lasiolat dan Kolam Ksadan Fatubes, -

Pemancingan Gereja Tua Lahurus

3 Kecamatan Istana Loro Bauho,


Hutan Mangr ove,
Tasifeto Timur Kasadan Takirin
Pintu Perbatasan

Motaain, Embung

Sirani (Haliwen),

Beendungan Haikrik

4 Kecamatan Gua Jepang, Air Gua Jepang, Air Pantai Berluli Pasir

Kakuluk Mesak Terjun Atapupu, Terjun Atapupu, Gua Putih, Kolam Susuk,

Gua Garis, Sumber Garis, Sumber Mata Teluk Gurita, pantai

Mata Air Wehor, Air Wehor, sukaerlaran, Pantal


Patung Bunda Maria, Pantal Afuik, Pantai Afuik

Atapupu, Gua Maria Sukaerlaran

Ratu Dulilu,

Sabanase

5 Kecamatan Benteng Makes, Gereja Tua Nualaain ,

Lamaknen Fulan Fehan, Kampu, Kampung


Bukit Lewalu Tas,
Adat Nualain , ng Dua
Air Terjun
Rato Tubuilai & An
Mauhalek, Air
Tama (Berburui, Aol -
Terjun Lesutil,
Sau (Panen
Sumber Air II Tuen,
Jagung), Hotton A
Bendungan Haleleki
(Sejaji Hasil Panen),
Holeki, Hutan Adat
Mot Gomoloho, RA.
Jobu Guju Bakelin

Bukit Batu Lee Gatal, RA. Mone

Maudemu, Gunung Walu Nigi Bop!, RA.

Lakaan Loos, RA. Siri Gatal,

Kampung Adat

Kewar

6 Kecamatan Bukit Lidak, Bukit RA. Matabesi

Atambua Raimaten -

7 Atambua Selatan Gua Mahanu, Kolam

Permandian Tirta - -

8 Kecamatan unung Mandeu, Niki We Tarnai, Bei Oan,

Raimanuk Uman, We Korsa, Ksadan Tuan Molin


Faturika Bot, We Tuan, -

Bamuti Kwaik, Kuan Tekas Fanata

Lulik (Kompleks Raja

Mandeu),

Fatukabelak Tuan,

Ahalun Mesak, RA.

Klau Hane,

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Belu Tahun 2021

4.3. Struktur Organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten Belu

Sesuai peraturan Buapti Belu Nomor 60 tahun 2017 tentang struktur organisasi dan tata

kerja Dinas Pariwisata Kabupaten Belu terdiri dari :

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas: memimpin, mengendalikan dan

mengkoordinasikan perumusan kebijakan, pembinaan evaluasi serta

pelaporan pelaksanaan pembangunan destinasi dan industri pariwisata,

demi terwujudnya pelayanan Dinas Pariwisata yang optimal.

2. Sekertaris

Sekertaris memiliki tugas: memimpin, merencanakan operasional,


mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan keseketariatan.

Sekretaris membawahi 3 (tiga) kepala sub bagian yaitu:

a. Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan

Sub bagian perencanaan dan keuangan mempunyai tugas memimpin,

merencanakan, dan melaksanakan kegiatan perencanaan dan pelaporan

melalui pengumpulan data, pengelolahan dan analisis, data serta menyusun

pelaporan kinerja instansi berdasarkan ketentuan dan prosedur yang berlaku

agar tersedianya program data dan hasil evaluasi, yang akurat, serta urusan

akuntansi dan verifikasi keuangan, pembendaharaan, pengenlolaan

penerimaan bukan pajak, pengajuan dan penerbitan surat perintah

pembayaran, urusan gaji pegawai, laporan keuangan, penataan usahan barang

milik dinas, dan penyusunan laporan serta dokumentasi kegiatan, berdasarkan

ketentuan dan prosedur yang berlaku dalam mendukung kinerja dinas yang

handal.

b. Sub Bagian Hukum dan Komunikasi Publik

Sub bagian hukum dan komunikasi publik mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi sub bagian hukum dan komunikasi publik meliputi penyiapan

bahan urusan hukum dan komunikasi publik berdasarkan ketentuan serta

prosedur yang berlaku dalam mendukung kinerja dinas yang handal.

c. Sub Bagian Kepegawaian dan Organisasi

Sub bagian kepegawaian dan organisasi mempunyai tugas merencanakan dan

melaksanakan kegiatan sub bagian umum dan kepegawaian meliputi

penyiapan bahan urusan kepegawaian, pengawasan melekat, budaya kerja

ketata usahaan, perlengkapan serta urusan rumah tangga dan perjalanan dinas

berdasarkan ketentuan dan prosedur yang berlaku agar terciptaan penataan


personalia, yang kompeten sesuai perkembangan demi terwujudnya

pengelolaan administrasi yang akurat dan handal.

3. Bidang Destinasi dan Industri Pariwisata

Bidang destinasi dan industri pariwisata mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi menyusun perencanaan sektor pariwisatamelalui kegiatan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, investasi rencana pengembangan

destinasi pariwisata, usaha kepariwisataan, objek wisata dan daya tarik

wisata, bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, pelaporan dan

dokumentasian kegiatan bidang berdasarkan ketentuan dan prosedur

yang berlaku agar tercapainya kinerja bidang yang handal, berbasis

pelayanan. Kepala bidang membawahi 3 (tiga) kepala sub bidang yaitu :

a. Sub Bidang Pengembangan Daya Tarik Wisata

Sub bidang pengembangan daya tarik wisata mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi penyususnan rencana program sub bidang pengenbangan daya tarik

wisata melalui kegiatan perumusana dan pelaksanaan kebijakan, invenrtarisasi

rencana yang meliputi produk pariwisata, usaha kepariwisataan, objek wisata

dan daya tarik wisata, bimbingan teknis, pemantauan evaluasi, pelaporan dan

dokumentasian kegiatan bidang berdasarkan ketentuan dan prosedur yang

berlaku agar tercapainya kinerja sub bidang yang handal, berbasis pelayanan.

