Anda di halaman 1dari 22

“K E M I S K I N A N”

1. Gabriella Grace Santosa_P07125221022


2. Deanissa Az-Zahra_P07125221040
3. Aura Rizky Pinahalan Mukti_P07125221031
4. Salsabila Hajar Febriyanti_P07125221028
5. Intan Rene Kafhaya Ainshod_P07125221014
6. Aulia Putri Andini_P07125221029
7. Rizkia Damayanti_P07125221009
8. Rafif Alzuhli Surya_P07125221023
9. Fenda Nur Diani_P07125221045
PE N G E RTIAN K E MI SK INAN

Secara umum, kemiskinan merupakan kondisi dimana seseorang atau


sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
Konsep yang dipakai BPS dan juga beberapa negara lain adalah
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach), sehingga
kemiskinan merupakan kondisi ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (diukur dari
sisi pengeluaran).
I N D I KAT O R K E M I S K I N
AEkonomi
Indikator Kemiskinan Berdasar kan Dimensi N
Berdasarkan sudut pandang ekonomi, kemiskinan adalah bentuk ketidakmampuan dari pendapatan
seseorang maupun sekelompok orang untuk mencukupi kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar.
Dimensi ekonomi dari kemiskinan diartikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan
atau dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan seseorang baik secara finansial maupun
jenis kekayaan lainnya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
(Suryawati, 2004: 123). Dari pengertian ini, dimensi ekonomi untuk kemiskinan memiliki dua aspek,
yaitu aspek pendapatan dan aspek konsumsi atau pengeluaran. Aspek pendapatan yang dapat
dijadikan sebagai indikator kemiskinan adalah pendapatan per kapita, sedangkan untuk aspek
konsumsi yang dapat digunakan sebagai indikator kemiskinan adalah garis kemiskinan.
Indikator Kemiskinan Berdasarkan Dimensi Peran Pemerintah

Pemerintah sebagai regulator sekaligus dinamisator dalam suatu perekonomian merupakan salah
satu pihak yang memiliki peran sentral dalam upaya untuk menanggulangi permasalahan
kemiskinan. Di Indonesia, pelaksanaan penanggulangan permasalahan kemiskinan
dikoordinasikan oleh Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan yang bekerja sama dengan
Departemen Kesehatan dan Departemen Sosial. Program penanggulangan masalah kemiskinan
ini dibiayai melalui Anggaran Pembangunan dan Belanja Nasional (APBN) melalui pos
pengeluaran untuk Program Pembangunan. Prinsip yang digunakan untuk program ini bahwa
penanggulangan kemiskinan dilakukan melalui upaya untuk meningkatkan pembangunan di
bidang sumber daya manusia dan pemenuhan sarana maupun pra sarana fisik. Kedua bentuk
pelaksanaan dalam APBN ini disebut juga investasi pemerintah untuk sumber daya manusia
daninvestasi pemerintah di bidang fisik.
Indikator Kemiskinan Berdasarkan Dimensi Kesehatan

Dari berbagai data kemiskinan yang dihimpun menyebutkan adanya keterkaitan antara kemiskinan
dan kualitas kesehatan masyarakat. Rendahnya kemampuan pendapatan dalam
mencukupi/memenuhi kebutuhan pokok menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk
menjangkau atau memperoleh standar kesehatan yang ideal/layak baik dalam bentuk gizi maupun
pelayanan kesehatan yang memadai. Dampak dari kondisi seperti ini adalah tingginya resiko
terhadap kondisi kekurangan gizi dan kerentanan atau resiko terserang penyakit menular.
Kelompok masyarakat yang disebut miskin juga memiliki keterbatasan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan/pengobatan yang memadai sehingga akan menyebabkan resiko kematian yang
tinggi.
PENYEBAB KEMISKINAN
1. Tingkat pendidikan yang rendah
Tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan seseorang cenderung kurang memiliki
keterampilan, wawasan, dan pengetahuan yang memadai untuk kehidupannya.Sedangkan untuk
dunia kerja maupun dunia usaha, pendidikan adalah modal untuk bersaing dalam mendapatkan
kesejahteraan nantinya. Oleh karena itulah, terjadi banyak pengangguran.
 
2. Lapangan Kerja Terbatas
Dengan terbatasnya lapangan kerja, masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhannya,
karena dengan bekerjalah seseorang mendapatkan upah yang nantinya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pokoknya tersebut.
 
