DI LADANG PETANI
BOJONEGORO
Editor:
Dr. Widodo, M.Sc,
Defirentia One, SIP
Danang Wahyuhono, SIP
Editor:
Dr. Widodo, M.Sc,
Defirentia One, SIP
Danang Wahyuhono, SIP
Fotografer:
Himawan A. Saputra
Winata Gigih
Jumali
ISBN : 978-602-951-805-4
Penerbit:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM)
Universitas Gadjah Mada, 2013
DAFTAR ISI
BAB I
CATATAN AWAL TENTANG BOJONEGORO - 5
A. Ladang Migas Internasional - 6
B. Selayang Pandang Bojonegoro - 10
C. Kultur Agraris dan Kemiskinan - 13
D. Metode Penelitian- 18
BAB II
DESA, PETANI, DAN MIGAS: SEBUAH SURVEI AWAL DI KECAMATAN
TAMBAKREJO DAN KECAMATAN PURWOSARI - 21
A. Tambakrejo: Boleh Optimis, Wajib Waspada - 23
1. Kondisi Pertanian - 23
2. Kondisi Peternakan - 27
3. Kondisi Sosial - 37
B. Purwosari: Meratas Peluang dan Tantangan - 40
1. Kondisi Pertanian - 40
2. Kondisi Peternakan - 43
3. Usaha Kecil dan Menengah - 45
4. Kondisi Sosial - 46
C. Analisis Situasi (SWOT Analysis) - 50
BAB III
STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT - 55
A. Luaran (Outcome) dan Strategi Pencapaian - 56
B. Program Kegiatan - 58
BAB IV
PENUTUP - 73
Kesimpulan - 74
Rekomendasi -75
DAFTAR PUSTAKA - 76
4
BAB I
CATATAN AWAL
TENTANG
BOJONEGORO
A. Ladang Migas
Internasional
D
alam dua dekade belakangan, Indonesia menjadi sorotan
dunia internasional karena potensi minyak dan gas (migas)
yang begitu berlimpah. Industri migas di Indonesia dapat
ditemukan di beberapa kawasan, seperti kawasan lepas pantai, hutan,
dan bahkan wilayah pedesaan. Menurut data Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (1998), potensi migas Indonesia sebagian
besar ditemukan di kawasan lepas pantai (offshore)1, misalnya di
perairan Madu-ra, Kalimantan, dan Aceh. Sedangkan di Kabupaten
Bojonegoro, industri migas sebagian besar ditemukan di kawasan
pedesaan dan hutan, hanya sebagian kecil yang berada di kawasan
perkotaan.
Keberadaan beberapa sumur migas membentuk blok-blok migas
di Bojonegoro yang kian hari semakin berkembang jumlahnya.
Beberapa Blok migas antara lain Blok Cepu, Blok Tuban, Blok
Gundih, Blok Nona dan Blok Blora. Dalam setiap blok tersebut
terdapat beberapa lapangan migas, misalnya di Blok Cepu terdapat
lapa-ngan Banyuurip, Jambaran dan Alastuwo Barat serta Timur. Di
Blok Tuban terdapat lapangan Sukowati Pad A dan B, sedangkan di
Blok Gundih terdapat lapangan Tiung Biru. Tersebarnya beberapa
lapangan migas tersebut sudah mengindikasikan seberapa besar
kekayaan alam yang terkandung di perut bumi daerah itu. Kendati
angka pastinya masih menjadi perdebatan, namun data yang
2 Lihat dalam Tabloid Flamma, edisi 30, Juni-Agustus 2008, Berharap Se-
jahtera Dari Semburan Minyak: Licin Minyak Blok Cepu Agar Berkah Tak
Jadi Musibah, diunduh dari http://www.ireyogya.org/id/flamma/licin-
minyak-blok-cepu.html, pada tanggal 7 April 2011
3 Lihat Davies Ed, ‘Indonesia’s Texas? Rural Java Braces for Oil Boom’,
http://www.reuters.com/article/2009/08/10/us-indonesia-oil-idUS-
TRE57903420090810, 9 Agustus 2009.
