Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA

RANGKUMAN KEMISKINAN ABSOLUT DAN KEMISKINAN RELATIF

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembangunan Masyarakat Desa


yang diampu oleh Ibu Anie Eka Kusumastuti,S.Pt., MP., M.Sc

Disusun oleh:

BIMO SATRIO PAMBUDI


155050100111112
KELAS A

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
A. DEFINISI KEMISKINAN DAN BENTUK KEMISKINAN

Kusumaningrum A (2013) menyatakan bahwan Kemiskinan merupakan


masalah yang sampai saat ini menjadi beban dan tugas pemerintah beserta
stakeholder terkait, karena menyangkut harkat hidup orang banyak. Tidak mudah
memang untuk mengatasi kemiskinan benar-benar hilang dari kehidupan masyarakat.
Hal ini disebabkan aspek kemiskinan sangat luas dan kompleks yang dipengaruhi
banyak faktor didalamnya dan Arif M. Nur (2010) juga menyatakan bahwa
kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu timbul di setiap negara, baik itu
kemiskinan absolut maupun kemiskinan relatif. Walaupun sudah banyak program-
program yang ditujukan dalam upaya pengentasan kemiskinan, namun masalah ini
tak kunjung selesai juga. Sulitnya penyelesaian masalah ini disebabkan karena
permasalahan yang melibatkan penduduk miskin ternyata sangat kompleks.
Pendekatan dalam penyelesaiannya tidak hanya dilakukan dari segi ekonomi saja
namun segi sosialnya harus dipertimbangkan. Faktor utama penyebab kemiskinan
sebagian besar karena faktor alamiah. Selain itu tidak terjadinya pemerataan hasil
pembangunan juga merupakan faktor penyebab yang tidak dapat diabaikan.
Menurut Susilowati (2010), berdasarkan definisinya kemiskinan dibedakan
menjadi dua yaitu kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut. Kemiskinan relatif
ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencapai standar kehidupan yang
ditetapkan masyarakat setempat. Kemiskinan relatif merupakan suatu kondisi di mana
individu atau kelompok orang berada dalam tingkatan kekurangan dibandingkan
dengan standar kehidupan umum (disebut sebagai garis kemiskinan) yang layak
berlaku di masyarakat. Mereka yang berada di bawah standar penilaian tersebut
dikategorikan sebagai miskin secara relatif. Kemudian yang kedua adalah kemiskinan
absolut, di mana kemiskinan absolut ini berdasarkan ketidakmampuan untuk
mencukupi kebutuhan dasar atau kebutuhan pokok minimum. Seseorang disebut
miskin secara absolut apabila tingkat pendapatannya dibawah garis kemiskinan atau
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum (basic need) seperti pangan,
sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan.
Swaramarinda, D R (2014) menjelaskan bahwa konsep kemiskinan pada
dasarnya berkaitan dengan tingkat kpendapatan dan kebutuhan. Kebutuhan hanya
dibatasai pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan
seseorang dapat hidup secara layak. Jika tingkat pendapatan tidak memenuhi
kebutuhan minimum, maka orang atau rumah tangga tersebut dikatakan miskin.
Dengan kata lain kemiskinan dapat diukur dengan membandingkan tingkat
pendapatan orang atau rumah tangga dengan tingkat pendapatan yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan minimum. Dengan demikian, tingkat pendapatan
minimum merupakan batas antara keadaan miskin dan tidak miskin atau sering
disebut dengan garis kemiskinan, konsep ini dikenal sebagai kemiskinan mutalk
(absolut). Sebaliknya walaupun tingkat pendapatan sudah mencapai tingkat
kebutuhan dasar minimum, tetapi masih kecil dibandingkan dengan tingkat
pendapatan masyarakat sekitarnya, maka orang atau rumah tangga tersebut masih
berada dalam keadaan miskin, konsep ini dikenal sebagai kemiskinan relatif.
Kemiskinan relatif berkaitan dengan masalah pembangunan yang bersifat structural,
yaitu kebijaksanaan yang belum seimbang sehingga menyebabkan ketimpangan
distribusi pendapatan. Masalah ini berkaitan erat dengan masalah kemiskinan absolut
karena kemiskinan absolut merupakan akibat dari ketimpangan distribusi pendapatan.
Jika kesenjangan pendapatan tinggi maka jumlah penduduk miskin akan tinggi,
sedangkan kemiskinan relatif akan selalu timbul selama masih ada ketimpangan
distribusi pendapatan.
Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan
tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti: tingkat kesehatan,
pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan terhadap ancaman
tindak kriminal, ketidakberdayaan menghadapi kekuasaan, dan ketidakberdayaan
dalam menentukan jalan hidupnya sendiri. Suryawati C (2005) Kemiskinan dapat
dibagi dalam empat bentuk, yaitu:
a. Kemiskinan absolut:
Bila pendapatannya di bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk
memenuhi pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang
diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.
b. Kemiskinan relatif:
Kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum
menjangkau seluruh masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan pada
pendapatan.
c. Kemiskinan kultural:
Mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan
oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha memperbaiki tingkat
kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari pihak
luar.
d. Kemiskinan struktural: situasi miskin yang disebabkan karena rendahnya
akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan
sosial politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi
seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan.

B. FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN


Nurwati, N (2008) Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan
diantaranya; rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya derajat kesehatan, terbatasnya
lapangan kerja, dan kondisi keterisolasian. Dalam laporan yang dikeluarkan dari
World Bank (200) diketahui ada lima faktor yang dianggap dapat mempengaruhi
terjadinya kemiskinan, yaitu; pendidikan, jenis pekerjaan, gender, akses terhadap
pelayanan kesehatan dasar dan infrastruktur dan lokasi geografis, bahwa:
1. Kemiskinan selalu dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam mencapai pendidikan
tinggi, hal ini berkaitan dengan mahalnya biaya pendidikan, walaupun pemerintah
Indonesia telah mengeluarkan kebijakan untuk membebaskan uang bayaran di
tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Menengah Pertama (SLTP),
namun komponen biaya pendidikan lain yang harus dikeluarkan masih cukup
tinggi, seperti uang buku dan seragam sekolah. Biaya yang harus dikeluarkan
orang miskin untuk menyekolahkan anaknya juga harus termasuk biaya kehilangan
dari pendapatan (apportunity cost) jika anak mereka bekerja.
2. Kemiskinan juga selalu dihubungkan dengan jenis pekerjaan tertentu. Di Indonesia
kemiskinan selalu terkait dengan sektor pekerjaan di bidang pertanian untuk
daerah pedesaan dan sektor informal di daerah perkotaan. Pada tahun 2004
terdapat 68,7 persen dari 36,10 juta orang miskin tinggal di daerah pedesaan dan
60 persen diantaranya memiliki kegiatan utama di sektor pertanian, baik di wilayah
pedesaan maupun perkotaan, sektor pertanian merupakan penyebab utama
kemiskinan. Dalam studi tersebut juga ditemukan bahwa sektor pertanian
menyumbang lebih dari 50 persen terhadap total kemiskinan di Indonesia dan ini
sangat kontras jika dibandingkan dengan sektor jasa dan industri. Dengan
demikian tingginya tingkat kemiskinan di sektor pertanian menyebabkan
kemiskinan diantara kepala rumah tangga yang bekerja di sektor pertanian menjadi
lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang bekerja di sektor lainnya.
3. Hubungan antara kemiskinan dengan gender, di Indonesia sangat terasa sekali
dimensi gender dalam kemiskinan, yaitu dari beberapa indikator kemiskinan
seperti tingkat buta huruf, angka pengangguran, pekerja di sektor informal dan
lain-lainnya, penduduk perempuan memiliki posisi yang lebih tidak
menguntungkan daripada penduduk laki-laki.
4. Hubungan antara kemiskinan dengan kurangnya akses terhadap berbagai
pelayanan dasar infrastuktur, sistem infrastruktur yang baik akan meningkatkan
pendapatan orang miskin secara langsung dan tidak langsung melalui penyediaan
layanan kesehatan, pendidikan, transportasi, telekomunikasi, akses energi, air dan
kondisi sanitasi yang lebih baik.
5. Lokasi geografis, ini berkaitan dengan kemiskinan karena ada dua hal. Pertama,
kondisi alam yang terukur dalam potensi kesuburan tanah dan kekayaan alam.
Kedua, pemerataan pembangunan, baik yang berhubungan dengan pembangunan
desa dan kota, ataupun pembangunan antar povinsi di Indonesia. Selain itu dalam
melihat kemiskinan ada dimensi lain yaitu dimensi bukan pendapatan, seperti
rendahnya pencapain di bidang pendidikan dan penyediaan akses pada pelayanan
dasar di berbagai daerah terutama di wilayah timur.