3. Malas Bekerja
Hal ini yang paling sering menjangkiti seseorang yang tak ingin maju dan beranggapan
bahwa kemiskinan itu adalah takdir. Hal-hal tersebut membuat seseorang tidak bergairah dan
bersikap acuh tak acuh untuk bekerja, dan mengantarkan mereka kepada kemiskinan dan
membuat kesejahteraannya menghilang.
 
4. Keterbatasan Modal
Keterbatasan modal juga menghambat perkembangan seseorang. Apalagi untuk orang yang
memiliki tingkat pendidikan rendah, tidak hanya modal material, orang tersebut juga akan
memiliki keterbatasan modal keterampilan atau pengetahuan. Hal ini tentunya menjadi penyebab
kemiskinan yang juga cukup serius.
 
5. Harga kebutuhan yang tinggi
Hal ini juga menjadi alasan kenapa masyarakat yang miskin selalu
merasa kurang atau bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya
sehari-hari. Dalam hal ini, perlu diketahui bahwa sebagian besar
masyarakat keluarga miskin menghabiskan 60–80 persen dari
penghasilannya untuk mencukupi kebutuhan makanan.
U PAYA P E M E R I N TAH M E N GATA
SI
KEMISKINAN
L A N J U T A N. . . .
Selain tiga instrumen utama penanggulangan kemiskinan di atas, pemerintah menerbitkan Keputusan
Presiden Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Tim Koordinasi Peningkatan Dan Perluasan Program Pro-
Rakyat. Upaya peningkatan dan perluasan program pro-rakyat (Klaster IV) dilakukan melalui:
1. Program Rumah Sangat Murah.
2. Program Kendaraann Angkutan Umum Murah.
3. Program Air Bersih Untuk Rakyat.
4. Program Listrik Murah dan Hemat.
5. Program Peningkatan Kehidupan Nelayan.

6. Program Peningkatan Kehidupan Masyarakat Miskin Perkotaan .


 
Program-program Penanggulangan Kemiskinan Klaster I:
1. Program Keluarga Harapan (PKH)
2. Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
3. Program Bantuan Siswa Miskin (BSM)
4. Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
5. Program Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN)
 
Program-program Penanggulangan Kemiskinan Klaster II:
1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
2. Program Perluasan Dan Pengembangan Kesempatan
Kerja/Padat Karya Produktif
 
Program-program Penanggulangan Kemiskinan Klaster III:
1. Kredit Usaha Rakyat (KUR)
2. Kredit Usaha Bersama (KUBE)
JENIS–JENIS KEMISKINA
N
1. Kemiskinan Subjektif
Bentuk kemiskinan yang terjadi karena seseorang memiliki dasar pemikiran sendiri dengan
beranggapan bahwa kebutuhannya belum terpenuhi secara cukup, walaupun orang tersebut
tidak terlalu miskin.
Contoh : pengemis musiman yang muncul di kota-kota besar.

2. Kemiskinan Absolut
Bentuk kemiskinan dimana seseorang/ keluarga memiliki penghasilan di bawah standar
kelayakan atau di bawah garis kemiskinan. Pendapatannya tersebut tidak dapat memenuhi
kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan.
Contoh : keluarga yang kurang mampu.
3. Kemiskinan Relatif
Bentuk kemiskinan yang terjadi karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum
menyentuh semua lapisan masyarakat. Kebijakan tersebut menimbulkan ketimpangan penghasilan
dan standar kesejahteraan.
Contoh : banyaknya pengangguran karena lapangan pekerjaan sedikit.

4. Kemiskinan Alamiah
Bentuk kemiskinan yang terjadi karena alam sekitarnya langka akan sumber daya alam. Hal ini
menyebabkan masyarakat setempat memiliki produktivitas yang rendah.
Contohnya: masyarakat di benua Afrika yang tanahnya kering dan tandus.
5. Kemiskinan Kultural
Bentuk kemiskinan yang terjadi sebagai akibat kebiasaan atau sikap masyarakat dengan
budaya santai dan tidak mau memperbaiki taraf hidupnya seperti masyarakat modern.
Contoh : Suku Badui yang teguh mempertahankan adat istiadat dan menolak kemajuan jaman.

6. Kemiskinan Struktural
Bentuk kemiskinan yang terjadi karena struktur sosial tidak mampu menghubungkan
masyarakat dengan sumber daya yang ada.
Contoh : masyarakat Papua yang tidak mendapatkan manfaat dari Freeport.
DATA K E M I S K I NAN D I I N D O N E S
IA
DATA KEMISKINAN DI INDONESIA 10 TAHUN TERAKHIR

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)


• Maret 2012 jumlah orang miskin di Indonesia tercatat 29,25 juta atau 11,96%.
• Kemudian periode Maret 2013 jumlah orang miskin di Indonesia sebanyak 28,17 juta atau
11,36%.
• Selanjutnya pada Maret 2014 jumlah penduduk miskin tercatat 28,28 juta atau 11,25%.
• Lalu pada Maret 2015 jumlah orang miskin 28,59 juta atau 11,22%.
• Memasuki Maret 2016 penduduk miskin tercatat 28,01 juta atau 10,86%.
● Kemudian Maret 2017 penduduk miskin tercatat 27,77 juta atau 10,64%.
● Maret 2018 jumlah penduduk miskin tercatat 25,95 juta orang atau 9,82%.
● Indonesia sempat mencapai titik terendah dalam hal persentase
kemiskinan yakni sebesar 9,22 persen pada September 2019.
● Persentase penduduk miskin pada September 2020 sebesar 10,19 persen,
meningkat 0,41 persen poin terhadap Maret 2020.
● Jumlah penduduk miskin pada bulan September 2021 sebanyak 26,50 juta
orang atau turun 1,04 juta orang dari data Maret 2021 yang sebanyak 27,54
juta orang.
ASKESKIN
Kebijakan askeskin adalah kebijakan kesehatan terhadap masyarakat miskin melalui
peningkatan akses kesehatan dengan skema asuransi dimana Pemerintah yang membayar
preminya. Askeskin diatur berdasarkan SK Menteri Kesehatan No. 56/Menkes/SK/I/2005 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin.

Tujuan khusus
(1) Terlaksananya registrasi masyarakat miskin yang tepat sasaran sebagai peserta program
Askeskin;
(2) (2) Terlaksananya pelayanan yang efisien dan efektif dalam meningkatkan pemanfaatan dan
taraf kesehatan masyarakat miskin; dan
(3) (3) Terlaksananya pengelolaan keuangan yang akuntabel dan efisien dalam program jaminan
pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin.
Sasaran > masyarakat miskin di seluruh Indonesia.

Prinsip penyelenggaraan >


(1) Diselenggarakan serentak di seluruh Indonesia dengan asas
2
gotongroyong sehingga terjadi subsidi silang;
(2) Mengacu pada prinsip asuransi silang;
3 (3) Pelayanan kesehatan dengan managed care dilaksanakan secara
1
terstruktur dan berjenjang;
(4) Program dilaksanakan secara nirlaba;
4 (5) Menjamin adanya probilitas dan ekuitas dalam pelayanan kepada
peserta; dan
5 (6) Adanya akuntabilitas dan transparansi yang terjamin dengan
mengutamakan prinsip kehati-hatian, efisiensi dan efektivitas
Jenis Pelayanan Askeskin >
(1) pelayanan yang dijamin,
(2) pelayanan yang dibatasi, dan
(3) pelayanan yang tidak dijamin.

Kepesertaan dan Pendanaan Peserta > Program Jaminan Kesehatan


Masyakat Miskin (JKMM) adalah masyarakat miskin yang didasarkan pada
data BPS dan data dari pihak pemerintah daerah dimana selanjutnya tiap
tahun ditentukan kuota penduduk miskin yang mendapatkan jatah JKMM.
Pendanaan program Askeskin bersumber dari Pemerintah Pusat (APBN)
dimana premi yang harus dibayar oleh Pemerintah kepada PT Askes adalah
Rp5.000,00 per jiwa dengan management fee sebesar 5 persen.
DAM PAK K E M I S K I NAN
Pengangguran
Dengan banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki penghasilan karena
tidak bekerja karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan mereka tidak mampu memenuhi
kebutuhan mereka

Kekerasan
ketika tak ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan hidupnya
maka jalan pintas pun dilakukan misalnya merampok menodong mencuri atau menipu

Pendidikan tingkat putus sekolah yang tinggi akibat mahalnya biaya pendidikan membuat
masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau Pendidikan
L A N J U T A N. . .

Kesehatan
Masyarakat miskin umumnya rentan terhadap penyakit ke dikarenakan mereka tinggal di lingkungan
yang kumuh di sungai dan lain-lain di samping itu biaya rumah sakit yang mahal sehingga tak
terjangkau oleh kalangan miskin

Konflik SARA
tanpa bersikap munafik konflik SARA muncul akibat ketidakpuasan dan kekecewaan atas kondisi
miskin yang akut hal ini menjadi bukti lain dari kemiskinan yang kita alami
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai