Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah salah satu negara yang berkembang. Hal tersebut

karena berbagai faktor, yaitu ketergantungan dan dominasi pada negara maju,

tingkat pertumbuhan dan ketergantungan penduduk sangat tinggi, tingkat

pengangguran yang masih tinggi, masih menggantungkan pada sektor pertanian,

dan negara tersebut belum sempat mengembangkan sektor-sektor yang lain seperti

sektor industri yang masih tertinggal jauh, taraf kehidupan yang rendah, dan tingkat

produktivitas masih rendah (Todaro, 2006).

Proses pembangunan negara pada dasarnya bertujuan untuk tercapainya

kesejahteraan hidup masyarakat. Cara yang dilakukan pemerintah adalah dengan

memeratakan proses pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan

tingkat hidup dan kesejahteraan masyarakat. Dapat pula dikatakan pembangunan

bertujuan untuk menaikkan kualitas hidup rakyat. Karena kualitas dapat dikatakan

sebagai derajat terpenuhinya kebutuhan dasar, pembangunan dapat diartikan

sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyat dengan lebih baik

(Soemarwoto, 2004).

Sumber daya alam berperan penting dalam proses pembangunan suatu negara.

Keberadaan sumber daya alam dengan berbagai bentuk memberikan sumbangsih

yang menunjang dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi. Pembangunan

berkelanjutan merupakan salah satu cara yang tepat yang berhubungan dengan

pengelolaan sumber daya alam.

1
Begitu besarnya kebutuhan akan sumber daya, dan ingin memaksimalkan

sumber daya energi, maka dibangunlah Pembangkit Listrik. Solusi yang ditawarkan

pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan energi di Kota metropolitan biasanya

dibangun pembangkit-pembangkit listrik dengan berbagai sumber penggerak

turbinnya seperti PLTN, PLTU, PLTD, dan PLTA. Pembangkit Listrik Tenaga Uap

biasanya menggunakan batubara sebagai bahan bakar penggerak turbinnya (Astra,

2010:132). Cara untuk memenuhi kebutuhan listrik khususnya untuk jaringan pulau

Jawa, Madura, dan Bali, di Kabupaten Jepara dibangun pembangkit listrik tenaga

uap (PLTU) Tanjung Jati B yang terdiri dari empat unit pembangkit dengan

kapasitas total 4 x 610 MW. Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten

yang dijadikan sebagai lokasi pembangunan proyek nasional PLTU Tanjung Jati B.

Berdasarkan regulasi AMDAL, maka skala usaha PLTU Tanjung Jati B ini

termasuk wajib melaksanakan AMDAL. Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis

Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup, bahwa pembangunan PLTU dengan kapasitas lebih

dari atau sama dengan 100 MW dalam satu lokasi merupakan kategori wajib

AMDAL. ( Bayu Aji, 2014 )

Pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Kabupaten Jepara,

atau lebih tepatnya berada di Desa Tubanan. Desa Tubanan merupakan salah satu

desa yang berada di kawasan pesisir Kecamatan Kembang. Mayoritas masyarakat

masih bekerja sebagai petani dan nelayan. Masyarakat di Desa Tubanan tergolong

ke dalam masyarakat tradisional karena dalam proses penangkapan ikan laut masih

menggunakan perlengkapan sederhana seperti perahu, tali atau tambang, dan jala

2
atau jaring. Bentuk perubahan sosial dampak pembangunan PLTU dapat dilihat

dengan adanya masyarakat yang berdekatan langsung dengan mega proyek PLTU

Tanjung Jati B Jepara menolak keras pembangunan PLTU Tanjung Jati B baru.

Anggapan mereka pembangunan PLTU nantinya akan menimbulkan banyak

permasalahan yang merugikan, selain menimbulkan berbagai macam penyakit,

dampak lain yang timbul adalah debu-debu akibat pembakaran PLTU yang

berbahaya, sumber airtanah yang terkontaminasi, bau menyengat, suara ledakan,

dan masih banyak dampak negatif lainnya. Berdasarkan data monografi penduduk

menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di desa Tubanan dan desa

Bondo masih rendah. Lebih dari 50% masyarakat tamat sekolah dasar/ tidak tamat

SD dan bahkan tidak sekolah. Hasil dari survei lapangan yang telah dilakukan

memperoleh data bahwa, dampak lingkungan yang dirasakan masyarakat dari

pembangunan proyek PLTU secara umum yaitu keadaan lingkungan yangsemakin

panas dan gersang, suara kebisingan mesin penyedot air laut ketikamalam hari serta

aktifitas kendaraan yang mengangkut kebutuhan proyek PLTU, dan produktifitas

lahan yang menurun (Prakoso, 2014).

