Anda di halaman 1dari 14

PENANGGULANGAN KEMISINAN DAN

KETERRBELAKANGAN DI INDONESIA

Dosen Pengampu :
Dra. Nina Widowati, Msi.

Disusun Oleh :
Ratu Ira Ananda Rasyid

Program Studi Administrasi Publik


Fakultas Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemiskinan adalah salah satu masalah utama di Indonesia. Masalah ini terus
menjadi fokus perhatian pemerintah dan masyarakat karena menyebabkan ketidakadilan
dan kesenjangan sosial yang cukup besar. Kemiskinan di Indonesia terkait erat dengan
masalah pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja yang masih rendah dan kurang
merata di semua wilayah. Oleh karena itu, dalam makalah ini, akan membahas
penyebab dan solusi terhadap masalah kemiskinan di Indonesia. Permasalahan Masalah
kemiskinan di Indonesia sangat kompleks dan multi-dimensi. Meskipun Indonesia telah
memperlihatkan perkembangan ekonomi yang positif selama beberapa dekade terakhir,
namun masih banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan dan sulit untuk
meningkatkan taraf hidup mereka.

Kemiskinan merupakan kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak


dapat memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan yang layak.jadi kemiskinan adalah kondisi tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya secara finansial (diukur dengan biaya).
demikian pula masalah kemanusiaan adalah keterbelakangan ekonomi, hal ini yang
diakibatkan oleh struktur ekonomi dan sosial yang salah, karena memberikan peluang
hanya kepada pemilik modal atau kepada orang kaya, sehingga yang miskin menjadi
semakin miskin.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP KEMISKINAN

 kemiskinan absolut, konsep kemiskinan ini mengenal garis batas kemiskinan.


Pernah ada gagasan yang ingin memasukkan kebutuhan dasar kultur seperti pendidikan,
keamanan, rekreasi dan sebagainya, disamping kebutuhan fisik. Konsep dan ukuran
kemiskinan itu berbeda- beda di setiap daerah, contohnya kebutuhan masyarakat
pedesaan berbeda dengan kebutuhan masyarakat perkotaan, dan begitu pula antara
masyarakat desa pertanian dan desa
 kemiskinan relatif,konsep kemiskinan ini lazimnya diukur berdasarkan
pertimbangan anggota masyarakat tertentu, dengan berorientasi pada derajat kekayaan
hidup. Konsep ini juga telah memperoleh banyak kritikan, terutama karena sangat sulit
menentukan bagaimana hidup yang layak itu. Ukuran kelayakan juga beragam dan terus
berubah- ubah. Apa yang dianggap layak dalam komunitas tertentu boleh jadi tidak
layak bagi komunitas lainnya. Dan apa yang dianggap layak pada saat ini boleh jadi
tidak layak pada dua- lima tahun kedepan
 kemiskinan subyektif dirumuskan berdasarkan kelompok kemiskinan itu
sendiri. Konsep ini tidak mengenal dan tidak memperhitungkan. Kelompok menurut
ukuran kita berbeda di bawah kemiskinan, boleh jadi tidak menganggap dirinya
semacam itu dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu konsep kemiskinan ini
dianggap lebih tepat apabila dipergunakan untuk memahami kemiskinan dan
merumuskan cara atau strategi yang efektif untuk penanggulangannya.

2.2 JENIS DAN BENTUK KEMISKINAN

o Kemiskinan Absolut , suatu kondisi di mana pendapatan seseorang atau


sekelompok orang berada di bawah garis kemiskinan sehingga kurang mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan standar untuk pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan
pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup. Garis kemiskinan
diartikan sebagai pengeluaran rata-rata atau konsumsi rata-rata untuk kebutuhan pokok
berkaitan dengan pemenuhan standar kesejahteraan. Bentuk kemiskinan absolut ini
paling banyak dipakai sebagai konsep untuk menentukan atau mendefinisikan kriteria
seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin.

o Kemiskinan kultural, bentuk kemiskinan yang terjadi sebagai akibat adanya


sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya berasal dari budaya atau
adat istiadat yang relatif tidak mau untuk memperbaiki taraf hidup dengan tata cara
moderen. Kebiasaan  seperti ini dapat berupa sikap malas, pemboros atau tidak pernah
hemat, kurang kreatif, dan relatif pula bergantung pada pihak lain.
o Kemiskinan Relatif, Kemiskinan jenis ini merupakan salah satu bentuk
kemiskinan yang diakibatkan oleh  kebijakan pembangunan yang belum menjangkau
seluruh lapisan masyarakat. Kebijakan ini menyebabkan ketimpangan pendapatan,
seperti banyaknya pengangguran akibat pengangguran. 
o Kemiskinan Alami, Kemiskinan alami adalah kemiskinan akibat kelangkaan
sumber daya alam. Hal ini menyebabkan  produktivitas masyarakat menurun. 
o Kemiskinan Budaya, Kemiskinan budaya adalah kemiskinan yang
disebabkan oleh kebiasaan dan sikap masyarakat dengan budaya santai yang tidak ingin
meningkatkan taraf hidupnya seperti masyarakat modern. 
o Kemiskinan Struktural, Kemiskinan ini terjadi karena struktur sosial gagal
menghubungkan orang dengan sumber daya yang tersedia.

2.3 PERMASALAHAN DALAM KEMISKINAN


 Tidak Meratanya Tingkat Pendidikan 
Pendidikan merupakan salah faktor yang memiliki peran besar dalam
keterkaitannya dengan kemiskinan dan keterbelakangan. Dimulai dari kurangnya
pendidikan yang mempengaruhi akan masuk atau tidaknya ke dalam suatu lapangan
kerja. Karena pada zaman sekarang sudah tidak jarang ditemui seorang sarjana yang
berkompeten. Maka dari itu, persaingan pendidikan sangat diutamakan pada saat-saat
ini. pendidikan disini bukan semena-mena duduk di kelas saja. namun, pendidikan yang
dimaksud merupakan ilmu-ilmu pemahaman teknologi, berinovasi, dan sebagai
macamnya. Dalam strategi pendidikan nasional supaya SDM Indonesia dapat bersaing
setidaknya mereka harus memiliki Sebagian keahlian seperti: penguasaan inovasi
(45%), penguasaan jaringan (25%), penguasaan teknologi (20%), dan penguasaan
kekayaan sumber daya alam hanya (10%). Maka dari itu, Indonesia tidak boleh hanya
bercondong kepada SDA nya saja namun perlu juga penguasaan 4 bidang tersebut
(Abidin, 2016).

Disini ada pula pengaruh terhadap kualitas pendidikan Indonesia yang


menyebabkan ketidakmerataan pendidikan, yaitu:
1. Rendahnya Sarana Fisik
Gedung sekolah yang sudah koyak tidak layak pakai. Media belajar seperti
buku yang tidak dirawat dengan baik.
2. Rendahnya Kualitas Guru
Tidak sedikit guru yang belum maksimal atau profesional dalam menjalankan
tuga dan peran sebagai pengajar pencerdas bangsa.
3. Rendahnya Kesejahteraan Guru
Dengan pendapatan yang tidak seberapa, tidak sepantar dengan tanggung
jawabnya maka tidak sedikit yang merasa kurang sejahtera dengan profesinya.
4. Rendahnya Prestasi Siswa
Dampak yang timbul karena faktor yang sebelumnya mempengaruhi prestasi
siswa yang enggan fokus pendidikan karena mengikuti apa yang mereka lihat.
5. Kurangnya Pemerataan Pendidikan ke Pelosok Desa
Tidak sewajarnya diajarkan bahwa hal ini sudah lumrah di dinas pendidikan.
Banyak pelosok desa yang belum tersentuh dengan yang namanya pendidikan
modern.
6. Rendahnya Kecocokan Pendidikan dan Kebutuhan Kerja
Kerap terjadi kebingungan dalam mencari lapangan kerja yang cocok akan
ilmu yang didapatkan. Hal ini dikarenakan kurikulum yang belum cocok
dengan kebutuhan kerja,
7. Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan yang bermutu itu mahal, itulah yang disuarakan masyarakat,
sehingga masyarakat yang kurang mampu dari segi finansial tidak dapat
menempuh pendidikan.

