Anda di halaman 1dari 22

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL MELALUI PELAYANAN

TERPADU DI ROTE NDAO, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

INTEGRATED SERVICES FOR INDIGENEOUS COMMUNITIES IN ROTE NDAO, NUSA


TENGGARA TIMUR PROVINCE

Suyanto
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI
Jl. Dewi Sartika No. 200, Cawang III, Jakarta Timur. Telp. 021-8017146, Fax. 021-8017126
E-mail: suyantoslut@yahoo.co.id

B. Mujiyadi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI
Jl. Dewi Sartika No. 200, Cawang III, Jakarta Timur. Telp. 021-8017146, Fax. 021-8017126
E-mail: bmujiyadi@yahoo.co.id

Diterima: 6 Januari 2015; Direvisi: 4 Maret 2015; Disetujui: 18 Maret 2015

Abstrak
Bangsa Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang terdiri dari lebih dari dua ribu lima ratus
suku bangsa dan beberapa dari populasi tersebut mempunyai pola hidup yang spesifik. Beberapa dari suku-
bangsa dimaksud masih dinyatakan sebagai komunitas adat terpencil yang belum sepenuhnya mampu
mengakses layanan dari Negara oleh karena keterpencilannya. Mereka dihadapkan pada beberapa masalah
dalam kehidupannya sebagai konsekuensi dari keterpencilan secara geografis, yang meliputi terbatasnya
jangkauan akses layanan sosial, ekonomi, kesehatan, pendidikan serta layanan yang bersifat pemenuhan
kebutuhan dasar manusia. Kelompok komunitas dimaksud sangat sedikit mendapatkan sentuhan pemenuhan
kebutuhan dasar baik fisik, psikis, sosial maupun spiritual. Dengan kondisi demikian, komunitas dimaksud
seolah belum mendapatkan layanan yang memadai dari Negara. Salah satu komunitas yang dikaji dalam
studi ini adalah komunitas adat terpencil di Rote Ndao. Komunitas ini perlu diberdayakan dan diberikan
fasilitas yang memadai agar mampu hidup bermartabat sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan terpenuhi
hak azasinya. Untuk memberdayakan komunitas ini diperlukan kebijakan yang akurat, penanganan yang
memadai dan pelayanan yang dapat mengentaskan mereka dari masalahnya. Dari studi yang dilakukan
di lapangan, penanganan yang dilaksanakan selama ini belum mampu mengentaskan mereka dari
masalah yang disandangnya. Oleh karena itu diperlukan alternatif kebijakan penanganan yang mampu
mengantarkan mereka kepada kehidupan yang layak sesuai harkat dan martabat manusia. Penanganan ini
perlu dilaksanakan secara sinergis antara Pemerintah (Pusat, Provinsi, Kabupaten) serta unsur masyarakat.
Kata kunci: komunitas adat terpencil, pemberdayaan, sinergitas.

Abstract
Indonesia has well known as multicultural communities that consist of more than two thousand five hundred
ethnics groups with specific lifestyle. Some of those communities have been categorized as indigenous
community. Due to their isolated in terms of geographic, they have very limited access to gain services
from state. As consequences of this geographic reason, the community could not access services from state
in terms of fulfilling basic needs that covers biological, psychological, social and spiritual services. One
among those communities is indigenous community in Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur Province. The
study found that the community recognized that should be empowered and facilitated by adequate services
to gain equal right as normal citizen of Indonesia. How to empower and facilitate them, its recommended
to set up a new alternative stage since policy, programs and sufficient activities that must be supported by
Central Government, Provincial, District and also social participation from voluntary segments.

Keywords: indigeneous people, empowerment, sinergy.

Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Melalui Pelayanan Terpadu di Rote Ndao, Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Suyanto dan B. Mujiyadi 15
PENDAHULUAN air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan
Keterpencilan secara geografis membawa lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan
konsekuensi pada terbatasnya akses bagi atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk
komunitas adat terpencil atas berbagai berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik.
layanan sosial, ekonomi dan layanan dalam
Untuk sekedar pemenuhan kebutuhan
rangka memenuhi kebutuhan dasar mereka.
pangan, komunitas adat terpencil tidak akan
Dengan keterpencilan secara geografis, maka
mengalami kesulitan yang besar. Seperti yang
komunitas ini mengalami keterbatasan untuk
dikatakan Jonatan Lassa (2009) Daerah tertinggal
menjangkau wilayah lain dalam mendapatkan
tidak harus identik dengan kekurangan pangan.
pemenuhan kebutuhannya. Selain jaraknya
Karena daerah tertinggal memiliki persediaan
yang jauh dan keterbatasan sarana transportasi,
pangan yang bersumber dari karbohidrat seperti
maka komunitas ini memerlukan tenaga
ubi kayu, ubi jalar dan jagung (Kupang Post edisi
ekstra agar mampu memenuhi kebutuhannya,
Jum’ at 24/01/2003). Namun demikian, untuk
selain kebutuhan yang tersedia di wilayahnya.
pemenuhan kebutuhan lainnya menjadi hal
Untuk pemenuhan kebutuhan dasar kategori
yang relative sulit untuk dapat memenuhinya.
fisik, dari kebutuhan pangan, sandang serta
Pada tataran ini masyarakat daerah tertinggal
kebutuhan harian lainnya, mereka harus
dapat dikategorikan sebagai berada pada
menempuh perjalanan dengan jalan kaki
lingkaran kemiskinan (Kartasasmita 1996,
atau menggunakan sarana transportasi yang
Sumodiningrat, 1999).
sederhana dan memerlukan waktu lama untuk
sampai di tempat yang tersedia kebutuhan Upaya untuk memberdayakan Komunitas
dasar itu. Demikian juga pemenuhan kebutuhan Adat Terpencil (KAT) sudah dilakukan
dasar psikis, komunitas ini harus melalui sedemikian rupa sejak berupa telaah akademis,
akses yang tidak seperti komunitas di wilayah kebijakan, program dan kegiatan yang didasari
lain yang lebih mudah menjangkau sumber dengan adanya amanat peraturan perundangan,
yang ada, sedangkan untuk pemenuhan sosial serta dukungan anggaran yang sudah lumayan
dan spiritual, mungkin komunitas ini dapat besar dialokasikannya untuk setiap tahun.
memenuhinya di wilayahnya, yang tentu saja Namun demikian hasilnya belum dapat
juga masih terbatas. mencapai kondisi yang diharapkan, yakni
kesetaraan kondisi sosial dan ekonomis di
Masalah terbesar dari keterpencilan secara
daerah terpencil ini dengan wilayah lainnya.
geografis ini, adalah pada kemiskinan yang
Apabila kesetaraan ini tercapai, maka niscaya
tentu saja akan berhimpitan dengan keterbatasan
kondisi komunitas dimaksud sudah tidak
pemenuhan kebutuhan dasar lainnya. Seperti
mengalami keterpencilan lagi.
dipahami bersama, bahwa kemiskinan adalah
kondisi dimana seseorang atau sekelompok Salah satu faktor yang menyebabkan
orang, tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya lambatnya pemberdayaan KAT ini, menurut
untuk mempertahankan dan mengembangkan pendapat penulis adalah bahwa itu semua
kehidupan yang bermartabat. Kemiskinan dapat berpusat pada kurang sinergisnya pelaksanaan
diartikan ketidakmampuan seseorang, keluarga penanganan dari berbagai pihak yang telah
dalam memenuhi kebutuhan dasar. Kebutuhan berusaha mengentaskannya. Kekurangan
dasar manusia meliputi pangan, sandang, sinergis ini baik yang bersifat vertikal maupun
kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, horisontal. Sinergis yang bersifat vertikal dalam

16 SOSIO KONSEPSIA Vol. 04, No. 02, Januari - April, Tahun 2015
hal ini bahwa antara pelaksanaan pemberdayaan Pemberdayaan komunitas adat terpencil
komunitas adat terpencil oleh pemerintah, menjadi salah satu kegiatan yang merupakan
pemerintah daerah dan pihak pemerhati sasaran strategis dari penanggulangan
belum ada kegiatan yang diagendakan dan kemiskinan secara nasional. Dalam skema
diimplementasikan bersama. Sedangkan penanggulangan kemiskinan versi TNP2K
secara horisontal, berbagai dinas dan lembaga disebutkan bahwa pemberdayaan komunitas
di wilayah serta organisasi masyarakat masih adat terpencil ini masuk dalam sasaran strategis
belum ada kegiatan yang dilaksanakan secara perlindungan sosial. Kebijakan dan program
terkoordinir. pemerintah menangani penanggulangan
kemiskinan seharusnya bisa dilakukan secara
Sardlow (1998) mengemukakan salah satu
sistematis, terencana dan bersinergi dengan
penyebab sulitnya implementasi pelayanan yang
dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi
terintegrasi adalah adanya konflik kepentingan
jumlah penduduk miskin dalam rangka
di antara berbagai pimpinan instansi/lembaga
meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat dan
yang memberikan pelayanan sejenis. Pada sisi
upaya percepatan penanggulangan kemiskinan
lain kesulitan berkelanjutan pelayanan sosial
tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah
terpadu karena budaya organisasi (culture of
pusat. Upaya menyeluruh hingga tingkat daerah
organization) yang cenderung tidak fokus pada
perlu dilakukan untuk menjaga konsistensi dan
penyelesaian pelayanan pemenuhan kebutuhan
efektivitas penanggulangan kemiskinan.
dan penanganan permasalahan penyandang
masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Perhatian pemerintah dalam upaya
penanggulangan kemiskinan cukup besar.
Implementasi pelayanan terpadu
Begitu banyak program yang telah dilaksanakan
tidak mudah, umumnya kesulitan
untuk mengatasi masalah sosial, hal ini dapat
mengimplementasikan pelayanan terpadu
dilihat dari berbagai program yang telah
karena adanya faktor politik (pembuatan
berjalan di mulai dari kegiatan KUD, KUBE,
kebijakan), pertentangan personal di antara
IDT, KUR, P2KP, PPK, hingga PNPM-Mandiri;
pimpinan instansi/lembaga pelayanan. Oleh
namun hingga saat ini hasil yang dicapai belum
karena itu, faktor komitmen (focusing), faktor
menggembirakan, terbukti angka kemiskinan
organisasi, dan sumberdaya mempunyai
tetap saja tinggi. Tahun 2013 masih diatas
pengaruh signifikan terhadap keberhasilan
10% dari total penduduk. Menurunkan angka
implementasi pelayanan terpadu.
kemiskinan memang menjadi tantangan utama
Pemerintah telah melakukan berbagai bangsa Indonesia.
langkah taktis dan strategis untuk mengakselerasi
Dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden
pencapaian tujuan pembangunan yang
Nomor 15 tahun 2010 tentang Percepatan
dimulai dengan penetapan target pengurangan
Penanggulangan kemiskinan melalui program
tingkat pengangguran dan kemiskinan serta
PNPM-Mandiri mulai digalakkan, dalam
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Target
implementasinya ditetapkan empat strategi
pembangunan telah diterjemahkan ke dalam
penanggulangan kemiskinan, sejalan dengan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
tujuan Pembangunan Milenium (Millenium
(RPJM), Rencana Kerja Pemerintah (RKP),
Development Goals) yaitu menghapuskan
maupun Rencana Strategi (Renstra) unit-unit
kemiskinan, mencapai pendidikan dasar
teknis.
universal, meningkatkan pemberdayaan dan

Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Melalui Pelayanan Terpadu di Rote Ndao, Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Suyanto dan B. Mujiyadi 17
kualitas jender, mengurangi kematian anak, dengan kewenangan, tugas pokok dan fungsi
dan perbaikan kesehatan ibu; pemerintah SKPD. Sumber dana program penanggulangan
telah mengeluarkan berbagai kebijakan di kemiskinan berasal dari APBD Kabupaten,
bidang penanggulangan kemiskinan. Guna APBD Provinsi dan APBN (Lembaga/
memperbaiki kondisi sosial, ekonomi, budaya Kementerian). Wilayah Provinsi NTT sebagian
dan peningkatan kesejahteraan masyarakat besar Kabupaten wilayah desanya adalah
miskin, pemerintah menetapkan tiga jalur daerah tertinggal dan terpencil, dilihat dari
strategi pembangunan: 1) Pro-pertumbuhan kualitas sumber daya manusia (SDM) relatif
(pro-growth), 2) pro-lapangan kerja (pro-job) rendah. Hal ini dapat dilihat dari indikator
dan 3) pro-masyarakat miskin (pro-poor). rendahnya pencapaian indeks pembangunan
manusia (IPM), yaitu sebanyak 85 persen
Pada jalur ketiga kebijakan ini diarahkan
daerah tertinggal berada di bawah IPM nasional
untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas
yaitu 71,2 persen.
masyarakat miskin agar dapat berkontribusi
terhadap pembangunan, memperluas akses Untuk memutus lingkaran kemiskinan
terhadap layanan dasar, dan merevitalisasi masyarakat daerah tertinggal diperlukan
sector pertanian, kehutanan, kelautan dan intervensi berbagai pihak terutama peran negara.
ekonomi pedesaan. Wilayah pedesaan menjadi Dalam Keputusan Menteri Sosial RI Nomor
perhatian karena sebagian besar kemiskinan 06B/HUK/2010, tentang Penyelenggaraan
terpusat di pedesaan. Kesejahteraan Sosial pada 50 Kabupaten
Daerah Tertinggal. Kabupaten Rote Ndao,
Tahun 2009 Menteri Koordinasi
merupakan salah satu dari 50 kabupaten daerah
Kesejahteraan Rakyat selaku Ketua Tim
tertinggal yang dijadikan lokasi penelitian tahun
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
2013, karena kabupaten ini sebagai daerah
telah melakukan Evaluasi Awal terhadap
yang menjadi prioritas program-program
perkembangan penduduk miskin, dengan
pembangunan kesejahteraan sosial.
berbagai faktor antara lain perkembangan
dampak krisis keuangan global di Indonesia. KAT merupakan satu di antara sejumlah
Evaluasi awal ini menggunakan capaian pada Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
tahun 2008 sebagai dasar perhitungan, pada (PMKS) di Kabupaten Tertinggal yang
tahun 2008, jumlah penduduk miskin per memerlukan perhatian khusus oleh negara.
bulan Maret 2008 tercatat berjumlah 34,96 juta Masyarakat Adat Terpencil pada dasarnya
jiwa (15,42 persen). Sebagai akibat dari krisis mengarah pada istilah asing yang disebut sebagai
ekonomi global, pertumbuhan ekonomi dunia indigenous people. Pengertian Masyarakat
pada tahun 2009, sebelumnya diperkirakan Adat, dalam lokakarya Jaringan Pembelaan
lebih dari 2 persen, direvisi menjadi lebih kecil Hak-hak Masyarakat Adat (JAPHAMA) di
0,5 persen (World Economic Outlook, IMF). Tanah Toraja tahun 1993, dirumuskan suatu
definisi tentang masyarakat adat sebagai “....
Seiring dengan tekad nasional untuk
kelompok masyarakat yang memiliki asal-
penanggulangan kemiskinan dimaksud,
usul leluhur (secara turun-temurun) di wilayah
secara khusus Provinsi Nusa Tenggara
geografis tertentu, serta memiliki sistem nilai,
Timur melaksanakan program/kegiatan
ideologi, ekonomi, politik, budaya, sosial, dan
penanggulangan kemiskinan yang dikelola oleh
wilayah sendiri”. Sehingga Masyarakat Adat
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai
atau komunitas adat terpencil dimaksudkan

18 SOSIO KONSEPSIA Vol. 04, No. 02, Januari - April, Tahun 2015
sebagai masyarakat adat yang tinggal di daerah secara aktif dalam pembangunan sebagai
remote area, dengan kesulitan jangkauan objek dan sekaligus subjek pembangunan.
wilayah dari masyarakat lainnya. Kekhawatiran terbesar dalam pemberdayaan
meliputi penolakan dari KAT, karena pada
Beberapa alasan mendasar yang
umumnya program pemberdayaan lebih ke
mempengaruhi proses pembangunan
arah top-down dan jarang yang berangkat dari
masyarakat secara keseluruhan dalam rangka
keadaan dan kondisi sosial budaya masyarakat
peningkatan kehidupan masyarakat agar tidak
setempat. Agar program pemberdayaan
tertinggal dari masyarakat lainnya dalam satu
tidak merusak tatanan kehidupan dan tidak
wilayah pemerintahan: 1) secara kuantitas
dipaksakan maka program pemberdayaan
maupun kualitas populasi KAT kurang
berjalan sesuai dengan cita-cita dan tujuan
tersentuh pembangunan; 2) terkait dengan
pemberdayaan, sesuai dengan pola dan nilai
masalah harkat dan martabat sebagai suatu
sosial budaya masyarakat bersangkutan.
bangsa dan isu Hak Asasi Manusia (HAM);
3) belum menggambarkan pencapaian tujuan Mengacu pada kondisi kependudukan KAT
pembangunan nasional; dan 4) terkait dengan tahun 2012, populasi KAT berjumlah 213.080
masalah ketahanan nasional, terutama KAT KK, dengan rincian: KAT belum diberdayakan
yang mendiami wilayah perbatasan antar 118.697 KK (55,71%), KAT telah diberdayakan
negara. 88.512 KK (41,54%), dan KAT masih dalam
proses pemberdayaan 5.871 KK (2,75%).
Sebagai warga negara, KAT memiliki hak
KAT tersebut tersebar di 116 lokasi, 97 desa,
untuk hidup sejahtera, memperoleh pelayanan
92 kecamatan, 78 kabupaten, 30 provinsi di
sosial dasar, partisipasi dalam pembangunan
Indonesia. Dalam konteks pemberdayaan KAT,
dan perlindungan dari berbagai kondisi yang
Direktorat pemberdayaan KAT melaksanakan
mengganggu, baik secara sosial, budaya,
pemberdayaan melalui beberapa langkah:
ekonomi, hukum maupun politik. Berbagai
Persiapan Pemberdayaan KAT, Pemberdayaan
hak yang dimiliki KAT perlu mendapatkan
Sumber Daya Manusia KAT, Penggalian dan
perhatian dan perlakuan dari pemerintah
Pengembangan Potensi KAT, Keserasian
secara wajar, sebagaimana perilaku negara
dan Penguatan KAT, Bidang Kerjasama dan
dalam memenuhi hak-hak warga negara pada
Kelembagaan. Kelima bidang pemberdayaan
umumnya. Perhatian negara terhadap KAT
tersebut memiliki tugas dan fungsi saling
merupakan implementasi dari kewajiban negara
bersinergi. Persiapan pemberdayaan
dalam memenuhi kesejahteraan seluruh warga
KAT merupakan program kegiatan awal
negaranya.
sebelum pemberdayaan KAT. Selanjutnya
Sehubungan dengan pemenuhan pemberdayaan KAT dilaksanakan terfokus pada
kesejahteraan sosial warga negara, sangat empat persoalan utama dengan menggunakan
diperlukan tersedianya program pemberdayaan pendekatan CATUR DAYA (daya manusia
bagi KAT, sehingga dapat meningkatkan taraf melalui Bidang Pemberdayaan SDM KAT,
hidup KAT. Prinsip program pemberdayaan daya lingkungan melalui Bidang Keserasian
harus dilandasi nilai-nilai kearifan lokal sebagai dan Penguatan KAT, daya usaha melalui
daya tampung dan sekaligus daya dukung Bidang Penggalian dan Pengembangan Potensi
sosial masyarakat yang bersangkutan sehingga KAT, serta daya kelembagaan melalui Bidang
keberadaan masyarakat KAT dapat terlibat Kerjasama dan Kelembagaan). Berkaitan

Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Melalui Pelayanan Terpadu di Rote Ndao, Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Suyanto dan B. Mujiyadi 19
dengan hal tersebut, Studi dimaksudkan Kelompok Kerja (POKJA) Pemberdayaan KAT
untuk mendalami masalah, baik kuantitas Tingkat Provinsi NTT.
maupun kualitasnya, potensi dan sumber serta
Metode analisis menggunakan metode
keterpaduan pelaksanaan pemberdayaan yang
evaluasi sumatif berkaitan dengan efektivitas
dilakukan, melalui uji petik di Pulao Rote,
program. Efektivitas dalam konsep evaluasi
tepatnya di Desa Oelua, Kecamatan Rote Barat
sumatif memfokuskan 4 (empat) unsur, yakni:
Laut.
input, aktivitas, output dan outcome. Seperti
Tulisan ini bermaksud menganalisis seberapa sistem kesejahteraan sosial yang harus dilakukan
jauh tingkat efektivitas dan efisiensi program secara terorganisir dan tersusun lebih dahulu
pemberdayaan KAT yang dilaksanakan hingga untuk menyediakan kesejahteraan masyarakat.
tahun 2013, analisis meliputi: 1) Mengevaluasi Segal dan Brzuzy (1998:22) menyatakan sistem
kebijakan Pemerintah (Pusat, Provinsi dan kesejahteraan sosial dapat dikonseptualisasikan
Kabupaten) dalam pemberdayaan KAT yang sebagai empat bagian yang saling berhubungan:
sudah dilaksanakan di NTT, termasuk evaluasi 1) Isu-isu atau masalah sosial; 2) Tujuan-tujuan
terhadap tugas dan fungsi Kemensos, jenis kebijakan; 3) Legislasi/regulasi, dan 4) Program
peran yang dilakukan dan struktur serta tata kesejahteraan sosial.
kerja; 2) Menyusun rekomendasi alternatif
Atas dasar itu tulisan ini bermaksud: 1)
kebijakan bagi pimpinan Kemensos dalam
menganalisis perbandingan realita sosial
proses pengambilan keputusan dan penetapan
dengan kondisi ideal (comparison with
kebijakan Kemensos dalam implementasi
an ideal) (Hill, 1996:11); 2) menganalisis
penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan
konsistensi dan kesenjangan antara dokumen
KAT.
kebijakan, pedoman, juklak/juknis dengan
Kebijakan yang dianalisis meliputi: implementasi, melalui studi dokumentasi
1) Peraturan Presiden Nomor 15 tahun hukum/kebijakan, wawancara, angket dan FGD
2010 Tentang Kebijakan Penanggulangan dengan narasumber di Kementerian Sosial, di
Kemiskinan dan tiga strategi penanggulangan Provinsi NTT dan di Kabupaten Rote Ndao.
kemiskinannya, 2) Keputusan Presiden no 111
Untuk menelaah permasalahan kebijakan,
Tahun 2009 tentang Pembinaan Kesejahteraan
digunakan Logical Framework Analysis seperti
Sosial KAT; 3) Keputusan Menteri Sosial
yang digunakan oleh Shortel dan Richardson
RI No. 06/PEGHUK/2002 tentang Pedoman
(Shortell dan Richardson, 1978). Pendekatan
Pelaksanaan Pemberdayaan KAT. Kemudian
studinya adalah evaluatif, menggunakan
Keputusan Direktorat Jenderal Pemberdayaan
pendekatan system & model for delineating
Sosial No. 20A/PS/KPTS/VI/2002 tentang
program elements in the evaluation process
Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan KAT;
yang meliputi: kondisi awal, masukan (inputs),
menegaskan bahwa semua pelaksanaan
proses, keluaran (outputs), manfaat (outcomes)
program dan kegiatan pemberdayaan KAT
dan dampak (impacts), dan teknik penilaian
baik pusat maupun daerah harus berpegang
dilakukan secara rapid appraisal methods.
pada Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan
KAT yang sudah secara detail memuat teknis Pada studi ini, kriteria evaluasi sumatif
dan operasional kegiatan pemberdayaan; didasarkan pada perbandingan outputs dengan
4) Keputusan Gubernur NTT No234/KEP/ inputs. Sedangkan kriteria evaluasi formatif
HK/2012, tanggal 6 September 2012, tentang

20 SOSIO KONSEPSIA Vol. 04, No. 02, Januari - April, Tahun 2015
didasarkan pada tingkat korespondensi antara terdapat skor 1 di bawah titik batas atau skor 0
outputs dan outcomes yang diperoleh atau di atas titik batas; (c) Menjumlahkan banyaknya
impacts yang terjadi. Evaluasi bertujuan 1* dan 0* dalam tiap kolom. Kemudian mencari
membandingkan pencapaian tujuan dengan Rep (Coefficient of Reproducibility) dengan
tujuan yang diharapkan. Hasil pengkajian rumus: Rt = 1 - [∑(E1)]/(NK).
diharapkan tidak hanya terbatas pada
tujuan proyek, namun pencapaian tujuan HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemberdayaan KAT bisa lebih luas dalam Gambaran Lokasi Penelitian
konteks besaran masalah dan populasinya.
Kabupaten Rote Ndao terletak di Pulau
Untuk mengetahui hasil pemberdayaan Rote, pulau ini merupakan salah satu pulau
harus dilakukan langkah-langkah analisis di Provinsi NTT. Pulau Rote tidak bedanya
skala dari Guttman (Miranell, 1974:146) yaitu dengan Pulau Timor sangat terpengaruh angin
dengan mengaitkan hubungan antara berbagai kering dari Australia, pengaruh angin kering
komponen, meliputi input, proses, output menyebabkan musim kemarau yang sangat
dan outcome serta dampak yang dirasakan panjang.
masyarakat. Tolok ukur keberhasilan dilihat
Kabupaten Rote Ndao memiliki wilayah
dari faktor input, proses, keluaran, hasil dan
terdiri dari daratan dengan luas 1.280,10 km2
dampak kelompok sasaran dan masyarakat.
dan lautan dengan luas 2.376 km2. Secara
Dari masing-masing faktor dibuat beberapa administratif, Kabupaten Rote Ndao dibagi ke
pertanyaan, kemudian dari hasil jawaban dalam 8 kecamatan, 73 desa dan 7 kelurahan
setiap jawaban responden dari masing-masing (BPS. Kabupaten Rote Ndao, Dalam Angka
pertanyaan di atas diberi nilai oleh pengolah data 2012). Lokasi penelitian di Kecamatan Rote
dengan nilai 1 (satu) untuk jawaban yang benar Barat Laut, tepatnya di Desa Oelua. Kecamatan
dan nilai 0 (nol) untuk jawaban yang dinilai Rote Barat Laut sendiri secara administrasi
salah Kemudian nilai yang diperoleh dari setiap terbagi ke dalam 11 Desa dan 1 Kelurahan
jawaban dijumlahkan. Sedangkan pertanyaan dengan Ibukota Kecamatan Basalangga.
diurutkan menurut jumlah responden yang Sedangkan desa Oelua sendiri secara
menjawab benar untuk tiap-tiap pertanyaan. Administrasi terbagi dalam 5 Wilayah Dusun,
Untuk selanjutnya menghitung berapa 10 Rukun Warga dan 20 Rukun Tetangga. Jarak
penyimpangan atau kesalahan masing-masing dari Ibukota Kabupaten Rote ke Desa Oelua
pertanyaan. Di dalam tabel kita beri simbol sekitar 25 km (Kantor Kecamatan Rote Barat
(E1) dengan langkah-langkah sebagai berikut: Laut, 2012).
(a) Menentukan titik batas di antara rangkaian
Desa Oelua dihuni 767 KK atau 3219
skor 1 dengan rangkaian skor 0 untuk tiap-tiap
jiwa/1.660 jiwa laki-laki dan 1.559 jiwa
pertanyaan. Didalam tabel ditunjukkan dengan
perempuan (Monografi Desa Oelua, Tahun
simbul “1”. Yang dimaksudkan rangkaian
2010). Dari jumlah penduduk tersebut
skor 1 atau skor 0 adalah dua buah skor 1 atau
sebagian besar (54,613 persen) atau sebanyak
skore 0 atau lebih berurutan dari atas ke bawah
1.758 jiwa tidak sekolah (Monografi Desa
dalam setiap kolom; (b) Menentukan suatu
OeluaTahun 2012). Penduduk desa bermukim
penyimpangan atau kesalahan dari pola yang
secara menyebar di seluruh wilayah dusun
diharapkan dalam tabel dinyatakan dengan
dan sebagian terkonsentrasi pada pusat desa.
simbol 1* dan 0*. Penyimpangan terjadi apabila

Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Melalui Pelayanan Terpadu di Rote Ndao, Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Suyanto dan B. Mujiyadi 21
Pusat desa Oelua (Oelaba) dapat dijangkau kerja keras di semua unsur masyarakat, karena
dengan memakai kendaraan roda bermotor ternyata ada sekitar 90,11 persen penduduk
(dua maupun empat). Namun sebagian besar yang tidak pernah dan/atau tidak selesai
penduduk dusun di wilayah desa Oelua masih pendidikan dasar khususnya pendidikan SLTP,
jauh dari komunikasi yang intensif dengan hanya sekitar 9,99 persen yang pernah sekolah
masyarakat luar, kecuali bagi masyarakat dan menyelesaikan pendidikan menengah
penduduk desa Oelua yang bermukim di dusu- atas (SLTA). Walaupun dari sudut pandang
dusun pedalaman yang tempat tinggalnya pendidikan formal, penduduk Desa Oelua
sulit dijangkau kendaraan karena topografinya masih sangat tertinggal, tetapi dari ukuran
berbukit dan berbatu, hanya ada jalan setapak kemampuan membaca dan menulis tergolong
untuk menuju lokasi dusun. baik, dimana sekitar 89 persen penduduk
tergolong dapat membaca dan menulis. Masih
Kabupaten Rote Ndao memiliki 102 pulau
ada sekitar 11 persen penduduk yang tergolong
kecil, tujuh di antaranya merupakan pulau-pulau
buta huruf (Kecamatan Rote Barat Laut, Dalam
yang berpenghuni. Wilayah utama Kabupaten
Angka 2010).
Rote Ndao terdapat di Pulau Rote, sebagai
pulau yang paling besar di antara 102 pulau Bagaimana pendidikan di Kabupaten Rote
yang termasuk wilayah administratif Kabupaten Ndao sekarang? Terhitung April 2002 Taman
Rote Ndao. Enam pulau kecil yang berpenghuni Kanak-kanak (TK) berjumlah 9 sekolah,
adalah pulau: Ndao, Nuse, Landu, Nusa Manuk, Sekolah Dasar (SD) berjumlah 104 sekolah,
Usu I, dan Usu II. Berdasarkan posisi geografis Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
dan kondisi wilayah, Kabupaten Rote Ndao, (SLTP) 17 sekolah, sedangkan Sekolah Lanjutan
selain memiliki potensi daratan, juga memiliki Tingkat Atas (SLTA) 3 sekolah menyebar di 3
potensi laut terutama potensi bahari yang kecamatan (Pos Kupang, April 2002).
sangat besar. Kabupaten Rote Ndao memiliki
luas wilayah perairan laut yang cukup luas Perkembangan pendidikan di Kabupaten
dengan total panjang garis pantai kurang lebih Rote Ndao setelah menjadi Kabupaten
330 km. Pulau Rote memiliki sejumlah pantai tersendiri, semua wilayah Kecamatan (8
yang eksotik, beberapa diantaranya merupakan Kecamatan) telah memiliki sarana pendidikan
kawasan surfing terbaik di dunia, yakni Pantai dari TK sampai SLTA yang terdaftar pada tahun
Nembrala dan Pantai Boa. Kabupaten Rote 2010: SD sebanyak 112 sekolah Negri dan 23
Ndao mempunyai wilayah laut berbatasan sekolah Swasta, SLTP sebanyak 26 sekolah
langsung dengan wilayah laut Australia, dari Negri dan 2 SLTP Swasta, SLTA sebanyak 10
sudut pandang sumber daya dan perdagangan sekolah Negri dan 3 Sekolah Swasta. Sedangkan
dapat dilihat sebagai potensi, tetapi pada di Desa Oelua hanya ada 2 SD Negri/Inpres, 1
kenyataannya masih memiliki potensi konflik SD Swasta dan 1 SLTP Negeri (BPS, Kab. Rote
antara Indonesia dan Australia sehubungan Ndau Dalam Angka, 2010).
dengan kegiatan melaut dari nelayan Kabupaten
Rote Ndao, dan kegiatan transit imigran gelap Dilihat dari segi kesejahteraan, Desa
dari Asia ke Australia. Oelua termasuk desa yang sudah maju untuk
ukuran masyarakat di Kabupaten Rote. Namun
Permasalahan Di Kabupaten Rote Ndao penduduk Desa Oelua Kabupaten Rote Ndao
Persoalan mutu pendidikan masyarakat sebagian besar (67 persen) bekerja di sektor
yang tinggal di Desa Oelua masih memerlukan primer, khususnya sektor pertanian karena

