PENDAHULUAN
Permasalahan yang menjadi tugas utama dari Badan Amil Zakat Nasional
namun sebuah fakta sosial laten yang tersebar luas baik di daerah perkotaan dan
pedesaan serta sampai saat ini belum ada satupun daerah yang bebas dari garis
seperti sandang, pangan, papan, pendidikan dan sanitasi yang bahkan dijadikan
ukuran tingkat kesejahteraan,3 serta kemiskinan pula lazim terlihat pada sikap
individu yang parokial,4 apatis,5 fatalism,6 boros dan tergantung pada orang lain;
1
Poverty Line atau Garis Kemiskinan (GK) mencerminkan nilai rupiah pengeluaran
minimum yang diperlukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya selama sebulan,
baik kebutuhan makanan (Garis Kemiskinan Makanan) maupun non-makanan (Garis Kemiskinan
Non-Makanan). Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan
(GKNM) merupakan nilai pengeluaran minimum untuk kebutuhan non-makanan berupa
perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Berdasarkan Paket komoditi kebutuhan dasar non-
makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. Lihat
https://www.bps.go.id/subject/23/kemiskinan-dan-ketimpangan.html (diakses pada 1 April 2022).
2
miskin/mis·kin/ a tidak berharta; serba kekurangan (berpenghasilan sangat
rendah): para mahasiswa melakukan kegiatan sosial untuk membantu orang-orang --;biar -- asal
cerdik, terlawan jua orang kaya, pb kebijakan itu lebih utama daripada kekayaan;
https://kbbi.web.id/miskin (diakses pada 1 April 2022).
3
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Ekslusif : Ekonomi Islam, (Cet.IV; Jakarta:
Kencana, 2014), h.197.
4
parokial/pa·ro·ki·al/ a 1 bersifat paroki; 2 ki terbatas; sempit; picik (tentang
pandangan politik dan sebagainya).
5
apatis/apa·tis/ acuh tidak acuh; tidak peduli; masa bodoh.
6
fatalisme/fa·tal·is·me/ n ajaran atau paham bahwa manusia dikuasai oleh nasib.
2
keluarga yang tinggal dalam satu tempat dimana suami adalah figur
keluarga.7
kemiskinan juga identik dengan letak geografis8 dan jenis pekerjaan; misalnya
daripada berusaha dengan sungguh-sungguh untuk hidup lebih baik dan keluar dari
by being poor, they could receive money. If they were not poor, they had to
7
Sunyoto Usman, Perubahan Sosial: Esai-esai Sosiologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2015), h.75.
8
Letak Geografis adalah letak suatu daerah dilihat dari kenyataan bumi atau posisi daerah
tersebut pada bumi dibandingkan dengan posisi daerah lain. Letak Geografis ini juga ditentukan oleh
segi astromnomis, fisiologis dan sosial budaya..
9
Nur Palikhah, Konsep Kemiskinan…, h.17.
10
Wa Ode Ela Olanda, Strategi adaptasi masyarakat nelayan dalam menghadapi
kemiskinan di Desa Mekar sama Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna, (Neo Societal; Vol.4,
No.1; Januari 2019), h. 587. Kemiskinan kultural, bentuk kemiskinan yang terjadi sebagai akibat
adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya berasal dari budaya atau adat
istiadat yang relatif tidak mau untuk memperbaiki taraf hidupnya dengan tata cara yang modern.
Kebiasaan seperti ini berupa sikap malas, pemboros, kurang kreatif, dan bergantung pada pihak
lain.
3
work hard to convince others that they were poor.’ (Miskin adalah berkah, karena
dengan menjadi miskin, mereka bisa menerima uang. Jika mereka tidak miskin,
mereka miskin).11 Dengan kata lain mereka telah membudayakan nilai-nilai atau
prilaku hidup miskin sebagai cara terbaik untuk tetap menjaga kelangsungan
hidup, meskipun serba kekurangan seperti gizi buruk, pendidikan yang rendah dan
bantuan atau sedekah yang sebenarnya merupakan suatu bentuk adaptasi rasional
11
Oscar Lewis, “Kisah Lima Keluarga” telaah-telaah kasus Orang Meksiko dalam
Kebudayaan Kemiskinan. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1988), h.23.
12
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik ,Kementerian Komunikasi dan
Informatika RI, Program Penanggulangan Kemiskinan Kabinet Indoesia Bersatu II. (Jakarta: Press
Release, 2011), h.15-23. Program Klaster I Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Keluarga ini
bertujuan untuk mengurangi beban rumah tangga miskin melalui peningkatan akses
terhadap pelayanan Kesehatan, Pendidikan, Air bersih dan Sanitasi.
