Anda di halaman 1dari 9

Prosiding

Seminar Nasional Ekonomi dan Pembangunan Daerah


ISSN
Universitas Muhamamdiyah Mamuju

Dampak Pembangunan PLTU Mamuju terhadap tingkat Kesejahteraan Masyarakat


di Desa Belang-belang Kecamatan Kalukku

Refli Sakti Sanjaya1, Yati Heryati2, Tri Frida Suryati3


Universitas Muhammadiyah Mamuju, Sulawesi Barat, Indonesia
E-mail : reflisaktisan@gmail.com1, heryati17@gmail.com2,
trifridasuryati.unimaju@gmail.com3

Abstrak, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak positif dan
dampak negatif pembangunan PLTU Mamuju terhadap tingkat Kesejahteraan
Masyarakat dan untuk mengetahui upaya pemerintah dalam mengurangi
dampak negatif pembangunan PLTU Mamuju terhadap tingkat Kesejahteraan
Masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Belang-Belang Kecamatan
Kalukku, Kabupaten Mamuju. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan menggunakan observasi partisipasi aktif dalam
mengumpulkan data. Metode pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan wawancara, analisis data dilakukan dengan menafsirkan
pemahaman subjektif informan, yang kemudian diikuti dengan refleksivitas
peneliti. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa; (1) Dampak Positif
Pembangunan PLTU Mamuju membuat Pedagang Campuran mengalami
peningkatan pendapatan karena adanya peningkatan daya beli masyarakat,
sekaligus membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat khususnya kaum
muda yang sebelumnya menganggur, bahkan turut serta meningkatkan
investasi berupa tabungan bagi masyarakat yang berprofesi sebagai Buruh
PLTU, (2) Dampak Negatif Pembangunan PLTU Mamuju terhadap Masyarakat
yaitu mengalami penurunan pendapatan Nelayan dan Petani, dan kerusakan
atap seng akibat pencemaran PLTU mengancam keberlangsungan kegiatan
ditempat penjualan pedagang campuran, serta berkurangnya kualitas
kesehatan yang dirasakan masyarakat, bahkan bagi masyarakat yang
berprofesi sebagai Nelayan, Petani, dan Pedagang Campuran tidak merasakan
peningkatan investasi dalam bentuk tabungan, (3) Dampak pembangunan
PLTU Mamuju belum meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa
Belang-Belang yang berprofesi sebagai nelayan dan petani, dan (4)
Pemerintah Desa Belang-Belang belum maksimal dalam berupaya
mengurangi berbagai kerugian yang dirasakan masyarakat akibat dampak
negatif pembangunan PLTU Mamuju. Saran yang diberikan adalah
mendorong Pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju untuk
meminimalisasikan dampak negative dan mengoptimalkan dampak positif
Pembangunan PLTU Mamuju di Belang-belang, Kecamatan Kalukku

Kata Kunci : Dampak Pembangunan PLTU, Kesejahteraan Masyarakat.

1. Pendahuluan

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mamuju yang tepatnya berada di Desa
Belang-belang, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat memiliki
dasar hukum berupa surat keputusan Bupati Mamuju yang saat itu dijabat oleh Suhardi
Duka. PLTU ini dikelola langsung oleh PT. Rekind Daya Mamuju (RDM). RDM adalah anak
perusahaan dari PT. Rekayasa Industri (Rekind). Rekind sendiri adalah anak dari
perusahaan PT. Pupuk Indonesia (Persero). Pembangunan PLTU ini merupakan wujud
dukungan dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN), terkait proyek
percepatan pembangkit listrik 35.000 MW. Independent Power Producer (IPP) PLTU
Prosiding
Seminar Nasional Ekonomi dan Pembangunan Daerah
ISSN
Universitas Muhamamdiyah Mamuju

Mamuju telah mendapatkan Commercial Operating Date (COD) dari PT. PLN (Persero)
pada September 2018 dan kini telah memasuki tahap komersial. PLTU Mamuju telah
beroperasi selama lima tahun sejak memperoleh Commercial Operating Date (COD) dari
PT. PLN (Persero) dan telah memberikan beberapa dampak bagi masyarakat, baik
masyarakat Mamuju pada umumnya maupun masyarakat di Kelurahan Belang-belang
pada khususnya. Diketahui, pembangunan PLTU ini di satu sisi merupakan pemasok
energi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi listrik masyarakat Mamuju pada umumnya,
bahkan telah membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Di sisi lain,
pembangunan PLTU ini juga telah memberikan dampak bagi masyarakat Desa Belang-
Belang khususnya, mulai dari Dampak Positif hingga Dampak Negatif. Desa Belang-belang
sendiri merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah pesisir Kecamatan Kalukku.
Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani.

