A. KURVA BELAJAR
Jika produksi telah dilakukan beberapa kali maka presentase learning dapat dengan mudah
diperoleh dari catatan – catatan produksi. Semakin panjang atau banyak data historis yang
tersedia, maka estimasi dapat dapat lebih akurat. Oleh karena berbagai variasi masalah mungkin
saja terjadi selama tahapan produksi, maka banyak perusahaan tidak mengumpulkan data untuk
kepentingan analisis learning sampai semua unit selesai diproduksi. Lain dari itu penggunaan
analisis statistik juga dimungkinkan. Misalnya dengan mencari bentuk model yang paling cocok
untuk data – data historis yang ada apakah exponensial atau garis lurus. Jika diproduksi belum
pernah dilakukan, maka mengestimasi. Presentase learning menjadi hal yang sedikit memerlukan
pengamatan langsung, atau dengan salah satu cara berikut :
5. Contoh soal
Kurva Pembelajaran
Biaya rata-rata ($)
Kurva Pembelajaran
250 F
200 G
150 H
Kurva tersebut mengindikasikan bahwa biaya rata-rata adalah sekitar $250 untuk memproduksi
unit ke-100 (titik F), sekitar $200 untuk unit ke-200 (titik G), dan sekitar $165 untuk unit ke-400
(titik H). Biaya rata-rata menurun pada tingkat penurunan yang semakin berkurang sehingga
kurva pembelajaran cembung terhadap daerah asal. Hal ini merupakan bentuk yang biasa dari
kurva pembelajaran, dimana perusahaan biasanya mencapai penurunan paling besar dalam input
rata-rata ketika proses produksi relative baru dan penurunan yang lebih sedikit ketika perusahaan
sudah dewasa.
C=aQb
dimana C adalah biaya input rata-rata untuk unit output ke-Q, a adalah biaya rata-rata dari unit
output pertama, dan b akan negatif karena biaya input rata-rata menurun seiring meningkatnya
output total secara kumulatif. Semakin besar nilai absolut b, semakin cepat penurunan biaya
input rata-rata. Dengan mencari logaritma dari kedua sisi, maka diperoleh
Seberapa cepat kurva pembelajaran (biaya input variabel) menurun dapat berbeda
antarperusahaan dan akan lebih besar dengan semakin rendahya pergantian karyawan, semakin
sedikitnya interupsi produksi, dan semakin besarnya kemampuan perusahaan untuk mentransfer
pengetahuan produksi dari produk lain yang serupa. Biaya rata-rata secara tipikal menurun
sebesar 20 hingga 30 persen untuk setiap penggandaan output kumulatif bagi sebagian besar
pengalaman produksinya saja untuk menurunkan biaya namun mencari lebih jauh lagi dari
industri mereka untuk memperoleh pandangan bagaimana meningkatkan produktivitas.
1. Kurva Belajar
Kurva belajar atau kurva pengalaman (learning curve) adalah sebuah kurva garis yang
menunjukkan hubungan antara waktu yang diperlukan untuk produksi dan jumlah komulatif unit
yang diproduksi. Teori pembelajaran atau pengalaman telah diaplikasikan secara luas di dunia
bisnis. Di dunia manufaktur, kurva pengalaman dapat digunakan untuk mengestimasikan waktu
untuk mendesain produk dan produksi, serta biayanya. Pengalaman/ pembelajaran individual
akan berdampak pada perbaikan hasil ketika orang mengulang suatu proses dan memperoleh
ketrampilan atau efisiensi dari pengalaman mereka. Kurva belajar juga berarti kurva yg
menggambarkan perkembangan kemajuan belajar, baik disebabkan oleh proses kemajuan dl
belajar maupun disebabkan oleh pelatihan
Di dunia manufaktur, kurva pengalaman dapat digunakan untuk mengestimasi waktu untuk
mendisain produk dan produksi, serta biayanya. Kurva pengalaman penting dan menjadi bagian
yang integral dalam perencanaan strategi perusahaan. Keputusan harga, investasi dan biaya
operasi didasarkan pada kurva pengalaman. Kurva pengalaman juga diaplikasikan selain pada
level individu, juga pada level organisasi. Pengalaman/pembelajaran individual akan berdampak
pada perbaikan hasil ketika orang mengulang suatu proses dan memperoleh ketrampilan atau
efisiensi dari pengalaman mereka. Dengan demikian “practice makes perfect”. Sementara
pengalaman atau pembelajaran organisasional merupakan hasil dari latihan sebagaimana dalam
pengalaman atau pembelajaran individual, tetapi juga datang dari perubahan administrasi,
peralatan, dan disain produk.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja individu berdasarkan
kurva pembelajaran yakni :
- Perekrutan / pemilihan pekerja yang memadai. Sebuah tes harus diberikan untuk
membantu memilih pekerja. Tes ini harus mewakili pekerjaan yang direncanakan : tes
ketangkasan untuk perakitan kerja, tes kemampuan mental untuk pekerjaan mental, dan
sebagainya.
