Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

Indonesia adalah Negara kepulauan (archipelago state) terbesar di dunia


yang ditandai dengan keberadaan 17.504 pulau, termasuk 9.634 pulau yang belum
diberi nama dan 6.000 pulau yang tidak berpenghuni. Indonesia juga merupakan
Negara dengan suku bangsa yang terbanyak di dunia, yaitu lebih dari 740 suku
bangsa/etnis. Indonesia juga dikenal sebagai Negara dengan bahasa daerah yang
terbanyak, yaitu 583 bahasa dan dialek dari 67 bahasa induk yang digunakan
berbagai suku bangsa.
Selain menjadi kekayaan alam dan kebudayaan maka dalam konteks
pembangunan, pemerintah Indonesia masih menemui kendala geografis untuk
melaksanakan berbagai program pembangunan secara merata di seluruh wilayah
Indonesia. Masalah kesenjangan pembangunan antar wilayah di Indonesia sulit
dihindari, baik antar wilayah barat, tengah, dan timur, maupun antara wilayah
perkotaan dan pedesaan.
Masalah kesenjangan dimaksud salah satunya dialami oleh Komunitas
Adat Terpencil (KAT) atau yang sebelumnya dikenal sebagai Suku Terasing dan
Masyarakat Terasing. Permasalahan yang dialami warga KAT melekat dan identik
dengan kriteria atau karakteristik KAT, bersifat kompleks dan multidimensional
sehingga perlu upaya pemberdayaan secara komprehensif, holistik, terintegral,
dan melembaga (berkesinambungan) baik oleh pemerintah, dunia usaha dan
komponen masyarakat sipil. Keberhasilan pemberdayaan KAT selain ditentukan
oleh tingkat partisipasi KAT dan masyarakat sekitarnya, juga terkait erat dengan
keterlibatan berbagai pihak baik kementerian/lembaga, dinas/instansi sektoral di
provinsi dan kabupaten, perguruan tinggi, dunia usaha, lembaga kesejahteraan
sosial dan komponen masyarakat lainnya, sesuai dengan kebutuhan KAT, yang
dimulai sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan perbaikan.
Permasalahan aksessibilitas menjadi kunci utama untuk membuka jalan
bagi komunitas terpencil. Ketika akses jalan sudah memadai maka potensi
kenaikan derajat kesehatan dari setiap komunitas terpencil dapat meningkat.

1
Melalui bertambahnya pengetahuan dan interaksi dengan komunitas lainnya.
Perrlunya mensejahterakan seluruh rakyat guna memnuhi hak setiap warga negara
salah satunya melalui kesehatan yang terjamin.
1.1 Tujuan

1.1.1 Tujuan umum penulisan makalah :

1. Mahasiswa mampu menjelaskan gambaran, masalah komunitas


terpencil, dan masalah serta solusi kesehatan pada kmunitas terpencil.

1.2.2 Tujuan khusus penulisan makalah :

1. mahasiswa mengetahui gambaran, masalah komunitas terpencil, dan


masalah serta solusi kesehatan pada kmunitas terpencil.

2. mahasiswa mampu menjelaskan gambaran pada komunitas terpencil.

3. mahasiswa mampu menjelaskan permasalahan yang ada pada omunitas


terpencil.

4. mahasiswa mampu menjelaskan masalah dan solusi kesehatan yang


ada pada komunitas terpencil.

4.2 Manfaat

1.1.1 Manfaat dari penulisan makalah yang berjudul Konsep Dasar Komunitas
Terpencil ialah :

1. memberikan pengetahuan bagi pembaca mengenai komunitas terpencil

2. memberikan pengetahuan pada pembaca mengenai gambaran dari


komunitas terpencil.

3. memberikan pengetahuan pada pembaca mengenai masalah komunitas


terpencil.

4. memberikan pengetahuan pada pembaca mengenai maslah dan solusi


kesehatan pada komunitas terpencil.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2