 Kurangnya lapangan kerja


Secara umum upaya pemerintah mencukupi akan perihal pembukaan lapangan
kerja. Berdasarkan data dari BPS RI dalam 10 tahun terakhir tingkat pengangguran di
Indonesia menurun. Pada tahun 2005 tingkat pengangguran Indonesia mencapai 10,3
persen (dari total jumlah usia kerja) dan mengalami penurunan hingga 7 persen (dari
total jumlah usia kerja)pada tahun 2015. Namun  dalam perjalanannya ada saja
mengalami suatu perhambatan.
        
Salah satu faktor penyebab kemiskinan yakni ialah pengangguran. Penyebab
pengangguran salah satunya kekurangan lapangan pekerjaan. Pertanyaan timbul
bagaimana bisa upaya pemerintah dalam mengupayakan lapangan kerja sudah tercukupi
tetapi mengapa masih banyak pengangguran? Hal ini disebabkan adanya
ketidakseimbangan dan ketidakcocokan antara permintaan lapangan kerja dengan
penawaran lapangan kerja. Disamping itu kondisi pasar kerja juga pada pasar yang
kurang berkualitas sehingga produktivitas dari tenaga kerja juga masih rendah

 Diferensiasi Sosial
Diferensiasi memiliki arti pembeda, berbeda, ataupun pemilah. Keragaman
budaya di Indonesia menimbulkan dengan apa yang disebut diferensiasi sosial.
Diferensiasi sosial memiliki arti yaitu penggolongan yang terjadi karena adanya
keragaman budaya. Hal ini termasuk dari faktor kemiskinan dan keterbelakangan
kenapa? Hal ini terjawab dengan adanya pengamatan terhadapan pelosok desa yang
masih terbengkalai dari segi infrastruktur dan pendidikan. Menurut Durkheim,
heterogenitas dan kompleksitas masyarakat tidak akan mengikis solidaritas masyarakat
namun sebaliknya. Dengan adanya pembagian kerja, maka semakin tinggi tingkat
ketergantungan terhadap individu atau kelompok lain. Ironis dengan kenyataannya.
Dengan bergantung terhadap orang lain, kita dapat terbengkalai jika permasalahannya
mereka tidak peduli dengan kita. Dan ini yang terjadi, masyarakat modern di ibukota
sudah merasakan nyaman dan kemajuan namun enggan untuk membantu mereka yang
belum pernah merasakan kenikmatan

2.3 TEORI DALAM KEMISKINAN


Teori yang Berhubungan dengan yang Ditulis Terdapat beberapa teori yang terkait
dengan masalah kemiskinan di Indonesia. Teori yang paling banyak dipakai untuk
menjelaskan kemiskinan di Indonesia adalah:
Teori Kapabilitas Amartya Sen. Teori ini menekankan pada hak asasi manusia
untuk memperoleh kemampuan dalam hidup yang layak. Kemiskinan di Indonesia
diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk memperoleh akses ke dalam sumber
resmi, yang membantu dinegronya meningkatkan kemampuan hidup. Selain itu, teori ini
juga menunjukkan bahwa kemiskinan berhubungan dengan kurangnya peluang dan hak
akses pada pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan yang layak.

