Anda di halaman 1dari 9

PERANAN LPD DI DALAM MEMAJUKAN

PEREKONOMIAN MASYARAKAT

NAMA : Oktavia Wulandari


NPM : 1532121120
KELAS : C2 (semester 3)
MATA KULIAH : Bank dan lembaga keuangan lainnya

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR

1
KATA PENGANTAR

 Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                                       Denpasar, Oktober 2016

                                                                                               Penyusun

2
BAB III
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberadaan LPD di Bali sesungguhnya terproses dari sebuah kesadaran dan kemauan
bersama dari masyarakat adat Bali yang telah lama ada dan berkembang jauh sebelum
Indonesia merdeka, sebelum Republik Indonesia ini didirikan. Kesadaran dan
kemauan bersama itu terwadahi melalui organisasi komunitas berbasis wilayah yakni
Desa Adat (kini Desa Pakraman), Banjar Adat (kini Banjar Pakraman).
Selain itu, juga tumbuh berbagai organisasi masyarakat atas dasar aktivitas kegiatan
sosial-ekonomi masyarakat yakni sekaa. Sekaa-sekaa itu di antaranya Sekaa Manyi
(kelompok pemanen hasil pertanian di sawah), Sekaa Gong (kelompok penabuh),
Sekaa Semal (kelompok pengusir hama tupai) dan lain-lainnya.
Masing-masing kelompok sekaa tersebut secara aktif melaksanakan kegiatan bersama
untuk mencapai kesejahteraan bersama. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan yakni
kegiatan penghimpunan dan peminjaman dana di antara anggota sekaa. Aktivitas
penghimpunan dana itu ada yang berupa pepeson atau pecingkreman, baik berupa
uang maupun barang yang dilakukan setiap bulan. Uang yang terkumpul itu kemudian
didistribusikan kembali kepada anggota melalui rapat. Anggota yang mendapat
kesempatan meminjam uang itu ditentukan oleh rapat tersebut, termasuk bunga yang
dikenakan kepada yang bersangkutan. Pada akhirnya, semua anggota sekaa akan
mendapatkan kesempatan untuk memanfaatkan dana sekaa itu dalam upaya
mengembangkan aktivitas ekonomi yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan
bersama.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah LPD ?


2. Bentuk struktur organisasi LPD ?
3. Aktivitas LPD ?
4. Peranan LPD di dalam perekonomian masyarakat ?
5. Perbedaan Lembaga Perkreditan Desa dengan Lembaga Keuangan Lainnya ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
Agar masyarakat lebih sadar bahwa peran LPD di dalam perekonomian masyarakat
sangat penting dan berpengaruh pesat.

3
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Sejarah LPD

Keberadaan LPD di Bali sesungguhnya terproses dari sebuah kesadaran dan kemauan
bersama dari masyarakat adat Bali yang telah lama ada dan berkembang jauh sebelum
Indonesia merdeka, sebelum Republik Indonesia ini didirikan. Kesadaran dan kemauan
bersama itu terwadahi melalui organisasi komunitas berbasis wilayah yakni Desa Adat
(kini Desa Pakraman), Banjar Adat (kini Banjar Pakraman).
Selain itu, juga tumbuh berbagai organisasi masyarakat atas dasar aktivitas kegiatan
sosial-ekonomi masyarakat yakni sekaa. Sekaa-sekaa itu di antaranya Sekaa Manyi
(kelompok pemanen hasil pertanian di sawah), Sekaa Gong (kelompok penabuh), Sekaa
Semal (kelompok pengusir hama tupai) dan lain-lainnya.
Masing-masing kelompok sekaa tersebut secara aktif melaksanakan kegiatan bersama
untuk mencapai kesejahteraan bersama. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan yakni
kegiatan penghimpunan dan peminjaman dana di antara anggota sekaa. Aktivitas
penghimpunan dana itu ada yang berupa pepeson atau pecingkreman, baik berupa uang
maupun barang yang dilakukan setiap bulan. Uang yang terkumpul itu kemudian
didistribusikan kembali kepada anggota melalui rapat. Anggota yang mendapat
kesempatan meminjam uang itu ditentukan oleh rapat tersebut, termasuk bunga yang
dikenakan kepada yang bersangkutan. Pada akhirnya, semua anggota sekaa akan
mendapatkan kesempatan untuk memanfaatkan dana sekaa itu dalam upaya
mengembangkan aktivitas ekonomi yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan
bersama.
Dinamika ekonomi berbasis komunitas khas Bali itu memberi inspirasi Gubernur Bali,
Prof. Dr. Ida Bagus Mantra. Pada tahun 1983, pucuk pimpinan Pemerintah Daerah
Provinsi Bali ini merumuskan gagasan untuk membentuk sebuah lembaga keuangan
berbasis adat dengan mengadopsi dan mengembangkan konsep sekaa, banjar dan desa
adat yang telah tumbuh di tengah-tengah masyarakat Bali. 
Untuk memperkuat gagasannya itu, Gubernur Mantra mengadakan studi banding ke
Padang. Di sana sudah berdiri Lumbung Pitih Nagari (LPN). LPN merupakan lembaga
simpan pinjam untuk masyarakat adat Padang yang cukup sukses. LPN sudah ada di
Minang, jauh sebelum Jepang menjajah Indonesia LPN pada awalnya mengenal prinsip
dasar arisan yang dimanfaatkan untuk kepentingan adat seperti upacara pertunangan,
pernikahan, pengangkatan datuk dan lain-lain. Namun lama-kelamaan pengelolaan uang
dimanfaatkan untuk kegiatan produktif seperti modal usaha.
Pada saat yang sama, Pemerintah Pusat juga meluncurkan program pembentukan lembaga
kredit di pedesaan untuk mendorong pembangunan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat desa. Beberapa bulan kemudian digelar seminar tentang
Lembaga Keuangan Desa (LKD) atau Badan Kredit Desa (BKD) di Semarang yang
dilaksanakan Departemen Dalam Negeri pada bulan Februari 1984. Salah satu

