Anda di halaman 1dari 14

Bab 4

Problematika
Masyarakat Kepulauan

Masyarakat yang hidup di wilayah kepulauan umumnya mengalami


keterbatasan dan ketertinggalan dalam berbagai dimensi kehidupan bila
dibandingkan dengan masyarakat pada wilayah perkotaan. Bagian ini secara
khusus membahas mengenai problematika masyarakat di wilayah kepulauan.
Setelah mempelajari bagian ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami
problematika masyarakat kepulauan. Secara rinci, diharapkan mahasiswa dapat:
1.Menganalisis potret kemiskinan masyarakat di wilayah kepulauan,
2.Mengidentifikasi berbagai aspek ekonomi masyarakat kepulauan,
3.Mengidentifikasi keterbatasan infrastruktur di wilayah kepulauan,
4.Mendeskripsikan keterbatasan layanan kesehatan masyarakat kepulauan, dan
5.Menganalisis keterbatasan akses pendidikan bermutu di wilayah kepulauan.
4.1 Kemiskinan
Menurut Saputra (2018: 298), kemiskinan adalah kondisi ketidakmampuan
secara ekonomi untuk memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu
daerah. Kondisi ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupa sandang, pangan,
maupun papan. Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak
berkurangnya kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata, seperti
kesehatan dan standar pendidikan.
Kemiskinan merupakan kekurangan yang nyata dalam hal kesejahteraan.
Masyarakat yang sejahtera dalam konteks ekonomi dapat dicapai jika masyarakat
mendapat kepuasan atas barang dan jasa yang dikonsumsi, sedangkan secara
kebijakan sosial, kesejahteraan dapat terwujud apabila jangkauan pelayanan oleh
negara dilakukan secara luas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2021), jumlah penduduk
miskin di Maluku pada bulan September 2020 sebanyak 322,40 ribu jiwa (17,99
persen). Dibandingkan dengan bulan Maret 2020 jumlah penduduk miskin
mengalami peningkatan sebanyak 4,2 ribu jiwa, sedangkan persentase penduduk
miskin juga mengalami peningkatan sebesar 0,55 poin. Peran komoditi makanan
terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingakan dengan komoditi
bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Baik indeks
Kedalaman Kemiskinan maupun indeks Keparahan Kemiskinan mengalami
peningkatan. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin
cenderung menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk
miskin semakin besar.
Kemiskinan saat ini merupakan masalah sosial dan ekonomi dalam
masyarakat di wilayah kepulauan sebagai berikut.
1. Masalah Sosial
Masalah sosial terjadi, ketika kemiskinan mulai bertambah banyak maka angka
kriminalitas akan meningkat dan ketika stratifikasi dalam masyarakat sudah
menciptakan tingkatan atau garis-garis pembatas, sehingga adanya kejanggalan
atau batas pemisah dalam interaksi atau komunikasi antara orang yang berada
di tingkatan yang di bawah dan di atasnya.
2. Masalah Ekonomi
Penduduk miskin yang tidak memiliki mata pencaharian, tentunya akan
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai lahan usaha untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, tanpa mempertimbangkan kaidah-kaidah ekologis yang
berlaku. Hal ini disebabkan, karena desakan ekonomi, banyak penduduk yang
memasuki kawasan-kawasan yang sebenarnya dilindungi. Jika keadaan seperti
ini tidak dicegah maka kawasan lindung akan berkurang, bahkan hilang sama
sekali, sehingga berdampak pada hilangnya fungsi lingkungan (sebagai pemberi
jasa lingkungan).
Kemiskinan sangat berpengaruh terhadap lingkungan hidup, yang pada
akhirnya merusak lingkungan itu sendiri. Penduduk miskin yang terdesak, akan
mencari lahan-lahan kritis atau lahan-lahan konservasi sebagai tempat
pemukiman. Lahan-lahan yang seharusnya berfungsi sebagai kawasan penyangga
atau mempunyai fungsi konservasi tersebut, akan kehilangan fungsi
lingkungannya setelah dimanfaatkan untuk kawasan pemukiman, yang berakibat
terjadinya ketidakseimbangan lingkungan.
Girsang (Mahmud, 2021: 4) mengatakan, Maluku adalah wilayah 1000
pulau yang dikenal sebagai the spicy islands and exotic marine paradise. Secara
geografis, luas wilayah Maluku sekitar 712.479 km 2 terdiri dari 92,4% lautan dan
7,6% daratan. Sebagai wilayah kepulauan, Maluku mempunyai 1340 pulau dan
panjang garis pantai sekitar 10,662 km. Sejak dahulu, Maluku kaya akan rempah-
rempah, sehingga pasar ekspor hasil rempah-rempah Maluku telah mencapai
Eropah 400 tahun lalu. Kini, Maluku hanya menempati ranking ke-4 sebagai
provinsi termiskin di Indonesia.
Karakteristik geografis suatu daerah juga berpengaruh terhadap tingkat
kemiskinan suatu negara. Provinsi Maluku yang berkarakteristik wilayah
kepulauan menyumbang variasi sebaran kemiskinan yang semakin tinggi.
Sebagian besar masyarakat di wilayah kepulauan Maluku masih berada di bawah
garis kemiskinan dan terjadi ketimpangan dalam pembangunan di antara
kabupaten/kota. Hal ini harus dicermati dengan serius oleh berbagai pemangku
kepentingan untuk membuat berbagai kebijakan program pengentasan
kemiskinan dalam mengatasi kesenjangan kemiskinan di wilayah ini.
Menurut Latuny & Matitaputty (2020: 36), pengeluaran pemerintah secara
signifikan mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Maluku. Pemerintah