b. Sub Bidang Pengembangan Kawasan Pariwisata

Sub bidang pengembangan kawasan pariwisata mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi menyusun rencana program sub bidang pengembangan kawasan

pariwisata, melalui kegiatan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

iventarisasi rencana yang meliputi produk pariwisata, usaha kepariwisataan,

objek wisata, daya tarik wisata, bimbingan teknis, pemantauan evaluasi,


pelaporan dan dokumentasian kegiatan bidang berdasarkan ketentuan dan

prosedur yang berlaku agar tercapainya kinerja sub bidang yang handal,

berbasis pelayanan.

c. Sub Bidang Pengembangan Industri Pariwisata

Sub bidang pengembangan industri pariwisata mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi menyusun rencana program sub bidang pengembangan industri

pariwisata, melalui kegiatan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

iventarisasi rencana yang meliputi produk pariwisata, usaha kepariwisataan,

objek wisata, daya tarik wisata, bimbingan teknis, pemantauan evaluasi,

pelaporan dan dokumentasian kegiatan bidang berdasarkan ketentuan dan

prosedur yang berlaku agar tercapainya kinerja sub bidang yang handal,

berbasis pelayanan.

4. Bidang pemasaran pariwisata

Bidang pemasaran pariwisata mempunyai tugas melaksanakan koordinasi

penyususnan rencana program sektor pariwisata melalui kegiatan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemasaran pariwisata, meliputi

pengembangan pasar dan informasi pariwisata, promosi pariwisata, serta

pramosi wisata konvensi, insentif, event dan minat khusus, serta

kegiatan bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, pelaporan dan

dokumentasiankegiatan berdasarkan ketentuan dan proedur yang berlaku

agar tercapainya kinerja bidang yang handal, berbasis pelayanan. Kepala

bidang membawahi 3 (tiga) sub bidang yaitu :

a. Sub Bidang Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata

Sub bidang pengembangan pasar dan informasi Pariwisata mempunyai tugas


melaksanakan koordinasi penyusunan rencana program sektor pariwisata

dalam kegiatan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemasaran

pariwisata, serta kegiatan bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi,

pelaporan dan dokumentasian kegiatan bidang berdasarkan ketentuan

bidang dan prosedur yang berlaku agar tercapainya kinerja sub bidang

yang handal, berbasis pelayanan.

b. Sub Bidang Promosi Pariwisata

Sub bidang promosi pariwisata mempunyai tugas melaksanakan koordinasi

penyusunan rencana program sektor pariwisata dalam kegiatan perumusan

dan pelaksanaan kebijakan, pemasaran pariwisata, serta kegiatan

bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, pelaporan dan dokumentasian

kegiatan bidang berdasarkan ketentuan bidang dan prosedur yang berlaku

agar tercapainya kinerja sub bidang yang handal, berbasis pelayanan.

c. Sub Bidang Promosi Wisata Konvensi, Insentif, Event dan Minat

Khusus

Sub bidang promosi wisata konvensi, insentif, event dan minat khusus

mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan rencana program

sektor pariwisata dalam kegiatan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

pemasaran pariwisata, serta kegiatan bimbingan teknis, pemantauan,

evaluasi, pelaporan dan dokumentasian kegiatan bidang berdasarkan

ketentuan bidang dan prosedur yang berlaku agar tercapainya kinerja sub
bidang yang handal, berbasis pelayanan.

5. Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif

Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi penyususnan rencana program sektor pariwisata melalui

kegiatan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pengembangan

ekonomo kreatif, meliputi kegiatan penelitian pengembangan dan hak

atas kekayaan intelektual, fasilitas sarana prasarana permodalan dan

kegiatan fasilitas pemasaran serta kegiatan bimbingan teknis,

pemantauan, evaluasi, pelaporan dan dokumentasian kegiatan

berdasarkan ketentuan dan proedur yang berlaku agar tercapainya

kinerja bidang yang handal, berbasis pelayanan. Kepala bidang

membawahi 3 (tiga) sub bidang yaitu :

a. Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan Hak Atas Kekayaan

Intelektual

Sub bidang penelitian dan pengembangan hak atas kekayaan intelektual

mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyususnan rencana

program sektor pariwisata melalui kegiatan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan, pengembangan ekonomo kreatif, dalam

kegiatan penelitian pengembangan dan hak atas kekayaan intelektual,

serta kegiatan bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, pelaporan dan

dokumentasian kegiatan berdasarkan ketentuan dan proedur yang

berlaku agar tercapainya kinerja bidang yang handal, berbasis

pelayanan.

b. Sub Bidang Fasilitas Sarana Prasarana dan Permodalan


Sub bidang fasilitas sarana prasarana dan permodalan memiliki tugas

melaksanakan koordinasi penyususnan rencana program sektor

pariwisata melalui kegiatan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

pengembangan ekonomo kreatif, dalam kegiatan fasilitas sarana

prasarana dan permodalan serta kegiatan bimbingan teknis,

pemantauan, evaluasi, pelaporan dan dokumentasian kegiatan

berdasarkan ketentuan dan proedur yang berlaku agar tercapainya

kinerja bidang yang handal, berbasis pelayanan.

c. Sub Bidang Fasilitas Pemasaran

Sub bidang fasilitas pemasaran memiliki tugas melaksanakan koordinasi

penyususnan rencana program sektor pariwisata melalui kegiatan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pengembangan ekonomo

kreatif, dalam kegiatan fasilitas pemasaran serta kegiatan bimbingan

teknis, pemantauan, evaluasi, pelaporan dan dokumentasian kegiatan

berdasarkan ketentuan dan proedur yang berlaku agar tercapainya

kinerja bidang yang handal, berbasis pelayanan.