2.4 ANALISIS MASALAH


Peran pemerintah dalam menangani kemiskinan:
 Kartu Pra Kerja Yang Tidak Tepat Sasaran
Menurut laporan BPK, bantuan program yang berbentuk Kartu Pra Kerja ini tak
tepat sasaran lantaran diterima oleh pekerja yang memiliki gaji di atas Rp3,5 juta. Yang
tercatat dalam aturan program Kartu Pra Kerja, adalah target sasaran untuk pekerja yang
menyalurkan ke tingkat penghasilan yang sesuai dengan Bantuan Subsidi Upah (BSU).
Sebelumnya, BPK dalam laporannya juga menemukan bahwa terdapat 165.544 peserta
Kartu Pra Kerja dengan nilai bantuan sebesar Rp 390,32 miliar masuk daftar blacklist
setelah penetapan sebagai peserta Kartu Prakerja. Akibatnya, terdapat pemborosan
program Kartu Pekerja sebesar Rp 390,32 miliar. Selain itu, mereka juga menemukan
data peserta Kartu Prakerja diragukan kebenarannya lantaran Kartu Tanda Penduduk
(KTP) tidak valid. Akibatnya bantuan program tersebut terindikasi tidak tepat sasaran
dan berpotensi disalahgunakan. Dengan ini, peran pemerintahan yang harus nya
membantu masyarakat kecil malah justru mengalami pembuang buangan dana secara
tidak langsung.

 Bantuan Langsung Tunai (BLT) 


Bantuan Langsung Tunai atau BLT adalah program bantuan pemerintah berjenis
pemberian uang tunai atau beragam bantuan lainnya, baik bersyarat maupun tak
bersyarat untuk masyarakat miskin. Dana tunai akan diberikan kepada keluarga
pendaftar selama enam tahun.Program ini menargetkan sekitar 2,4 juta keluarga miskin,
dan telah diberikan ke 20 provinsi, 86 daerah, dan 739 sub daerah dengan jumlah telah
menyentuh 816.000 keluarga miskin. Dengan program pemerintahan yang membantu
warga dengan memberikan bantuan, ini sangat membantu masyarakat yang khususnya
bekerja serabutan atau seadanya, dengan tahapan pelaksanaan program bantuan
langsung tunai di Indonesia umumnya dimulai dari sosialisasi, verifikasi data nama
nominasi Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang akan diberikan bantuan, pembagian kartu
BLT, pencairan dana, dan terakhir pembuatan laporan dan evaluasi. Indonesia juga
merupakan negara penyelenggara BLT, dengan mekanisme berupa pemberian
kompensasi uang tunai, pangan, jaminan kesehatan, dan pendidikan dengan target pada
tiga tingkatan: hampir miskin, miskin, sangat miskin. BLT dilakukan pertama kali pada
tahun 2005, berlanjut pada tahun 2009 dan di 2013 berganti nama menjadi Bantuan
Langsung Sementara Masyarakat (BLSM).

Meskipun program BLT di Indonesia telah banyak dinilai sukses oleh beberapa
tokoh, tidak sedikit kritik dan penilaian kurang memuaskan dari beberapa kalangan dari
segi teknisnya. Hal yang menyangkut teknis tersebut adalah pertama, pembagian tidak
merata disebabkan data yang digunakan adalah data lama.

 Beasiswa yang memiskinkan negara


Beasiswa yang diprogramkan pemerintah, atau yang dikenal dengan LPDP,
merupakan tujuan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak bangsa
yang namun pada kenyataannya justru malah berpotensi memiskinkan negara.
Beasiswa LPDP adalah beasiswa pemerintah bagi putra-putri Indonesia untuk
melanjutkan pendidikan tinggi di dalam dan luar negeri. Dalam program ini, tercantum
salah satu syarat bahwa penerima atau alumni beasiswa LPDP harus kembali ke
Indonesia jika menempuh studi di luar negeri. Ratusan alumni beasiswa Lembaga
Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) belum kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan
masa studinya di luar negeri. Dari 35.536 penerima beasiswa LPDP, terdapat 413
lulusan yang belum kembali ke Indonesia. 
Melansir Republika, Direktur Utama LPDP, Andin Hadiyanto, menyatakan bahwa
pihaknya tengah melakukan pendekatan persuasif untuk memulangkan lulusan LPDP
yang belum kembali ke Indonesia.

Menurut Andin Hadiyanto, ada banyak yang melatarbelakangi penerima beasiswa


LPDP tidak mau kembali ke Indonesia, di antaranya:
1. Menikah dengan warga negara asing (WNA) dan menetap di sana,
2. Lanjut studi S3 dengan diakomodir izin studi lanjutan,
3. Bekerja di luar negeri dengan gaji yang lebih tinggi,
4. Lebih memilih bayar ganti rugi daripada kembali ke Indonesia.

Padahal, para penerima beasiswa LPDP ini sudah terikat kontrak. Dalam Pedoman
Umum Calon Penerima Beasiswa LPDP, disebutkan bahwa lulusan LPDP wajib ke
Indonesia setelah menyelesaikan masa studinya. Namun pada kenyataannya dengan
banyaknya jumlah penerima beasiswa ini yang tidak kembali ke Indonesia.

 Bantuan Operasional Sekolah (BOS) 


BOS merupakan Bantuan Operasional Sekolah yang diberikan Pemerintah kepada
anak-anak didik dari tingkat SD SLTP. BOS berupa dana alokasi khusus nonfisik untuk
mendukung biaya operasional non personalia bagi Satuan Pendidikan.Tetapi jika
dilakukan analisis lebih dalam lagi BOS menimbulkan kecemburuan,dan kesenjangan
antara sekolah swasta dan sekolah Negeri. Dana bantuan yang diberikan tidak sebanding
dengan prestasi dan juga banyak menimbulkan masalah, serta memberi ruang bagi
sekolah untuk memungut biaya-biaya yang tidak objektif kegunaannya. 
Seperti Kepala Sekolah dapat mengambil keuntungan dari Dana BOS ini untuk
dibelanjakan keperluan pribadinya melainkan untuk keperluan sekolah. Masih banyak
sekolah-sekolah yang kekurangan fasilitas yang memadai seperti tidak adanya
pendingin ruangan atau kipas angin di dalam kelas, toilet sekolah yang tidak layak pakai
yang dapat menyebabkan penyakit-penyakit serius yang akan ditularkan kepada siswa
dan siswi, tidak dibayarkannya tagihan listrik oleh pihak sekolah yang menyebabkan
matinya saluran air dan saluran listrik di beberapa sekolah. 

 RASKIN/BUlOG
Beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN) adalah program pemerintah dalam upaya
meningkatkan Ketahanan Pangan dan memberikan perlindungan pada keluarga miskin
melalui pendistribusian beras minimal 15 kg/KK/bulan dengan harga Rp. 1.600,- per kg
di titik distribusi. Sementara BULOG adalah perusahaan umum milik negara yang
bergerak di bidang logistik pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha
logistik/pergudangan, survei dan pemberantasan hama, penyediaan karung plastik,
usaha angkutan, perdagangan komoditi pangan dan usaha eceran.
Banyak dari kalangan masyarakat kelas bawah yang mengeluhkan meskipun
harganya rendah, namun kualitas beras RASKIN/BULOG jauh dari kata layak.
Sehingga pemerintah memberhentikan subsidi ini.

 BBM Bersubsidi 
Banyaknya kaum kelas atas yang menikmati, dan tidak adanya kontrol dari
pemerintah, serta tidak adanya UU yang mengatur pelarangan pembelian BBM
bersubsidi bagi Masyarakat mampu. Sehingga memberikan kerugian bagi Negara
karena minimnya, atau kurangnya masyarakat mampu yang pembeli Pertamax. Dan
juga banyak oknum-oknum yang menimbun BBM subsidi ini dan menjualnya kembali
dengan harga yang sangat tinggi. 