Berikut disajikan data berbagai jenis mata pencaharian masyarakat Desa Belang-
Belang, berdasarkan data-data dibawah ini peneliti menetapkan informan penelitian.

Tabel 1
Data Jenis Mata Pencaharian
Masyarakat Desa Belang-Belang Kecamatan Kalukku
No Mata Pencaharian Jumlah Keterangan

2 Nelayan/Petani 1.512 Petani Tambak/Petani Kebun

4 Pedagang Campuran 96

5 Tukang Kayu 46

6 Tukang Batu 58

7 Penjahit 2

8 PNS 50

9 Pensiunan 9

10 TNI/Polri 2

11 Perangkat Desa 24

14 Buruh Industri (PLTU) 182 Operator, Cleaning Service,


Teknisi, Manajer, dll.

15 Security 22

Sumber : Pemerintah Desa Belang-Belang, 2023.

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa struktur perekonomian di Desa


Belang-Belang sangat dinamis, hampir 60% masyarakatnya memiliki mata pencaharian
petani dan nelayan, 40% sisanya memiliki mata pencaharian lain seperti yang tercantum
pada tabel di atas. Menurut data yang bersumber dari Laporan Bulanan Perkembangan
Penduduk Desa Belang-Belang per Maret 2023, terdapat 3598 jiwa di Desa Belang-Belang,
dimana terbagi menjadi 1869 laki-laki dan 1729 perempuan.
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah ; (1) Mengetahui dampak positif dari
Pembangunan PLTU Mamuju terhadap tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Desa Belang-
belang, Kecamatan Kalukku, (2) Mengetahui dampak negatif dari Pembangunan PLTU
Mamuju terhadap tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Desa Belang-belang, Kecamatan
Kalukku, dan (3) Mengetahui upaya Pemerintah dalam mengurangi dampak negatif dari
Prosiding
Seminar Nasional Ekonomi dan Pembangunan Daerah
ISSN
Universitas Muhamamdiyah Mamuju

Pembangunan PLTU Mamuju terhadap tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Desa Belang-


belang, Kecamatan Kalukku.
Penelitian ini menggunakan dua Fundamental Teori, yaitu Teori Pembangunan dan
Teori Kesejahteraan Masyarakat. Pembangunan menurut Rogers (Rochajat, et al, 2011)
merupakan perubahan yang bermanfaat menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang
diputuskan sebagai kehendak suatu bangsa. Pembangunan menurut W.W Rostow (Abdul,
2004) merupakan proses yang bergerak dalam satu garis lurus, yaitu dari masyarakat
terbelakang ke masyarakat negara maju. Tikson (2005) menyatakan bahwa sejumlah
indikator ekonomi yang dapat digunakan oleh lembaga internasional dalam mengukur
keberhasilan pembangunan meliputi pendapatan per kapita (GNP atau PDB), struktur
ekonomi, urbanisasi, dan jumlah tabungan. Selain itu, ada juga dua indikator lain yang
menunjukkan kemajuan pembangunan sosial ekonomi suatu bangsa atau wilayah yaitu
Indeks Kualitas Hidup (IKH atau PQLI) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Imron, (2012), mendefinisikan kesejahteraan hidup masyarakat sebagai
kesejahteraan sosial. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 dalam pasal 1 ayat (1)
menuliskan kesejahteraan sosial adalah syarat pemenuhan kebutuhan material, spiritual,
dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
sehingga dapat menjalankan fungsi sosialnya. Imron (2012) menyatakan bahwa terdapat
beberapa indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat, antara lain (1) peningkatan
pendapatan secara kuantitatif, (2) kesehatan keluarga yang lebih baik secara kualitatif, dan
(3) investasi ekonomi keluarga dalam bentuk tabungan (Imron, 2012).

2. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan observasi
partisipasi aktif dalam mengumpulkan data. Metode pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan wawancara, analisis data dilakukan dengan menafsirkan pemahaman
subjektif informan, yang kemudian diikuti dengan refleksivitas peneliti.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Dampak Positif Pembangunan PLTU Mamuju terhadap tingkat Kesejahteraan
Masyarakat di Desa Belang-Belang