6. Bidang Pengembangan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia Pariwisata

dan Ekonomi kreatif

Bidang pengembangan kelembagaan dan sumber daya manusia pariwisata

dan ekonomi kreatif memiliki tugas melaksanakan koordinasi

penyususnan rencana program sektor pariwisata melalui kegiatan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pengembangan ekonomo kreatif,

meliputi kegiatan pengembangan kelembagaan dan sumber daya


manusia pariwisata dan ekonomi kreatif serta kegiatan bimbingan

teknis, pemantauan, evaluasi, pelaporan dan dokumentasian kegiatan

berdasarkan ketentuan dan proedur yang berlaku agar tercapainya

kinerja bidang yang handal, berbasis pelayanan. Kepala bidang

membawahi 3 (tiga) sub bidang yaitu :

a. Sub Bidang Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia

Pariwisata

Sub bidang kelembagaan dan sumber daya manusia pariwisata

mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyususnan rencana

program sektor pariwisata melalui kegiatan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan, pengembangan ekonomo kreatif, meliputi

kegiatan kelembagaan dan sumber daya manusia pariwisata serta

kegiatan bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, pelaporan dan

dokumentasian kegiatan berdasarkan ketentuan dan proedur yang

berlaku agar tercapainya kinerja bidang yang handal, berbasis

pelayanan.

b. Sub Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekonomi

Kreatif

Sub bidang pengembangan sumber daya manusia ekonomi kreatif

memiliki tugas melaksanakan koordinasi penyususnan rencana

program sektor pariwisata melalui kegiatan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan, pengembangan ekonomo kreatif, meliputi

kegiatan pengembangan sumber daya manusia ekonomi kreatif

serta kegiatan bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, pelaporan


dan dokumentasian kegiatan berdasarkan ketentuan dan proedur

yang berlaku agar tercapainya kinerja bidang yang handal, berbasis

pelayanan.

c. Sub Bidang Pengembangan Kelembagaan, Tata Kelola

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Sub bidang pengembangan kelembagaan, tata kelola pariwisata dan

ekonomi kreatif memiliki tugas melaksanakan koordinasi

penyususnan rencana program sektor pariwisata melalui kegiatan

pengembangan kelembagaan, tata kelola pariwisata dan ekonomi

kreatif serta kegiatan bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi,

pelaporan dan dokumentasian kegiatan berdasarkan ketentuan dan

proedur yang berlaku agar tercapainya kinerja bidang yang handal,

berbasis pelayanan.

4.4. Peran Dinas Pariwisata Kabupaten Belu Dalam Meningkatkan Pendapatan Daerah

Untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Belu dan mendorong tumbuhnya

industri pariwisata, berdasarkan hasil penelitian terhadap Dinas Pariwisata maka dapat

diuraikan sebagai berikut:

4.4.1 Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata


4.4.1.1.Promosi dan event pariwisata yang terlaksana

romosi pariwisata berhubungan dengan aktivitas komunikasi serta publikasi yang

bertujuan membangun citra tentang kepariwisataan. Produk pariwisata merupakan

sesuatu yang dapat ditawarkan kepada para wisatawan baik lokal maupun

mancanegara. Studi menunjukan bahwa festival dan event mampu meningkatkan

kunjungan wisatawan, mendorong perputaran ekonomi daerah dan membuat kota

menjadi lebih hidup. Kegiatan – kegiatan Promosi yang dilakukan seperti

mengadakan event-event yang bersifat promosi terhadap wisatawan lokal maupun

mancanegara, promosi wisata memegang peran penting dalam mengendalikan

pemasaran pariwisata, event-event yang dilakukan yaitu festival Pantai Utara

(pantura) lokasinya seperti pantai pasir putih, perbatasan Motaain sampe ke Teluk

Gurita, yang berikur festival tenun ikat, festival musik Atambua, Atambua culture

fashion dan iven crosborder. Saat melakukan event-event atau festival didalamnya

mereka juga melakukan kegiatan seperti kuliner makan laut pada saat festival

pantai utara, perlombaan voli, dance, dan fashion show busana adat.

Adapun kegitan pengembangan dan pemasaran yang dilakukan setelah covid-

19 masuk ke daerah Kabupaten Belu, karena dilarangnya membentuk kerumunan

maka Dinas Pariwisata melakukan pemasaran dan promosi pariwisata dengan

mengunakan dan memanfaatkan media-media sosial, seperti websait (Belu

Pariwiwsata), Instagram, facebook, dan youtube resmi Dinas Pariwisata

Kabupaten Belu, media cetak seperti browser dan buku- buku. hal ini juga

diperjelaskan oleh Bapak Paulus Nusandri Bisana, S.S. selaku seksi pemasaran

pariwisata beliau mengatakan:

“kalo mereka kewalahan pada saat covid-19 masuk ke daerah Kabupaten Belu
mereka bingung harus melakukan teknik pemasaran seperti apa, akhirnya mereka
sepakat mengunakan media sosial sebagai media untuk melakukan promosi dan
pemasaran pariwisata dengan mereka membuat konten-konten dan memasukan
video-vidio, foto serta mengupdet berita – berita atau informasi yang berkaitan
dengan pariwisata. (wawancara pada tanggal 10 februari 2022).”

Peneliti juga melakukan wawancara dengan salah satu wisatawan Ibu Lesa

Beresoro Ibu ini mengatakan bahwa :

“kegiatan promosinya belum terlaksana dengan baik hanya mungkin karena kurang
kesadaran dari kami masyarakat tentang potensi yang dimiliki dan kurang
pahamnya kami tentang media sosial sehingga membuat kami sebagian
masyarakat belum mengetahui secara merata potensi wisata yang ada di
Kabupaten Belu. Wawancara pada tanggal 12 febuari 2022).”

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan pramosi dan

event pariwisata yang terlaksana dapat disimpulkan bahwa, teknik pramosi yang

dilakukan oleh Dinas Pariwisata sudah baik dikarenakan walaupun pendemi

covid-19 masuk ke daerah Kabupaten Belu tidak membuat Dinas Pariwisata

berhenti melakukan kegiatan pramosi. Walaupun event-event tidak terlaksana lagi

semenjak pendemi dikarenakan dilarang membentuk kerumunan, tetapi Dinas

Pariwisata melakukan teknik pramosi mengunakan dan memanfaatkan media

sosial dan websait resmi Dinas Pariwisata Kabupaten Belu sehingga program

promosi pariwisatanya terus terlaksana.

Hanya saja masih ada sebagian masyarakat Kabupaten Belu belum ada kesadaran

tentang potensi alam yang mereka miliki sehingga, tidak ada rasa ingin tahu

tentang potensi alam yang mereka miliki dan kurang pemahaman tentang media

sosial. Sehingga meskipun Dinas Pariwisata sudah menggunakan media mosial

dalam teknik pramosinya namun ada masyarakat yang belum mengetahui.

4.4.1.2.Jaringan kerjasama promosi pariwisata

Dinas Pariwisata Kabupaten Belu juga menjalankan beberapa kerjasama dengan

pihak perhotelan yang bertujuan untuk penambahan pendapatan daerah, hal ini
susuai dengan pernyataan Ibu Natalies Hendrayani, SH selaku kepala bidang

destinasi dan industri pariwista beliau mengatakan:

“wisatawan yang datang berkunjung ke daerah Kabupaten Belu baik itu pengujung
luar daerah Kabupaten Belu atau bahkan pengunjung manca negara yang datang
berkunjung ke tempat wisata dan menginap di hotel dengan otomatis pihak
prusahaan dari hotel membayar pajak dan dari pajak hotel tersebut masuk ke
dalam pendapatan daerah (PAD). (wawancara pada tanggal 10 februari 2022). “

Jaringan kerjasama yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dengan pihak

perhotelan seperti, Dinas Pariwisata membuat buku tentang destinasi wisata yang

ada di Kabupaten Belu lalu dimasukan ke setiap hotel yang ada di Kabupaten Belu

sehingga pada saat pengujung datang mengginap dan saat mereka mengisi buku

tamu mereka juga diberikan brosur tersebut dan dari pihak perhotelan juga

menjelaskan sedikit tentang objek wisata yang ada dalam buku tersebut, berikut

adalah contoh buku dari dinas pariwisata yang disimpan disetiap hotel :

Contoh Gambar Buku Yang Di Titipkan Di Hotel

Rata – rata pertumbuhan tingkat kunjungan wisatawan berdasarkan laporan

tamu menginap di hotel 3 tahun terakhir menunjukan trend pertumbuhan positif


namun belum konsisten, masih rendahnya angka rata – rata lama menginap tamu

di hotel dan jumblah kunjungan didestinasi masi didominasikan oleh pelancong

pada skala lokal dan regional

Hal yang sama juga yang disampaikan Ibu Natalies Hendrayani, SH selaku

kepala bidang destinasi dan industri pariwista beliau mengatakan bahwa :

“hal ini disebabkan karena belum terpenuhinya aspek 5A (atraksi, akomodasi, akses,
aktivitas, amenitas), pada destinasi wisata yang ada di Kabupaten Belu akibat belum
optimalnya pengelolaan sumberdaya yang ada karena keterbatasan sumber daya manusia
diberbagai level dan belum optimalnya penataan dan pengelolaan kepariwisataan di
Kabupaten Belu yang mengedepankan konsep wisata yang khas, dengan
mempertimbangkan keunggulan khas,peluang dan target pasar. Sehinga berdampak pada
peningkatan pendapatan daerah dari segi parawisata”
Tabel 4.3. Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Domestik

di Kabupaten Belu Tahun 2018-2020

Kunjungan Wisatawan Kunjungan Wisatawan

Tahun Manca Negara Domestik

Target Realisasi Target Realisasi

2018 24.200 3.639 73.450 6.706

2019 24.600 6.930 75.000 12.899

2020 25.000 572 79.000 4.650

Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Belu, 2021

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan jaringan

kerjasama pramosi pariwisata dapat disimpulkan bahwa, Dinas Pariwisata

melakukan kerjasama dengan pihak perhotelan dalam hal mempromosikan objek

wisata dengan cara Dinas Pariwisata menyiapkan buku yang berkaitan dengan
objek wisata dan dititipkan ke pihak perhotelan sehingga saat pengunjung datang

menginap juga diberikan buku tersebut dan dijelaskan sediki tentang objek wisata.

Namun masih belum terpenunya aspek atraksi, akomodasi, akses, aktivitas,

amenitas dan belum optimalnya penataan dan pengelolaan kepariwisataan di

Belu, sehinga berdampak pada rendahnya angka rata-rata lama menginap di hotel.

Oleh karena itu perlu diperhatikan lagi secara maksimal teknik penataan dan

pengelolaan pariwisata serta aspen atraksi, akomodasi, akses, aktivitas, amenitas

sehingga dapat meningkatkan lama kunjungan menginap di hotel dan

meningkatkan pengunjung untuk berkunjung tenpat wisata.