2.5 INDIKATOR KEMISKINAN


 Indikator Kemiskinan di Indonesia

Indikator kemiskinan umum meliputi tingkat upah, pendapatan, konsumsi,


kematian balita, imunisasi, malnutrisi anak, fertilitas, kematian ibu, harapan hidup rata-
rata, dan penyerapan anak usia dini. Sekolah dasar, persentase pengeluaran pemerintah
untuk pelayanan yang menyangkut kebutuhan dasar masyarakat, seperti makanan, air,
pertumbuhan penduduk, melek huruf, urbanisasi, pendapatan per kapita dan distribusi
pendapatan. Kemiskinan tidak terbatas pada hidup dalam kemiskinan atau
berpenghasilan rendah, tetapi juga termasuk kurangnya kesehatan, pendidikan, dan
perlakuan yang adil di bawah hukum.

Indeks Kesenjangan Kemiskinan adalah metrik yang menghitung rata-rata


disparitas biaya hidup untuk setiap individu miskin yang mendekati garis kemiskinan.
Indeks kesenjangan kemiskinan secara keseluruhan mewakili nilai moneter pengentasan
kemiskinan tanpa memperhitungkan biaya transaksi atau hambatan. Semakin kecil
indeks kesenjangan kemiskinan, semakin besar sumber keuangan yang tersedia untuk
dana yang didedikasikan untuk pengentasan kemiskinan, objek bantuan dan proyek
yang ditujukan untuk orang miskin. Penurunan kedalaman kemiskinan menunjukkan
bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin sama atau lebih besar dari garis
kemiskinan, kesenjangan pengeluaran mereka juga semakin mengecil.

Indeks Keparahan Kemiskinan merupakan indikator yang melaporkan distribusi


pendapatan di antara penduduk miskin. Perluas frekuensi kemiskinan. Misalnya,
mungkin ada kasus di mana tingkat kemiskinan beberapa penduduk miskin tinggi, tetapi
kesenjangan kemiskinan di antara penduduk miskin kecil. Tingkat kemiskinan lebih
rendah untuk kelompok lain, tetapi kesenjangan kemiskinan di antara orang miskin
besar. Semakin besar nilai indeks, semakin besar kesenjangan antara kaya dan miskin.

Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara detail
indikator indikator kemiskinan tersebut. Adapun indikator-indikator kemiskinan
sebagaimana dikutip dari Badan Pusat Statistika, antara lain sebagai berikut: 
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan dan
papan).
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan,
sanitasi, air bersih dan transportasi).
3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan
keluarga).
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya
alam.Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
6. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan.
7. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
8. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita
korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil)

Daftar Pustaka 
Adawiyah, Sa’diyah El . 2020. Kemiskinan dan Faktor-Faktor Penyebabnya, Vol. 1, Nomor 1, hal 43-50, diakses
dari https://jurnal.umj.ac.id/index.php/khidmatsosial/article/download/6336/4107 

Anggela Ni Luh. “BPK Sebut Kartu Prakerja Tak Tepat Sasaran, Kemenko Perekonomiian Buka Suara” diakses
dari https://ekonomi.bisnis.com/read/20220610/9/1542174/bpk-sebut-kartu-prakerja-tak-tepat-sasaran-kemenko-
perekonomian-buka-suara diakses tanggal 13 Maret 2023.