daerah harus konsisten merealisasikan anggaran yang berorientasi pada
peningkatan pelayanan publik, sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat dapat
meningkat, yang pada akhirnya tingkat kemiskinan menurun. Selanjutnya
dikatakan pula bahwa strategi dasar yang harus digunakan dalam pengentasan
kemiskinan, yaitu membuka kesempatan kerja bagi kaum miskin melalui pusat
pertumbuhan ekonomi dan membangun kapasitasnya untuk berproduksi melalui
kepemilikan aset seperti pendidikan, kesehatan, kepemilikan lahan, dan lain-lain.
Saputra (2018: 299) mengatakan, kemiskinan memiliki 4 bentuk, yaitu
kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, kemiskinan kultural, dan kemiskinan
struktural. Keempat bentuk kemiskinan ini, dijelaskan sebagai berikut.
1. Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi yang memungkinkan pendapatan
seseorang atau sekelompok orang berada di bawah garis kemiskinan, sehingga
kurang mencukupi kebutuhan akan sandang, pangan, kesehatan, perumahan,
dan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup. Garis
kemiskinan diartikan sebagai pengeluaran rata-rata atau konsumsi rata-rata
untuk kebutuhan pokok berkaitan dengan pemenuhan standar kesejahteraan.
Bentuk kemiskinan absolut ini paling banyak digunakan sebagai konsep untuk
menentukan atau mendefinisikan kriteria seseorang atau sekelompok orang
yang disebut miskin.
2. Kemiskinan relatif diartikan sebagai bentuk kemiskinan yang terjadi, karena
adanya pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau ke seluruh
lapisan masyarakat, sehingga menyebabkan adanya ketimpangan pendapatan
atau ketimpangan standar kesejahteraan. Daerah-daerah yang belum
terjangkau oleh program-program pembangunan seperti ini umumnya dikenal
dengan istilah daerah tertinggal.
3. Kemiskinan kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi sebagai akibat
adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya berasal
dari budaya atau adat istiadat, yang relatif tidak mau untuk memperbaiki taraf
hidup dengan tata cara moderen. Kebiasaan seperti ini dapat berupa sikap
malas, pemboros atau tidak pernah hemat, kurang kreatif, dan relatif pula
bergantung pada pihak lain.
4. Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan, karena
rendahnya akses terhadap sumber daya yang pada umumnya terjadi pada
suatu tatanan sosial budaya ataupun sosial politik, yang kurang mendukung
adanya pembebasan kemiskinan. Bentuk kemiskinan seperti ini juga terkadang
memiliki unsur diskriminatif.
Kemiskinan di wilayah kepulauan Maluku merupakan kemiskinan relatif,
karena adanya pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau
seluruh lapisan masyarakat, sehingga menyebabkan adanya ketimpangan standar
kesejahteraan. Daerah-daerah yang belum terjangkau oleh program-program
pembangunan pemerintah seperti, akses pendidikan, kesehatan, serta
transportasi, sehingga mengalami keterlambatan kemajuan yang tidak merata.
Setiap kabupaten/kota di wilayah kepulauan Maluku memiliki potensi
wilayah yang berbeda, sehingga mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang
berbeda pula. Ada daerah yang cepat berkembang dan yang lambat berkembang.
Akibatnya pertumbuhan ekonomi ini menciptakan kesenjangan ekonomi.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh beberapa faktor sebagaimana yang
dikemukakan oleh Aziz (Saputra, 2018: 300) sebagai berikut.
1. Pendidikan yang terlampau rendah
Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai
keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan
pendidikan atau keterampilan yang dimiliki seseorang menyebabkan
keterbatasan kemampuan seseorang untuk masuk dalam dunia kerja.
2. Malas bekerja
Adanya sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada nasib) menyebabkan
seseorang bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja.
3. Keterbatasan sumber alam
Suatu masyarakat akan dilanda kemiskinan, apabila sumber alamnya tidak lagi
memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka. Hal ini sering dikatakan
masyarakat itu miskin, karena sumberdaya alamnya miskin.
4. Terbatasnya lapangan kerja
Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi
masyarakat. Secara ideal, seseorang harus mampu menciptakan lapangan kerja
baru, sedangkan secara faktual hal tersebut sangat kecil kemungkinan bagi
masyarakat miskin, karena keterbatasan modal dan keterampilan.
5. Keterbatasan modal
Seseorang miskin, sebab mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi
alat maupun bahan dalam rangka menerapkan keterampilan yang mereka
miliki, dengan suatu tujuan untuk memperoleh penghasilan.
6. Beban keluarga
Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak, apabila tidak diimbangi
dengan usaha peningkatan pendapatan maka akan menimbulkan kemiskinan,
karena semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat tuntutan
atau beban untuk hidup yang harus dipenuhi.
Banyak masyarakat miskin secara ekonomi tidak berdaya, karena terpencil
dan terisolasi. Mereka hidup terpencil, sehingga sulit atau tidak dapat terjangkau
oleh pelayanan pendidikan, kesehatan, dan gerak kemajuan yang dinikmati
masyarakat lainnya.