4
kesimpulan seminar tersebut yaitu “perlu dicari bentuk perkreditan di pedesaan yang
mampu membantu pengusaha kecil dipedesaan yang saat itu belum tersentuh oleh
Lembaga Keuangan yang ada seperti bank”. 
Sejumlah provinsi di Indonesia sesungguhnya sudah memiliki Lembaga Perkreditan
Pedesaan yang tumbuh subur pada dekade 1980-an. Lembaga ini secara umum disebut
Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan (LDKP). Namun di setiap daerah namanya berbeda-
beda seperti di Aceh disebut Lembaga Kredit Kecamatan (LKC), di Jawa Barat disebut
Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), di Jawa Tengah disebut Badan Kredit
Kecamatan (BKK).
Bali mencoba menerjemahkan hasil keputusan seminar di Semarang dengan mengandopsi
konsep sekaa yang telah tumbuh di masyarakat Bali. Akhirnya, terbentuklah Lembaga
Perkreditan Desa (LPD) di Bali yang dengan tujuan untuk membantu desa adat.
Keuntungan LPD direncanakan untuk membangun kehidupan religius berikut kegiatan
upacaranya seperti piodalan, sehingga warganya tidak perlu membayar iuran wajib.
Mula pertama, dibuat pilot project satu LPD di tiap-tiap kabupaten. Kala itu, dasar hukum
pembentukan LPD hanyalah Surat Keputusan (SK) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Bali No. 972 tahun 1984, tanggal 19 Nopember 1984. Sebagai Implementasi dari
Kebijakan Pemerintah Daerah Tingkat I Bali tersebut diatas, maka secara resmi LPD
beroperasi mulai 1 Maret 1985, dimana disetiap Kabupaten didirikan 1 LPD. Selanjutnya
LPD diperkuat oleh peraturan daerah provinsi Bali No. 2 / 1988 hingga peraturan daerah
provinsi Bali No.8/2002 dan peraturan terk.Selain persyaratan untuk memiliki peraturan
desa adat tertulis, pendirian LPD juga bergantung anggaran tahunan pemerintah provinsi
untuk menyediakan modal awal dan menyiapkan para pelaksana manajemen.

2. Struktur Organisasi LPD

Berikut adalah contoh dari struktur organisasi LPD

5
3. Aktivitas LPD

LPD merupakan badan usaha keuangan milik desa Pakraman yang melaksanakan
kegiatan usaha dilingkungan desa untuk Krama desa, LPD sebagai lembaga keuangan
memiliki lapangan usaha sebagai berikut:

 Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui tabungan yang


terarah serta penyaluran modal kerja yang efektif.
 Menciptakan pemerataan dan kesempatan berusaha bagi warga desa dan
tenaga kerja pedesaan.
 Meningkatkan daya beli atau lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di
desa.
 Menerima / menghimpun dana dari krama desa dalam bentuk tabungan dan
deposito
 Memberikan pinjaman untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif pada
sektor pertanian, industri/kerajinan kecil, perdagangan dan usaha-usaha lain
yang dipandang perlu.