Terdapat perubahan dalam lembaga maupun organisasi dalam masyarakat Desa

Tubanan , contohnya seperti dampak organisasi yang terjadi di Desa Tubanan. Desa

Tubanan memiliki beberapa organisasi atau kelompok yaitu kelompok tani,

nelayan, ternak, sepakbola, LKMD, LMD, KUD, PKK, NU, Muhammadiyah.

Melihat dampak organisasional adalah timbulnya kecemburuan sosial antar

organisasi, karena masih banyak organisasi yang belum mendapatkan bantuan dari

PLTU. Selanjutnya dilihat dari hubungan baik antara pihak Desa Tubanan dengan

pihak PLTU Tanjung Jati B tetap berjalan harmonis, hal itu ditunjukan oleh pihak

3
PLTU Tanjung Jati B dengan beberapa kerja sama berupa bantuan yang diberikan

kepada para organisasi atau kelompok yang ada. Para anggota organisasi merasa

lebih senang karena pihak PLTU telah memberikan bantuan kepada organisasi

tersebut, sehingga organisasi itu mampu bertahan dan berkembang.

Perubahan pada kelembagaan masyarakat yang terjadi di Desa Tubanan dilihat

dari aspek lingkungan, ekonomi, serta pendidikan. Melihat dampak yang dialami

oleh masyarakat Desa Tubanan baik itu di bidang ekonomi, pendidikan, lingkungan

hidup secara lebih mendalam. Dampak pada lembaga dan sistem sosial yang terjadi

di Desa Tubanan dapat dilihat dari Desa Tubanan memiliki berbagai lembaga atau

kelompok yang dibentuk oleh warga, tetapi hanya beberapa saja yang menjalin

hubungan dan mendapatkan bantuan dari PLTU Tanjung Jati B, jadi menimbulkan

kecemburuan antar lembaga.

Pengaruh baik dari terjalinnya hubungan antara organisasi Desa Tubanan dan

pihak PLTU Tanjung Jati B, serta masyarakat yang mengalami perubahan struktur

sosial yang dipengaruhi oleh perekonomian yang meningkat, dimana lembaga Desa

Tubanan mendapat bantuan yang diberikan kepada kelompok-kelompok seperti

peternakan, pertanian, sepakbola, sehingga membuat organisasi tersebut semakin

maju. Untuk sistem sosial masyarakat lebih merasakan dampak positif pada peran

PLTU dalam kegiatan bakti sosial atau bantuan yang diberikan pada masyarakat.

Pro maupun kontra dalam masalah tersebut perlu adanya pelaksaan diskusi

guna memperbaiki keadaan. Diskusi yang dilakukan dapat bermacam bentuk misal

mediasi, atau sosialisasi antara pihak pro dan kontra. Tentunya pihak PLTU juga

ikut dalam pelaksaan diskusi guna mendengar keluhan dari masyarakat sekitar.

4
Dengan adanya diskusi antara 2 pihak, diharapkan tercapainya keefektifan dan

kelancaran dalam pembangunan PLTU agar sama-sama dapat dirasakan baiknya.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka penulis tertarik untuk mengkaji atau

meneliti diferensiasi sikap sosial pro dan kontra dari apa yang terjadi dari PLTU

Tanjung Jati B bagi masyarakat di sekitar PLTU Tanjung Jati B, dan yang menjadi

fokus penelitian yaitu Desa Tubanan dan Desa Bondo yang secara letak berada

disebelah timur dan barat PLTU Tanjung Jati B, serta secara umum untuk

masyarakat yang tinggal di Kabupaten Jepara, kemudian dituangkan dalam bentuk

penelitian yang berjudul “ Diferensiasi Sikap Sosial Pro Dan Kontra Masyarakat

Dalam Menanggapi PLTU Tanjung Jati Di Kabupaten Jepara (Studi Kasus Desa

Tubanan)”.

2. Rumusan Masalah

Bagaimana diferensiasi sikap sosial pro dan kontra masyarakat dalam menanggapi

PLTU Tanjung Jati B di Kabupaten Jepara ?

3. Tujuan Penelitian

Peneliti ingin mengetahui bagaimana diferensiasi sikap sosial pro dan kontra

masyarakat dalam menanggapi PLTU Tanjung Jati B di Kabupaten Jepara.

4.Manfaat Penelitian

4.1 Manfaat Teoritis :

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat pada keilmuan

program studi Sosiologi khususnya dalam bidang isu-isu energi.

5
b. Memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan dalam mengkaji

diferensiasi sikap sosial pro dan kontra masyarakat dalam menanggapi PLTU

Tanjung Jati B di Kabupaten Jepara.

4.2 Manfaat Praktis :

a. Bagi pemerintah Kabupaten/ Kota sebagai masukan untuk dijadikan bahan

pertimbangan dan pengambilan kebijakan dalam pembangunan berikutnya.

b. Bagi masyarakat dalam hal mengetahui diferensiasi sikap sosial pro dan

kontra menanggapi PLTU Tanjung Jati B di Kabupaten Jepara.

5. Definisi Konseptual

5.1 Diferensiasi Sosial

Pembahasan mengenai diferensiasi sosial terbagi dengan 2 istilah, pertama

adalah istilah diferensiasi dalam Bahasa Inggris difference. Difference / diferensiasi

dimaknai sebagai perbedaan sedangkan sosial diartikan sebagai hubungan dalam

masyarakat. Jadilah kedua istilah ini memberikan pemahaman perbedaan dalam

masyarakat. Perbedaan yang dihasilkan dari proses diferensiasi sosial ialah

perbedaan yang tidak berjenjang, tidak ada tingkatan, dan tidak lebih baik dari suatu

kelompok-kelompok lainnya. Kenyataan ini muncul lantaran sifat yang melakat

pada diferensiasi sosial terdapat sifat perbedaan yang horizontal (Chairul, 2014 ).

5.2 Sikap Sosial

Sebagaimana menurut Hurlock yang mengatakan bahwa sikap sosial adalah

mampu bekerja sama, dapat bersaing secara positif, mampu berbagi pada yang lain,

6
memiliki hasrat terhadap penerimaan sosial, bergantung secara positif pada orang

lain, dan memiliki sikap kelekatan (attachment behavior) yang baik (Lydia, 2012:

99). Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap sosial adalah interaksi dengan

orang lain, sehingga dapat membentuk suatu perilaku atau perbuatan yang membuat

antar individu dapat saling bekerja sama.

5.3 PLTU

Pembangkit listrik tenaga uap adalah salah satu jenis instalasi pembangkit

tenaga listrik dimana tenaga listrik didapat dari mesin turbin yang diputar oleh uap

yang dihasilkan melalui pembakaran batubara PLTU. Batubara adalah sumber

utama dari listik dunia saat ini. Sekitar 60% listrik dunia tergantung pada batubara.

Hal ini dikarenakan PLTU batubara bisa menyediakan listrik dengan harga yang

murah. Kelemahan utama dari PLTU Uap berbahan bakar batubara adalah

pencemaran emisi karbon yang sangat tinggi, paling tinggi dibanding bahan bakar

lain (Tabuhu, 2015:2).

5.4 Masyarakat

Definisi masyarakat adalah kumpulan berbagai kelompok yang besar atau yang

kecil bergantung jumlah anggotanya. Dua orang atau lebih dapat dikatakan sebuah

kelompok. Tiap orang menjadi anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan

anak, atau keluarga besar juga dapat dikatakan sebuah kelompok. Definisi

masyarakat sangat beragam. Kajian yang telah dilakukan dalam ilmu sosiologi,

masyarakat didefinisikan berdasarkan hasil penelitian ataupun dari pengalaman

sehari-hari (Nasution 2009:60).

7
6. Metode Penelitian

6.1 Jenis Penelitian

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Metode deskriptif merupakan suatu metode penelitian

dalam meneliti status dari sekelompok manusia, suatu obyek, suatu sistem

pemikiran, suatu kondisi, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa saat ini.

Sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah. Alasan dipilihnya metode ini karena

peneliti ingin menggambarkan fenomena yang terjadi. Metode penelitian kualitatif

dirasa cocok dengan permasalahan yang terjadi. (Moleong, 2004).

6.2 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan

sebagai subjek penelitian. Dalam pengertian lain, unit analisis diartikan sebagai

sesuatu yang berkaitan dengan fokus / komponen yang diteliti. Unit analisis ini

dilakukan oleh peneliti agar validitas dan reabilitas penelitian dapat terpenuhi.

Karena terkadang peneliti masih bingung membedakan antara objek penelitian,

subjek penelitian dan sumber data penelitian. Permasalahan yang terjadi mengenai

pro dan kontra masyarakat terhadap PLTU Tanjung Jati B. Terjadi diferensiasi

8
mengenai sikap sosial yang terjadi, ada masyarakat berpihak pro, dan di pihak

kontra.

6.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Tubanan, Kecamatan Kembang, Kabupaten

Jepara, Jawa Tengah. Maka subjek dalam penelitian ini adalah Masyarakat Desa

Tubanan. Alasan lokasi dipilih karena memang terdapat permasalahan terkait

penelitian. Dengan pertimbangan subjek penelitian asli warga yang berasal dari

Desa Tubanan.

6.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik dalam pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara

dan dokumentasi. Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian

terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara

yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.

Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan subjek atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa

menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan subjek

penelitian terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Sugiyono, 2010).

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah tempat atau

lokasi, subjek, kegiatan, objek, aktivitas, kejadian atau peristiwa, dan waktu. Alasan

peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku

atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku

9
manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu

melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut (Saryono, 2010).

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan

melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau

oleh orang lain tentang subjek. (Herdiansyah, 2010)

6.5 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.

Menurut Sugiyono (2016:85) purposive sampling adalah teknik pengambilan

sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Alasan menggunakan teknik

Purposive Sampling adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria yang

sesuai dengan fenomena yang diteliti. Oleh karena itu, penulis memilih teknik

Purposive Sampling yang menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-

kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang digunakan dalam

penelitian ini. Teknik ini digunakan karena cocok dengan peneliti yang ingin

mencari sampel dengan tujuan tertentu. Teknik ini bertujuan untuk mencari sampel

yang sesuai dengan tujuan permasalahan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

mengambil beberapa indikator pertimbangan seperti lokasi narasumber, pekerjaan

narasumber, dan juga terkait dengan kondisi sebelum dan sesudah adanya

pembangunan PLTU.

10
6.6 Teknik Analisa Data

Setelah pengumpulan data dilakukan, data diolah dengan cara mereduksi data,

penyajian data serta penarikan kesimpulan dan verifikasi data yang diperoleh dari

hasil pengumpulan data. Setelah pengumpulan data dilaksanakan, data diolah

dengan cara menggunakan teknik analisa data deskriptif kualitatif, yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data berunjuk pada proses pemilihan, penyederhanaan, abstraksi dan

pentranformasian ”data mentah” yang terjadi dalam catatan-catatan tertulis.

Reduksi data terjadi secara berkelanjutan melalui kehidupan suatu proyek yang

diorientasikan secara kualitatif (Emzir, 2010, h. 129). Pertama yaitu merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas. Data dari hasil wawancara

akan diuraikan melalui wawancara dengan informan.

b. Penyajian Data

Setelah data direduksi, selanjutnya adalah memasukkan data, data teks yang

bersifat naratif atau cerita. Model data sebagai suatu kumpulan informasi yang

tersusun yang memperbolehkan gambaran kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Melihat sebuah tayangan membantu kita memahami apa yang terjadi dan

melakukan sesuatu analisis lanjutan atau tindakan didasarkan pada pemahaman

tersebut.

c. Trianggulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

11
sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagainya

pembanding terhadap data itu. Proses atau teknik trianggulasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah menggunakan triangulasi dengan sumber,

membandingkan dan mengecek balik reabilitas atau kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal

itu dapat dicapai dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data

hasil wawancara membandingkan apa yang didapatkan di lapangan dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi. Membandingkan apa yang dikatakan orang-

orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

Membandingkan keadaan dan persfektif seseorang dengan berbagai pendapat dan

pandangan orang seperti masyarakat biasa, orang yang berpendidikan menengah

atau tinggi, orang berpengaruh, orang pemerintahan, lalu membandingkan hasil

wawancara tersebut.

12

Anda mungkin juga menyukai