Informan Kunci :
Informan kunci pertama yang memberikan pernyataan secara mendalam dalam
penelitian ini adalah pedagang campuran dan buruh PLTU. Kedua informan tersebut
menyatakan bahwa pendapatan mereka meningkat dan kesempatan kerja di desa
Belang-Belang tersebut terbuka luas sejak pembangunan PLTU Mamuju. Pedagang
campuran memiliki pelanggan baru yaitu buruh PLTU dimana, sebelumnya pelanggan
pedagang campuran hanya berasal dari masyarakat yang menetap tinggal disekitar
warung. “Penghasilan saya bisa mencapai Rp.200.000; selama ada PLTU, sebelumnya,
penghasilan saya paling banyak sehari Rp.50.000. banyak buruh PLTU yang berbelanja di
warung saya setiap mereka jam istirahat atau mau pulang kerja. (Wawancara dengan
Pedagang Campuran, 13 April 2023). “Iya meningkat karna ada lapangan kerja baru jadi
buruh PLTU. Sebelum jadi buruh PLTU, saya dulu jual-jualan pakaian disini tapi hasilnya
tidak seberapa dibanding kerja di PLTU. Saya kerja sebagai buruh di PLTU sejak 2018,
sebagai posisi jendral service. Gaji yang saya dapatkan Rp. 3.500.000 per bulan saat kerja
tapi itu dihitungmi dengan over time nya (lewat jam kerja/lembur).” (Wawancara dengan
Buruh PLTU, 8 April 2023).
Para Buruh PLTU juga mendapatkan dampak positif lain seperti jaminan kesehatan,
hal ini dibuktikan dengan pernyataan buruh PLTU yang juga merupakan masyarakat Desa
Belang-Belang, mereka telah diberikan jaminan kesehatan yang baik bahkan setiap tahun
para Buruh PLTU diberikan fasilitas pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh di Rumah
Sakit Mitra Manakarra dengan tujuan agar mengurangi Dampak Negatif yang ditimbulkan
dari hasil operasionalisasi PLTU. Tetapi hal tersebut tidak terjadi pada masyarakat umum
Prosiding
Seminar Nasional Ekonomi dan Pembangunan Daerah
ISSN
Universitas Muhamamdiyah Mamuju

yang bukan bekerja sebagai Buruh PLTU. “Kondisi kesehatan saya alhamdulillah baik
selama ada PLTU, karna lengkap fasilitasnya didalam kalau kerja jadi buruh bahkan
setiap tahun dianjurkan untuk cek kesehatan ke rumah sakit mitra.” (Wawancara dengan
Buruh PLTU, 8 April 2023).
Masyarakat Desa Belang-Belang yang bekerja sebagai Buruh PLTU merasakan
Dampak Positif signifikan dari segi meningkatnya investasi berupa angka tabungan. Tapi
hal tersebut tidak terjadi pada masyarakat lainnya yang bukan bekerja sebagai Buruh
PLTU. “Iya kalau tabungan alhamdulillah meningkat selama menjadi buruh PLTU
Mamuju.” (Wawancara dengan Buruh PLTU, 8 April 2023).

Informan Utama :
Informan utama dalam penelitian ini adalah Pemerintah Desa Belang-Belang,
mereka menyatakan bahwa kondisi ekonomi masyarakat terutama yang memiliki mata
pencaharian sebagai pedagang campuran. Terbangunnya PLTU Mamuju meningkatkan
daya beli masyarakat dan membuka luas lapangan pekerjaan bagi para pemuda Desa
Belang-Belang yang sebelumnya menganggur. “Dibelang-belang ada nelayan, petani,
dan pedagang campuran (pelaku UMKM). Setelah PLTU Mamuju dibangun, secara
otomatis membuka lapangan kerja bagi anak muda pengangguran di Desa ini.
Lapangan kerja seperti cleaning service, security, teknisi dan operator didalam PLTU
didominasi oleh pemuda Desa Belang-Belang.” (Wawancara dengan Pemerintah Desa
Belang-Belang, 8 Juni 2023).
Penelitian ini juga menyajikan pernyataan dari Badan Perencanaan, Penelitian, dan
Pengembangan (BAPPEPAN) Kabupaten Mamuju. BAPPEPAN menyatakan bahwa PLTU
Mamuju berkontribusi bagi peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan
berkontribusi bagi peningkatan investasi di daerah Kabupaten Mamuju. “Secara khusus
keberadaan PLTU Mamuju telah membuka kesempatan kerja bagi masyarakat,
sehingga dapat berkontribusi bagi peningkatan pendapatan perkapita Desa Belang-
Belang, disisi lain, secara umum keberadaan PLTU telah berkontribusi bagi kebutuhan
konsumsi energi listrik sekaligus meningkatkan investasi di daerah kabupaten Mamuju.”
(Wawancara dengan BAPPEPAN Kabupaten Mamuju, 12 Juni 2023).