4. Peranan LPD di dalam perekonomian masyarakat ?

Desa adalah basis terdepan dalam menuju kemandirian, karena desa memiliki
kontribusi penting sebagai asset pembangunan nasional.Desa dipandang memiliki
keuntungan komperatif, karena memiliki resources yang besar seperti tenaga kerja,
kekayaan alam, tradisi dan kebudayaan yang memiliki nilai jual yang tinggi.Oleh
karena itu keberadaan desa dipandang perlu diberdayakan sehingga mempunyai
peranan yang nyata dalam mendukung pembangunan nasional.
Desa adat di Bali atau disebut dengan desa pakraman merupakan kesatuan masyarakat
hukum adat yang bersifat keagamaan dan sosial kemasyarakatan. Dengan semakin
meningkat dan kompleknya pembangunan, desa pakraman memegang peranan yang
sangat penting dalam menata dan membina kehidupan masyarakat terhindar dari
pengaruh buruk pesatnya pembangunan.
Mengingat peranan dan kontribusinya desa pakraman begitu besar dalam masyarakat
serta dalam upaya untuk mengantisipasi dinamika sosial ekonomi, maka dipandang
perlu memodifikasi kegiatan desa pakraman kearah usaha produktif, yaitu untuk
memberdayakan pakraman sebagai kekuatan yang tidak hanya berbasis sosial tetapi
juga bernuansa ekonomis. Peluang itu ditangkap oleh Pemerintah Provinsi Bali
dengan dikeluarkannya SK Gubernur Bali 972 Tahun 1984 yang mengatur tentang
Pendirian Lembaga Perkreditan Desa. Langkah ini merupakan langkah yang strategis
mengingat bali sebagai daerah tujuan wisata dunia, tingkat perputaran uang sangat

6
tinggi dan sebagian perputaran uang tersebut lari ke luar Bali. Tujuan utamanya
dengan dikeluarkannya SK tersebut selain untuk memberdayakan Desa Pakraman,
juga termasuk usaha untuk melindungi masyarakat pedesaan dari incaran para
rentenir.

5. Perbedaan Lembaga Perkreditan Desa dengan Lembaga Keuangan Lainnya

LPD sebagai lembaga keuangan milik komunitas desa pakraman memiliki perbedaan
yang sangat besar dengan lembaga-lembaga keuangan lain:
a. LPD dengan Bank
LPD sebagai lembaga keuangan komunitas desa pakraman menggunakan Pasal 18A
dan Pasal 18B Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai
dasar konstitusinya, sedangkan Bank berpedoman Pasal 23D, dan Pasal 33 Undang-
undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai dasar
konstitusinya.
LPD memiliki landasan konstitusional yang berbeda dengan Bank, selain landasan
konstitusional yang berbeda dasar hukum LPD juga memiliki perbedaan dengan
Bank. LPD menggunakan Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, sedangkan Bank menggunakan Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagai dasar hukumnya. Sifat keanggotaan LPD adalah tertutup dan yang
boleh menjadi anggota hanyalah warga masyarakat desa pakraman sedangkan Bank
sifat keanggotaannya adalah umum siapapun berhak menjadi anggota dengan
berdasarkan atas pilihan dari pemegang saham.

b. LPD dengan Lembaga Keuangan Mikro


LPD dibandingkan dengan Lembaga Keuangan Mikro juga menganut dasar
konstitusional yang berbeda. Lembaga Keuangan Mikro selanjutnya disebut LKM,
menggunnakan dasar konstitusional yakni Pasal 33 Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan LPD menggunakan Pasal 18A dan Pasal
18B Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai landasan
konstitusionalnya. LKM menggunakan Undang-undang No.1 Tahun 2013 yang
disahkan pada 11 Desember 2012 lalu sebagai dasar hukum dari LKM.
LKM didirikan dengan motif untuk menunjang kebutuhan usaha kecil menengah dari
masyarakat dengan memberikan pinjaman dengan transaksi-transaksi kecil dan jangka
pendek agar dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat,
sedangkan motif pendirian LPD adalah memelihara kebudayaan yang ada di Bali serta
sebagai sarana untuk mensejahterakan masyarakat desa pakraman dengan dasar
hukum Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Kepemilikan LKM dapat dimiliki oleh siapapun bagi seluruh warga negara indonesia
dan badan usaha milik desa/kelurahan serta pemerintah daerah kabupaten/kota dan
atau koperasi, sesuai dengan ketentuan Pasal 8 Undang-undang No.1 Tahun 2013.
Berbeda dengan LPD yang berperan sebagai lembaga komunitas desa pakraman yang
kepemilikannya hanya diperuntukan bagi seluruh masyarakat desa pakraman.