- Pelatihan yang memadai, semakin efektif pelatihan, semakin cepat laju pembelajaran.
- Motivasi. Peningkatan produktivitas berdasarkan kurva pembelajaran tidak tercapai
kecuali ada hadiah atau reward. Hadiah dapat berupa uang (individu atau kelompok
rencana insentif) atau nonmeneter (karyawan penghargaan bulan,dll).
- Spesialisasi pekerjaan; sebagaimana diketahui bahwa semakin sederhana tugas, semakin
cepat belajar. Sejauh faktor kebosanan tidak mengganggu. Namun, jika faktor kebosanan
telah berubah menjadi faktor yang bersifat mengganggu, maka mendesain ulang tugas
perlu dilakukan.
- Hanya melakukan satu atau sedikit pekerjaan pada satu waktu. Pembelajaran akan lebih
cepat untuk pekerjaan yang dilakukan satu per satu hingga selesai pada satu waktu
daripada melakukan banyak pekerjaan secara simultan secara bersamaan.
- Gunakan alat atau peralatan yang membantu atau mendukung kinerja.
- Menyediakan akses cepat dan mudah untuk bantuan. Manfaat pelatihan diwujudkan dan
dilanjutkan dengan senantiasa menyediakan pendampingan.
- Mengijinkan pekerja untuk membantu mendesain ulang tugas – tugas mereka
Pada mulanya konsep learning curve ini berasal dari perusahaan pesawat terbang. Namun
kemudian konsep ini dapat dikembangkan dalam berbagai macam jenis industri lain, yang
tentunya dengan penerapan disesuaikan dengan setiap jenis industri yang mempergunakannya.
Dalam hal ini belum tentu terapan yang sesuai dengan salah satu jenis industry tersebut akan
sesuai pula dengan industri yang lainnya.
Teori dasar yang dipergunakan dalam permasalahan ini adalah, bahwa sebenarnya
apabila terdapat seseorang karyawan yang berulang-ulang mengerjakan pekerjaan yang sama,
maka karyawan tersebut akan menjadi semakin lancar di dalam menyelesaikan pekerjaan
tersebut. Dengan semakin lancarnya pelaksanaan pekerjaan oleh karyawan yang bersangkutan ini
maka berarti waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut akan menjadi
semakin pendek. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan proses produksi suatu produk akan menjadi semakin pendek apabila karyawan
tersebut sudah melaksanakan proses produksi untuk produk tersebut berulang kali. Dengan
demikian apabila ditinjau dari segi produk perusahaan, maka kebutuhan jam kerja karyawan
untuk memproduksikan produk tersebut akan menjadi semakin pendek, sehingga biaya tenaga
kerja untuk memproduksi produk tersebut menjadi menurun. Hal ini berarti bahwa efisiensi
tenaga kerja dalam perusahaan tersebut akan dapat ditingkatkan.
Penurunan waktu penyelesaian produk ini hanya berlaku bagi penyelesaian produk yang
prosesnya merupakan proses ulangan bagi karyawan yang bersangkutan. Penurunan waktu
penyelesaian atau yang sering disebut sebagai peningkatan efisiensi kerja para karyawan
perusahaan tersebut tidak berlaku bagi para karyawan yang memproses produk perusahaan untuk
pertama kalinya, atau melaksanakan proses produksi untuk produk baru. Untuk hal semacam ini
maka manajemen perusahaan yang berangkutan harus memperhitungkan kembali dari titik awal,
baru kemudian untuk produk yang kedua dan seterusnya akan dapat diharapkan terdapat
penurunan waktu penyelesaian produk oleh para karyawan perusahaan yang bersangkutan
tersebut.
Beberapa anggapan dasar yang dipergunakan di dalam penerapan theory learning curve ini antara
lain adalah,
a. Jumlah waktu yang dipergunakan oleh para karyawan di dalam menyelesaikan suatu jumlah
pekerjaaan tertentu yang ada di dalam perusahaan tersebut akan selalu berkurang apabila
pekerjaan-pekerjaan tersebut telah dilaksanakan.
b. Waktu yang dipergunakan untuk menyelesaikan satu unit pekerjaan akan mengalami
penurunan dengan tingkat penurunan tertentu.
c. Penurunan waktu tersebut akan mengikuti suatu pola yang bersifat khusus dan yang dapat
diperkirakan, misalnya akan mengikuti fungsi eksponensial.