Aziz, Abdul , 2018. KAJIAN TERHADAP KONTRAK BEASISWA AFIRMASI LEMBAGA PENGELOLA DANA
PENDIDIKAN (LPDP) BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (KUH PERDATA) vol.1
nomor.1 halaman 19 https://jurnal.uns.ac.id/privatlaw/article/view/25608 diakses pada 1 april 20233

Dainuri, 2019. “KONTRIBUSI PENDIDIKAN ENTREPRENEURSHIP: SUATU UPAYA


KONSTRUKTIF MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA PADA MAHASISWA”, Jurnal Of Sharia Economics, vol 1,
nomor 2, hal.8-9 .Diakses dari
http://journal.iaialhikmahtuban.ac.id/index.php/JSE/article/view/54/4 tanggal  1 April 2023

Elvira Handayani Jacobus, dkk. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Rumah Tangga Di
Sulawesi Utara, Vol.19 Nomor 3. Hal 89-90 diakses dari
https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/jpekd/article/download/32744/30937 

Ferezagia, Debrina, Vita. 2018. Analisis Tingkat Kemiskinan di Indonesia, Vol. 1 Nomor 1. Hal 2-3 diakses dari
https://scholarhub.ui.ac.id/cgi/viewcontent.cgi?article=1022&context=jsht.
Jacobus, Elvira Handayani  dkk. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Rumah Tangga Di
Sulawesi Utara, Vol.19 Nomor 3. Hal 89-90 diakses dari
https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/jpekd/article/download/32744/30937 

Ladaria,H Yessi dkk. 2020, “KAJIAN SOSIOLOGI TENTANG TINGKAT KESADARAN PENDIDIKAN PADA
MASYARAKAT DESA LABUAN KAPELAK KECAMATAN BANGGAI SELATAN KABUPATEN BANGGAI LAUT”
Vol.13, Nomor 2, Hal 6-8 diakses https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/holistik/article/view/29334/28476 diakses
tanggal 11 Maret 2023

Mulyadi, Mohammad, “Peran Pemerintah Dalam Mengatasi Pengangguran Dan Kemiskinan Dalam Masyarakat”
diakses dari https://jurnal.dpr.go.id/index.php/kajian/article/view/776 diakses tanggal 13 Maret 2023.

Nanggala, Agil. 2020, “ANALISIS WACANA PEMBAHARUAN KEBIJAKAN ZONASI MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN NADIEM MAKARIM SEBAGAI SOLUSI PEMERATAAN PENDIDIKAN DI INDONESIA”,
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 8 , nomor 2, hal 50. diakses dari
 https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP/article/download/24758/15035 tanggal 1 April 

Petualan, Indah Admin Desa , “PEMBAGIAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT)” diakses dari
http://peteluanindah-lombokbarat.desa.id/agenda/read/pembagian-bantuan-langsung-tunai-blt diakses tanggal 13
Maret 2023.

Papilaya, Josef , 2020. KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN (Suatu Kajian Peranan
Pemerintah Dalam Pengentasan Kemiskinan). Vol 04, Number 01, Hal 83-84 diakses dari
file:///C:/Users/HP/Downloads/1113-2647-1-PB%20(2).pdf https://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

Papilaya, Josef , 2020. KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN (Suatu Kajian Peranan
Pemerintah Dalam Pengentasan Kemiskinan). Vol 04, Number 01, Hal 88-89 diakses dari
file:///C:/Users/HP/Downloads/1113-2647-1-PB%20(2).pdf https://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt 

Sa’diyah El Adawiyah. 2020. Kemiskinan dan Faktor-Faktor Penyebabnya, Vol. 1, Nomor 1, hal 43-50, diakses
dari https://jurnal.umj.ac.id/index.php/khidmatsosial/article/download/6336/4107 

Wijayanto, Hendra  dan Samsul Ode, 2019. “Dinamika Permasalahan Ketenagakerjaan Dan Pengangguran Di
Indonesia”, Vol. 10, Nomor 1, Hal diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/290285-the-dynamics-
of-the-problem-employment-a-04d0b11e.pdf diakses tanggal 13 Maret 2023 

Zulkarnaen, dan Ari Dwi Handoyo, “Faktor-Faktor Penyebab Pendidikan Tidak Merata Di Indonesia” diakses
dari https://bimawa.uad.ac.id/wp-content/uploads/Paper-Seminar-Nasional-2.pdf diakses tanggal 13 Maret 2023.

Anda mungkin juga menyukai