Suryawati C (2005) juga menambahkan beberapa sumber dan proses


penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu :
a. Policy induces processes: proses pemiskinan yang dilestarikan, direproduksi
melalui pelaksanaan suatu kebijakan (induced of policy) diantaranya adalah
kebijakan antikemiskinan, tetapi realitanya justru melestarikan.
b. Socio-economic dualism: negara ekskoloni mengalami kemiskinan karena pola
produksi kolonial, yaitu petani menjadi marjinal karena tanah yang paling subur
dikuasai petani skala besar dan berorientasi ekspor.
c. Population growth: perspektif yang didasari pada teori Malthus bahwa
pertambahan penduduk seperti deret ukur sedang pertambahan pangan seperti
deret hitung.
d. Recources management and the environment: adanya unsur mismanagement
sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian yang asal tebang
akan menurunkan produktivitas.
e. Natural cycles and processes: kemiskinan terjadi karena siklus alam. Misalnya
tinggal di lahan kritis, di mana lahan ini jika turun hujan akan terjadi banjir tetapi
jika musim kemarau akan kekurangan air, sehingga tidak memungkinkan
produktivitas yang maksimal dan terus-menerus.
f. The marginalization of woman: peminggiran kaum perempuan karena perempuan
masih dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan penghargaan
hasil kerja yang diberikan lebih rendah dari laki-laki.

g. Cultural and ethnic factors: bekerjanya faktor budaya dan etnik yang memelihara
kemiskinan. Misalnya, pola hidup konsumtif pada petani dan nelayan ketika panen
raya, serta adat istiadat yang konsumtif saat upacara adat atau keagamaan.
h. Explotative intermediation: keberadaan penolong yang menjadi penodong, seperti
rentenir (lintah darat).
i. Internal political fragmentation and civil stratfe: suatu kebijakan yang diterapkan
pada suatu daerah yang fragmentasi politiknya kuat, dapat menjadi penyebab
kemiskinan.
j. International processes: bekerjanya sistemsistem internasional (kolonialisme dan
kapitalisme) membuat banyak negara menjadi semakin miskin.

Selain beberapa faktor di atas, penyebab kemiskinan di masyarakat khususnya


di pedesaan disebabkan oleh keterbatasan aset yang dimiliki, yaitu:
a. Natural assets: seperti tanah dan air, karena sebagian besar masyarakat desa
hanya menguasai lahan yang kurang memadai untuk mata pencahariannya.
b. Human assets: menyangkut kualitas sumber daya manusia yang relatif masih
rendah dibandingkan masyarakat perkotaan (tingkat pendidikan, pengetahuan,
keterampilan maupun tingkat kesehatan dan penguasaan teknologi).
c. Physical assets: minimnya akses ke infrastruktur dan fasilitas umum seperti
jaringan jalan, listrik, dan komunikasi di pedesaan.
d. Financial assets: berupa tabungan (saving), serta akses untuk memperoleh modal
usaha.
e. Social assets: berupa jaringan, kontak dan pengaruh politik, dalam hal ini
kekuatan bargaining position dalam pengambilan keputusan-keputusan politik.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. N. R. A. 2010. Efek Pengganda Zakat serta Implikasinya terhadap Program
Pengentasan Kemiskinan. Junral Ekbisi Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta 5(1):42-49.
Kusumaningrum, A. 2013. Kebijakan Pembangunan dalam Pengentasan Kemiskinan
Masyrakat Pesisir. Jurnal Agriekonomika 2(1):13-27.
Susilowati, S. H. 2010. Pendekatan Skala Ekivalensi untuk Mengukur Kemiskinan.
Forum Penelitian Agro Ekonomi 28(2):91-105.
Swaramarinda, D. R. 2014. Analisis Dampak Pengangguran terhadap Kemiskinan di
DKI Jakarta. Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis 2(2):63-71.
Nurwati, N. 2008. Kemiskinan : Model Pengukuran, Permasalahan dan Alternatif
Kebijakan. Jurnal Kependudukan Padjajaran 10(1):1-11.
Suryawati, C. 2005. Memahami Kemiskinan secara Multidimensional. JMPK
8(3):121-130.

Anda mungkin juga menyukai