1.3 Manfaat ..................................................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4

2.1 Gambaran Komunitas Terpencil ...................................................... 4

2.2 Masalah Komunitas Terpencil.......................................................... 4

2.3 Masalah Kesehatan dan Solusi di Komunitas Terpencil ................ 8

BAB 4. PENUTUP ......................................................................................... 12

1.1 Kesimpulan ......................................................................................... 12

1.2 Saran ................................................................................................... 12

3
BAB 2
KONSEP KOMUNITAS TERPENCIL

2.1 Gambaran Komunitas Terpencil


Komunitas Terpencil pada dasarnya menjadikan alam sebagai tempat
menggantungkan hidup, ketergantungan pada alam dan keterikatan pada adat
istiadat mengenai aturan leluhur, taboo (pantangan), Semakin terikat mereka pada
nilai-nilai itu menyebabkan mereka sulit untuk merima perubahan dari luar. Suku
Pedalaman atau Suku Terasing mempunyai adat istiadat, sosial dan kebudayaan
tersendiri yang sulit beradaptasi dengan masyarakat modern meskipun dalam
daerah yang sama. Sehingga menyebabkan Komunitas Terpencil memilih untuk
tidak berhubungan dengan dunia luar (Mat Syuroh, 2008:48).
Komunitas Terpencil menjalani kehidupan dalam kekhasan secara sosial
budaya, sehingga mudah dibedakan dengan masyarakat yang relatif lebih maju.
Hal yang paling nampak dalam pembedaan itu yaitu dari segi penggunaan
teknologi, ciri fisik, mata pencaharian dan tata letak geografis tempat tinggal.
Komunitas Terpencil menjalani kehidupannya dalam lingkup sosial budaya yang
masih tradisional. Mereka tidak berpendidikan formal, tidak memiliki
keterampilan usaha ekonomi, terbatas interaksi dengan dunia luar, sangat kuat
keterikatan dengan alam dan masih memiliki kepercayaan yang kuat terhadap
kekuatan kekuatan supranatural. Seperti salah satu contoh : Komunitas
Terpencil pada dasarnya tinggal di dalam hutan, adapula yang tinggal
dipedalaman pulau kecil dengan adat istiadat dan kearifan lokal yang mereka
miliki. Komunitas Terpencil memenuhi kebutuhan hidupnya dengan berburu dan
meramu serta tinggal secara nomaden dilingkungannya, dan Komunitas Terpencil
sangat tergantung dengan alam dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara
mengolah hasil alam.
2.2 Permasalahan Komunitas Terpencil

Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh Komunitas Terpencil


adalah kurangnya aksesibilitas terhadap fasilitas publik yang memungkinkan
mereka untuk melakukan transformasi hidup kearah yang lebih baik. Kurangnya
aksesibilitas terhadap dunia luar yang menyebabkan masyarakat terpencil terpuruk
dalam berbagai segi kehidupn seperti kemiskinan, tingkat kesehatan yang rendah,
tingkat pendidikan dan lainnya. Kondisi ini terus berlanjut, sebagai akibat belum
optimalnya peran pemerintah dalam merespon persoalan ini.

4
Dalam buku Panduan Teknis Pemberdayaan Lingkungan Sosial KAT 2000,
yaitu buku panduan teknis untuk daerah terlihat bahwa Komunitas Terpencil
dengan kondisi keterpencilannya disebutkan mempunyai sejumlah masalah yang
melekat pada dirinya. Yaitu :

1. masalah kesenjangan sistem sosial, budaya dengan masyarakat lainnya.


2. masalah ketertinggalan dalam sistem sosial, sistem teknologi, dan sistem
ideologi.
3. masalah keterbelakangan dalam berbagai segi kehidupan dan penghidupan
(Panduan Teknis Pemberdayaan Lingkungan Sosial KAT, 2000, hlm. 9).

Sedangkan menurut pemerintah/Depsos yang menjadi masalah pada


komunitas terpencil yang menjadi penghalang mereka untuk maju yaitu,
sistem sosial, teknologi, dan budaya yang dianggap berbeda/
tertinggal/terbelakang sehingga terjadi kesejangan dengan masyarakat lainnya.
Kemudian dalam bagian selanjutnya, mereka juga melihat sistem
pertanian slah and burn yang dilakukan oleh sebagian KAT dianggap sebagai
sumber pengrusakan lingkungancara seperti tersebut (slash and burn)
dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks yang pada gilirannya dapat
menyebabkan kerusakan kelestarian, sehingga kualitas lingkungan turun.
Selain itu juga dapat mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lainnya (Panduan Teknis
Pemberdayaan Lingkungan Sosial KAT, 2000, hlm.10).
1. Permasalahan Umum
Pada proses pemberdayaan Komunitas Terpencil masih ditemukan sejumlah
masalah antara lain :
a. Hampir semua komunitas terpencil pada proses pemberdayaan termasuk
kategori penduduk fakir miskin. Kebutuhan dan perlindungan sosial sangat
diperlukan melalui penanganan yang lebih komprehensif
b. Ketidakmampuan menguasai lingkungan akibat gagap teknologi menyebabkan
kehidupan komunitas terpencil masih berada pada ekonomi subsisten