Aktivitas 4.1

Diskusikanlah masalah berikut dalam kelompok kecil 3-5 orang.


1. Apa saja program penanggulangan kemiskinan yang diterapkan di
wilayah asalmu?

________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
____________________________________________________________
2. Apakah program tersebut memberikan manfaat bagi masyarakat?
Jelaskan jawabanmu.
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
______________________________________________________

4.2 Aspek Ekonomi


Pembangunan di suatu wilayah cenderung tercapai pada beberapa titik
pertumbuhan. Kegiatan atau aktivitas ekonomi lebih berkelompok di tempat-
tempat tersebut, karena memiliki berbagai manfaat dalam bentuk penghematan
dan kemudahan-kemudahan yang diperolehnya, yaitu tersedianya berbagai
fasilitas pelayanan yang lebih lengkap dari wilayah lain. Faktor penentu utama
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, yaitu berhubungan secara langsung dengan
permintaan akan barang dan jasa dari luar wilayah.
Masyarakat yang tertinggal, pada umumnya tidak memiliki perilaku yang
kondusif bagi berkembangnya perekonomian. Mereka masih menganut
kepercayaan primitif, kepercayaan tradisional dan nilai-nilai sosial yang cenderung
konservatif dan menghambat (kontraproduktif) perkembangan ekonomi.
Sebaliknya masyarakat yang relatif maju, umumnya memiliki perilaku yang
kondusif untuk berkembang. Mereka percaya pada agama, tradisi, nilai-nilai sosial
yang lebih mendorong tumbuh dan kembangnya intelektualisme, profesionalisme
dan moralitas bagi kemajuan bersama.
Rahakbauw (2017: 263) mengatakan, faktor-faktor ekonomi yang
menyebabkan terjadinya disparitas antarwilayah, di antaranya dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Faktor ekonomi yang terkait dengan perbedaan kuantitas dan kualitas dari
faktor produksi yang dimiliki, seperti lahan, infrastruktur, tenaga kerja, modal,
organisasi dan perusahaan.
2. Faktor ekonomi yang terkait dengan akumulasi dari berbagai faktor. Salah satu
contoh, yaitu lingkaran setan kemiskinan (cumulative causation of poverty
provensity). Ada dua tipe lingkaran setan kemiskinan di wilayah-wilayah yang
tertinggal. Pertama, sumber daya yang terbatas dan ketertinggalan. Kedua,
kondisi masyarakat yang tertiggal, standar hidupnya rendah, efisiensi rendah,
produktivitas rendah, pendapatan rendah, pengangguran meningkat, dan pada
akhirnya masyarakat menjadi semakin tertinggal.
Keseluruhan faktor ini saling berkaitan dan menyebabkan suatu wilayah
atau kawasan, tetap dalam kondisi miskin dan tertinggal. Sebaliknya di wilayah
yang maju, masyarakatnya maju, standar hidup tinggi, efisensi lebih, yang
terbentuk melalui interaksi dengan lingkungannya (alam maupun sosial).
Dilihat dari ragam aktivitas ekonomi di kawasan pesisir kepulauan Maluku,
sesungguhnya sudah cukup berkembang pesat, jika dibandingkan dengan
aktivitas ekonomi di wilayah pedalaman. Hal ini seiring dengan meningkatnya
perkembangan ekonomi di wilayah perkotaan yang pada umumnya berdekatan
dengan wilayah pesisir.
Dilihat dari sisi pembangunan, wilayah kawasan pesisir ini seringkali
dijadikan sebagai wilayah pinggiran (periphery) dari suatu wilayah perkotaan yang
ada didekatnya. Meskipun kedua wilayah tersebut berhubungan secara fungsional
dengan derajat integrasi antara komponen-komponen wilayah yang ada di
dalamnya. Namun, karena strategi pembangunan yang salah urus pada masa
sebelumnya, tidak jarang hal ini malah menimbulkan ketimpangan hasil
pembangunan antara kedua wilayah dimaksud.
Maluku sebagai wilayah kepulauan yang kaya dengan sumber daya alam,
menjadi sebuah zona pertarungan kekuasaan ekonomi, sosial politik dan
keamanan global yang patut diperhatikan dalam menjaga keutuhan bangsa, serta
membangun kesejahtaraan masyarakat. Namun belum memberi sebuah dampak
yang signifikan bagi penyerapan tenaga kerja maupun kesejahtaraan masyarakat
setempat, dengan alasan keterbatasan atau kekurangan mutu pendidikan,
keterampilan maupun budaya kerja.
Pada akhirnya wilayah pesisir dengan segala komponen sumberdaya yang
ada di dalamnya banyak dijadikan penyangga bagi kaum miskin yang tidak
mampu bersaing di wilayah perkotaan. Kemiskinan di wilayah pesisir ini
selanjutnya dapat mendorong kerusakan lingkungan hidup yang lebih parah lagi,
yang apabila tidak segera dikendalikan sesungguhnya dapat mengurangi
pertumbuhan ekonomi wilayah secara keseluruhan.
Krugman (Renur, dkk 2019: 94) mengatakan, keunikan fitur geografi pulau-
pulau kecil memiliki faktor advantages atau disadvantages tersendiri. Kondisi
geografi diidentifikasi sebagai salah satu faktor yang menjelaskan kinerja ekonomi.
Secara ekonomi-politik, sangat logis jika bidang kelautan dijadikan tumpuan
dalam pembangunan ekonomi, namun berdasarkan beberapa hasil penelitian,
justru tidak memperlihatkan peranan bidang kelautan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Dengan demikian, keunikan geografi yang dimiliki khususnya potensi
bidang kelautan belum menjadi sumber pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku.
Fakta di atas menunjukkan bahwa betapa pentingnya peranan pemerintah
daerah untuk memfasilitasi potensi ekonomi daerah demi terwujudnya
peningkatan standar hidup yang berkelanjutan. Penataan kelembagaan sebagai
salah satu elemen dalam tata kelola menjadi kebutuhan, agar pengelolaan laut
menjadi lebih efisien dalam membentuk mekanisme kerja kebijakan kelautan yang
mampu mengordinasikan upaya-upaya pemerintah dalam pengelolaan laut dan
daerah pesisir. Hal ini menyiratkan adanya keterkaitan antara peran kebijakan
pemerintah, yaitu penataan kelembagaan dengan pertumbuhan suatu bangsa atau
daerah.
Kawasan kepulauan memiliki potensi pembangunan yang cukup besar,
karena didukung oleh adanya aneka ekosistem dengan produktivitas hayati yang
tinggi seperti, terumbu karang, padang lamun, rumput laut, hutan bakau, kerang
mutiara, dan teripang, dengan kawasan lautnya yang luas. Selain itu, kawasan
kepulauan memberikan pula jasa-jasa lingkungan yang tinggi nilai ekonomisnya
dan sekaligus sebagai kawasan kegiatan kepariwisataan, media komunikasi,
rekreasi, dan konservasi.
Jenis-jenis pariwisata yang dapat dikembangkan di wilayah kepulauan
Maluku sebagai berikut.
1. Wisata bahari
Wisata bahari atau yang lebih dikenal dengan nama tirta, yang secara
sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan wisata yang erat kaitannya dengan
air atau laut. Beberapa wisata bahari di kepulauan Maluku merupakan
primadona Indonesia Timur yang cukup menarik banyak wisatawan dari
berbagai negara di antaranya:
a. Pantai Pintu Kota, berlokasi di Dusun Airlouw Kecamatan Nusaniwe kota
Ambon;
b. Pantai Liang, terletak di Desa Liang Kecamatan Salahutu, Kabupaten
Maluku Tengah;
c. Pantai Natsepa, terletak di Desa Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten
Maluku Tengah;
d. Pantai Ora, terletak di Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah;
e. Pantai Kiasar, Pantai Jawalang, dan Pantai Uhum di Pulau Kisar Maluku
Barat Daya;
f. Pantai Ngurbloat, Pantai Ngurtarvur, dan Gua Hawang di Kabupaten Maluku
Tenggara;
g. Pulau Kasa di Kabupaten Seram Bagian Barat;
h. Pulau Enu di Kabupaten Kepulauan Aru
i. Pulau Bair, terletak di kota Tual;
j. Pulau Banda Neira, terletak di Kecamatan Banda Kabupaten Maluku
Tengah, dan masih banyak lagi tempat-tempat wisata bahari lainnya.
Hal ini menunjukkan bahwa daerah-daerah pesisir mempunyai potensi yang
baik untuk dikembangkannya wisata bahari.
2. Wisata kultural
Wisata kultural terkait dengan keunikan sosial budaya yang beraneka ragam.
Beberapa wisata kultural di kepulauan Maluku yang dianggap popular, di
antaranya:
a. Monumen patung Martha Christina Tiahahu terletak di pusat Kota Ambon,
b. Monumen Pattimura terletak di pusat Kota Ambon,
c. Monumen Gong Perdamaian Dunia terletak di pusat Kota Ambon,
d. Istana Mini terletak di Kecamatan Banda Kabupaten Maluku Tengah,
e. Benteng Amsterdam terletak di Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku
Tengah,
f. Tradisi sasi ikan lompa di Desa Haruku Kecamatan Pulau Haruku
Kabupaten Maluku Tengah,
g. Tradisi pukul sapu lidi yang berasal dari Desa Morela dan Desa Mamala
Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku tengah, dan masih banyak lagi
tempat-tempat wisata kultural lainnya.
Tempat-tempat wisata sebagaimana disebutkan di atas, perlu untuk ditunjang
dengan ketersediaan sumber daya manusia yang baik dalam pengelolaannya,
sehingga menarik banyak pengunjung.
Umumnya pola perekonomian masyarakat pulau-pulau kecil masih diliputi
oleh beban keterbatasan akses dan lemahnya nilai tukar (harga jasa dan bahan
produk lokal), karena jauh dari pusat-pusat aktivitas perekonomian dan lembaga
keuangan. Ada yang masih menggunakan pola pertanian yang tradisional,
sehingga mengakibatkan tingkat produksi yang terbatas untuk dikonsumsi, serta
kurang bernilai pasar. Selain itu, adanya keterbatasan akses, sehingga membuat
masyarakat sulit mengembangkan hidupnya secara lebih baik, meskipun memiliki
laut yang luas, namun tidak mampu mengolahnya secara baik. Akibatnya
masyarakat memiliki penghasilan yang rendah.
Berdasarkan hasil mengamatan, ada pulau-pulau kecil yang jauh dari akses
seperti pulau di Maluku Barat Daya, menunjukkan bahwa ada banyak warga yang
memiliki hasil hutan dan produk keunggulan lokal yang banyak seperti, jeruk,
ternak, hasil laut, dan sebagainya, namun tidak dapat mamasarkannya secara
baik. Bahkan masyarakat pulau-pulau kecil sulit mendapatkan akses terhadap
sumber-sumber pendanaan.

Aktivitas 4.2

Diskusikan, apakah aspek ekonomi akan memberikan peluang untuk


meningkatkan pendapatan masyarakat?
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
______________________________________________

4.3 Keterbatasan Infrastruktur


Umumnya infrastruktur diartikan sebagai semua jenis fasilitas yang
dibutuhkan oleh masyarakat umum untuk mendukung berbagai kegiatan
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Infrastruktur sangatlah penting bagi
kemajuan suatu daerah, misalnya infrastruktur transportasi dan infrastruktur
pembangunan.
Keterbatasan infrastruktur transportasi dan infrastruktur pembangunan
akan berakibat pada kemajuan suatu daerah. Berikut ini diberikan penjelasan
terkait kedua infrastruktur tersebut.
1. Infrastruktur transportasi
Masyarakat di wilayah kepulauan sebagian besar bermukim di dataran
pantai, sehingga mengandalkan jenis transportasi laut untuk membangun
aksesbilitasnya. Transportasi tersebut masih terbatas (cukup langkah) dan
membutuhkan biaya yang tinggi. Masyarakat pulau-pulau kecil masih saja
memiliki ancaman keamanan dalam melakukan usahanya di laut, karena
dihantui oleh terbatasnya akses keamanan, baik berupa illegal fishing, illegal
loging, dan sebagainya. Konsekuensinya, kebijakan pembangunan mengenai
masyarakat pulau-pulau kecil harus mendapatkan perhatian kepenuhan akses,
baik hukum, keamanan, ekonomi, pendidikan, kesehatan, transportasi, dan
sebagainya.Transportasi merupakan salah satu sektor yang dapat menunjang
kegiatan ekonomi (the promoting sector) dan pemberi jasa (the servicing sector)
bagi perkembangan ekonomi. Kegiatan ekonomi dan transportasi memiliki
keterkaitan yang sangat erat dan keduanya dapat saling memengaruhi.
Angkutan laut merupakan moda transportasi yang diperlukan untuk melayani
wilayah kepulauan.
Bagi pengembangan Maluku yang merupakan wilayah kepulauan yang
terdiri lebih dari seribu pulau besar dan kecil, maka transportasi laut
memegang peranan yang sangat penting. Pelayanan kapal penumpang untuk
menunjang kepentingan angkutan penumpang untuk masa yang akan datang
harus ditingkatkan mengingat perkembangan perpindahan barang dan orang di
daerah kepulauan Maluku.
Infrastruktur transportasi juga sebagai penghubung antara satu wilayah
dengan wilayah lainnya. Oleh sebab itu, alat transportasi juga harus memadai,
karena alat transportasi juga akan mendukung sarana dan prasarana
infrastuktur transportasi. Terbatasnya sarana transportasi membuat
perhubungan antarpulau terbatas dalam akses komunikasi, modal, jasa,
informasi, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Tansportasi penting untuk
menopang pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan.
2. Infrastruktur Pembangunan
Infrastruktur pembangunan pada pulau-pulau kecil masih terbatas. Hal
ini disebabkan, karena:
a. Banyak kebijakan pembangunan yang belum merata, sehingga cenderung
termarginalkan dan terabaikan, karena dipandang kecil dan lemah.
b. Memiliki wilayah daratan yang terbatas untuk menampung aktivitas
pembangunan.
c. Kurangnya persediaan material, sehingga saling kebergantungan antara satu
desa dengan desa lainnya.
d. Kurangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat, sehingga kurang
memiliki kompetensi untuk membangun desanya.
Kartasasmita (Kembauw dkk, 2017: 129) mengatakan, pelaksanaan
pembangunan wilayah harus merupakan bagian integral dari proses
pembangunan nasional, sedangkan pembangunan daerah bertujuan untuk
memperbaiki taraf hidup masyarakat di daerah melalui perencanaan
pembangunan yang serasi, selaras dan terpadu berdasarkan perencanaan daerah.
Untuk itu, sudah sepatutnya daerah-daerah pada era otonomi dan memiliki
kewenangan atau kebebasan dalam menjalankan berbagai kebijakan
pembangunan, lebih diarahkan pada pengembangan sektor ekonomi yang
berbasis pada kapasitas atau potensi wilayah.
Bagi daerah-daerah kabupaten dan kota yang baru mekar dan yang akan
dimekarkan, perencanaan awal pembanguan yang baik merupakan fondasi yang
kokoh dan sangat menentukan masa depan daerahnya. Kesalahan pada awal
perencanaan, akan berdampak buruk pada masa depan daerahnya sendiri. Oleh
sebab itu, dibutuhkan pemerintah daerah yang memiliki kemauan dan
kemampuan perencanaan berdasarkan asas-asas serta prinsip-prinsip
perencanaan daerah yang baik.
Saputra (2018: 306) mengatakan bahwa, karena penduduk Maluku
tersebar di sejumlah besar pulau, menyebabkan terbatasnya pembangunan
sumber daya manusia dan infrastruktur yang saat ini diterapkan belum sesuai
dengan tujuan pembangunan, khususnya pelabuhan laut, dibutuhkan untuk
mendukung penciptaan lapangan kerja produktif di Maluku. Frekuensi yang
sedikit dan biaya transportasi yang tinggi merugikan pembangunan, mobilitas
dan produktivitas tenaga kerja di Maluku.
Semakin baik dan memadainya suatu infrastruktur, menandakan semakin
majunya daerah tersebut. Kebersihan, keamanan, dan kelayakan suatu
infrastruktur juga sangatlah penting, karena akan menambah nilai tersendiri
kepada masyarakat yang akan menggunakan infrastruktur tersebut. Kesadaran
dari diri sendiri untuk menjaga infrastruktur juga harus dilakukan yang dimulai
dari diri sendiri.

Aktivitas 4.3

Diskusikan, apa yang menyebabkan kurangnya partisipasi masyarakat


dalam program infrastruktur pembangunan di desanya?
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
_____

4.4 Keterbatasan Layanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara
sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta
memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai cita-cita bangsa Indonesia. Sesuai amanat Pasal 14
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, “Pemerintah bertanggung jawab
merencanakan, mengatur, menyelenggarakan membina, dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.”
Namun, pemerataan upaya kesehatan di Indonesia belum dapat dilaksanakan
secara optimal, karena kendala geografis dan sosial, yaitu mereka yang tinggal di
daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan.
Maluku sebagai wilayah kepulauan, masih dijumpai keterbatasan sarana
dan prasarana pelayanan kesehatan, sehingga akses masyarakat untuk
memperoleh pelayanan kesehatan rendah. Selain itu, distribusi tenaga kesehatan
tidak merata, sehingga berdampak pula pada terbatasnya layanan kesehatan
kepada masyarakat.
Pembangunan kesehatan pada masyarakat di wilayah kepulauan masih
terbatas, sehingga berdampak pada keterbatasan layanan kesehatan. Banyak
masyarakat kepulauan yang pasrah dengan kondisi kesehatan, karena selain
kurang fasilitas sarana dan prasarana, juga sulit dan tingginya biaya transportasi
yang harus ditanggung untuk mencari pusat-pusat pelayanan kesehatan yang
baik.
Masalah kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor
(multi kausal). Oleh sebab itu, pemecahannya harus secara komprehensif melalui
upaya kesehatan masyarakat. Semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak
langsung adalah untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan
(promotif), pengobatan (kuratif), maupun pemulihan kesehatan (rehabilitatif)
(Anwar & Sultan, 2016: 1). Upaya kesehatan masyarakat dapat terwujud apabila
pemerintah bersama masyarakat bersinergi melakukan upaya pencegahan dengan
memperhatikan faktor-faktor yang memiliki konstribusi terhadap munculnya
berbagai masalah kesehatan.
Kepulauan Maluku merupakan daerah pesisir yang secara administratif
jauh dari pusat kota, sehingga memungkinkan terjadinya masalah kesehatan yang
disebabkan oleh akses dan sarana prasarana yang tidak memadai. Hal ini
disebabkan, karena kondisi geografis yang terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil,
dipisahkan oleh laut yang luas. Khususnya bagi masyarakat yang berada di
wilayah pedesaan. Sulitnya akses untuk mendapatkan fasilitas kesehatan dan
minimnya tenaga kesehatan yang ada, menjadi alasan utama masyarakat, untuk
tidak segera menangani masalah kesehatan yang dideritanya.
Untuk masyarakat yang tinggal di wilayah dekat dengan kabupaten dan
kota, lebih mudah mendapat akses ke dokter praktik maupun rumah sakit,
sedangkan masyarakat yang tinggal di perdesaan atau pulau-pulau terluar, harus
berupaya mencari fasilitas kesehatan yang terbatas di wilayahnya (puskesmas
atau puskesmas pembantu) atau bahkan hanya mengandalkan tanaman obat
keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan yang berada di setiap
kecamatan atau desa sangat bermanfaat bagi masyakarat untuk mendapatkan
penanganan medis secara darurat.
Keberadaan fasilitas kesehatan saja tidak cukup, adanya tenaga medis dan
ketersediaan obat juga harus mengimbangi kegiatan kesehatan di wilayah
perdesaan. Ketersediaan obat sebagai bentuk pertolongan pertama atau tindakan
kuratif kesehatan juga masih belum maksimal. Sebagian masyarakat menganggap
bahwa hanya dengan obat tradisional sudah dapat menyembuhkan berbagai
macam penyakit, misalnya malaria, diare, muntaber, dan sebagainya.
Di sisi lain, upaya pencegahan belum dilaksanakan secara maksimal di
setiap desa, misalnya masyarakat terserang penyakit diare sebagai akibat
ketersediaan air bersih yang sangat terbatas, sehingga memaksa masyarakat
untuk mengandalkan mata air yang tidak terlindung atau air hujan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dari sisi sumber daya modal, jumlah
rumah sakit, puskesmas, dan puskesmas pembantu dapat dikatakan sudah
memadai. Namun pemerintah harus mengupayakan penambahan tenaga medis
yang berkompeten, karena penggunaan sumber daya dirasa belum optimal dan
belum seluruh lapisan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang
optimal.
Fisik bangunan puskesmas dan puskesman pembantu di tingkat desa
harus diimbangi dengan instalasi lainnya yang memadai, misalnya aliran listrik
yang stabil, sumber air bersih yang terlindung, sistem sanitasi yang baik, sistem
pengolahan limbah yang ramah lingkungan, pengolahan makanan yang higienis,
dan lain sebagainya. Sayangnya, belum seluruh puskesmas dan puskesmas
pembantu di wilayah kepulauan memiliki instalasi yang lengkap dan baik
khususnya di wilayah perdesaan.

Aktivitas 4.4

Diskusikan, apakah upaya pelayanan kesehatan perlu mendapat


perhatian khusus untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap
layanan kesehatan?
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
_____

4.5 Keterbatasan Akses Pendidikan Bermutu


Pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua anak
bangsa di Indonesia, namun pendidikan di wilayah kepulauan masih terbatas. Hal
ini disebabkan, karena kondisi wilayah kepulauan yang kurang mendapat
perhatian, sehingga anak bangsa yang memiliki kecerdasan potensial, tidak
tertangani dengan sistem pendidikan yang bermutu untuk membangun kehidupan
secara baik.
Pendidikan bermutu merupakan sarana utama yang memberikan akses
penting bagi upaya pencerdasan. Dalam konteks ini, pendidikan bukan sekedar
memberikan penguasaan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga menata
kemampuan berpikir dan bernalar secara cermat. Di samping itu, pendidikan
bermutu juga akan membentuk manusia yang berkarakter dan berbudi pekerti.
Pembangunan sistim pendidikan bermutu bagi Indonesia merupakan
amanat konstitusi dan juga menjadi sebuah keharusan dalam menghadapi
tuntutan global. Berbagai challenge akan dihadapi bangsa Indonesia. Apalagi
Indonesia mempunyai daerah yang luas yang terdiri dari pulau-pulau terluar.
Pulau atau daerah terluar tersebut di golongkan ke dalam daerah Terdepan,
Terluar, dan Tertinggal (3T). Pendidikan bermutu mutlak di perlukan bagi anak
didik yang berada di daerah terluar yang berbatasan dengan negara tetangga.
Abdullah dkk, (2015: 1) mengatakan, ukuran pendidikan bermutu pada
suatu sekolah dari kacamata pengguna, umumnya sebagai berikut.
1. Sekolah memiliki akreditasi A
2. Lulusan diterima di sekolah terbaik.
3. Pendidik yang profesional, ditunjukkan dengan hasil UKG dan kinerja baik.
4. Hasil Ujian Nasional baik.
5. Peserta didik memiliki prestasi dalam berbagai bidang kompetisi
6. Peserta didik memiliki karakter yang baik.
Banyak di antara orang tua yang menyekolahkan anaknya disesuaikan
dengan keadaan wilayah setempat yang terbatas mutu, sarana, dan prasarana
pendidikan. Akibatnya banyak tingkat kelulusan yang tidak sesuai dengan
kenyataan di lapangan, karena tidak mampu bersaing pada sekolah-sekolah
unggul. Dijumpai pula bahwa banyak lulusan yang tidak memperoleh kesempatan
untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi.
Permasalahan lain yang dijumpai, yaitu sarana dan prasarana pendidikan
yang masih terbatas dalam hal mutu dan jumlahnya, serta proses rekrutmen
tenaga guru yang tidak merata dan tidak sesuai dengan kompetensi yang
dimilikinya. Artinya, penempatan tenaga guru di wilayah kepulauan dalam jumlah
yang sedikit, akibatnya mereka harus mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai
dengan bidang ilmunya. Di lain pihak, masih terdapat banyak guru yang belum
mencapai tingkat sarjana. Selain itu, para guru kurang diberi kesempatan dalam
kegiatan-kegiatan untuk pengembangan diri, misalnya mengikuti workshop atau
pelatihan-pelatihan untuk menambah pengetahuan yang dapat ditransfer kepada
siswanya.
Dalam konteks ini, wilayah kepulauan Maluku merupakan wilayah yang
layak untuk mendapatkan perhatian khusus. Berbagai hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara kondisi di kepulauan Maluku
dengan daerah lain. Hal ini disebabkan, karena masyarakat menempati wilayah-
wilayah kepulauan yang saling berjauhan dengan akses perhubungan
(transportasi), komunikasi dan pembangunan yang sangat terbelakang, mengalami
sebuah ketertinggalan pembangunan yang berkepanjangan bertahun-tahun. Di
sisi lain, kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki oleh masyarakat
di wilayah kepulauan, masih sangat terbatas, sehingga sangat mempengaruhi
kehidupan masyarakat.
Dari data dan fakta maka dapat dikatakan bahwa mutu pendidikan
kepulauan Maluku masih rendah. Hal ini disebabkan, karena beberapa faktor
yang menjadi penyebabnya sebagai berikut.
1. Penempatan guru yang belum merata. Persoalan ini sebenarnya bukan hanya
menjadi masalah di daerah terluar namun juga menjadi persoalan bagi daerah
perkotaan.
2. Akses dan transportasi dari pulau ke pulau sangat terbatas, sehingga umumnya
yang menjadi guru, yaitu mereka yang berasal dari daerah setempat.
3. Peran pengawas sekolah harus mampu “melayani” sekolah binaannya, sehingga
mengalami peningkatan mutu sekolah. Ini berarti sangat diperlukan kehadiran
pengawas secara kontinu di sekolah, namun dihadapkan dengan akses
transportasi yang terbatas.

Aktivitas 4.5

Diskusikanlah masalah berikut dalam kelompok kecil 3-5 orang


Mengapa seringkali terjadi kesalahan proses rekrutmen tenaga kerja
di bidang pendidikan?
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________Apakah program tersebut memberikan manfaat
bagi masyarakat? Jelaskan jawabanmu.
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
______________________________________________________

Anda mungkin juga menyukai