4
Karya Produktif.13
Selanjutnya pada Klaster III, yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang
sebelumnya hanya terbatas pada usaha berskala besar dan kurang menjangkau
pelaku usaha mikro kecil dan menengah seperti usaha rumah tangga dan jenis
usaha mikro lain yang bersifat informal, mempercepat pengembangan sektor riil
dan pemberdayaan UMKM; serta Program Kredit Usaha Bersama (KUBE) yang
13
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan
Informatika RI, Program Penanggulangan Kemiskinan… h.18-36. Program Klaster II
Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat, mengembangkan potensi
dan kapasitas kelompok masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan yang didasarkan pada
prinsip-prinsip.
5
sosialnya.14
kemiskinan yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Republik
program nasional periode 2015-2020 yaitu: (1) pendistribusian zakat kepada fakir
miskin, termasuk pemberdayaan peternak dan petani fakir miskin; (2) layanan
bagi fakir miskin; (5) fasilitas kesehatan tingkat pertama bagi mustahik;
fakir miskin; (8) respon kebencanaan; (9) pendidikan dan asrama gratis berkualitas
14
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan
Informatika RI, Program Penanggulangan Kemiskinan… h.39. Program Klaster III
Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil,
memberikan askes dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil.
6
untuk fakir miskin; (10) bantuan, advokasi dan bimbingan untuk para Mualaf 15 di
tanah air.16
yang terlibat penuh dalam pengumpulan dana zakat, Infak dan Sedekah serta Dana
di Indonesia dapat ditekan atau dapat dihilangkan dengan mudah. Terlebih lagi
jika presentase data kemiskinan hanya fokus pada satu daerah, maka jumlah angka
Daerah dan BAZNAS Daerah menjadi lebih sedikit, kemudian mudah untuk di
tanggulangi.
wilayah ‘terkecil’ dari total wilayah Provinsi Gorontalo; dengan jumlah penduduk
angkatan kerja sebanyak 108.504 jiwa dan yang bukan angkatan kerja sebanyak
57.972 jiwa. Selanjutnya jumlah penduduk dengan usia 15 tahun ke atas berada di
angka 101.654 jiwa.17 Maka berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa
hampir setengah penduduk Kota Gorontalo adalah anak sekolah yang tidak
15
mualaf1/mu·a·laf/ n orang yang baru masuk Islam
16
https://baznas.go.id/featured/baca/Peran_BAZNAS_dalam_Membantu_Kesejahteraan
_Masyarakat_dan_Korelasi_dengan_Ekonomi_Syariah/28 (diakses pada 4 April 2022)
17
Badan Pusat Statistik Kota Gorontalo, Kota Gorontalo dalam Angka 2022, (Gorontalo:
Nomor Publikasi 75710.2201, 2022), h.5. Kota Gorontalo memiliki luas wilayah sebesar 79,59 km2
atau 0,65 persen dari total luas daratan Provinsi Gorontalo.
7
2019 mengalami peningkatan dari 5,45% menjadi 5,59% di tahun 2020 atau
Gorontalo termasuk dalam 3 (tiga) daerah Zona Merah Stunting 19 dengan angka
diatas 30%, terpaut 10% dari standar nutrisi yang ditetapkan oleh World Health
Organization (WHO).20
Jika menengok pemaparan diatas, maka pekerjan rumah dari Baznas Kota
karena peningkatan angka kemiskinan tidak terlalu besar dan hanya terjadi
peningkatan yang tidak signifikan pada kondisi gizi buruk; kemudian selama
sejumlah Rp 48.429.872.336,- (empat puluh delapan milyar, empat ratus dua puluh
Sembilan juta, delapan ratus tujuh puluh dua ribu, tiga ratus tiga puluh enam
18
Program LOCALISE SDGs adalah program bantuan hibah dari Uni Eropa, dan
dilaksanakan oleh United Cities and Local Governments Asia Pacific (UCLG ASPAC), berkerja
sama dengan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) sejak tahun 2018.
19
Stunting adalah gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh gizi buruk,
infeksi yang berulang, dan simulasi psikososial yang tidak memadai. Tiga Daerah di Gorontalo
Masih Tinggi Angka Stunting, dari https://pojok6.id/2019/11/05/tiga-daerah-di-gorontalo-masih-
tinggi-angka-stunting/ (diakses pada 5 April 2022).
20
World Health Organization (WHO) dalam Global Nutrition Targets 2025, stunting
dianggap sebagai suatu gangguan pertumbuhan irreversibel yang sebagian besar dipengaruhi
oleh asupan nutrisi yang tidak adekuat dan infeksi berulang selama 1000 hari pertama kehidupan
(HPK). Dari https://www.its.ac.id/news/2021/10/16/angka-stunting-balita-di-indonesia-masih-
tinggi/ (diakses pada 5 April 2022).
21
Fakhrudin Ismail, Potensi dan Realisasi Zakat di Kota Gorontalo, (Skripsi:
Universitas Negeri Gorontalo, 2018), h.50.
8
padahal potensi pemerolahan zakat selama 5 (lima) tahun sebelumnya tidak bisa
bantuan dana hibah dari Uni Eropa kepada Anggota Asosiasi Pemerintah Kota
BAZNAS yang pastinya juga merujuk pada kegiatan yang serupa yaitu
pengentasan kemiskinan.
dalam hal ini BAZNAS Kota Gorontalo dengan menggunakan indikator yang
Gorontalo bukan disebabkan oleh sikap dan jumlah anggota keluarga dalam satu
komunitas; tetapi kemiskinan juga terjadi akibat upaya pihak lain yang superior
dan menempatkan mereka sebagai inferior agar tetap dalam kondisi miskin;
kemudian diintegrasi oleh institusi formal yang membuat mereka sebagai obyek
22
Sunyoto Usman, Pembanguan dan Peberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004), h.128.
9
berikut.
1. Fokus Penelitian
Corporate Governance;
2. Deskripsi Fokus
penyaluran Zakat;
semua stakeholder.
C. Rumusan Masalah
D. Kajian Pustaka
sampingan’.23
pengelolaan zakat pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dengan melihat
laporan pelaksanaan BAZNAS pada tahun 2001 – 2003 dengan kesimpulan bahwa
walaupun jika melihat pada skala nasional organisasi ini belum berperan secara
Kondisi disebabkan oleh beberapa faktor utama yaitu : (1) Kurang optimalnya
peran anggota BAZNAS, hal ini disebabkan sebagian besar anggota BAZNAS
para tokoh muslim yang mempunyai aktivitas yang sibuk. (2) Terbatasnya Dana
operasional. (3) Sumber Daya Manusia yang masih minim jumlahnya dan
pengalaman dalam mengurus manajemen zakat dan (4) Tidak adanya aturan yang
Undang Nomor 23 Tahun 2011 yang menuai protes dari lembaga zakat (LAZ)
23
Hamzah, Pendayagunaan Zakat pada Badan Amil Zakat Nasional, (Jakarta: Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2009).
24
Maulana Yusuf, Implementasi kebijakan pengelolaan zakat pada Badan Amil Zakat
Nasional, (Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia, 2005).
12
swasta yang terkesan “dinomor duakan” dan berada di bawah lembaga zakat baru
yaitu Badan Amil Zakat bentukan pemerintah. Menurut sebagian LAZ, peraturan
tersebut telah mereduksi dan membatasi gerak LAZ swasta. Kemudian pada
efektifitas dalam menjalankan aturan yang ada dianalisis terhadap kinerja yang
sedang berjalan.
beberapa hasil penelitian. (1) dari aspek kompetensi amil, LAZ di Jawa Timur
dapat dilatih dan dipoles tanpa melihat pada aspek keilmuan khusus. (2)
persyaratan amil zakat secara kelembagaan, sudah ditaati dengan baik. Hampir
semua LAZ telah berbadan hukum dan memiliki legalitas yang kuat. Namun pada
aspek usia amil 40 tahun, hal ini masih menuai protes karena pada usia tersebut
bukan merupakan usia produktif. Maka hanya sebagian kecil LAZ yang
melaksanakannya atau hanya pada dataran direktur atau pimpian saja. (3) dari
aspek pelaporan, LAZ melakukan laporan baik enam bulanan yang berupa laporan
keuangan kinerja dan laporan tahunan yang berupa keuangan, kinerja dan
kelembagaan secara patuh. Bahkan LAZ juga melaporan keuangan dan kinerja
13
kepada muzakki setiap bulan melalui website, majalah bulanan dan bentuk fisik
lainnya. 25
menyimpulkan bahwa Ketika Prinsip dan pilar good governance dalam Lembaga
Amil Zakat (LAZ) akan terimplementasi dengan baik jika mendapat dukungan
salah satu sebab ‘tidak optimalnya’ good governance LAZ, baik secara regional
maupun secara nasional sehingga implikasi keberadaan zakat tidak bisa efektif dan
khususnya, menunjukkan kendala yang sangat kompleks. Hal tersebut berawal dari
perusahaan yang baik dan optimalisasi good governance. Salah satu pilar
organisasi yang harus diterapkan untuk good governance yaitu mendesain dan
25
Basar Dikuraisyin (Jurnal, 2019). Kompetensi Amil, Persyaratan Sampai Pelaporan:
Analisis Efektifitas UU Nomor 23 Tahun 2011 di Lembaga Zakat Jawa Timur. (MAZAWA: Jurnal
Manajemen Zakat dan Wakaf Volume 1 Nomor 1 September 2019, p-ISSN: 2685-7383). h 1-14.
26
Nurul Widyawati Islami Rahayu, Good Service Governance using multiple agency in
The Management Of Zakat (Pakistan Society of Business and Management Research, International
Journal of Management and Administrative Sciences (IJMAS), Vol. 4, No. 06, 2017). h 16-28.
14
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
lembaga pengumpul dan pengelola zakat, harus merujuk pada prinsip GCG
syariah dan muamalah ; 2) Pola distribusi zakat dan seluruh program yang
disusun oleh BAZNAS harus dapat diukur, karena terdapat nilai investasi
15
invesatasi secara sosial harus memiliki benefit yang dapat dipredikisi, serta