4.4.2. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

Program pengembangan destinasi pariwisata terdiri dari beberapa kegiatan

untuk memenuhui tujuan program yaitu meningkatkan daya saing

pariwisata Kabupaten Belu sebagai destinasi pariwisata. kegiatan yang

dilakukan dalam program tersebut adalah sebagai berikut :

4.4.2.1. Pengembangan sarana prasarana objek wisata

Upaya Dinas Pariwisata dalam pengelolaan pariwisata yang menyediakan

fasilitas wisata, sarana prasarana destinasi pariwisata belum memenuhi

kebutuhan wisatawan, kelengkapan fasilitas wisata, Dinas Pariwisata

mengupayakan pemenuhan sarana dan prasarana destinasi pariwisata sesuai

dengan program pengembangan destinasi pariwisata.

Namun dalam realisasinya belum terpenuhi sepenuhnya, belum merata

sehingga masi banyak tempat wisata yang fasilitas pariwisata, sarana dan
prasarana belum memadahi, seperti pantai sukaerlaran belum ada tempat atau

lopo - lopo untuk tempat beristirahat masyrakat yang berkunjung, wisata kolam

susuk disekitaran tempat wisata kolam susuk ini masi banyak sampah

dikarenakan tidak tersedianya bak sampah yang besar, jadi membuat

pengunjung binggung harus membuang sampah kemana akhirnya mereka

membuang sampah sembarangan disekitaran tempat wisata kolam susuk.

Kolam Susuk Pantai Sukaerlaran

Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Mickhael Bria, S,Sos sebagai sekertaris

Dinas Pariwisata Kabupaten Belu, beliau mengatakan :

”Sarana dan prasarana saat ini belum semuanya terbangun dan terlaksanakan
dengan baik tetapi kami berusaha untuk memenuhi segalah kekurangan fasilitas
di tempat tempat wisata yang dibutuhkan oleh wisatawan. Namun kami juga
memiliki beberapa tempat wisata yang fasilitasnya sudah sangat baik seperti
pantai pasir putih, fulan fehan, air terjun mauhalek dan batung budah maria
segalah bangsa. (wawancara pata tanggal 10 februari 2022).”

Hal ini juga dipertegas oleh salah satu wisatawan Bapak Kornelis Sali,

beliau mengatakan:

” sarana – prasarana dan fasilitas yang ada ditempat - tempat wisata belum
memadahi atau memuasakan dikarenakan seperti prasarana trasportasi, jalan
yang diakses untuk menuju ke tempat wisata seperti bukit batu maudemu dan
kampung adat nualain karna letaknya yang jauh dan akses jalanya yg rusak
sehingga membuat masyarakat malas untuk berkunjung kesana. (wawancara
pata tanggal 12 februari 2022)”

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan


pengembangan sarana dan prasarana objek wisata maka dapat disimpulkan

bahwa, sarana dan prasarana yang ada dibeberapa tempat wisata belum

memadahi seperti pantai sukaerlaran yang tidak memiliki lopo untuk tempat

beristirahat pengunjung, sehinga membuat para pengunjung yang datang ke

pantai sukaerlaran akan merasakan kepanasan karena tidak memiliki lopo

penginapan. Dan juga wisata kolam susuk yang tidak memiliki tempat

pembuangan sampah yang berukuran besar sehingga membuat para pengunjung

kebingungan harus membuang sampah kemana, sehinga mereka terpaksa

membuang sampah disekitaran pantai.

Oleh karena itu perlu diperhatikan lagi dan harus memunuhi segalah

kekurangan fasilitas yang berada di tempat – tempat wisata ksusnya wisata

pantai sukaerlaran dan kolam susuk sehingga dapat meningkatkan kunjungan

wisatawan, dan dapat berpengaruh pada peningkatan pendapatan Daerah

Kabupaten Belu.

4.4.2.2.Pengelolaan objek wisata

Pariwisata merupakansalah satu sektor andalan pemerintah Kabupaten Belu

dalam upaya meningkatkan pendapatan asli (PAD) daerah Kabupaten Belu.

Pemerintah Kabupaten Belu baik secara mandiri maupun atas dukungan dari

pemerintah pusat pun sering menyelengarakan event yang bertujuan menarik

minat wistawan, baik lokal maupun manca negara untuk berwisata ke

Kabupaten Belu.

Sejumblah objek wisata sering dipromosikan guna dikenal khalayak umum

dan dikunjungi wisatawan. Ironisnya berbagai pramosi itu tidak diikuti dengan

pembenahan objek destinasi, sejumblah tempat obnjek wisata di Kabupaten

Belu belum di kelola dengan baik. Dalam pengelolaan pariwisata Kabupaten


Belu potensi – potensi wisata yang sedang dalam prosess pengembangan di

Kabupaten Belu yaitu : sabanase, hutan mangrove, kolam susuk,kolam tirta,

pantai sukaerlaran dan beteng peninggalan belanda (benteng makes).

Perhatian pemerintah terhadap pembangunan pariwisata sangat besar.

Namun diperhadapkan dengan kondisi pendemi covid-19, terdapat anggaran

yang harus direfocusing dan fokuskan untuk penanganan covid sebagai hal yang

urgen. Sehingga hal – hal yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata

kurang diperhatikan secara baik. Hal ini juga disesuai dengan pernyataan dari

Bapak Mickhael Bria, S,Sos sebagai sekertaris Dinas Pariwisata Kabupaten

Belu, beliau mengatakan :

“ dalam program Dinas Pariwisata sebelum adanya pendemi covid-19 terdapat


program yang difokuskan intuk menata dan mengelola infrastru dilokasi objek –
objek wisata yang menjadi daya tarik wisatawan maupun yang dalam proses
pengembangan, karena masi banyak kekurangan fasilitas sarana prasarana
pendukung yang ada dilokasi wisata. (wawancara pata tanggal 10 februari
2022).”

Hal ini juga dipertegaskan oleh Ibu Natalies Hendrayani, SH selaku kepala bidang

destinasi dan industri pariwista beliau mengatakan bahwa :

”karena dana yang terbatas semasa pendemi covid-19, sehingga membuat beberapa
program yang sudah direncanakan oleh kami yang berkaitan dengan
pengelolaan pariwisata harus terhenti karena sebagian besar dana harus
difokuskan untuk penangan covid. Sehinnga dampaknya dapat mempengaruhi
tidak lancarnya pembangunan pariwisata yang ada di Kabupaten Belu”.(
wawancara pata tanggal 10 februari 2022).”

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan

Pengelolaan destinasi pariwisata bahwa pengelolaan destinasi pariwisata yang

ada di Kabupaten Belu belum sepenuhnya berhasil dilihat dari menurunya

tingkat kunjungan wisatawan dari tahun 2018 – 2020. Sejumblah objek wisata

yang dipramosikan tidak diikuti dengan pembenaan objek destinasinya


dikarenakan setelah covid-19 masuk ke daerah Kabupaten Belu sehingga

membuat semua anggaran difokuskan untuk menangan covid dan hal yang

berkaitan dengan pengembangan pariwisata kurang diperhatikan. Oleh karena

itu kedepanya covid semakin berkurang, pemeritahan Kabupaten Belu dan

Dinas Pariwisata Kabupaten Belu lebih memperhatikan lagi pengembangan

objek wisata sehinga bisa meningkatkan jumblah kunjungan wisatawan, dan

dapat berpengaruh pada peningkatan pendapatan daerah Kabupaten Belu.

4.4.3. Program Pengembangan Kemitraan dan Kelembagaan

4.4.3.1.Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Ekonomi Kreatif

Program Pengembangan Kemitraan dan Kelembagaan yaitu hubungan

kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan pariwisata.

Kementrian pada esesiensinya sebagai suatu hubunga kerjasama antara berbagai

pihak atau gotong royong baik itu secara perorangan maupun kelompok. Salah

satu konsep dan yang di gunakan Dinas Pariwista Kabupaten Belu untuk

mengelola dan mengembangkan pariwisata adalah dengan melakukan kegiatan

kemitraan atau kerjasama antara pihak pemerintahan dengan masyarakat.

Seperti kerjasama antara Dinas Pariwisata Kabupaten Belu dengan

kelompok - kelompok Tenun ikat, kelompok- kelompok tenung ikat di Kabupaten

Belu ada dua Tempat yang satu di kelurahan Fatubenao dan yang kedua berada di

kelurahan Manumutin, dan dan hasil-hasil tenun dari masyarakat itu dipramosikan

atau dijualan pada saat event-event dan festival berlangsung sehingga lebih

memperkenal luaskan kepada masyarakat luar maupun masyarakkat lokas tentang

kain - kain adat khas Kabupaten Belu. Bukan hanya melalui kelompok tenun ikat

saja tetapi Pariwisata juga mengabil retrubusi dari kios-kios dan stan-stan sekirat
tempat objek wisata pada saat even- even dilakukan. Semua ini guna

meningkatkan dan menambah devisa pendapatan Daerah Kabupaten Belu

Kegitan penjualan kain adat dan berbagai aksesorit khas Kabupaten Belu

saat festival pameran INACRAFT

Hal ini juga dipertegaskan oleh Ibu Iton Naimau salah satu wisatawan selakigus

sebagai ketua kelompok Tenun Ikat KSM “Biaberek” beliau mengatakan bahwa:

”kelompok tenun ikat KSM Biaberek ini bekerjasama dengan Dinas Pariwisata untuk
mempramosikan tenun – tenun ikat, selendang, busana-busana dan aksesoris yang
bermotif budaya khas Kabupaten Belu kepada masyarakat luar maupun lokal
degan cara hasil tenun mereka akan dipromosikan dan dijual pada saat event –
event maupun festival yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Belu,
sehinnga nanti hasilnya akan di bagi dua, 30% untuk Dinas Pariwata dan 70%
untuk kelompok tenun Ikat Biaberek. (wawancara pata tanggal 12 februari
2022).”

Dalam kebijakan pemerintah di Dinas Parisata Kabupaten Belu mengatakan

bahwa pembinaan kepariwisataan dengan memberikan kesempatan kepada

masyarakat setempat untuk ikut serta dalam pembangunan, pengelolaan,

pengembangan dan pemilikan kawasan pariwisata. Sehingga destinasi pariwisata

yang ada di Kabupaten Belu dikelolah oleh masyarakat begitu juga dengan hasil

retribusi yang diperoleh hanya dapat meningkatkan kesejateraan masyarakat saja,

retribusi wisata belum kontribusi untuk meningkatkan pendapatan daerah (PAD).