4 Ibid.
5 Suara Banyuurip, Edisi 41 Tahun 2010, hal. 4.
B. Selayang Pandang
Bojonegoro
M
igas dan Bojonegoro kini menjadi fokus dan lokus studi
yang makin banyak diminati para akademisi, aktivis sosial
maupun mahasiswa. Persoalan yang diangkat dan realitas
yang diungkap pun bervariasi. Salah satu di antaranya adalah studi
tentang bisnis militer di perusahaan pengeboran minyak Bojonegoro
yang merupakan laporan penelitian dari Kontras pada tahun 20046.
Lebih pada tawaran konsep pemberdayaan masyarakat di area kerja
tambang, IRE Yogyakarta juga mengambil Bojonegoro sebagai salah
satu wilayah studi, terutama dengan mengangkat kearifan lokal
sebagai dasar dari pemberdayaan masyarakat7. Mengambil lokus
desa sebagai inti dari dinamika sosial migas, studi dari Pradhikna
Yunik telah mengungkap peran Civil Society Organization (CSO)
dalam menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk
penguatan kelembagaan desa di ring 1 migas, terutama dalam
proses perencanaan pembangunan desa8.
Secara garis besar, realitas yang hampir sama terlihat dari studi
di atas. Bojonegoro terutama di wilayah kerja migas menjadi arena
berbagai pemangku kepentingan untuk menjalankan perannya
masing-masing. Peran yang tentunya tak lepas dari berbagai
2009 2010
No Penggunaan Tanah
Luas Area (%) Luas Area (%)
1 Tanah sawah 32,58 32,58
2 Tanah kering 22,42 22,42
3 Hutan Negara 40,15 40,15
4 Perkebunan 0,26 0,26
5 Lain-lain 4,59 4,59
D
engan persoalan yang terjadi di sektor kehutanan, harapan
pada potensi tersebut berkurang drastis. Degradasi lahan
telah terjadi akibat penjarahan hutan. Dari Tabel 1 tentang
penggunaan lahan di atas, selain harapan pada sektor kehutanan,
pertanian beserta sektor lain yang mempunyai kaitan seperti
peternakan adalah sektor potensial. Pada tahun 2010, luas panen
tanaman padi dan palawija adalah sebagai berikut;
Luasan panen tanaman padi dan palawija di atas tidak selalu berbanding
lurus dengan penghasilan atau tingkat perekonomian petani. Sekalipun
Nilai Tukar Petani mengalami kondisi yang relatif baik selama tiga tahun
ke belakang, yaitu 102,45% pada tahun 2010, 102,65% untuk tahun 2012
serta 102,50% pada tahun 201210, namun kondisi tersebut secara riil juga
diba-yangi persoalan terkait menyusutan luasan lahan untuk pertanian.
D. Metode Penelitian
D
alam studi ini metode penelitian yang digunakan adalah
metode kualitatif, dengan mengedepankan teknik purpo-
sive, yaitu peng-ambilan data disesuaikan dengan tujuan
dasar dari penelitian. Tujuan dasar dari penelitian ini adalah sebagai
studi awal untuk potensi pengembangan pertanian (agro) di area
kerja migas di Bojonegoro. Dengan area kerja perusahaan migas
yang tersebar di berbagai wilayah, maka pemilihan wilayah peneli-
tian dalam studi ini didasari pertimbangan tertentu.
Dipilihnya dua kecamatan, yaitu Tambakrejo dan Purwosari se-
bagai wilayah studi karena berada di wilayah ring 1 sumur migas
Tiung Biru, yang hingga tahun 2013 dua wilayah tersebut berada
dalam kondisi dinamis. Adapun sumur migas Tiung Biru dipilih seb-
agai kawasan studi karena meskipun aktivitas migas sudah berlang-
sung beberapa tahun lalu, namun solusi terhadap persoalan sosial-
ekonomi dan pengembangan desa di wilayah tersebut masih minim.
Dalam pengembangan desa area operasi migas di Kabupaten Bo-
jonegoro, sebagian besar perhatian dan program pembangunan
diarahkan ke wilayah kerja sumur migas Banyuurip yang memang
saat ini tengah menjadi harapan nasional. Sumur Tiung Biru sendiri
merupakan penghasil gas yang hingga saat ini o-perator utamanya
ada Pertamina.
Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengambilan
data. Metode pertama adalah Focus Group Discussion (FGD). Teknik
ini digunakan karena lebih efisien dan efektif untuk menarik infor-
masi dari berbagai macam sumber informasi di tengah waktu yang
terbatas. FGD dilaksanakan di Pendopo Kecamatan Tambakrejo pada
tanggal 5 Oktober 2013 yang diha-diri oleh kedua camat dari Pur-
wosari dan Tambakrejo beserta stafnya serta beberapa kepala desa
dari dua kecamatan tersebut, terutama desa-desa yang berada di
sekitar area kerja sumur Tiung Biru.
Kedua, untuk memperkuat hasil FGD, maka dilaksanakan observasi
lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 2013 dengan me-
ngunjungi desa-desa yang terdapat potensi menonjol sekaligus masih
ada persoalan dalam pengembangan potensi tersebut. Potensi yang
dimaksud adalah pertanian, terkait vegetasi tanaman yang tumbuh dan
berkembang di wilayah itu; potensi peternakan, terutama ayam, kamb-
ing, domba dan sapi; potensi UKM serta tak kalah penting dengan me-
lihat kondisi sosial di desa.
Ketiga, sekaligus dalam observasi tersebut digunakan untuk wawan-
cara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan potensi yang
ada di desa, seperti ketua dan anggota kelompok ternak, kelompok tani
serta kepala desa.
Keempat, pengambilan dan analisis data sekunder. Dalam peneli-
tian ini, data sekunder diperoleh dari data peternakan dan pertanian di
kedua wilayah kecamatan. Untuk lebih memperkuat, maka data BPS
yaitu Bojonegoro dalam angka juga banyak digunakan. Penggunaan
data sekunder untuk analisis juga banyak diambil dari berbagai media,
terutama media lokal Bojonegoro yang mempunyai fokus pemberitaan
pada isu migas dan dampak-dampak yang terjadi di desa sekitar migas.
BAB II
DESA, PETANI, DAN MIGAS:
SEBUAH STUDI AWAL DI
KECAMATAN TAMBAKREJO DAN
KECAMATAN PURWOSARI
B
ab II ini merupakan deskripsi tentang kondisi dua kecamatan
yang menjadi wilayah studi, yaitu Kecamatan Tambakrejo dan
Kecamatan Purwosari. Ketika kondisi makro dua kecamatan
tersebut mampu dijabarkan, lantas persoalan sekaligus potensi desa-
desa yang ada di dalamnya dapat terpetakan. Dari studi dua kecamatan
ini diharapkan dirumuskan solusi strategik dan rencana program yang
akan dijalankan. Dengan demikian diharapkan pula program yang
dirumuskan tidak saja berdasar nalar praktis tetapi berdasar realitas
yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat lokal.
T
ambakrejo merupakan salah satu kecamatan yang berada
di wilayah selatan Kabupaten Bojonegoro. Kecamatan
Tambakrejo terdiri dari 18 desa, 65 dusun, 95 RW, dan
378 RT.1 Jumlah penduduk di Kecamatan Tambakrejo 61.185
jiwa dengan komposisi 30.738 laki-laki dan 30.447 perempuan.2
Mata pencaharian masyarakat pada umumnya adalah bercocok
tanam dan beternak. Dengan kondisi wilayah hutan yang cukup luas,
masyarakat diuntungkan dengan ketersediaan pakan ternak yang
cukup, meliputi lamtoro gong, gliresyde, hijauan makanan ternak,
rumput gajah, dan setaria.
Letak geografis Kecamatan Tembakrejo, yaitu sebelah utara
berbatasan dengan Kecamatan Purwosari, Selatan dengan
Kabupaten Ngawi, Timur dengan Kecamatan Ngambon, dan
Barat dengan Kecamatan Ngraho. Luas wilayah 209.52 km² yang
merupakan wilayah kecamatan terluas di Kabupaten Bojonegoro
atau tepatnya menempati sekitar 9% dari luas wilayah Kabupaten
(2.307 km²). Berada di ketinggian 200-300 m² di atas permukaan air
laut menjadikan kecamatan ini secara umum berhawa panas.
1. Kondisi Pertanian
tanaman pangan ada tiga yaitu padi, jagung dan singkong. Dari
luasan 3305 ha lahan padi, produksi mencapai 25 ribu ton per tahun.
Ada pula potensi tanaman hortikultura seperti mangga, pisang,
cabai, tomat, dan belimbing. Selain itu, warga juga menanam
tembakau, hingga saat ini ada sekitar 48 ha tanaman tembakau.
Rata-rata lahan yang terdapat di wilayah tersebut adalah sawah
tadah hujan yaitu seluas 3305 ha. Selain itu, luasan untuk tegal
sekitar 1860 ha dan pekarangan 1464 ha. Adapun luasan hutan
secara keseluruhan mencapai 20.000 ha tapi yang digarap hanya
berkisar 5000 ha.Tanaman pangan yang dikembangkan antara lain
padi jagung kedelai dan ubi kayu.
Dari hasil Focus Group Discussion (FGD) dengan tokoh masyarakat
dan pejabat pemerintah Kecamatan Tambakrejo pada 5 Oktober
2013, diketahui bahwa ada beberapa masalah pertanian yang sering
dihadapi masyarakat. Misalnya terkait tanaman padi, ketika panen
raya, harga padi relatif rendah. Sedangkan tanaman jagung cukup
potensial, luasan area tanam jagung ketika musim kemarau hampir 80
persen luasan area tanam padi, sedangkan 20 persen sisanya adalah
area tanam tembakau dan kedelai. Hanya saja, sebagian besar jagung
dijual mentah dan tidak banyak masyarakat yang mampu mengolah
jagung menjadi produk olahan yang lebih bernilai jual. Jagung dari
Tambakrejo umumnya dijual ke luar daerah, misalnya ke Magetan. Di
Magetan, jagung dari Tambakrejo dibuat olahan emping jagung. Di
Tambakrejo sendiri, ada warga yang mengolah jagung, namun saat
ini pengolahannya masih sebatas menjadi cemilan marneng ( jagung
goreng).
Selain itu, potensi ubi kayu juga cukup banyak. Ubi kayu biasanya
disetor ke wilayah kecamatan lain, misalnya ke Kecamatan Margomulyo,
sebab disana terdapat pabrik tepung. Masyarakat Tambakrejo juga
mengharapkan agar diusahakan adanya pabrik tepung di wilayah
mereka. Menurut warga, pasar ubi kayu di Tambakrejo lebih luas daripada
Margomulyo, dengan potensi ubi kayu yang juga lebih besar yakni lebih
dari 350 ha. Sehingga dengan adanya pabrik tepung harapannya bisa
menambah pendapatan petani. Sebab selama ini bagi warga yang tidak
bisa mengakses ke Margomulyo, hasil penjualan ubi kayu sangat murah.
Masyarakat Tambakrejo pernah mendapatkan bantuan alat pembuat
2. Kondisi Peternakan
3. Kondisi Sosial
K
ecamatan Purwosari berada di sebelah utara Kecamatan
Tambakrejo. Dari segi letak wilayah dan jaringan ekonomi,
sejatinya Kecamatan Purwosari lebih menjanjikan karena
sebagian wilayahnya terletak di jalan Poros utama Cepu – Surabaya
dan sebagian wilayah yang lain berada tidak terlalu jauh dari
jalan poros utama dibanding Kecamatan Tambakrejo. Kecamatan
Purwosari memiliki 12 Desa yang sebagian desa di bawah
administrasinya berada di sekitar sumur migas. Terdapat sumber
minyak di tiga sumur minyak serta potensi gas yang dikelola oleh
Pertamina EP Cepu.
1. Kondisi Pertanian
Gambar 11. Sumur tampungan air di salah satu sawah milik warga
2. Kondisi Peternakan
4. Kondisi Sosial
C. Analisis SWOT
D
alam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat
Kabupaten Bojonegoro khususnya di Kecamatan Tambakrejo
dan Purwosari dalam era industri migas, perlu dilakukan
analisis situasi terhadap kondisi saat ini dan kemungkinan
perubahannya ke depan. Analisis mencakup dimensi internal dan
dimensi eksternal. Analisis terhadap dimensi internal ditujukan untuk
mengenali kekuatan dan kelemahan yang dimiliki masyarakat di
area industri migas, sedangkan analisis terhadap dimensi eksternal
untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang berpotensi
sebagai penyebab kegagalan tercapainya kesejahteraan masyarakat
di sekitar area industri migas.
5. Kelembagaan
Kelemahan:
2. Analisis EksternalPeluang:
Seiring dengan kedatangan tenaga kerja dari berbagai penjuru dunia dan
masuknya investor untuk memenuhi berbagai kebutuhan pendatang,
maka daerah di sekitar industri migas akan bergerak menjadi kota
modern. Hal ini merupakan peluang bagi masyarakat untuk terlibat
sebagai produsen berbagai kebutuhan pangan, penginapan dan jasa
yang dapat meningkatkan pendapatan.