Seorang pelamar sedang diuji untuk menempati posisi operator pengetikan buku. Manajemen
merasa bahwa posisi siap kerja bila telah mengetik 1.000 lembar. Diharapkan waktu yang
diperlukan untuk mengetik lembar yang ke 1.000 adalah 4 menit. Jika pelamar tersebut saat di
test mengetik untuk lembar pertama, dia memerlukan waktu 10 menit, dan untuk menyelesaikan
pengetikan lembar kedua memerlukan waktu 9 menit. Apakah sebaiknya pelamar tersebut
diterima? Mengapa?
Pembahasan:
Dengan menggunakan daftar koefisien pada Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel
Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman untuk LC 90% pada unit
ke-1.000 diperoleh koefisien sebesar 0,3499. Dengan demikian waktu yang siperlukan oleh
pelamar tersebut untuk menyelesaikan pengetikan lembar ke 1.000 adalah 0,3499 x 10 menit =
3,499 menit
Jadi pelamar tersebut dapat diterima karena ia diperkirakan dapat menyelesaikan pengetikan
lembar yang ke-1.000 dalam waktu 3,499 menit lebih cepat dari waktu yang diharapkan oleh
perusahaan yaitu 4 menit.
b. Contoh Aplikasi Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman pada Estimasi
Kebutuhan Tenaga Kerja
PT Kapal Indonesia mendapat kontrak untuk membuat 11 kapal boat, dan telah
menyelesaikan 4 buah. Pada saat membuat empat buah boat tersebut, untuk boat yang pertama,
manajer operasi mempekerjakan 225 orang setiap orang bekerja 40 jam per minggu, kemudian
untuk membuat boat yang kedua, manajer operasi mengurangi tenaga kerjanya sebanyak 45
orang. Berdasarkan hal tersebut, manajer operasi merencanakan akan terus mengurangi tenaga
kerjanya, dan untuk membuat boat yang kesebelas ia akan mempekerjakan 110 orang.
Analisislah apakah rencana tersebut memadai?
Pembahasan:
Diketahui:
Ditanya;
Jawab:
Mencari rasio perbaikan per unit pada LC 0,8 untuk produk ke-11 pada tabel. Oleh karena
produk ke-11 tidak ada pada Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor Perbaikan
Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman maka dilakukan interpolasi untuk angka
terdekat yakni produk ke 10 (0,4765) dan ke-12 (0,4493), diperoleh faktor perbaikan sebesar
0,4629.
Selanjutnya untuk menentukan jumlah kebutuhan tk untuk boat yang ke-11 adalah:
PT Kapal Indonesia membuat kapal boat unit yang pertama pada tingkat biaya 500.000 US$
yang terdiri dari 200.000 bahan, dan 300.000 untuk tenaga kerja. PT Kapal Indonesia
mengambil keuntungan sebesar 10% dari total biaya. Bila ada kontrak kerja, PT Kapal Indonesia
menggunakan LC 70%. Tentukan berapa harga penawaran yang diberikan untuk usulan kontrak
membuat tiga kapal boat?
Pembahasan
Diketahui:
Biaya tk = 300.000
LC = 70% = 0,7
Dengan menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor Perbaikan Learning
Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman untuk LC 70% produk ke 1, 2 dan 3 berturut-turut
diperoleh koefisien sebesar 1, 0,7 dan 0,5682
Jawab:
Material = 200.000
Tk = 300.000
Material = 200.000
Material = 200.000
maka Harga Jual tiga buah boat sebesar 1.280.460 + 128.046 = 1.408.506
d. Contoh Aplikasi Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman untuk Mengestimasi
Waktu Penyelesaian Pekerjaan
1). Untuk membuat satuan pertama produk H diperlukan waktu 100.000 JTKL dan manajemen
menerapkan LC 80%. Tentukan waktu yang di[perlukan untuk membuat produk yang ke-8!
Pembahasan
Bila tidak menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor Perbaikan
Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman, maka digunakan rumus:
Jadi untuk membuat produk yang ke-8 diperlukan waktu 51,192 JTKL
2). Misalnya sebuah perusahaan video game telah memiliki pengalaman learning curve sebesar
90%. Perusahaan membutuhkan waktu 4500 jam untuk memproduksi unit produk yang pertama
dan ingin memperkirakan waktu produksi unit produk yang ke-60, maka:
= 1,954243 – 1 / 0,30103
e. Contoh Learning Curve pada Produksi Pesawat Terbang (Sumber: Handoko, 1999:320)
Sebuah contoh berikut ini akan menggambarkan bagaimana learning curve dapat membantu
dalam pembuatan keputusan manajerial. Perusahaan VAJ mempunyai tawaran kontrak untuk 100
unit produk A. Produk A merupakan jenis produk baru bagi perusahaan, dan dalam percobaan
pembuatannya, unit produk pertama ternyata memerlukan 75 jam tenaga kerja langsung. Biaya
tenaga kerja langsung sebesar Rp. 5000,- setiap jam. Manager produksi perusahaan
memperkirakan bahwa akan berlaku learning curve 80%. Biaya-biaya langsung lainnya Rp.