5
c. Aksebilitas pelayanan sosial dasar yang sangat terbatas, sehingga tidak semua
warga komunitas terpencil mampu menjangkaunya.
d. Ancaman atas tanah adat komunitas terpencil dari pihak warga diluar
komunitas terpencil sehingga terjadi benturan budaya
e. Konflik sosial antara warga komunitas terpencil dengan warga luar sehingga
mengakibatkan integrasi sosial tidak berjalan sebagaiaman yang diharapkan.
Untuk itu perlu penguatan keserasian sosial untuk menciptakan interaksi sosial
yang harmoni
f. Jaminan perlindungan sosial atas eksistensi komunitas terpencil masih sangat
lemah, sehingga resiko kepunahan komunitas terpencil sewaktu-waktu bisa
terjadi.
g. Status kepemilikan lahan lokasi komunitas terpencil yang tidak jelas sering
menjadi persoalan.
h. Perlibatan lintas sektor dari lembaga dankementrian lain masih yang sangat
terbatas sehingga mengakibatkan perubahan sosial warga komunitas terpencil
berjalan lambat. Untuk itu perlu sinergitas dengan program lintas sektor dari
lembaga dan kementrian lain melalui program pemberdayaan bagi warga
komunitas terpencil dan warga luar secara bersamaan dengan penguatan
keserasian sosial komunitas terpencil.
i. Terbatasnya perwujudan hak sipil warga komunitas terpencil sehinggga hampir
semuanya belum sepenuhnya mampu mengaktualisasi pemenuhan hak warga.
j. Peran dan dukungan semua pihak lintas sektor antar lembaga dan kementrian
lain perlu dioptimalisasikan. Semua pihak diharapkan dapat merespon langkah-
langkah lanjutan setelah proses pemberdayaan komunitas terpencil
k. Belum tersedia dan terwujudya kawasan mandiri komunitas terpencil
2. Permasalahan Geografis
a. Tanah adat sesuai dengan hasilkajian studi kelayakan cukup banyak berupa
lokasi pemukiman komunitas terpencil yang berada dikawasan terlarang, baik
karena kebijakan pemerintahan seperti dikawasan hutan lindung, hutan
produksi, hutan konservasi maupun daerah rawan bencana. Padahal wilayah
tersebut sebenarnya secara turun temurunadalah adat dengan penguasaan tanah

6
adat oleh komunitas terpencil, hal ini sering menimbulkan konflik kepentingan
antara warga komunitas terpencil dengan warga luar.
b. Perumahan dan pemukiman warga yang menyangkut tata ruang, tata
lingkunagn, sanitasi dan bahan bangunan. Dalam sudut pandang emik, kondisi
nya tidak dianggap sebagai masalah namun seacra etik perlu ada penataan dan
peningkatan kualitas perumahan dan pemukiman.
c. Sumber daya dan lingkungan dengan karakteristik komunitas terpencil
menjadikan mereka bergantung kepada sumber daya alam yng dikelola dengan
teknologi sderhana dan tidak mengenal budi daya sehingga produksi yang
diperoleh bersifat sub-sisten.
3. Permasalahan Kesejahteraan
a. Pemenuhan kebutuhan dasar berupa sandang, pangan, dan papan dalam
realitanya masih terbatas pada sumber daya yang ada di lingkungan alam
sekitar bahkan masih ditemui warga komunitas terpencil dalam
kebudayaannya belum merasakan kebutuhan seperlunya saja.
b. Pemenuhan kebutuhan rasa aman terkait kondisi geografis yang masih tinggal
dikawasan rawan bencana. Keberadaan komunitas terpencil yang memang
sudah ada dan hidup turun temurun semakin terdesdak seiring dengan upaya
pemerintah melakukan penataan wilayah hutan
c. Aksebilitas pelayanan sosial dan pelayanan umum baik lingkungan
pemukiman warga komunitas terpencil maupun warga luar umumnya terbatas
karena kondisi geografi. Disisi lain komunitas terpencil sulit menjangkau
berbagai layanan sosial seperti pendidikan, kesehatan, pasar, informasi dan
teknolohi.
4. Permasalahan Adat
a. Melemahnya paranata sosial komnitas terpencil yang telah berinteraksi dengan
warga luar sering berdampak pada perbedaan nilai yang dianut terkait
keidupan warga luar yang modern hedonism menyebabkan komunitas
terpencil tergerus dengan nilai baru dalam situasi anomi tidak bisa menolak
nilai baru namun tidak menggunakan niali lama yang diyakininya.