Kekuatan: Kelemahan:
Memiliki wilayah hutan yang SDM kurang memadai (rendahnya
luas pengetahuan dan ketrampilan
Internal Kemampuan produksi teknis)
tanaman pangan seperti Lemahnya kelembagaan pertanian
jagung, padi, kedelai dan ubi dan kewirausahaan (kelompok tani
kayu belum optimal)
Sentra produksi berbagai Kekurangan modal dan monopoli
jenis pisang dan ledre akses pasar oleh pengepul
Potensi produksi ternak (sapi, Lemahnya inovasi dan diversifikasi
kerbau, ayam buras, kambing, produk olahan
Eksternal dan domba ) Sarana dan prasarana pertanian
Kelompok tani dan peternak terbatas
sudah terbentuk Lemahnya jiwa seni, kreatifitas dan
Terdapat Koperasi Serba kepemimpinan
Usaha
Peluang: Strategi Strategi
Industri migas merupakan 1) Peningkatan produksi dan 1) Peningkatan kualitas SDM melalui
pasar potensial bagi produk kualitas produk unggulan pelatihan kepemimpinan, seni
hasil pertanian dan Bojonegoro (padi, jagung, dan kreatifitas, kewirausahaan
peternakan kedelai, pisang, daging ayam, dan teknis budidaya tanaman dan
Wilayah di sekitar area daging kambing, telur). ternak.
migas menjadi kota industri 2) Diversifikasi produk olahan 2) Optimalisasi peran organisasi
dan modern pangan dan non-pangan kepemudaan, LSM, Kelompok
Peningkatan jumlah uang sehingga meningkatkan nilai Tani dan Ternak, Kelompok
yang beredar di sekitar area jual. Kesenian, dan Kelompok Wanita
industri migas 3) Peningkatan kapasitas untuk membangun kreativitas dan
Industri migas akan ekonomi melalui pelatihan inovasi di masyarakat.
menggerakan sektor kewirausahaan bagi 3) Pemberdayaan pelaku UKM
ekonomi lain masyarakat dan generasi produsen Ledre melalui modal
muda. bergilir dan peningkatan akses
4) Penguatan kelembagaan pasar.
untuk pelaku usah kecil dan 4) Pemberdayaan pelaku UKM Batik
menengah. Bojonegoro
BAB III
STRATEGI PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
B
erdasarkan analisis situasi (SWOT analysis), strategi
pemberdayaan masyarakat difokuskan pada: (1) peningkatan
kapasitas ekonomi masyarakat dalam rangka peningkatan
kemandirian sosial dan ekonomi, dan (2) terbangunnya
kepemimpinan yang kuat pada masyarakat lokal di area sekitar
industri migas. Peningkatan kapasitas ekonomi, dan juga
pertumbuhan kepemimpinan yang kuat, bersama-sama akan
dilakukan melalui berbagai program kegiatan berbasis pada kondisi
empiris yang eksis (existing condition) dan ada di masyarakat lokal.
Program ini akan menghasilkan luaran sebagai berikut:
B. Program Kegiatan
P
elaksanaan program percepatan peningkatan kesejahteraan
dan kesiapan masyarakat terhadap kehadiran industri migas di
Kecamatan Tambakrejo dan Purwosari ini mencakup beberapa
program kegiatan sebagai berikut:
Ternak kambing potong adalah salah satu jenis ternak yang dipelihara
sebagian masyarakat di Kecamatan Tambakrejo dan Purwosari. Jenis
ternak ini relatif terjangkau harganya bagi masyarakat pedesaan dan
Tujuan Kegiatan
Tujuan Kegiatan:
Tujuan Kegiatan:
Tujuan Kegiatan :
Tujuan kegiatan :
a. Aspek Kognitif :
b. Aspek teknis :
11.
Penguatan Kelembagaan Lokal (Kelompok Tani/Ternak,
LSM, Kelompok Wanita, UKM)
Tujuan Kegiatan :
BAB IV
PENUTUP
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
Davies Ed, ‘Indonesia’s Texas? Rural Java Braces for Oil Boom’, http://
www.reuters.com/article/2009/08/10/us-indonesia-oil-
idUSTRE57903420090810, 9 Agustus 2009