50.000,- per unit. Langganan menghendaki harga per unit sebesar Rp. 200.000,-. Manager
perusahaan harus membuat keputusan apakah kontrak diterima atau tidak.
Pertama, perlu dihitung jam tenaga kerja langsung rata-rata per produk:
Log Y = -0,322 log75 + log100
= -0,322 (1,87506) + 2
= 1,39623
Setelah itu, dapat dilakukan perhitungan biaya langsung per produk sebagai berikut:
Biaya tenaga kerja langsung = 24, 9017 x Rp. 5000 = Rp. 124.508,50
Jadi perusahaan akan memperolah kontribusi laba sebesar: (Rp. 200.000 – Rp. 174.508,50) =
Rp. 25.491,50 atau, kontribusi laba total sebesar (100 x Rp. 25.491,50) = Rp. 2.549.150. Atas
dasar data ini manager sendiri yang dapat membuat keputusan, dengan memperhatikan factor-
faktor lainnya yang relevan.
Di luar industri-industri pesawat terbang dan elektronik, learning curve jarang digunakan karena
berbagai keterbatasan. Keterbatasan pertama adalah bahwa produk-produk biasanya tidak
seluruhnya baru. Bahkan pesawat terbang baru tidak sepenuhnya berbeda dengan model-model
sebelumnya. Begitu juga untuk industry baru, seperti televisi pada tahun 1950an, yang
tergantung pada tabung-tabung dan sirkuit elektronik telah sangat dikenal oleh para pembuat
radio. Hal ini menyulitkan kita untuk menetapkan titik awal bagi perhitungan learning curve.
Keterbatasan lain adalah bahwa kurva-kurva hanya bersangkutan dengan tenaga kerja langsung.
Dalam hal mesin-mesin sangat berpengaruh, suatu kurva 80% mungkin terlalu rendah, dan
manajemen perlu menggunakan kurva 85 atau 90%. Masalahnya adalah pembuatan keputusan
mana kurva yang digunakan, 80, 85, 90 atau lainnya?
Masalah ketiga adalah bahwa learning curve mungkin membesar-besarkan penghematan tenaga
kerja. Untuk mencapai pengurangan-pengurangan biaya tenaga kerja langsung, diperlukan
teknisi industrial, para penyelia, dan lain-lain yang membuat perbaikan-perbaikan. Tetapi para
spesialis ini adalah tenaga kerja tidak langsung, dan biaya-biaya mereka biasanya ditambahkan
ke biaya overhead, tidak biaya langsung. Oleh karena itu, banyak perusahaan kemudian mencoba
untuk memperhitungkan hal ini dengan pembebanan waktu para spesialis pada pekerjaan-
pekerjaan tertentu. Cara ini tidak hanya merupakan prosedur akuntansi biaya yang baik, tetapi
kontrak-kontrak pemerintah sering mensyaratkannya untuk dilakukan.
Satu lagi masalah dalam penggunaan learning curve adalah bahwa ada kecenderungan salah
interpretasi terhadap penghematan-penghematan yang diperkirakan kecuali perusahaan merubah
caranya dalam menyusun laporan-laporan akuntansi biaya. Untuk menggunakan kurva secara
benar, biaya-biaya persiapan yang terjadi sebelum kontrak dimulai harus dipisahkan dan
dikeluarkan dari perhitungan. Bila hal ini dibebankan pada kontrak dan kemudian dimasukkan
dalam perhitungan biaya untuk unit pertama yang diproduksi, unit-unti pertama akan mempunyai
biaya besar. Begitu juga, semua jam kerja harus dibebankan pada produk-produk yang menerima
benefit dari kerja tersebut. Bila sebagian jam kerja dalam bulan Maret digunakan untuk produk-
produk yang akan dilaksanakan dalam bulan April atau Mei, jam-jam kerja ini harus dibebankan
pada produk-prodk bulan April atau Mei dan bukan pada produk-produk bulan Maret.
a. Karena kurva belajar berbeda pada setiap perusahaan dan industri, maka perkiraan untuk
setiap organisasi harus dibuat, bukannya menerapkan kurva belajar perusahaan atau industry
lain.
b. Kurva belajar berdasar waktu yang diperlukan untuk memproduksi harus akurat, perlu
adanya evaluasi ulang.