Informan Pendukung :
Informan pendukung dalam penelitian ini adalah bagian manajemen PLTU Mamuju,
dimana, informan tersebut memberikan pernyataan bahwa buruh yang dipekerjakan di
PLTU Mamuju 80% adalah masyarakat yang berasal dari setiap dusun yang ada di Desa
Belang-Belang. Para Buruh PLTU juga mendapatkan gaji sesuai standar Upah Minimum
Kabupaten (UMK) bahkan terkadang bisa mendapatkan lebih jika memilih untuk over time
(lembur), dan semua Buruh PLTU juga diberikan tunjangan seperti THR. Jaminan
kesehatan juga diberikan kepada para buruh seperti pembagian susu dan diwajibkannya
melakukan pengecekan kesehatan (medical check up) setiap setahun sekali di Rumah
Sakit Mitra dan Rumah Sakit Regional. “Buruh yang bekerja di PLTU Mamuju 80% warga
asli dari desa belang-belang. Gaji buruh disini sesuai standar UMK Mamuju. Bahkan biasa
lebih kalau memilih untuk over time (lembur). Para buruh di PLTU juga diberikan jaminan
kesehatan berupa pembagian susu dan dianjurkan medical check up setiap tahun di Rs
mitra dan RS regional.” (Wawancara dengan Perusahaan PLTU Mamuju, 13 Juni 2023).

Dampak Negatif Pembangunan PLTU Mamuju terhadap tingkat Kesejahteraan


Masyarakat di Desa Belang-Belang

Informan Kunci :
Informan kunci dalam penelitian ini adalah Nelayan dan Petani yang merasakan
dampak negative sejak dibangunnya PLTU Mamuju. Hasil wawancara dengan Nelayan dan
Petani didapatkan informasi bahwa pendapatan mereka menurun selama dibangunnya
PLTU Mamuju. Nelayan menyatakan bahwa wilayah tangkap ikan mengalami pencemaran
Prosiding
Seminar Nasional Ekonomi dan Pembangunan Daerah
ISSN
Universitas Muhamamdiyah Mamuju

akibat limbah PLTU yang mengakibatkan jumlah ikan-ikan menurun dari sebelumnya
serta tergesernya bagang Nelayan akibat berada disekitar lokasi Pembangunan dermaga
khusus PLTU dan sekaligus berada diwilayah jalur kapal pengangkut batubara yang
digunakan untuk bahan bakar PLTU.“Mata pencaharian kami jelas terganggu selama
adanya PLTU Mamuju, karena bagang patok semua dibongkar dan limbahnya
mencemari laut sehingga jumlah ikan berkurang. Dulu sebelum ada PLTU hasil melaut
kami jika dijual bisa sampai 1-3 juta per hari, namun, saat ini hasil melaut kami hanya
mencapai 100-200 ribu per hari saja. Penyebabnya selain dilarang adanya bagang oleh
pihak PLTU juga karna limbah yang dibuang kelaut mencemari laut sehingga banyak
lari ikan.” (Wawancara dengan Nelayan, 27 Maret 2023). Wawancara yang dilakukan
dengan Nelayan pada 8 April 2023, menyatakan bahwa “Dulu saya punya tiga bagang
tancap (patok) dan dua bagang kapal, pendapatanku bisa sampai 1 juta hanya satu
malam. Tapi setelah ada PLTU pendapatan paling disekitar 50-100 ribu sekali melaut.
Pendapatan jadi menurun setelah adanya PLTU, karena bagang sudah tidak ada jadi
hanya pakai jala saja. Sekarang kalo melaut hanya untuk mencukupi kebutuhan ikan
untuk makan kami dirumah.”
Penelitian ini menyajikan pula hasil wawancara dengan para petani yang memiliki
identitas kependudukan sebagai petani dan beralamat di Desa Belang-Belang. Petani-
petani yang menanam coklat, jagung, merica, cabai, salak tercemar oleh asap dari
cerobong PLTU Mamuju dan debu halus yang beterbangan menghampiri tanaman
mereka. Pencemaran debu halus dari cerobong asap PLTU Mamuju tersebut diduga pula
oleh petani telah mengakibatkan pohon buah langsat dan pohon rambutan tidak
produktif menghasilkan buah yang banyak seperti tahun-tahun sebelum adanya
pencemaran-pencemaran tersebut. Hal tersebut terkonfirmasi melalui pernyataan petani-
petani tersebut yaitu “Selama adanya PLTU, penghasilan saya justru tidak meningkat
karna dulu itu sebelum ada PLTU saya tanam selain salak, coklat, juga berkebun buah-
buahan seperti langsat, rambutan jadi ada penghasilan tambahan. Tapi setelah ada
PLTU tanaman-tanaman pertanian dan buah-buahan tersebut tidak produktif lagi, saya
rasa pengaruhnya dari polusi PLTU.” (Wawancara dengan Petani, 27 Maret 2023).
Penelitian ini menyajikan informasi tentang dampak negative PLTU Mamuju bagi
kesehatan masyarakat dimana informasi tersebut berasal dari pernyataan Petani, Nelayan,
bahkan Pedagang Campuran yang mengalami berkurangnya kualitas kesehatan seperti
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan alergi kulit. “Kalau kondisi kesehatan saya
tidak terlalu ji, tapi istriku itu kadang gatal-gatal kulit kayak alergi selama adanya PLTU.
Biasa juga sesak napas, batuk-batuk tapi tidak terlaluji. Tapi paling sering itu memang
gatal-gatal kulit jadi biasa pergi ke puskesmas.” (Wawancara dengan Petani, 27 Maret
2023). “Saya selalu sakit-sakit seperti batuk bahkan sampai keluar darah. Sebelum ada
PLTU begitu tapi setelah adami tambah biasa mi sakit-sakitku. Biasa juga ada penyakit
gatal-gatal kulit tapi nda ditaupi apakah ada hubungannya dengan PLTU atau tidak.”
(Wawancara dengan Pedagang Campuran, 13 April 2023). “Iya terganggu, selama ada
PLTU saya selalu mengalami penyakit gatal-gatal kulit. kata warga sekitar ini adalah
salah satu dampak dari pencemaran limbah.” (Wawancara dengan Nelayan, 27 Maret
2023).
Dampak negative juga dirasakan oleh para pedagang campuran yang menyatakan
bahwa mereka mengalami kerusakan atap seng yang disebabkan oleh polusi dari PLTU,
Kerusakan atap seng ini bahkan dirasakan hampir disemua rumah masyarakat khususnya
yang tinggal di wilayah ring satu seperti Dusun Talaba dan Dusun Palapi. Meskipun sudah
diberikan ganti rugi dari pihak PLTU Mamuju tetapi menurut mereka tidak cukup jika
hanya sekali saja. “Kalau ini jualan-jualan campuran tidak adaji perubahan. Iniji seng atap
rumah rusak gara-gara polusinya PLTU otomatis naganggu penjualan apa dirumah i.
Atap seng bocor-bocor dan rusak tapi sudah diganti rugi sama perusahaan PLTU. Bukan
dalam bentuk uang tapi langsung seng saja dikasi. Tidak ada biaya pasang dikasi jadi
saya biayai sendiri pemasangannya.” (Wawancara dengan Pedagang Campuran, 13 April
2023). “Tidak ada memang meningkat kalau investasi, atap sengku ji rusak gara-gara
Prosiding
Seminar Nasional Ekonomi dan Pembangunan Daerah
ISSN
Universitas Muhamamdiyah Mamuju

polusinya PLTU otomatis berpengaruh ke penjualan kedepannya juga apa bocor-bocor


seng.” (Wawancara dengan Pedagang Campuran, 13 April 2023). “Kalau saya tidak
dirugikan ji, justru diuntungkan. Cuman ituji dampak polusinya PLTU narugikan warga
karna rusak atap sengnya. Tapi sudahmi diganti pernah sama pihak perusahaan PLTU.”
(Wawancara dengan Buruh PLTU, 8 April 2023).
Dampak negative pembangunan PLTU Mamuju diduga dirasakan secara langsung
oleh Petani, Nelayan, dan Pedagang Campuran yang merupakan Masyarakat Desa Belang-
Belang dan mereka menyatakan tidak mengalami peningkatan investasi berupa
tabungan. “Saya tidak punya tabungan, mau itu setelah ada atau sebelum ada PLTU.
Bagang ji pernah ada tapi itumi hancur semua. Saya juga bertani jagung, ada juga
merica sebagai sampingan. Tapi selalu mati-mati dan tidak bagus panennya.”
(Wawancara dengan Nelayan yang sekaligus Petani, 8 April 2023).“Saya tidak punya
tabungan. Baik itu sebelum dan setelah adanya PLTU. atap sengku ji rusak gara-gara
polusinya PLTU otomatis berpengaruh ke penjualan kedepannya juga apa bocor-bocor
seng.” (Wawancara dengan Pedagang Campuran, 13 April 2023). “dulu itu sebelum ada
PLTU saya tanam selain salak, coklat, juga berkebun buah-buahan seperti langsat,
rambutan jadi ada penghasilan tambahan. Tapi setelah ada PLTU ndabisami berbuah
itu semua selain salak jadi mati semuami ditebang, diduga pengaruhnya dari polusi
PLTU. Saya memang tidak punya tabungan, bahkan investasi seperti tanah, tanam-
tanaman tidak adaji bertambah tapi malah berkurang selama adanya PLTU.”
(Wawancara dengan Petani, 27 Maret 2023).

Informan Utama :
Berdasarkan pernyataan informan utama, yaitu Pemerintah Desa Belang-Belang
yang menyatakan bahwa wilayah tangkap Nelayan terganggu karena pencemaran dari
limbah PLTU yang mengakibatkan menurunnya jumlah ikan diwilayah tangkap mereka
semual serta tergesernya bagang Nelayan akibat berada disekitar lokasi pembangunan
dermaga khusus PLTU dan sekaligus berada diwilayah jalur kapal pengangkut batubara
yang notabenenya digunakan untuk bahan bakar PLTU. Hal ini ditandai dengan banyaknya
Nelayan di Desa Belang-Belang yang dulu sebelumnya justru menjadikan sekitar lokasi
dermaga khusus PLTU dan juga jalur kapal pengangkut batubara sebagai bagian dari
wilayah tangkapnya namun terpaksa mereka sekarang harus pergi melaut kewilayah yang
lebih jauh dan dalam lagi.
Informan utama juga menyatakan bahwa kualitas hasil panen Petani mengalami
gangguan karena tercemar oleh asap dari cerobong PLTU dan debu halus yang
beterbangan menghampiri tanaman mereka. Hal ini ditandai dengan seringkali tanaman
mereka mengalami kesulitan berbuah sehingga berpengaruh pada menurunnya
pendapatan. “Petani disini ada; jagung, kelapa, padi, salak, merica, cabai, ada juga sawit.
Kalau dusun yang mayoritas nelayan itu malasigo, bakengkeng pantai, talaba, toppo,
belang-belang selatan dan utara semua mayoritas nelayan. Kalau alat tangkapnya
nelayan ada yang pake jala saja ada juga yang punya bagang tancap dulu, tapi setelah
ada PLTU bagang mereka dibongkar semua karena masuk dalam jalur kapal tongkang
batubara. Bahkan limbah cair PLTU yang bermuara kelaut ditambah panasnya
batubara yang ada dikapal tongkang ketika sandar di sekitar pelabuhan membuat ikan-
ikan lari, akhirnya berakibat pada terganggunya wilayah tangkap nelayan yang secara
terpaksa mengharuskan nelayan pergi melaut ke wilayah lebih jauh dalam lagi. Padahal
dulu itu sebelum ada PLTU, para nelayan disini pergi tangkap ikan di dekat situ
menggunakan bagang tancap dan alat tangkap lainnya. Tanaman petani juga sering
terganggu karena seringkali ditutupi debu yang dibawah angin yang sumbernya dari
tumpukan limbah padat yang tidak jauh dari pemukiman dan lahan para petani.
Sehingga pendapatan perkapitanya desa belang-belang bervariasi dan tidak menentu
khususnya yang petani, nelayan, ditambah pedagang campuran. Karena terganggunya
wilayah tangkap nelayan dan tanaman petani berakibat pada menurunnya pendapatan
mereka.” (Wawancara dengan Pemerintah Desa Belang-Belang, Kamis 8 Juni 2023).
Prosiding
Seminar Nasional Ekonomi dan Pembangunan Daerah
ISSN
Universitas Muhamamdiyah Mamuju

Pemerintah Desa Belang-Belang juga mengatakan bahwa gejala penyakit seperti


Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan alergi kulit seringkali dirasakan oleh
masyarakat yang diduga terjadi selama terbangunnya PLTU Mamuju karena tingginya
produktifitas asap yang keluar dari cerobong membawa senyawa beracun beserta debu
halus menghampiri langsung dipermukiman warga. Hal ini menjadi kuat sebab dibuktikan
dengan keterangan yang diambil dari Pusat Kesehatan Desa (PKD) Belang-Belang yang
menyatakan bahwa keluhan masyarakat terkait penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) pada tahun 2018 tercatat sebanyak 227 orang, tahun 2019 tercatat sebanyak 158
orang, dan di tahun 2020 sebanyak 182 orang, sehingga secara keseluruhan dari tahun 2018
sampai akhir tahun 2020 tercatat sudah ada sebanyak 567 orang. Diketahui juga bahwa
keluhan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu masuk dalam kategori 10
penyakit tertinggi dan selalu menempati posisi 5 besar. Bahkan dalam daftar buku pasien
yang berobat ke Pusat Kesehatan Desa (PKD) Belang-Belang di dominasi oleh masyarakat
yang bekerja langsung untuk operasi PLTU Mamuju.

Informan Pendukung :
Berdasarkan keterangan yang diambil saat wawancara dengan pihak PLTU Mamuju
yang merupakan informan pendukung menyatakan bahwa memang keluhan nelayan
terkait terganggunya wilayah tangkap seperti tergesernya bagang mereka itu pernah
terjadi diawal saat PLTU di bangun, dan juga warga khususnya Pedagang Campuran di
wilayah ring satu mengeluhkan kerusakan atap seng. Tetapi pihak PLTU sudah
memberikan kompensasi berupa dana kepada para nelayan yang bagangnya digeser dan
ganti rugi atap seng yang rusak. “Warga pernah mengeluhkan rusak atap seng karna
dampak dari polusi PLTU, khususnya yang di ring satu paling sering. Ring satu itu istilah
untuk warga di dua dusun yaitu dusun Talaba dan dusun Palapi. Tapi sudah diganti rugi
sama pihak PLTU itu atap sengnya, cuman memang akhir-akhir ini belum lagi ada
karena kami masih mencari atap seng yang lebih berkualitas dan tahan lama untuk bisa
diberikan ke warga. Masyarakat juga mengeluhkan mengalami ISPA dan gatal-gatal
kulit pernah juga ada hanya saja sampai sekarang belum bisa dipastikan apakah itu
adalah sebab dari polusi PLTU. Waktu diawal juga PLTU pernah memberikan
kompensasi berupa dana kepada para nelayan yang bagangnya digeser karena adanya
pembangunan PLTU Mamuju.” (Wawancara dengan Perusahaan PLTU Mamuju, 13 Juni
2023).
Disisi lain juga pihak PLTU mengakui memang membuang limbah cair langsung ke
laut di tempat yang dulunya menjadi wilayah tangkap para nelayan yang menggunakan
alat tangkap jala dan dulunya tempat berdiri beberapa bagang milik nelayan. Tetapi pihak
PLTU mengklaim bahwa pengelolaan limbah sudah dijalankan sesuai prosedur yang ada
dan khususnya limbah cair yang dibuang kembali kelaut itu bahkan sudah teruji
kelayakannya dan terbilang aman, hal ini diyakini karena setiap kali ketika limbah cair
tersebut ingin dibuang kelaut pasti sudah dilakukan pengecekan oleh yang berwenang
dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Mamuju. “Kalau
sejauh ini pengelolaan limbah masih dijalankan sesuai prosedur. Bahkan dari pihak
DLHK setiap bulan melakukan pengecekan terhadap limbah cair yang mau
dikembalikan ke laut.” (Wawancara dengan Perusahaan PLTU Mamuju, 13 Juni 2023).

Upaya Pemerintah dalam mengurangi Dampak Negatif dari Pembangunan PLTU


Mamuju terhadap tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Desa Belang-Belang

Informan Kunci :
Berdasarkan keterangan yang diambil saat wawancara dengan informan kunci
diantaranya masyarakat Desa Belang-Belang yang bekerja sebagai Petani, Nelayan,
Pedagang Campuran, dan Buruh PLTU, dimana mereka mengatakan bahwa Upaya
Pemerintah Desa dalam mengurangi Dampak Negatif dari operasionalisasi PLTU Mamuju
sejauh ini hanya sebatas mengurangi kerugian dari adanya kerusakan atap seng yang
Prosiding
Seminar Nasional Ekonomi dan Pembangunan Daerah
ISSN
Universitas Muhamamdiyah Mamuju

disebabkan oleh pencemaran polusi PLTU Mamuju. Hal ini ditandai dengan upaya
Pemerintah Desa dalam melakukan pendataan jumlah korban yang mengalami kerusakan
atap seng untuk bisa dilaporkan ke pihak PLTU agar segera diganti rugi. “Hanya sebatas
mendata nama-nama yang ingin diganti rugi atap seng nya karena rusak akibat polusi
dari PLTU. Jadi kayak tidak adaji pengaruhnya apalagi kita-kita ji yang masuk mendesak
selalu.” (Wawancara dengan Nelayan, 27 Maret 2023). “Itu ji mendata kalau pemerintah
desa upayanya.” (Wawancara dengan Petani, 8 April 2023). “Tidak ada upayanya. Ituji
mendata, nafoto-foto baru tidak adaji perubahan. Itupun perusahaan mengganti cuma
sengnya jadi kami yang biayai pemasangannya sendiri.” (Wawancara dengan Pedagang
Campuran, 13 April 2023).
Masyarakat Desa Belang-Belang menganggap bahwa upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah Desa belum tepat untuk mengurangi berbagai kerugian yang dirasakan
akibat dari Dampak Negatif Pembangunan PLTU. “Tidak tepatpi upayanya pemerintah
desa, karna kamiji juga masyarakat yang kayak berjuang sendiri supaya diganti rugi
atap seng ta gara-gara rusak karna polusinya PLTU.” (Wawancara dengan Nelayan, 27
Maret 2023). “belum tepat, buktinya masih banyak warga yang mengeluh soal beberapa
dampak lainnya. Seperti kerusakan atap seng kan tidak satu kali karna bisa dibilang
selama ada PLTU pasti rumahnya warga yang ada disini akan selalu cepat rusak kropos
atap sengnya.” (Wawancara dengan Petani, 8 April 2023).

Informan Utama :
Setelah melakukan wawancara dengan informan utama yaitu Pemerintah Desa
Belang-Belang, mereka ternyata membenarkan bahwa Upaya Pemerintah Desa adalah
melakukan pendataan jumlah korban yang mengalami kerusakan atap seng agar bisa
dilaporkan ke pihak PLTU dan segera diganti rugi. Tetapi disisi lain Pemerintah Desa juga
melakukan konsultasi ke pihak petugas kesehatan baik yang ada di Puskesmas Beru-Beru
ataupun Pusat Kesehatan Desa Belang-Belang dengan tujuan agar masyarakat Desa
Belang-belang yang terdampak penyakit dari pencemaran polusi PLTU bisa diprioritaskan
ketika ingin berobat.“Upaya pemerintah dalam merespon keluhan warga dari dampak
polusi PLTU, kami langsung konsultasikan ke pihak puskesmas dan pkd belang-belang
agar bisa diprioritaskan untuk dilayani. Kami juga konsultasi ke pihak PLTU soal
kompensasi terhadap kerusakan atap seng warga akibat dampak polusi PLTU. Sehingga
pihak PLTU sudah memberikan kompensasi kepada warga terdampak berupa ganti rugi
atap seng, dan juga membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat khususnya anak
muda yang pengangguran disini.” (Wawancara dengan Pemerintah Desa Belang-Belang,
8 Juni 2023).

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diurai dari interpretasi peneliti terhadap hasil
reduksi data yang diperoleh langsung melalui wawancara dengan informan, maka dari itu
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dampak Positif Pembangunan PLTU Mamuju terhadap Masyarakat di Desa Belang-
Belang Kecamatan Kalukku yaitu telah membuat Pedagang Campuran mengalami
peningkatan pendapatan karena bertambahnya daya beli masyarakat, serta
membuka kesempatan kerja bagi masyarakat khususnya pemuda yang sebelumnya
pengangguran, bahkan juga ikut meningkatkan investasi berupa tabungan bagi
masyarakat yang bekerja sebagai Buruh PLTU.
2. Dampak Negatif Pembangunan PLTU Mamuju terhadap Masyarakat di Desa Belang-
Belang Kecamatan Kalukku yaitu telah membuat menurunnya pendapatan Nelayan
dan Petani, dan kerusakan atap seng yang disebabkan oleh polusi PLTU
mengancam keberlangsungan aktivitas tempat penjualan campuran warga, serta
berkurangnya kualitas kesehatan yang dirasakan oleh masyarakat, bahkan untuk
Prosiding
Seminar Nasional Ekonomi dan Pembangunan Daerah
ISSN
Universitas Muhamamdiyah Mamuju

masyarakat yang bekerja sebagai Nelayan, Petani, dan Pedagang Campuran tidak
merasakan adanya peningkatan investasi berupa tabungan.
3. Dampak dari Pembangunan PLTU Mamuju tidak meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat di Desa Belang-Belang yang bekerja sebagai Nelayan dan Petani.
4. Pemerintah Desa Belang-Belang belum maksimal dalam berupaya mengurangi
berbagai kerugian yang dirasakan oleh masyarakat akibat dari Dampak Negatif
Pembangunan PLTU Mamuju.

Referensi
[1] Deddy T. Tikson. (2005). Indikator-indikator Pembangunan Ekonomi. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
[2] Imron,A. (2012). Stategi Dan Usaha Peningkatan Kesejahteraan Hidup Nelayan
Tanggulasari Mangunharjo Tugu Semarang Dalam Menghadapi Perubahan Iklim. Jurnal
Riptek Vol.6.No.1.Hal.2.
[3] Kristanto, V. H. (2018). Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya Tulis
Ilmiah. Yogyakarta: Deepublish.
Rochajat, Harun, dan Ardianto, Elvinaro. (2011). Komunikasi Pembangunan dan Perubahan
Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
[4] Situmorang. (2010). Data Penelitian; Menggunakan Program SPSS. Medan: USU
Press.
[5] Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.
[6] Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, CV.
[7] Sekilas Perusahaan PT. Rekind Daya Mamuju. Diakses 15 Februari 2023 melalui
https://rdm.co.id/about-us/

Anda mungkin juga menyukai