7
b. Melemahnya kearifan lokal nilai seperti efektifitas dan efisiensi serta nilai
surplus ekonomi pasar telah merubah orientasi produksi, produksi warga
komunitas terpencil yang sebelumnya produksinya sub-sisten ke orientasi
pasar yang meraup keuntungan besar sehinggga memacu komunitas terpencil
mengeksploitasi sumber daya sebanyak-banyaknya yang justru bertentangan
denan budaya mereka tentang tata kelola sumber daya alam.
c. Memudarnya seni budaya produk tarian, lagu cerita rakyat dan legenda,
ketrampilan etnik kurang tergali secara maksimal karena tergantikan oleh
pengaruh nilai adat, seni dan budaya luar yang dianggap lebih menarik dan
membawa suasana baru dalam kehidupan warga komunitas terpencil.
d. Kerentanan terhadap religi warga komunitas terpencil yang menganut
kekuatan alam yang disebut dnegan animisme dan belum mengenal agama
sehingga bnayak warga luar yang ingin menjadikan warga komunitas sebagai
bagian dari pengikut bagama yang dibawa oleh warga dari luar dan
menimbulkan kerentanan kepercayaan dan religi warga komunitas terpencil.

2.3 Masalah Kesehatan Dan Solusi Bagi Komunitas Terpencil


2.3.1 Permasalahan Kesehatan
1. Permasalahan Managemen Atau Kualitas Pelayanan Kesehatan Yang Rendah
Hal mendasar yang paling dirasakan dalam penatalaksanaan program di
wilayah puskesmas daerah terpencil adalah kurang adanya dukungan tenaga,
sarana dan peralatan. Hampir seluruh puskesmas daerah terpencil mengeluh
tentang jumlah dan kualifikasi tenaga. Tenaga yang ada sangat terbatas dengan
beban tugas yang banyak dirangkap. Hal ini sering menyulitkan dalam pengaturan
pembagian tugas.
Dari segi perlengkapan, juga sangat terbatas terutama sarana komunikasi dan
transportasi. Dukungan unsur manajemen lain yang sangat penting dan menjadi
masalah di daerah terpencil adalah ketersediaan peralatan medis dan obat-obatan.
Peralatan medis yang ada keadaannya kurang memadai, terutama peralatan-
peralatan medis minimal sebagaian puskesmas tidak memilikinya.
2. Masalah Akses Terhadap Layanan Kesehatan Yang Rendah
Pada komunitas terpencil untuk mengakses layanan kesehatan sangat susah,
yaitu dengan adanya fasilitas kesehatan terutama puskesmas yang kurang.

8
3. Masalah Kebiasaan Berobat Masyarakat
Penelitian yang dilakukan oleh (Musadad dkk.1994) Kebiasaan berobat
masyarakat di daerah terpencil, setengah lebih (50,8 % ) ke puskesmas sebagian
besar masyarakat sudah memanfaatkan puskesmas, 41,1 % masih menggunakan
pengobatan tradisional dan 5,1 % melakukan pengobatan sendiri. Dari gambaran
tersebut masyarakat di daerah terpencil masih banyak yang menggunakan
pengobatan tradisional (termasuk dukun).
Hal tersebut menunjukkan masih kuat nya tradisi masyarakat dalam melakukan
pengobatan dan percaya terhadap hal-hal di luar jangkauan ilmu kesehatan
modern.
4. Masalah Perilaku kesehatan dan kepercayaan masyarakat
Kepercayaan dan perilaku masyarakat yang kurang sesuai dengan upaya
kesehatan ini terutama banyak ditemui di daerah-daerah yang sangat terpencil,
jauh dari pelayanan kesehatan. Yaitu melaukan pengobatan ke dukun.
Kepercayaan yang berkaitan dengan pengobatan adalah terdapat masyarakat yang
mengobati batuk dengan cara dimandikan di sungan, anak diare tidak boleh diberi
minum atau anak kejang dianggap kemasukan setan. Juga terdapat masyarakat
yang tabu untuk disuntik atau diimunisasi, bayi sebelum usia 40 hari tidak boleh
dibawa kemana-mana.Ditemui pula bayi yang baru lahir sudah diberi pisang.
5. Masalah Keadaan Kesehatan Lingkungan
Menurut penelitian (Musadad dkk.1994) Keadaan wilayah terpencil bervariasi
yakni ada berupa daerah pasang surut (jambi), daerah pinggir sungai atau laut
(sebagian kalteng, kalbar, sulsel), daerah pegunungan (aceh, sulawesi tengah).
Sesuai dengan kondisi daerah tersebut masing-masing wilayah keadaan kesehatan
lingkungannya berbeda, Di daerah pasang surut penyediaan air bersih dan
pembuangan kotoran masih menjadi masalah. Biasannya menggunkan air sungai
yang sudah tercemar.
2.3.2 Solusi Permasalahan kesehatan yang Ada Pada Komunitas Terpencil
1. Meningkatkan kualitas Pelayanan Kesehatan
Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, upaya yang akan
dilakukan adalah menyediakan tenaga kesehatan dengan jumlah yang yang sesuai
dengan tugas yang dilakukan di komunitas terpencil, hal ini bertujuan untuk
meringankan pembagian tugas tenaga kesehatan. Hal ini dapat dilakukan melalui
pengangkatan pegawai tidak tetap (PTT) juga dilakukan melalui pengangkatan
calon pegawai negeri sipil (CPNS).
Selain tenaga kesehatan, yang harus dipenuhi juga adalah ketersediaan
peralatan medis dan obat-obatan. Dari segi perlengkapan, juga sangat terbatas
terutama sarana komunikasi dan transportasi.

9
2. Peningkatan Akses terhadap Layanan Kesehatan
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menambah atau meningkatkan
kualitas dan cakupan layanan kesehatan bagi masyarakat, misalnya dengan
menambah jumlah penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Meningkatkan Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit
menular dan penyakit tidak menular upaya yang perlu dilakukan antara lain
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko; peningkatan imunisasi; penemuan
dan tatalaksana penderita; peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan wabah; dan peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit.
4. Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Dalam rangka untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat akan
dilaksanakan kegiatan pengembangan media promosi kesehatan peningkatan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat.Upaya peningkatan perilaku hidup
bersih dan sehat, perlu didukung oleh peningkatan kualitas lingkungan hidup yang
dilaksanakan melalui penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar terutama
bagi masyarakat miskin; pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan;
pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan; dan pengembangan wilayah
sehat.

10
BAB 4. PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Komunitas Terpencil pada dasarnya menjadikan alam sebagai tempat


menggantungkan hidup, ketergantungan pada alam dan keterikatan pada adat
istiadat mengenai aturan leluhur, taboo (pantangan), Semakin terikat mereka pada
nilai-nilai itu menyebabkan mereka sulit untuk merima perubahan dari luar. Suku
Pedalaman atau Suku Terasing mempunyai adat istiadat, sosial dan kebudayaan
tersendiri yang sulit beradaptasi dengan masyarakat modern meskipun dalam
daerah yang sama. Sehingga menyebabkan Komunitas Terpencil memilih untuk
tidak berhubungan dengan dunia luar (Mat Syuroh, 2008:48).
Komunitas Terpencil menjalani kehidupan dalam kekhasan secara sosial
budaya, sehingga mudah dibedakan dengan masyarakat yang relatif lebih maju.
Hal yang paling nampak dalam pembedaan itu yaitu dari segi penggunaan
teknologi, ciri fisik, mata pencaharian dan tata letak geografis tempat tinggal.
Komunitas Terpencil menjalani kehidupannya dalam lingkup sosial budaya yang
masih tradisional. Mereka tidak berpendidikan formal, tidak memiliki
keterampilan usaha ekonomi, terbatas interaksi dengan dunia luar, sangat kuat
keterikatan dengan alam dan masih memiliki kepercayaan yang kuat terhadap
kekuatan kekuatan supranatural. Komunitas Terpencil memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan berburu dan meramu serta tinggal secara nomaden
dilingkungannya, dan Komunitas Terpencil sangat tergantung dengan alam dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara mengolah hasil alam.

1.2 Saran

Adapun saran dari makalah yang berjudul Konsep Dasar Komunitas Terpencil
ialah:

a. perawat diharap mampu berupaya secara preventif agar dapat


mengajarkan kepada masyarakat terpencil melakukan pencegahan
terjadinya penyakit;

b. perawat diharap mampu berupaya secara promotif yang bertujuan


menambah pengetahuan kepada masyarakat terpencil mengenai
pentingnya berinterksi sengan dunia luar;

11
c. perawat mampu berupaya secara kuratif agar penyakit yang ada pada
komunitas terpencil dapat ditagani;

d. perawat mampu berupaya secara rehabilitatif yang bertujuan agar pasien


pada komunitas terpencil dapat meningkatkan derajat kesehatannya..

12

Anda mungkin juga menyukai