7
c. LPD dengan koperasi
Koperasi sama seperti lembaga keuangan lainnya menggunakan pasal 33 Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai landasan
konstutusionalnya, dan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya sudah jelas berbeda
dengan LPD yang menggunakan Pasal 18A dan Pasal 18B Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai landasan konstitusionalnya.
Terlepas dari landasan konstitusional yang berbeda, Koperasi juga memiliki tujuan
yang berbeda dengan LPD bila dicermati secara seksama. Sesuai dengan ketentuan
Pasal 4 Undang-undang No.17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian dapat diketahui
bahwa Koperasi didirikan dengan tujuan untuk mensejahterakan anggota pada
khususnya kemudian masyarakat pada umumnya, sedangkan LPD mengemban tujuan
memelihara kebudayaan yang ada di Bali serta sebagai sarana untuk mensejahterakan
masyarakat desa pakraman.
Keanggotaan Koperasi dijelaskan dalam Pasal 26 Undang-undang No.17 Tahun 2012
tentang Perkoperasian bahwa keanggotaan Koperasi bersifat umum dan setiap warga
negara Indonesia yang mampu melaksanakan tindakan hukum dan dapat bertanggung
jawab dapat menjadi anggota Koperasi, berbeda dengan LPD yang keanggotaannya
mencakup seluruh masyarakat desa pakraman, jadi yang dapat menjadi anggota
pengurus LPD hanyalah masyarakat desa pakraman ditempat dimana LPD yang
bersangkutan melaksanakan kegiatannya.

8
BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan LPD sangat penting keberadaannya di setiap
desa Adat Besang Kangin karena mampu membantu masyarakat desa untuk memenuhi
kegiatan ekonominya. LPD juga sebagai aset penting Bali karena fungsinya yang sangat
fundamental untuk menyangga adat, budaya dan kehidupan sosial masyarakat Bali.
Tersangganya adat, budaya dan kehidupan sosial masyarakat Bali merupakan harapan
tidak hanya masyarakat Bali tetapi juga bangsa Indonesia. Lantaran adat, budaya dan
kehidupan masyarakat Bali merupakan aset sekaligus potensi bangsa Indonesia.
Kendati pun pada awalnya kelahiran LPD berangkat dari kearifan lokal untuk
menyangga adat dan budaya masyarakat Bali, pada kenyataannya LPD berperan dalam
mengatasi permasalahan bangsa di tingkat desa. Permasalahan-permasalahan itu di
antaranya membuka akses sumber dana yang lebih mudah bagi masyarakat pedesaan
sehingga mereka bisa berdaya secara ekonomi mencapai kesejahteraan. Tidak hanya
akses sumber dana, LPD juga membantu mengatasi masalah fundamental masyarakat
pedesaan yakni pendidikan dan kesehatan. Banyak LPD di Bali kini yang
mengembangkan usahanya tidak saja dari aspek ekonomi semata tetapi juga berperan
memberdayakan masyarakat melalui produk-produk inovatif dalam mendorong
pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan.
Dalam bidang pendidikan misalnya, sejumlah LPD di Bali memberikan produk dana
pendidikan bagi masyarakat desa. Produk ini merupakan upaya mendidik masyarakat
menyiapkan biaya pendidikan anak-anaknya yang kian hari kian mahal. Dengan begitu,
tidak sampai terjadi angka putus sekolah di desa. Produk ini di luar program pemberian
santunan pendidikan secara rutin bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu.
Dalam bidang kesehatan, sejumlah LPD di Bali juga membuat produk dana kesehatan
bagi masyarakat desa. Produk-produk serupa terus pula dikembangkan untuk mengatasi
persoalan-persoalan lain yang dihadapi masyarakat pedesaan.
Oleh karena itu, keberadaan LPD merupakan aset dan potensi bangsa yang sangat
penting untuk dipertahankan. Mempertahankan LPD tidak hanya berarti menjamin
terjaganya adat, budaya dan kehidupan sosial masyarakat Bali tetapi juga memperkokoh
pembangunan dan kemandirian bangsa Indonesia.
            Bahkan, yang dibutuhkan bukan semata-mata upaya untuk tetap mempertahankan
LPD itmen dan kebijakan yang sungguh-sungguh untuk makin memperkuat posisi LPD.
Dengan begitu, LPD akan semakin mampu memaksimalkan perannya dalam
pembangunan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai