KELOMPOK 2
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas
makalah Kesehatan Masyarakat KAT dengan pokok bahasan “Kesehatan Lingkungan
KAT”.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan
yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Ucapan terima kasih kami kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………….…… i
A. Kesimpulan …………………………………………………………… 15
B. Saran ………………………………………………………………….. 15
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keterpencilan membuat sebagian masyarakat Indonesia sampai saat ini masih ada
yang menjalani kehidupan sangat memprihatinkan. Mereka mendiami tempattempat yang
secara geografis relatif sulit dijangkau. Sebagian dari mereka tidak memiliki tempat
tinggal tetap, hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain atau nomaden dan
menjalani kehidupan yang hanya terbatas pada pemenuhan hidup sehari-hari.
Keterpencilan membuat mereka sangat terbatas dalam mengakses pelayanan sosial dasar,
ekonomi dan politik. Pendidikan, kesehatan, serta sarana publik menjadi sesuatu hal yang
sangat langka untuk dirasakan oleh kelompok masyarakat ini. Mereka sebagai warga
negara belum mampu mengambil bagian dalam proses pembangunan dan terus
mengalami ketertinggalan.
Data statistik tahun 2005 menunjukkan bahwa 65% penduduk Indonesia tinggal di
wilayah perdesaan, dimana 35%-nya masih hidup di wilayah terpencil yang mendiami
daerah-daerah yang secara geografis relatif sulit dijangkau, seperti: pegunungan, hutan,
lembah, muara sungai, pantai dan pulau-pulau kecil. Sebagian dari mereka tidak memiliki
tempat tinggal tetap, hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain atau
nomaden dan menjalani kehidupan yang hanya terbatas pada pemenuhan hidup sehari-
hari. Jenis kegiatan ekonomi yang ditekuninya seperti pertanian, nelayan, berburu dan
meramu. Mereka itu oleh Departemen Sosial diperkenalkan sebagai Komunitas Adat
Terpencil (KAT).
1
2
Komunitas Adat Terpencil memiliki sistem ekonomi yang bersifat subsisten, yaitu
melakukan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dan belum
semua mengenal sistem ekonomi pasar. Jenis kegiatan ekonomi yang ditekuni seperti
perambah hutan, pertanian, nelayan, meramu dan berburu. Mereka mengalami
keterbatasan untuk dapat mengakses pelayanan kesehatan modern, sehingga angka
kesakitan dan kematian pada mereka relatif tinggi. Mereka juga tidak Universitas
Sumatera Utara 13 dapat mengakses pendidikan formal, sehingga sebagian besar dari
mereka dan anakanaknya buta huruf (Manurung, 2007:35).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka secara umum
penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
C. Tujuan penulisan
D. Manfaat penulisan
1. Manfaat yang di dapat dari penulisan ini yaitu menjadi bahan informasi, referensi
dan kajian bagi para pemerhati, akademisi dan pihak lain-lain yang
berkepentingan untuk memahami faktor-faktor lingkungan KAT yang
mempengaruhi kesehatan serta pengelolaan kesehatan lingkungan di KAT.
2. Bagi pemerintah, upaya peningkatan pelayanan lebih lanjut dalam mendukung
pengelolaan lingkungan pada KAT. Bagi Depsos, penulisan ini dapat menjadi
bahan pertimbangan dalam mengelola KAT menuju kehidupan yang lebih baik
dan mempromosikan salah satu budaya bangsa serta memahami kebutuhan KAT.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
PEMBAHASAN
Dengan kepercayaan orang rimba terhadap dewa-dewa serta roh para leluhur
sebenarnya mereka sangat menjaga kelestarian terhadap lingkungan. Hal ini yang
membuat mereka tidak bisa berjarak dengan alam. Orang rimba sangat tergantung pada
lingkungan alam khususnya rimba (hutan), sehingga orang rimba menyebut hutan sebagai
rumah, dengan mengatakan; “ghimba iyoya ghumah kamia” (rimba adalah rumah kami)
(Japarudin, 2014).
a. Kondisi jamban
6
7
Adapun faktor dari luar dari individu disebut faktor external seperti fasilitas
jamban baik meliputi, jenisnya kebersihannya kondisinya ketersediannya termsauk
kecukupan air bersihnya dan pengaruh lingkungan seperti penyuluhan oleh petugas
kesehatan termasuk tokoh adat dan agama tentang penggunaan jamban yang sehat.
b. Kebersihan diri
Kebersihan diri dari komunitas adat terpencil sangat masih minim dikarenakan
pengetahuan tentang kebersihan dan juga dari lingkungan yang tidak mendukung
untuk masyarakat adat terpencil untuk melakukan kebersihan diri sendiri, kita dapat
melihat lingkungan mereka yang masih sangan kotor bahkan baju saja mereka belom
ada yang menggunkan baju yang layak pakai, mereka juga kurang info tentang
kesehatan dikarenakan mereka yang berada didalam hutan,jauh dari pemungkiman
warga.
menempel ditangan bisa hilang. Ada 7 langkah untuk cuci tangan yang benar yang
pertama yaitu basahi tangan, gosok sabun pada telapak tanagn, kemudian usap dan
gosok kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar, kedua usap dan
gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian, ketiga gosok sela-sela jari
tangan hingga bersih, keempat bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi
saling mengunci, kelima gosokdan putar kedua ibu jari secara bergantian, keenam
letakkan ujung jari ketelapak tangan kemudian gosok perlahan, bilas dengan air bersih
dan keringkan tangan menggunakan handuk kering ataupun dengan tisu.
B. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan
1. Memberikan arahan dan pengertian tentang PHBS, Jamban yang digunakan KAT
banyak yang belum memenuhi syarat sanitasi yang baik dikarenakan mereka masih
banyak yang buang air besar/buang air kecil sembarangan sehingga dapat
menyebabkan penyakit yang dapat mengganggu kesehatan warga KAT.
2. Sanitasi rumah, warga KAT harus diberi pengertian dan praktek bagaimana cara
mengurus rumah mereka agar tidak menimbulkan vektor yang dapat menyebabkan
penyakit dikarenakan rumah yang mereka tempati banyak yang bisa dikatakan "tidak
layak huni" padahal mereka telah diberi rumah oleh pemerintah, tetapi karena mereka
tidak terbiasa mereka memilih menetap di hutan, untuk itu diperlukan pemberdayaan
oleh tenaga kesmas agar komunitas adat terpencil lebih mengetahui dan bisa merawat
rumah mereka masing-masing.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Faktor lingkungan KAT yang mempengaruhi kesehatan
a. Kondisi jamban
Gambaran jamban dikomunitas suku anak dalam 80% rumah tidak memiliki
jamban. Penggunaan jamban umum sebagai tempat pembuangan tinja disebabkan oleh
faktor ekonomi dimana pendapatan komunitas adat terpencil yang masih rendah
membuat masalah kesehatan bukan merupakan prioritas seperti halnnya untuk
memiliki jamban dalam rumah sendiri serta memperbaiki kondisi jamban yang tidak
memenuhi syarat kesehatan sehingga layak untuk dipakai. Rendahnya kesadaran
komunitas adat terpencil untuk menjaga kebersihan jamban dan akibat penggunaan
jamban yang tidak sehat dan kualitas pengetahuan komunitas adat terpencil yang
relatif juga sangan berpengaruh terhadap kondisi jamban tersebut.
b. Kebersihan diri
Kebersihan diri dari komunitas adat terpencil sangat masih minim dikarenakan
pengetahuan tentang kebersihan dan juga dari lingkungan yang tidak mendukung
untuk masyarakat adat terpencil untuk melakukan kebersihan diri sendiri, kita dapat
melihat lingkungan mereka yang masih sangan kotor bahkan baju saja mereka belom
ada yang menggunkan baju yang layak pakai, mereka juga kurang info tentang
kesehatan dikarenakan mereka yang berada didalam hutan,jauh dari pemungkiman
warga.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.
DAFTAR PUSTAKA