22 SOSIO KONSEPSIA Vol. 04, No. 02, Januari - April, Tahun 2015
keadaan tanah dan tipologinya. Hanya sebagian dengan amanat yang diembannya. Ditengarai,
kecil yang bekerja di sektor sekunder (19,84 bahwa pembinaan komunitas ini masih belum
persen) dan tertier (12,78 persen). sinergis baik yang bersifat vertikal maupun
horizontal. Oleh karenanya perlu dicarikan
Masyarakat di Pulau Rote tak terkecuali
jalan keluar agar sinergisme penanganan dapat
Desa Oelua berprofesi sebagai petani polifalen,
berjalan dengan baik yang bermuara pada
artinya petani yang mengusahakan lebih dari satu
terberdayakannya komunitas adat terpencil
jenis kegiatan pertanian. Mereka sebagai petani
menuju kesetaraan dengan komunitas lainnya
tanaman pangan, tanaman keras/perkebunan
di seluruh wilayah Indonesia ini.
atau tanaman tahunan, peternak dan nelayan.
Sistem perekonomian umumnya masih sub Atas dasar itu, maka tulisan ini dimaksudkan
sistem, mereka bekerja hanya untuk mencukupi untuk menemukan alternatif dalam menjalin
kebutuhan sehari-hari. Hal ini berkaitan dengan sinergitas pemberdayaan komunitas adat
mata pencaharian penduduk dan pola makan, terpencil.
pola makan penduduk Desa Uelua, makanan
Permasalahan yang dialami oleh KAT cukup
pokok hanyalah air nira yang direbus. Air Nira
kompleks. Berawal dari keterpencilan secara
tersebut diperoleh dari hasil sadapan pohon
geografis, maka didapati berbagai masalah
lontar yang ada, sedangkan makanan seperti
ikutan yang saling terkait. Untuk itu, perlu
jagung, nasi (beras) dan kue-kue dapat dikatakan
dicari titik strategis agar semua upaya yang
sebagai makanan tambahan itupun sangat jarang
dilakukan dapat mencapai hasil yang optimal,
ada, apalagi jika musim kemarau panjang.
yakni terentaskannya komunitas dimaksud dari
Kebijakan Pemberdayaan KAT ketertinggalannya komunitas yang lain. Titik
strategis yang dipandang tepat untuk mengatasi
Dalam Peraturan Presiden Nomor 186 tahun
permasalahan yang ada, adalah kemiskinan.
2014 tentang Pemberdayaan Sosial terhadap
Oleh karenanya, penanggulangan kemiskinan
Komonitas Adat Terpencil disebutkan bahwa
untuk komunitas ini dipandang sebagai langkah
Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil
awal pemberdayaan terhadap komunitas
(PKAT) merupakan tanggung jawab bersama
dimaksud.
antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan
Masyarakat. Peran Kementerian Sosial secara Strategi penanggulangan kemiskinan
eksplisit termaktub dalam Peraturan Presiden dijalankan dengan mempertimbangkan
Nomor 186 tahun 2014 dimaksud, yang secara prinsip utama penanggulangan kemiskinan
organisatoris dilaksanakan oleh Direktorat yang komprehensif, yaitu: perbaikan
Pemberdayaan KAT, sedangkan peran dan pengembangan system perlindungan
Pemerintah Daerah (provinsi/Kabupaten/Kota) sosial, peningkatan aspek pelayanan dasar,
melaksanakan pemberdayaan secara sinergis pemberdayaan kelompok masyarakat miskin
sesuai dengan kondisi sosial budaya dan sosial dan pembangunan insklusif.
ekonomis KAT. Adapun masyarakat berperan
memberikan sentuhan sosial psikologis dalam Fakta menunjukkan, dalam implementasi
arti penerimaan komunitas purna pemberdayaan program penanggulangan kemiskinan
dalam kehidupan kemasyarakatan secara wajar. Kabupaten Rote Ndao mengikuti dan
melaksanakan kebijakan, program dan
Dalam implementasinya, Keputusan kegiatan penanggulangan kemiskinan
Presiden dimaksud belum berjalan sesuai yang telah ada sebelum tahun 2010 dan

Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Melalui Pelayanan Terpadu di Rote Ndao, Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Suyanto dan B. Mujiyadi 23
dilaksanakan oleh SKPD di lingkungan menemukenali ciri-ciri sosial budaya dan
Pemerintah Kabupaten Rote Ndao. Program berbagai potensi yang dimiliki oleh warga KAT.
dan kegiatan tersebut disajikan dalam bentuk
Tahap kedua perbaikan lingkungan sosial,
tiga klaster penanggulangan kemiskinan
perbaikan pemukiman melalui pemberian
yaitu penanggulangan kemiskinan berbasis
perumahan baru maupun melalui pemberian
keluarga, penanggulangan kemiskinan
bahan bangunan rumah. Tahap ini merupakan
berbasis pemberdayaan masyarakat dan
tahap pembinaan warga KAT, termasuk
penanggulangan kemiskinan berbasis usaha
pemberian fasilitas-fasilitas sesuai kebutuhan
ekonomi mikro dan kecil.
dan kondisi warga KAT. Seperti pemberian
Program dan kegiatan tersebut didanai fasilitas pengembangan ekonomi (usaha
dengan anggaran APBD Kabupaten, APBD pertanian, peternakan dan sembako). Dalam
Provinsi dan APBN. Dari hasil laporan tahap ini disertai dengan bimbingan sosial dan
pelaksanaan penanggulangan kemiskinan pembinaan usaha yang melibatkan instansi
di lokasi Kabupaten Rote Ndao ternyata: terkait. Salah satu wujud pemukiman sosial
Program-program penanggulangan kemiskinan adalah terbentuknya pola pemukiman yang
yang bertumpu pada pendekatan pemberdayaan memenuhi aspirasi masyarakat, daya dukung
masyarakat justru memberikan hasil yang lahan, kesuburan lahan, mempunyai akses
lebih efektif dan tingkat keberlanjutannya jauh terhadap jaringan interaksi sosial, serta bebas
lebih baik. Mengingat ada bermacam-macam dari kemungkinan bencana seperti: bencana
tingkat sosial ekonomi masyarakat maka setiap banjir dan erosi. Didukung adanya sarana dan
tingkatan kemiskinan tersebut harus ditangani prasarana sosial seperti sarana (pendidikan,
dengan solusi yang berbeda dan tepat sasaran. ibadah, kesehatan dan pasar/sarana ekonomi).

Secara garis besar, ada tiga tahapan dalam Tahap ketiga, tahap ini merupakan proses
pemberdayaan KAT, yakni: 1) persiapan (tahap akhir pembinaan sebelum dialihkan kepada
pertama); 2) perbaikan lingkungan (tahap pemerintah daerah. Dampak program
kedua); dan 3) terminasi (tahap akhir). pemberdayaan dapat dilihat dari makin
banyaknya sarana sosial di lingkungan KAT,
Tahap persiapan bertujuan mempersiapkan
adanya evaluasi akhir yang menunjukkan
kondisi kondusif warga KAT agar melakukan
kegiatan Pemukiman Sosial berjalan dengan
transformasi sosial yang ditentukan berdasarkan
baik, sesuai harapan pemerintah dan secara
kebutuhan dan kepentingan warga KAT
bertahap terjadi pelaksanaan pengalihan
(Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan KAT,
kegiatan kepada pemerintah daerah.
POKJA Dinas Kesos Provinsi NTT). Tahap
ini juga merupakan tahap mengkondisikan Pemberdayaan Komunitas Adat Tertinggal
masyarakat terasing agar siap menerima
Populasi dan Sebaran KAT
perubahan dan pembaharuan melalui sistem
pemukiman sosial. Salah satu kegiatan yang Berpedoman hasil pertemuan regional yang
dapat dilihat pada tahap pertama adanya Studi dilakukan Direktorat Pemberdayaan Komunitas
Sosial Budaya KAT yang merupakan dua Adat Tertinggal (KAT) Kementerian Sosial
kegiatan di antara Orientasi atau Motivasi Sosial RI wilayah timur Indonesia di Makassar pada
Budaya dan Pemantapan Persiapan Pemukiman tanggal 5-9 Mei 2004 sempat dipertanyakan
Sosial, studi sosial budaya merupakan kegiatan keadaan KAT di Indonesia (Dinas Sosial

24 SOSIO KONSEPSIA Vol. 04, No. 02, Januari - April, Tahun 2015
Provinsi NTT dan Lembaga Penelitian Undana, laut, yang tingkat kesejahteraan sosial mereka
2010). Kemudian pada tahun 1999, KAT waktu masih sangat sederhana dan terbelakang, ditandai
itu disebut sebagai masyarakat terasing di dengan sangat sederhananya sistem sosial,
Indonesia hanya 1.000.000 jiwa, suatu jumlah sistem idiologi serta sistem teknologi; dan belum
yang cukup kecil dibandingkan dengan jumlah terjangkau pelayanan pembangunan. Dalam
penduduk Indonesia yang mencapai 200 juta. pemahaman seperti itu, program pemberdayaan
Jumlah 1.000.000 jiwa seharusnya sudah lebih termasuk kelompok masyarakat yang hidup
kecil jumlahnya pada tahun 2004. Namun di seputar laut, ditambah dengan keterangan
data yang ada menunjukkan sebaliknya bahwa belum sepenuhnya terjangkau proses pelayanan
KAT di Indonesia masih banyak, sebanyak pembangunan (Makalah Seminar Provinsi NTT.
2 juta jiwa pada tahun 2000. Artinya selama 2010). Hal seperti ini sempat ditolak penguasa
kurun waktu 1990-2000 KAT di Indonesia daerah, sebab pengertian tersebut dapat dimaknai
mengalami peningkatan 100 persen dari di daerah yang dikenal sudah maju seharusnya
tahun 1990 (Makalah Seminar Provinsi NTT, tidak terdapat lagi sejumlah masyarakat yang
2010). Kenyataan bertambahnya populasi belum terjangkau sepenuhnya dalam proses
KAT di Indonesia dapat dijelaskan dari adanya pembangunan. Oleh karena itu, sangat menarik
redefinisi terhadap masyarakat terasing. Pada perhatian kita ketika sejumlah daerah berusaha
tahun 2004 karena desakan lembaga sosial keras untuk tidak mengakui bahwa di daerahnya
masyarakat (LSM), nomenklatur masyarakat terdapat sejumlah masyarakat yang dapat
terasing digantikan dengan istilah Komonitas dikategorikan sebagai masyarakat terasing.
Adat Tertinggal. Padahal dari sejumlah data di daerah tersebut
terdapat sejumlah komunitas sosial yang dapat
Tahun 1999, misalnya, hanya menyebutkan
dikategorikan sebagai masyarakat terasing yang
ciri masyarakat terasing dengan kriteria: hidup
sesuai dengan kriteria yang ada.
berpindah-pindah dan atau menetap sementara,
masyarakat terasing atau sering disebut suku Khawatir dicap sebagai daerah yang
terasing adalah masyarakat dengan tingkat tidak sukses melaksanakan pembangunan
kesejahteraan dan perikehidupan sangat menyebabkan sejumlah daerah menolak
tertinggal. Dengan kriteria tersebut berarti mengakui keberadaan masyarakat seperti yang
program pemberdayaan masyarakat terasing, ada di daerahnya. Hal inilah yang menyebabkan
juga meliputi komunitas yang sudah menetap, masyarakat terasing di sejumlah daerah tertentu
tetapi dalam kelompok-kelompok kecil pada tidak sempat tersentuh program pembangunan
wilayah-wilayah yang sulit dijangkau (Makalah yang dilaksanakan oleh Kementerian Sosial
Seminar Provinsi NTT. 2010). RI sejak tahun 1999. Tercatat, menjelang
diluncurkannya program Impres Desa
Istilah Suku Terasing diganti menjadi
Tertinggal (IDT) tahun 1994, sejumlah daerah
‘masyarakat terasing’ sekitar 11 tahun kemudian
juga sempat merasa malu dan membantah
atau tahun 1999, substansi sasaran program masih
jika di daerahnya terdapat desa yang dihuni
tetap tidak banyak berubah, walaupun beberapa
oleh penduduk miskin, tetapi anehnya, ketika
penajaman dalam konsep sempat dilakukan.
diumumkan pemerintah bahwa tersedia
Istilah masyarakat terasing dipahami sebagai
dana khusus untuk menanggulangi problem
kelompok masyarakat yang mendiami suatu
kemiskinan, bemunculan sejumlah daerah yang
lokasi terpencil, terisolir di daerah pedalaman
dulu malu untuk mengakui adanya penduduk
maupun mereka hidup mengembara di kawasan

Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Melalui Pelayanan Terpadu di Rote Ndao, Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Suyanto dan B. Mujiyadi 25
miskin di daerahnya berbalik mengakuinya Kegiatan tahap pertama program
(Makalah Seminar di Provinsi NTT, 2010). pemberdayaan KAT di wilayah Kabupaten
Rote Ndao diawali dari hasil pemetaan Dinas
Tahun 1992, 1994 dan 1998  istilah
Sosial Provinsi NTT mengenai populasi dan
masyarakat terasing masih tetap digunakan
sebaran KAT tahun 2010 di seluruh wilayah
untuk program yang dilaksanakan Kementerian
Provinsi NTT. Dari pemetaan, sebaran
Sosial dengan menambahkan sejumlah
lokasi KAT Kabupaten Rote Ndau termasuk
penajaman konsep. Tahun 1998, batasan konsep
dalam daerah tertinggal, yang belum pernah
masyarakat terasing dikemukakan sebagai
diberdayakan, termasuk Kecamatan Rote Barat
“Kelompok yang hidup dalam kesatuan-
Laut sebagai lokasi penelitian evaluasi program
kesatuan sosial budaya yang bersifat lokal dan
PNPM-Mandiri tahun 2013. Pemberdayaan
terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam
KAT Kecamatan Rote Barat Laut hingga
jaringan dan pelayanan sosial, ekonomi, maupun
tahun 2013 banyak desa yang belum tersentuh
politik nasional”. Terakhir ini menunjukkan
program pemberdayaan. Walaupun kegiatan
bahwa sasaran program pembinaan masyarakat
program pemberdayaan di Kabupaten Rote
terasing merujuk kepada masyarakat tribal
Ndao sudah dimulai dari tahun 2007 melalui
atau suku bangsa lokal. Semenjak adanya
kegiatan orientasi, pendekatan (studi) sosial
Keputusan Presiden RI Nomor 111 tahun
budaya, pemberian motivasi sosial budaya dan
1999 tentang Pembinaan Kesejahteraan Sosial
pemantapan kegiatan masyarakat.
bagi Komunitas Adat Terpencil (PKS-KAT),
dan Peraturan Presiden Nomor 15 tahun 2010 Kondisi obyektif KAT, perlu dikembangkan
tentang penanggulangan kemiskinan dengan melalui kebijakan pelayanan secara terpadu
3 strategi penanggulangan kemiskinan telah dalam memberdayakan mereka dengan
ditetapkan. Selain itu dengan dikeluarkannya memperhatikan: 1) habitat yang diperlukan
Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 06/ untuk bertahan hidup dan mengembangkan
PEGHUK/2002 tentang Pedoman Pelaksanaan kehidupan sosial yang layak bagi kemanusiaan;
Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil yang 2) kesempatan untuk menerima dan menyerap
dikeluarkan Keputusan Direktorat Jenderal unsur-unsur kebudayaan baru yang diperlukan
Pemberdayaan Sosial Nomor 20A/PS/KPTS/ untuk memperluas hubungan dan jaringan
VI/2002 tentang Pedoman Pelaksanaan PKAT; sosial secara menuntungkan; 3) membekali
menegaskan bahwa semua pelaksanaan mereka dengan pengetahuan dan keterampilan
program dan kegiatan pemberdayaan KAT baik kerja di luar sektor tradisional; 4) berikan
pusat maupun di daerah harus berpegang pada perlindungan untuk menyelenggarakan
Pedoman Pelaksanaan PKAT yang sudah secara kehidupan sosial budaya mereka agar dapat
detail memuat teknis dan operasional kegiatan mengembangkan kemampuan bersaing secara
pemberdayaan. Dengan adanya redefinisi kultural (Budhisantoso, 2006).
terhadap masyarakat terasing, pada tahun 1999
karena desakan LSM nomenklatur masyarakat Kegiatan Pemberdayaan KAT
terasing digantikan dengan istilah Komonits Mengacu pada hasil Studi Sosial Budaya
Adat Tertinggal (KAT).Tahun 2004 Dinas KAT di Kabupaten Rote Ndao, Dinas Sosial
Sosial Provinsi NTT mengadakan pemetaan Provinsi NTT mengambil langkah kebijakan
KAT di seluruh Kabupaten di wilayah Provinsi dan menentukan program pemberdayaan KAT
NTT berupa,

26 SOSIO KONSEPSIA Vol. 04, No. 02, Januari - April, Tahun 2015
1. Studi Kelayakan Lokasi dan Program ini ditunjukkan dengan konsumsi yang
Aksi Pengembangan KAT di Desa Oelua, dimakan sehari-hari masih rendah pula
Kecamatan Rote Barat Laut. (hanya rebusan air nira sehari satu kali),
Penetapan lokasi KAT di Desa Oelua jagung dan nasi beras sebagai makanan
didasarkan pada keterpencilan ditinjau tambahan itupun kalau ada dengan lauk-
dari aspek geografi, keterbelakangan sosial pauk garam halus.
ekonomi, keterasingan budaya dan politik. c. Kualitas Sumber Daya Manusia
Dari hasil pemetaan sosial ditetapkan Desa sangat rendah, lebih-lebih jika dilihat
Oelua dinilai memenuhi kriteria Lokasi dari tingkat pendidikan, kesehatan
KAT. Pertimbangan yang melatar belakangi dan penghasilan. Dilihat dari segi
ditetapkan sebagai Lokasi KAT adalah: pendidikan sebagian besar penduduk
belum sekolah, sebagian lagi tidak tamat
a. Secara geografis, Desa Oelua tersebut
Sekolah Dasar. Hanya sedikit yang
letaknya terpencil, baik karena jaraknya
sampai tamat Sekolah Dasar apalagi
jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten
yang melanjutkan ke Sekolah Menengah
dan jauh dari fasilitas pelayanan sosial
Pertama sampai melanjutkan ke Sekolah
dasar, kondisi ini juga ditambah dengan
Menengah Atas.
keadaan pembangunan berupa jalan
buruk, terjal dan sulit dilalui kendaraan d. Keterbelakangan sosial ekonomi dapat
karena jalannya hanya setapak untuk dilihat dari kondisi fisik rumah, yang
menuju ke lokasi KAT. Di beberapa umumnya merupakan rumah tradisional
ruas jalan berupa tanah berbatu karena dengan bahan-bahan yang mudah lapuk
terkikis air hujan. Kalau musim dan mudah terbakar. Di Desa Oelua
penghujan, kondisi jalan becek dan sebagian besar bangunan rumah berlantai
licin, sehingga masyarakat untuk keluar tanah, berdinding pager/bedeg/gedek
dan memasuki kawasan KAT sulit jika halus atau kasar dengan atap alang-alang
menggunakan kendaraan bermotor. sedikit rumah yang memiliki jendela,
kalaupun ada ukuran relatif kecil sekali.
b. Keterpencilan secara geografis dan
Kecuali rumah yang berada di Kota Desa
pembangunan secara fisik tersebut
(Oelaba) sudah ada yang baik dalam arti
berdampak pada kemunduran sosial
memenuhi syarat kesehatan.
ekonomi. Karena warga yang menempati
Desa Oelua tidak bisa belajar dan e. Derajat kesehatan warga juga rendah.
berinteraksi dari penduduk di desa- Penyakit menular masih kerap diderita
desa lain. Warga di Desa Oelua sebagai warga bahkan sampai menimbulkan
mana disebutkan di atas mendiami kepanikan karena menimbulkan banyak
suatu kawasan berupa lahan kering, korban jiwa. Penyakit muntaber masih
penduduknya masih berladang secara banyak terjadi di lokasi KAT. Masyarakat
berpindah-pindah dan hanya dapat masih memiliki kebiasaan mandi tanpa
ditanami jagung sebanyak satu kali memakai sabun, jarang menggosok
dalam satu tahun. Hampir seluruh kepala gigi, air yang diminum tanpa dimasak
keluarga bekerja di sektor pertanian, terlebih dahulu, dan terutama jika
dengan teknologi budidaya masih buang hajat terbiasa di ruang terbuka
menggunakan tehnologi tradisional yang merupakan perilaku kurang sehat.
seperti penggunaan varietas lokal. Selain itu kandang ternak ada yang jadi
Akibatnya kondisi sosial ekonomi dan satu dengan rumah tinggal ada juga
kesejahteraan masih relatif rendah. Hal yang ditempatkan di sekitar rumah,

Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Melalui Pelayanan Terpadu di Rote Ndao, Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Suyanto dan B. Mujiyadi 27
sehingga menimbulkan bau yang kurang Kasus tersebut terjadi di desa KAT,
sedap. Apalagi jika musim penghujan seperti diuraikan di atas topik pemukiman
kotorannya menyebar dan hanyut penduduk menunjukkan lingkungan yang
mencemari air yang biasa digunakan kumuh dan sangat rawan terhadap kesehatan
sebagai bahan untuk kebutuhan sehari- masyarakat. Faktor lain pekerjaan mereka
hari seperti untuk (minum, mandi dan berat, tidak diimbangi dengan gizi cukup
cuci). sehingga menyebabkan produktifitas
Dalam bidang agama warga di Desa mereka sangat kurang. Menu makanan
Oelua sebagian besar warganya memeluk sehari-hari yang sering dikonsumsi
agama Protestan, hanya sebagian kecil yang masyarakat hanyalah rebusan air nira karena
beragama Islam. tidak adanya bahan makanan. Nasi, jagung
2. Analisis Kegiatan Produksi, Distribusi dan dan umbi ketela pohon sebagai makanan
Konsumsi KAT tambahan itupun kalau ada. Konsumsi
Analisis kegiatan tersebut dimaksudkan sayuran dan daging sangat jarang. Konsumsi
untuk menentukan kebijakan pembangunan daging biasanya jika ada warga mengadakan
perumahan penduduk KAT dengan pesta, misalnya ada acara perkawinan atau
pertimbangan mencegah terjadinya bencana pesta adat, keagamaan dan tolak bala.
alam dan menghindari dari ganggunan Produksi pertanian di Desa Oelua adalah
binatang buas. Selain itu rumah tinggal jagung, ketela, ubi jalar dan buah-buahan,
dimaksud setelah adanya kebijakan jenis hasil produksi pertanian jarang dijual,
pembangunan perumahan sudah ada yang hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok
berdinding pagar, atap dari seng. Namun sehari-hari, seperi beli (gula, teh, susu,
masih ada juga dari sirap/daun rumbia/ kopi, garam). Kegiatan produksi pertanian
kelapa dan rumput (alang-alang atau dapat dilakukan tenaga kerja di lingkungan
batang padi). Ciri-ciri rumah yang tidak keluarga dan secara gotong royong. Gotong
layak huni di pemukiman KAT antara lain: royong dilakukan karena merupakan suatu
ukuran rumah yang kecil, tidak memiliki sistem ketahanan sosial dalam mengatasi
kamar, tidak ada jendela, dinding dari kayu/ terbatasnya tenaga kerja keluarga sehingga
papan,pagar dan atapnya terbuat dari daun kegiatan gotong royong dalam mengelola
rumbia atau rumput/batang padi. lahan pada waktu menanam maupun pada
Gambaran di atas menunjukkan bahwa saat panen. Gotong royong dikalangan
lokasi KAT sangat rawan dari aspek masyarakat KAT ada dua sifat yang
kesehatan lingkungan. Salah satu yang berlainan; yakni: 1) gotong royong bersifat
mempengaruhi derajat kesehatan adalah timbal balik, dan (2) gotong royong
perilaku hidup dari masyarakat itu sendiri. bersifat tanpa pamrih. Dalam menjual hasil
Dalam faktor perilaku dapat menciptakan pertanian belum ada yang mengorganisasi
lingkungan yang kurang sehat sehingga hasil pertanian yang berfungsi sebagai
menjadi tempat bersarangnya kuman penampung produksi petani, dan penyediaan
penyakit yang mengganggu kesehatan kebutuhan pokok sehari petani.
dan berpengaruh terhadap aktivitas dan 3. Analisis Kelayakan Lingkungan Calon
produktivitas orang. Faktor perilaku erat Lokasi Pemukiman
kaitannya dengan kemiskinan, pendidikan Penetapan KAT Desa Oelua didasarkan
rendah dan ketidaktahuan karena tidak pada keterpencilan ditinjau dari aspek
pernah mendapat informasi dari penyuluh. geografi, keterbelakangan sosial ekonomi

28 SOSIO KONSEPSIA Vol. 04, No. 02, Januari - April, Tahun 2015
dan keterasingan budaya dan politik. Desa pendukung lain serta pembinaan kehidupan
Oelua dinilai memenuhi kriteria sebagai keagamaan; (8) Pencetakan memberikan
lokasi KAT. Kriteria ini mengacu pada bantuan bibit rumput laut serta pembinaan
hasil pemetaan sosial yang dilakukan secara insentif; (9) Pemberdayaan kelompok
tim PCLP (yang dibentuk berdasarkan perempuan dan kesehatan reproduksi,
Peraturan Gubernur NTT nomor 234/ pasangan usia subur; (10) Penataan hutan
KEP/HK/2012, tanggal 6 September 2012, dan hak warga terhadap lahan garapan; (11)
tentang Kelompok Kerja Pemberdayaan Pembangunan pasar tradisional;
Komunitas Adat Terpencil Tingkat Provinsi Kegiatan-kegiatan pelaksanaan
Nusa Tenggara Timur) yang menyatakan pemukiman masyarakat KAT selain kegiatan
bahwa Desa Oelua merupakan lokasi pembangunan rumah tinggal dikerjakan
yang terisolasi dan terpencil. Kondisi ini secara gotong royong dengan fasilitas biaya
mengakibatkan terbatasnya akses pelayanan pemerintah Kabupaten, melalui tenaga
publik dan bahkan sebagian diantaranya gotong royong, termasuk pemberian fasilitas-
sama sekali belum tersentuh pelayanan fasilitas pokok yang sesuai bagi masyarakat
publik dimaksud. Kondisi demikian tentu seperti ekonomi dan ekologi.
tidak sepatutnya dibiarkan, karena semakin Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan
lambat penanganannya semakin hilang dapat membantu KAT beradaptasi
kesempatan untuk mempercepat proses dengan segala aspek pembangunan
pembangunan warga yang tinggalnya secara secara keseluruhan. Selain itu berusaha
geografis terisolir dari pelayanan publik. menciptakan kondisi agar warga KAT
Atas dasar pemikiran itulah, Kementerian mampu menyerap nilai-nilai baru yang
Sosial menetapkan program PKAT bagi muncul bersamaan dengan program
warga negara yang lokasi tinggalnya pembangunan yang diterapkan pemerintah.
terisolasi akibat kondisi geografis (alam),
Pelaksana Pembinaan dan Bimbingan
sosial budaya, ekonomi, politik maupun
adalah tenaga-tenaga dari Pemerintah
sosiokultural.
Daerah atau dari Instansi Terkait. Dalam
4. Dukungan Program Pemberdayaan KAT pelaksanaannya tenaga instansi terkait
Pemerintah Daerah biasanya dari Dinas Pertanian, Dinas
Program pemberdayaan di Desa Perindustrian, Dinas Sosial dan Dinas
Oelua, Kecamatan Rote Barat Laut dalam Kesehatan dan Dinas Pendidikan.
pelaksanaannya baru sebatas 1) Pendataan
lokasi dan populasi; 2) Pembangunan/ Komponen Program
rehabilitasi rumah warga yang terkena Mengacu kepada Keputusan Gubernur
bencana, penataan jalan lingkungan; (3) NTT Nomor 234/KEP/HK/2012, tanggal 6
Pemberian peralatan rumah tangga, modal September 2012, tentang Kelompok Kerja
UEP, motivasi sosial, pendampingan (POKJA) Pemberdayaan Komunitas Adat
dan sarana sosial; (4) Rehabilitasi jalan Terpencil Tingkat Provinsi Nusa Tenggara
ke lokasi; (5) Pembangunan sarana dan Timur, Program PKAT di Provinsi NTT
prasarana pendidikan, serta penempatan dilaksanakan dalam berbagai segmen kegiatan
tenaga guru; (6) Pembangunan puskesmas meliputi: (1) Pendataan lokasi dan populasi; (2)
pembantu (PUSTU), menyediakan obat- Pembangunan/rehabilitasi rumah warga dan
obatan dan penempatan tenaga medis; (7) lahan perumahan, penataan jalan lingkungan,
Pembangunan rumah ibadah dan sarana parit pembuangan dan MCK; (3) Pemberian

Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Melalui Pelayanan Terpadu di Rote Ndao, Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Suyanto dan B. Mujiyadi 29
jaminan hidup (jadup) warga selama 6 pelaksanaannya dikelompokan menjadi dua
bulan, pakaian dan peralatan kerja warga, kelompok, yakni Kelompok POKJA dan
peralatan rumah tangga, modal UEP, motivasi Kelompok Tim Teknis Pelaksana program
sosial, pendampingan dan sarana sosial; (4) kesejahteraan sosial. Kelompok Tim Teknis
Rehabilitasi jalan dan membangun jembatan orang-orangnya diambil dari karyawan
penghubung ke lokasi; (5) Pembangunan irigasi Dinas Sosial Provinsi NTT dan Dinas Sosial
teknis; (6) Pembangunan sarana dan prasarana Kabupaten Rote Ndao.
pendidikan, serta penempatan tenaga guru; (7)
Gambaran organisasi yang melaksanakan
Pembangunan puskesmas pembantu (PUSTU),
program ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
menyediakan obat-obatan dan penempatan
(1) Penanggung jawab program: Kepala Dinas
tenaga medis; (8) Pembangunan rumah ibadah
Sosial Provinsi NTT; (2) Pembina Program
dan sarana pendukung lain serta pembinaan
atau pengawas Pelaksana program: Kepala
kehidupan keagamaan; (9) Pencetakan sawah
Sub Dinas Bina Pengembangan Kesejahteraan
dan memberikan bantuan bibit pertanian dan
Sosial Dinas Kesos Provinsi NTT; (3)
bibit tanaman produktif baik umur panjang
Pelaksana Administrasi terdiri dari: Kepala
maupun umur pendek serta pembinaan secara
Seksi KesejahteraanDinas Kesos Provinsi NTT;
insentif; (10) Pemberdayaan kelompok
bersama Pimpinan Proyek; Bendahara Proyek,
perempuan dan kesehatan reproduksi, pasangan
dan Staf proyek; (4) Pelaksana Teknis, terdiri
usia subur; (11) Penataan hutan dan hak warga
dari: Kepala Seksi Kesejahteraan; Pimpinan
terhadap lahan garapan; (12) Rehabilitasi dan
Proyek dan Tim yang terdiri dari tenaga-tenaga
merekonstruksi sosial budaya, ekonomi dan
yang dari Pemerintah Daerah Kabupaten
infrastruktur lainnya; (13) Pembangunan pasar
terdiri dari: (a) Kepala Dinas Sosial Kabupeten
tradisional; (14) Pembangunan koperasi dan
Rote Ndao, sebagai penanggung jawab teknis
usaha kecil dan menengah; (15) Penyebarluasan
pelaksanaan program; (b) Instansi terkait
informasi tentang keberadaan KAT untuk
Dinas (Pertanian, Pendidikan, Kesehatan dan
menggugah partisipasi masyarakat biasa dan
Perindustrian) disesuaikan dengan keperluan,
stakeholder yang memiliki kepedulian terhadap
atau instansi terkait sebagai tenaga instruktur
kemajuan komunitas; (16) Pembangunan
ketrampilan. Namun dalam praktek hanya ada
jaringan lampu penerangan jalan, lingkungan
dalam konsep atau belum terlaksana, seperti
dan/atau solar shell.
yang kita harapkan.
Tenaga Pelaksana
Tim POKJA, sesuai dengan Keputusan
Tenaga Pelaksana yang dimaksudkan Gubernur NTT Nomor 234/KEP/HK/2012,
disini adalah semua pihak yang ditunjuk atau tanggal 6 September 2012, tentang Kelompok
ditetapkan untuk mengikuti proses pelayanan Kerja (POKJA) Pemberdayaan KAT Tingkat
(tahap-tahap pelayanan) program kesejahteraan Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri dari:
sosial yang sudah diterapkan Dinas Sosial
Provinsi NTT. Penanggung jawab : Gubernur dan Wakil
Gubernur
Berdasarkan hasil studi gambaran kegiatan Ketua umum : Sekretaris Daerah Provinsi
program kesejahteraan sosial dilaksanakan NTT
tenaga-tenaga yang berasal dari karyawan Wakil ketua : Kepala Bappeda
pada Kantor Pemerintah Daerah, dalam
Sekretaris : Kepala Dinas Sosial