Hasil ini sesuai dengan pernyataan Ibu Viktoria Lopes selaku bendahara
penerimaan. Ibu vikroria mengatakan bahwa:

“ restribusi yang diperoleh belum mampu menyumbang untuk pemasukan daerah


karena selama ini penggelolaan retribusi hanya dikelola masyarakat dan belum
ada setoran kepada pemerintah contohnya yaitu retribusi yang dipungut oleh
masyarakat sekitaran pantai sukaerlaran, masyarakat desa Dirun dan Maudemu
dalam hal penjaga karcis masuk ke tempat wisata, namun kenyataannya
dilapangan belum terlaksanakan dengan baik seperti masyarakat yang menjaga
lahan karcis masuk pantai sukarlaran, uang karcisnya tidak dibagi dengan pihak
Dinas pariwisata, begitu pula yang dilakukan masyarakat desa Maudemu mereka
memungut uang karcis untuk masuk ke tempat wisata fulan fehan tapi uangnya
tidak diserahkan kepada pihak Dinas Pariwisata. (wawancara pada tanggal 10
februari 2022),”

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti yang berkaitan dengan

program pengembangan kemitraan dan kelembagaan, secara khusus usaha mikro

kecil dan menengah (UMKM) ekonomi kreatif sudah berjalan baik. Contoh

kerjasama yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dengan kelompok-kelompok

tenun ikat Biaberek, dan hasil tenun mereka dijual dan dipromosikan pada saat

event-event yang didahkan oleh dinas pariwisata maupun istansi lain, dan hasil

dari penjualan itu dibagi dua dengan Dinas Pariwisata, 30% untuk Dinas Pariwata

dan 70% untuk kelompok tenun Ikat Biaberek. Sehingga dari program ini dapat

memperkenalkan secara luas tentang objek wisata budaya daerah Kabupaten Belu,

dan bias berdampak pada peningkatan pendapatan daerah Kabupaten Belu.

Namun masi ada juga masyrakat yang menglakukan kerjasama dengan Dinas

Pariwisata dalam hal ini pemungutan carcis masuk lokasi objek wisata belum

terlaksana dengan baik karena hasil retribusi yang diperoleh hanya dapat

meningkatkan kesejatraan masyarakat saja, retribusi wisata belum kontribusi

untuk meningkatkan pendapatan daerah (PAD).


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Secara umum dapat disimpulkan dari penelitian Peran Dinas

Pariwisata dalam meningkatkan pendapatan daerah (PAD) di Kabupaten

Belu, yakni :

1. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata, dilakukan melalui kegiatan

Pramosi dan event – event pariwisata yang sudah terlaksana. Namun

diperhadapkan dengan pendemi covid-19 sehingga dilarangnya membentuk

kerumunan maka Dinas Pariwisata melakukan pemasaran dan promosi

pariwisata dengan mengunakan dan memanfaatkan media-media sosial, seperti


websait, Instagram, facebook, dan you tube resmi Dinas Pariwisata Kabupaten

Belu, dengan mereka membuat konten-konten dan memasukan video-vidio,

foto serta mengupdet berita – berita atau informasi yang berkaitan dengan

pariwisata. Dinas Pariwisata Kabupaten Belu juga menjalankan beberapa

kerjasama dengan pihak perhotelan yang bertujuan untuk penambahan

pendapatan daerah. Namun kerjasama tersebut belum terlaksanakan dengan

baik dikarenakan belum terpenuhnya aspen antraksi, akomodasi, akses,

aktivitas, dan amenitas sehingga menyebabkan rendahnya angka menginap

tamu di hotel.

2. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata, ini dilakukan melalui kegiatan

Pengembangan sarana prasarana objek wisata dan upaya Dinas Pariwisata

dalam pengembangan pariwisata dengan menyediakan fasilitas wisata, sarana

prasarana ditempat – tempat wisata namun dalam realisasinya belum

terlaksanakan dengan baik, hal ini dikarenakan dengan kondisi pendemi covid-

19 sehinga terdapat anggaran yang harus direfocusing dan fokuskan untuk

penanganan covid sebagai hal yang urgen. Dan hal – hal yang berkaitan dengan

pengembangan pariwisata kurang diperhatikan secara baik, sehingga dapat

berdapak pada rendahnya kunjungan wisatawan.

3. Program Pengembangan Kemitraan dan Kelembagaan, ini dilakukan melalui

kegiatan Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) ekonomi kreatif,

hubungan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan

pariwisata. Kegiatan usaha mikro kecil dan menengah ini sudah terlaksanakan

dengan baik, seperti kerjasama antara Dinas Pariwisata Kabupaten Belu

dengan kelompok - kelompok Tenun ikat dan hasil - hasil tenun dari

masyarakat itu dipramosikan atau dijualkan pada saat event-event dan festival
berlangsung sehingga lebih memperkenal luaskan kepada masyarakat luar

maupun masyarakkat lokal tentang kain - kain adat khas Kabupaten Belu dan

juga bias meningkatnya pendapatan daerah Kabupaten Belu. Namun masi ada

juga masyrakat yang menglakukan kerjasama dengan Dinas Pariwisata dalam

hal ini pemungutan carcis masuk lokasi objek wisata belum terlaksana dengan

baik karena hasil retribusi yang diperoleh hanya dapat meningkatkan

kesejatraan masyarakat saja, retribusi wisata belum kontribusi untuk

meningkatkan pendapatan daerah (PAD).

5.2.Saran

Adapun saran dari penelitian tentang Peran Dinas Pariwisata dalam

meningkatkan pendapatan daerah (PAD) di Kabupaten Belu yakni :

1. Perlu diadakan survei lapangan dan melakukan pengecekan ulang fasilitas, sarana

– prasarana ke tempat – tempat wisata yang ada di Kabupaten Belu, jangan hanya

fokus pada objek wisata unggulan saja tetapi secara menyeluruh dan perlu adanya

perbaikan dan peningkatan sarana – prasarana objek wisata yang masih kurang

atau bahkan belum sama sekali ada perbaiakan. Dan melalukan lagi even yang

lebih menarik lagi gunah menari pengunjung untuk berkunjung.

2. Perlu penambahan pusat informasi pariwisata demi kemudahan bagi para

wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Belu, karena pusat informasi pariwisata

hanya ada satu yaitu di Dinas Priwisata.

3. Program pengembangan kemitraan dan kelembagaan sudah berjalan dengan baik

hanya perlu diperluas lagi program UMKMnya seperti di bagian makan khas dan

budaya.

DAFTAR PUSTAKA
Angraeni. 2007. Peran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Dalam Usaha Meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Pengendaraan Menurut Peraturan

Daerah No 14 Tahun 2015 Tentang Penyelengaraan Pariwisata, Ilmu Hukum ,

Universitas Ialam Indonesia, Yogyakarta.

Arisma, 2019. Peran Dinas Pariwisata aan Kebudayaan Kota Jambi Dalam Pengelolaan

Objek WisataDanau Sipil Guna Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, Ilmu

Pemerintahan, Universitas Islam Negeri Sutthan Salfuddin, Jambi.

Asshiddiqie,Jimly. 2006. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Sekretariat

Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI.

Bima,2017. Peran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Dalam Pengembangan Daerah wisata

Pantai Bendangan di Kabupaten Jepara, Jurusan Politik dan Kewarganrgaraan,

Universitas Negeri, Semarang.

Halim, Abdul dan Iqbal, Muhammad. (2012). Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah,

Edisi Ketiga. Jogjakarta : Penerbit UPP AMP YKPN.

Huda, Ni’matul. 2009. Hukum Tata Negara Indonesia, Edisi Revisi. Raja Grafindo Persada,

Yogyakarta.

Kansil, C.S.T dan Kansil Christine S.T. 2004. Kitab Undang-Undang Otonomi Daerah

Kitab. Pradnya Paramita. Jakarta.

Kehi, Dewi, Yasak, 2017. Pemanfaatan LPPL Belu Tv Sebagai Media Promosi Dalam

Pengembangan Wisata Daerah, Ilmu Komunikasi, Universitas Tribhuwana Tunggal

Dewi, Belu.

Martono dan Agus Harjito. 2010. Manajemen Keuangan (Edisi 3). Yogyakarta: Ekonisia

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Pendit, Nyoman .2003. Pengantar Ilmu Pariwisata. Jakarta: PT Pradaya


Sedarmayanti. 2004. Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik). Bandung. Mandar

Maju

Sedarmayanti. 2000. Tata Kerja Dan Produktivitas Kerja (Suatu Tinjauan dari Aspek

Ergonomo Atau Kaitan Antara Manusia Dengan Lingkungan Kerja), Bandung :

CV.Mandar Maju.

Solihin, Dadang. 2001. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama

Sm Syamjaya, 2019. Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dalam Meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Toraja Utara, Ilmu Administrasi

Negara, Universitas Andi Djemma Palopo,Volime 2, No 2.

Supriatna. Tjahya. 1996. Administrasi Birokrasi Dan Pelayanan Publik. Jakarta: Nimas

Multima.

Syafirudin, Ateng. 2002. Titik Berat Otonomi Daerah pada Daerah Tingkat II dan

Perkembangannya, Mandar Maju, Jakarta.

Syamsi, Ibnu. 1994. Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen. Rineka Cipta, Jakarta

Wahab, Salah. 2003. Tourism Management. Pradnya Paramita. Jakarta.

Peraturan Perundang-Undangan:

Undang-Undang No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

Undang-Undang No 23 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Internet:

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Belu

https://belukab.go.id/?page_id=282 pariwisata - kabupaten belu

https://belukab.go.id/?page_id=487 Pertanian – Kabupaten Belu

https://belukab.go.id/?page_id=483 Perikanan – Kabupaten Belu


https://belukab.go.id/?page_id=489 Perternakan – Kabupaten Belu

https://belukab.go.id/?page_id=251 kehutanan forestry – Kabupaten Belu


DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN

Lokasi Penelitia

Kantor Dinas Pariwisata Kabuaten Belu

Dokumentasi Penelitian
Wawancara bersama Bapak Sekertaris Dinas Pariwisata Kabupaten Belu

Wawancara bersama Ibu kepala Bidang Destinasi dan Industri Pariwisata Kabupaten Belu
Wawancara bersama Ibu Bendahara Penerimaan Dinas Pariwisata Kabupaten

Wawancara bersama Bapak Sub Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Kabupaten Belu
Wawancara bersama Msyarakat kabupaten Belu (wisatawan)
Wawancara bersama masyarakat Kabupaten Belu (wisatawan)
Wawancara bersama masyrakat Kabupaten Belu (wisatawan)

Berikut Gambar Beberapa Objek Wisata Yang Ada Di Kabupaten Belu

Objek Wisata Alam


Objek Wisata Fulan Fehan

Objek Wisata Benteng 7 lapis

Objek Wisata Budaya


Objek wisata Budaya Kampung Adat Kewar

Objek Wisata Budaya Gereja Tua Nualain

Objek Wisata Bahari


Objek wisata Bahari Kolam Susuk

Objek Wisata Bahari Pantai Pasir Putih

RIWAYAT HIDUP PENULIS


A. Identitas Penulis

Nama : Elviana Orisanti Nina Bau

Tempat Tanggal Lahir : Dirun 11 April 2001

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katolik

B. Riwayar Pendidikan

1. TK Katolik Bintang Timur Nekafehan

2. SD Negeri Wirasakti Atambua

3. SMP St. Yohanes Don Bosco Atambua

4. SMA Negeri 1 Atambua

5. Universitas Nusa Cendan, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Prodi Ilmu

Administrasi Negara.

C. Data Orang Tua

Nama Ayah : Marselinus Bau

Pekerjaan : Petani

Nama Ibu : Ermelinda Bia

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Anda mungkin juga menyukai