30 SOSIO KONSEPSIA Vol. 04, No. 02, Januari - April, Tahun 2015
Anggota (17 orang): Kadis PU, Kadis Rote, sedangkan untuk memberdayakan
Kesehatan, Kadis Pendidikan, Pemuda dan Olah Komunitas Adat Terpencil pemerintah hanya
Raga, Kepala Kanwil BPN, Kadis Kehutanan, memperoleh alokasi anggaran Rp 125 miliar
Kadis Pertanian dan Perkebunan, Kakanwil untuk 24 provinsi, sebagian besar (80%) dari
Kementerian Agama, Ketua Lembaga Penelitian alokasi dana itu 2.600 rumah. Disetiap satu
Unive Nusa Cendana, Kadis Pertambangan dan lokasi dibangun 1-70 rumah. (inKompas@com
Energi, Kadis Kelautan dan Perikanan, Kadis Senin, 13 Mei 2013/12:09 WIB). Pendanaan
Perindustrian dan Perdagangan Kadis Koperasi Program Pemberdayaan KAT di Kabupaten
dan UKM, Pimpinan Harian Umum Pos Kupang Rote bersumber dari Pemerintah Pusat,
dan Direktur PLN Cabang Kupang. melalui Kementerian Sosial c.q Direktorat
Pemberdayaan KAT, dan Pemerintah Daerah
Dengan organisasi demikian seharusnya
Provinsi melalui Dinas Kesejahteraan Sosial
pelaksanaan program kesejahteraan sosial
Provinsi NTT.
melalui pemberdayaan KAT dapat berjalan
dengan lancar dan hasil seperti yang diharapkan. KESIMPULAN
Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian, 1. Penyelenggaraan pemberdayaan KAT
masih sebatas pembentukan Tim POKJA sesuai
Hasil yang berkaitan dengan efektivitas
SK Gubernur Provinsi NTT Nomor 234/KEP/
program pemberdayaan KAT merupakan
HK/2012. Sebenarnya keberhasilan suatu
elemen hubungan sebab akibat. Dari
program selain dipengaruhi susunan organisasi hasil analisa data dari hasil wawancara,
juga dipengaruhi beberapa faktor, salah satu studi dokumentasi, observasi dan focus
faktor adalah faktor tenaga pelaksananya group discussion, diperoleh angka 0,90
ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitas. ke atas. Dengan angka tersebut program
pemberdayaan KAT melalui pendekatan
Biaya/Pendanaan Program Pemberdayaan
strategi PNPM dinilai berjalan dengan baik
Biaya yang dimaksudkan disini adalah sesuai dengan yang diharapkan pemerintah.
biaya pendanaan, banyaknya biaya yang Seperti dikemukakan Guttman (Maranell,
disediakan untuk kepentingan kegiatan 1974: 146) bahwa angka ini telah memberi
pelaksanaan program kesejahteraan batas minimal untuk skala sempurna (perfect
sosial. Menurut seorang responden dari scales) adalah 90 persen dari hasil pengujian.
Dinas  Sosial  Provinsi NTT bahwa biaya Selanjutnya mengenai keberhasilan masing-
pelaksanaan  program kesejahteraan sosial masing tolok ukur dengan menggunakan
bersumber dari proyek pembangunan rumus Rt=1-[∑ (E1)]/(NK).
kesejahteraan sosial dari Kementerian Sosial Dari 60 responden yang mendapatkan
RI. Namun untuk mengetahui berapa besar dana bantuan modal untuk pemberdayaan
yang dialokasikan tidak diperoleh informasi ekonomi juga diberi motivasi dan diberi
secara rinci, hanya diperoleh gambaran garis stimulan berupa peralatan rumah tangga.
besarnya saja. Misalnya mengenai gambaran Bantuan yang diberikan ternyata berbeda-
pelaksanaan kegiatan PKAT tahun anggaran beda sesuai dengan kebutuhan: untuk
2012 diperoleh dari APBN besarnya mencapai pembangunan/rehabilitasi rumah warga
27 milyar rupiah dari dana tersebut sebagian yang terkena bencana, rehabilitasi jalan
dipakai untuk pembangunan KAT diwilayah lingkungan; pembangunan sarana dan
Kabupaten Rote Ndao khususnya di Pulau prasarana pendidikan, serta penempatan

Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Melalui Pelayanan Terpadu di Rote Ndao, Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Suyanto dan B. Mujiyadi 31
tenaga guru; pembangunan puskesmas Kemiskinan maupun Keputusan Menteri
pembantu (PUSTU), menyediakan obat- Sosial RI Nomor 06/PEGHUK/2002 tentang
obatan dan penempatan tenaga medis; Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan KAT
rehabilitasi rumah ibadah; pencetakan dan Keputusan Gubernur NTT Nomor
memberikan bantuan bibit rumput laut serta 234/KEP/HK/ 2012, tanggal 6 September
pembinaan secara insentif; penataan hutan 2012, tentang Kelompok Kerja (POKJA)
dan hak warga terhadap lahan garapan; dan Pemberdayaan KAT Tingkat Provinsi NTT.
Pembangunan pasar tradisional. Kementerian Sosial, dalam
pelaksanaannya menggunakan konsep
Dengan demikian output telah sesuai
tribina, yakni: bina lingkungan, bina manusia
dengan tujuan program pemberdayaan
dan bina sosial-ekonomi. KAT Desa Oelua
KAT. Karena hasil evaluasi di atas 0,90
diberi perlakuan berupa assesment sejak
persen juga dilihat dari input, output. tahun 2010. Pendekatannya memperhatikan
Input yang beraneka ragam tersebut sesuai kondisi lingkungan dan kearifan lokal pada
dengan program yang ada di instansi komunitas. Setelah assesment dilanjutkan
Pemerintah Rote Ndao. Sehingga program dengan bina manusia, berupa ketrampilan
pemberdayaan sosial melalui PNPM dinilai dan praktek melalui bimbingan oleh staf
berjalan dengan baik sesuai dengan yang Dinas Sosial dan pendamping.
kita harapkan. Hasil output dimaksud Kegiatan pemberdayaan meliputi:
adalah peningkatan kesejahteraan sosial, pemetaan, penjajagan, pemberdayaan.
dilakukan secara bersama-sama oleh Pemetaan, dilakukan Tim Pemetaan
SKPD yang ada secara terkoordinasi. Calon Lokasi Pemukiman (PCLP) oleh
Namun dilihat dari outcome, manfaat Lembaga Penelitian Universitas Nusa
pemberdayaan bagi kelompok sasaran, Cendana. Penjajagan untuk melihat
dilihat dari aspek sosial dan ekonomi belum kebutuhan dan masalah serta potensi oleh
bisa dilihat perkembangannya. Disebabkan dinas sosial provinsi. Setelah dinyatakan
dampak sosial program PMPN dilihat cukup, dilanjutkan dengan tahap purna
dari peningkatan kesejahteraan hanya bisa bina, selanjutnya diserahkan ke Badan
dilihat dari peningkatan usaha budidaya Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD).
rumput laut yang dilakukan Dinas Perkanan 3. Bantuan sosial
dan pembangunan rumah korban bencana
KAT Desa Oelua sebagai penerima
dengan bantuan bahan bangunan rumah program pemberdayaan, telah menerima
(BBR) dari Dinas Sosial, pengerjaannya bantuan sosial berupa Bahan Bangunan
secara gotong royong dan telah selesai Rumah, bantuan langsung tunai (Uang),
pembangunannnya. bantuan beras miskin, bantuan budidaya
2. Sumber daya manusia rumput laut. Pelaksanaan pemberian
Secara makro, pelaksanaan bantuan didahului verifikasi data rakyat
pemberdayaan KAT sesuai program miskin, kerusakan rumah melalui
Kebijakan Pemerintah baik dilihat dari penyuluhan. Penyuluhan dilaksanakan
Keputusan Presiden Nomor 111 Tahun 2009 petugas Dinas Sosial Kabupaten Rote
tentang Pembinaan Kesejahteraan Sosial Ndao dan pendamping oleh Seksi Sosial
KAT; Peraturan Presiden Nomor 15 tahun Kecamatan Rote Barat Laut.  Dalam
2010 Tentang Kebijakan Penanggulangan proses pembangunan rumah dilaksanakan

32 SOSIO KONSEPSIA Vol. 04, No. 02, Januari - April, Tahun 2015
masyarakat penerima manfaat secara Kementerian sosial. Dengan mengambil peran
bergotong royong, secara teknis sesuai tugas dan fungsinya, Kementerian sosial
menggunakan tukang setempat. tetap dapat menjalankan tugasnya secara wajar.
Bentuk rumah yang dibangun rumah Program yang dirintis dari awal berorientasi
semi-permanen (setengah tembok), dengan pendekatan pekerjaan sosial, maka tugas
atap seng, lantai semen. Bantuan lain, diyakini mampu mengentaskan permasalahan
budidaya rumput laut, pengadaan sarana KAT. Pendekatan yang berorientasi
penyaluran air minum, pelaksaannya memberikan pemenuhan kebutuhan dasar yang
diwujudkan dalam bentuk pipanisasi. berkonsentrasi pemenuhan kebutuhan fisik
(pangan, sandang, tempat tinggal, kesehatan
SARAN
dasar) baik individu, keluarga dan komunitas
Alternatif Kebijakan akan mampu membantu setiap orang untuk
Alternatif 1 : Pemberdayaan Komunitas Adat mengakses layanan sosial dasar. Namun
Terpencil, sebaiknya melalui pendekatan yang berorientasi pada pemenuhan
pilar-pilar kesejahteraan sosial kebutuhan dasar diperlukan kerjasama dengan
(Pekerja Sosial, Orsos/LSM) orsos atau LSM yang bergerak di bidangnya
Alternatif 2 : Untuk permberdayaan ekonomi selain pekerja sosial. Dengan demikian
sebaiknya disesuaikan dengan setiap orang mampu menjangkau layanan
kategori jenis ekonomi sesuai pemberdayaan yang dilaksanakan Kementerian/
dengan bidang program SKPD Lembaga untuk menuju peningkatan
sebagai peran pendampingan kesejahteraan sosial maupun ekonomi.
pembinaan Komunitas Adat
Kementerian Sosial masih mendapat
Terpencil. Karena untuk
porsi tugas proporsional, sesuai dengan
pendampingan program ekonomi
bidang tugas yang diembannya. Dengan tetap
tidak bisa hanya mengandalkan
berorientasi pada segmen 1 (perlindungan
Petugas Sosial Kecamatan saja.
dan jaminan sosial) serta sebagian segmen 2
Alternatif 3 : Menangani semua kategori (pemberdayaan), hasil capaian pada segmen 2
Komunitas Adat Terpencil berikutnya dijalankan Kementerian/Lembaga
dengan mengandalkan program lain. Tugas pemberdayaan ekonomi dan sosial
sosial dan ekonomi. yang lebih luas dijalankan oleh Kementerian/
Alternatif 4 : Menangani semua kategori Lembaga sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Komunitas Adat Terpencil Apabila fakir miskin terlayani kebutuhan
seharusnya dengan menjaga dasarnya, pada tahap selanjutnya sasaran yang
sinergitas dengan program sudah meningkat menjadi kategori miskin
Pengantasan Kemiskinan namun sudah mampu untuk mengembangkan
dan program Pemberdayaan kerja/usaha dapat mengakses pemberdayaan
Komunitas Adat Terpencil melalui kegiatan yang dilaksanakan oleh
Kementerian Sosial dengan lembaga lain. Pada gilirannya, setelah KAT
pendekatan terintegrasi meningkat menjadi penduduk yang tidak
(integrated approach) terpencil dan miskin lagi hingga sudah mampu
Pemberdayaan KAT dengan menjaga untuk mengembangkan kerja/usaha dengan
sinergitas tidak menghilangkan peran strategis mengakses sistem perekonomian dan perbankan.

Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Melalui Pelayanan Terpadu di Rote Ndao, Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Suyanto dan B. Mujiyadi 33
Selanjutnya dapat mengakses program kegiatan tersebar di 20 kabupaten sebanyak 54.561 KK,
yang dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga sudah ditangani sejak tahun 2010 hingga 2013
yang bergerak di bidang lain. sebanyak 600 KK. Artinya belum ada 2% dari
masyarakat KAT yang sudah diberdayakan atau
Kementerian Sosial mendapatkan amanat
sebanyak 53.961 KK atau sebesar 98% lebih
Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 1999
yang belum diberdayakan. Dengan demikian
tentang PKAT, ditindaklanjuti dengan
apabila setiap tahunnya ditangani sebanyak
Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 06/
200 KK, maka dibutuhkan 270 tahun untuk
PEGHUK/2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
menuntaskan; 2)Selama 4 tahun anggaran
PKAT, kemudian dikeluarkan Peraturan
(2010-2013), pemberdayaan di NTT baru di
Presiden Nomor 15 tahun 2010 Tentang
8 kabupaten (tahun 2010 ada 3 kabupaten
Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan secara
sebanyak 150 KK, tahun 2011 ada 2 kabupaten
terkoordinatif. Dengan demikian Kementerian
sebanyak 60 KK dan tahun 2012 ada 5 kabupaten
Sosial dapat lebih berkonsentrasi pada KAT
dengan jumah 230 KK, sedangkan tahun 2013
yang paling memerlukan penanganan yang
ada 3 kabupaten dengan jumlah 160 KK, tahun
lebih memadai. Untuk itu perlu langkah yang
2013, 2 kabupaten baru mulai ditangani).
lebih tepat dengan menetapkan kebijakan dan
Artinya masih 10 kabupaten yang belum
program yang akurat dan akuntabel.
pernah tersentuh program pemberdayaan KAT;
Dengan pendekatan yang spesifik, 3) Pelaksanakan pemberdayaan umumnya baru
Kementerian Sosial masih mempunyai prospek pada penyuluhan sosial. Setelah penyuluhan
untuk menetapkan kebijakan baru, yang lebih diawali pembentukan kelompok calon
mampu menjawab masalah dan tantangan yang penerima program dan dibentuk kelompok
ada, baik bersifat preventif maupun represif. terdiri dari 10 KK setiap kelompok (Dinas
Secara teoritis, seperti diungkapkan Edi Suharto Kesejahteraan Sosial NTT, 2013); Sebagai
(2009) bahwa pemberdayaan yang mungkin core pemberdayaan, KAT penerima manfaat
dilakukan meliputi pemungkinan, penguatan, mendapatkan bantuan rehabilitasi rumah,
perlindungan, penyokongan hingga pemeliharaan. yang dikerjakan oleh kelompok, secara teknis
pelaksanaan pembangunan rumah diambilkan
Pemerintah Provinsi, dengan Keputusan tukang lokal dengan biaya dari Dinas Sosial
Gubernur NTT Nomor 234 Tahun 2012 tentang Provinsi dengan cara pengupahan diberikan
Kelompok Kerja Pemberdayaan (POKJA) melalui pihak ketiga.
KAT di NTT, dapat lebih berkiprah dengan
leluasa. Namun perlu penegasan kepada UCAPAN TERIMA KASIH
seluruh satker yang terlibat dalam POKJA, agar Disampaikan terima kasih kepada semua
segera mengambil langkah signifikan untuk pihak yang telah mendukung terlaksananya
penanganan KAT di NTT. studi ini, yang meliputi Puslitbangkesos, para
nara sumber seperti Dinas Sosial Provinsi Nusa
Pemerintah Kabupaten Rote Ndao, dapat
Tenggara Timur serta Dinas Sosial dan Tenaga
menindaklanjuti pemberdayaan melalui
Kerja Kabupaten Rote Ndao, Bappeda Provinsi
program yang sesuai dengan program
NTT, Badan Pemberdayaan Masyarakat
pemberdayaan yang telah ditetapkan
Provinsi NTT dan Kabupaten Rote Ndao,
pemerintah. Dari Analisis Kuantitatif diperoleh
DPRD, PSM serta sumber lainnya yang tidak
gambaran: 1) Estimasi populasi KAT di NTT
dapat dikemukakan satu per satu.

34 SOSIO KONSEPSIA Vol. 04, No. 02, Januari - April, Tahun 2015
DAFTAR PUSTAKA Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas
Budhisantoso. (2006). Pemberdayaan Adat Terpencil yang kemudian
Masyarakat Terasing. Makalah dikeluarkan Keputusan Direktorat
disampaikan dalam Seminar dan Jenderal Pemberdayaan Sosial Nomor
Lokakarya Nasional Pengkajian Sosial 20A/PS/KPTS/VI/2002 tentang Pedoman
Budaya dan Lingkungan Komunitas Adat Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas
Terpencil (KAT), DepartemenSosial, Adat Terpencil; yang menegaskan
Jakarta 14-18 November 2006. bahwa semua pelaksanaan program
dan kegiatan pemberdayaan Komunitas
Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial. Adat Terpencil baik pusat maupun di
(2002). Keputusan Direktur Jenderal daerah harus berpegang pada Pedoman
Pemberdayaan Sosial Nomor 20A/ Pelaksanaan Pemberdayaan KAT yang
PS/KPTS/VI/2002 tentang Pedoman sudah secara detail memuat teknis dan
Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas operasional kegiatan pemberdayaan.
Adat Terpencil.
Keputusan Gubernur NTT nomor 234/KEP/
Hill, M. (1996). Social Policy: Comparative HK/2012, tanggal 6 September 2012,
Analysis. London: Prentice-Hall Wheat tentang Kelompok Kerja (POKJA)
Sheaft. Pemberdayaan Komunitas Adat
Terpencil Tingkat Provinsi Nusa
Kartasasmita, G. (1996). Pembangunan Utuk
Tenggara Timur.
Rakyat, Memadukan Pertumbuhan dan
Pemerataan; PT. Pustaka CIDESINDO, Maranell, G.M. (Ed.). (1974). Scaling: A
Jakarta. Sourcebook for Behavioral Scientists.
Chicago: Aldine Publising Company.
Kementerian Sosial Republik Indonesia. (1998).
Keputusan Menteri Sosial Republik Ontario Municipal Social Services Association
Indonesia Nomor 19/HUK/1998 tentang (OMSSA). (2007). A Guide to Thinking
Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi About Human Services Integration :
Fakir Miskin yang diselenggarakan Making Greater Difference for People
oleh Masyarakat. and Communities. A Joint Project of
the Ontario Municipal Social Services
Kementerian Sosial Republik Indonesia.
Association and the Serrvice Manager
(2002). Keputusan Menteri Sosial RI
Housing Network. www.omssa..com
Nomor 06/PEGHUK/2002 tentang
accesed 23/4/2013.
Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan
Komunitas Adat Terpencil. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
(2012). Keputusan Gubernur NTT Nomor
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
234/KEP/HK/2012 tentang Kelompok
111 Tahun 2009 tentang Pembinaan
Kerja (POKJA) Pemberdayaan
Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat
Komunitas Adat Terpencil Tingkat
Terpencil
Provinsi Nusa Tenggara Timur, tanggal
Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 06/ 6 September 2012.
PEGHUK/2002 tentang Pedoman

Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Melalui Pelayanan Terpadu di Rote Ndao, Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Suyanto dan B. Mujiyadi 35
Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 1981 dan Timor Tengah Utara, Provinsi
tentang Pelayanan Kesejahteraan NTT; kerjasama Dinas Sosial Prov NTT
Sosial bagi Fakir Miskin. dengan Pusat Penelitian Kebudayaan
dan Pariwisata, Lembaga Penelitian
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57
Universitas Nusa Cendana.
tahun 2007 tentang Petunjuk teknis
Organisasi Perangkat Daerah. Suharto, E. (2009). Kemiskinan dan Perlindungan
Sosial di Indonesia. Bandung; Alfabeta.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42
tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Turner, Jonathan H. (1998). The Structure of
Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Sociological Theory. United States
dan Kabupaten/Kota. of America: Wadsworth Publishing
Company.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007
tentang Pembagian Tugas Pemerintahan Pemerintah Republik Indonesia (2009).
Antara Urusan Pemerintahan, Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009
Pemerintahan Daerah Provinsi dan tentang Kesejahteraan Sosial.
Pemerintah Kabupaten/Kota.
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang
Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 Pelayanan Publik.
tentang Percepatan Penanggulangan
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang
Kemiskinan.
Pembentukan Peraturan Perundang-
Sardlow, S. (1998). “Values Ethics and Social Undangan.
Work” dalam Adams, Robert, Lena
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2011 tentang
Dominelli dan Malcolm Payne (eds).
Penanganan Fakir Miskin.
Social Work Themes, Issues and Critical
Debates. London: Mac Millan Press Ltd.

Segal, E.E., and Stephanie, B. (1998). Social


Welfare Policy, Programs, and Practice.
Itaca, Illinois: F.E. Peacock Publishers,
Inc.

Shortel and Richardson. (1978). The Evaluation


Process, in ‘Health Program Evaluation’.
St Louis: CV Mosby Company.

Sumodiningrat, G. (1996). Pembangunan Daerah


dan Pemberdayaan Masyarakat (Edisi
kedua), Bina Rena Pariwara; Jakarta.

Sinu, I.,dkk. (2010). Makalah Seminar


Pengkajian Calon Lokasi Pemukiman
Komunitas Adat Terpencil di Kabupaten
Rote-Ndao, Alor, Manggarai, Lembata

36 SOSIO KONSEPSIA Vol. 04, No. 02, Januari - April, Tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai