Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL SEMINAR MASALAH SOSIAL

UPAYA DAN STRATEGI PEREMPUAN MISKIN WILAYAH KELURAHAN


PEGIRIAN KEC. SEMAMPIR SURABAYA DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN
SEHARI – HARI

Disusun Oleh :

1. Dinda Puspitasari (18510007)


2. Pritha Nurwidya (18510008)
3. Dio Fernanda (18510011)
4. Riska Rahmawati (19510002)
5. Ilham M. Akbar (19510008)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Surabaya merupakan kota kedua terbesar di Indonesia setelah DKI

Jakarta, banyak masalah – masalah sosial turut meningkat ditengah proses

peradaban yang semakin maju, mulai dari permasalahan lahan yang kian

menyempit karena pertumbuhan penduduk, angka kriminalitas yang

tinggi, hingga pada masalah paling kompleks yaitu pembatasan lapangan

kerja bagi perempuan, yang memicu masalah yang tidak kunjung usai dan

telah menjadi sesuatu yang krusial di kota besar, yaitu kemiskinan.

Kemiskinan yang nampak dikota besar rasanya bukan lagi soal

ketidakpunyaan tempat tinggal, namun tentang bagaimana perempuan

terjerat dalam perangkap kemiskinan serta struktur budaya yang terbangun

terhadap seorang perempuan. Di Surabaya, kemiskinan di Kecamatan

Semampir termasuk yang tinggi se – Surabaya, dengan jumlah hampir 15

ribu KK (2016). Walau terjadi kenaikan garis kemiskinan, jumlah

penduduk miskin di kota Surabaya pada tahun 2019 berkurang lebih dari

10 ribu orang menjadi hampir sampai 131 ribu orang (4,51 persen)

disbanding kondisi tahun 2018 yang hamper mencapai 141 ribu orang

(4,88 persen) terjadi penurunan presentase penduduk miskin (po) sekitar

0,37 persen poin. Data ini diambil dari badan statistik kota Surabaya
Ketidaksetaraan gender memberikan beban pula pada

produktivitas, efisiensi, dan kemajuan ekonomi. Dengan menahan

akumulasi sumber daya manusia di rumah dan di pasar tenaga kerja, serta

dengan sistematis mengecualikan perempuan atau laki-laki dari akses ke

sumber daya, jasa publik, atau aktivitas produktif, maka diskriminasi

gender mengurangi kapasitas suatu perekonomian untuk tumbuh serta

mengurangi kapasitas untuk meningkatkan standar kehidupan. (World

Bank, 2005).Prakoso (2020) mengatakan Ketimpangan gender di

Indonesia masih tinggi membuat perempuan sulit mendapatkan hak baik

dari sisi sosial hingga ekonomi. sehingga lebih produktif dan dapat

menjadi korban tindak kekerasan dalam rumah tangga Berdasarkan catatan

Global Gender Gap Report, posisi Indonesia di 83 dari 153 negara

Pemerintah sendiri selalu mencanangkan upaya penanggulangan

kemiskinan dari tahun ketahun. Namun jumlah penduduk miskin

Indonesia tidak juga mengalami penurunan yang signifikan, walaupun

data di BPS menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah penduduk

miskin, secara kualitatif belum menampakkan dampak perubahan yang

nyata malahan kondisinya semakin memprihatinkan tiap tahunnya

(Wongdesmiwati, 2009).Banyak perempuan yang akhirnya tersingkirkan

secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pembangunan. Upah

rendah bagi buruh perempuanmerupakan proses tidak langsung dalam

pemiskinan terhadap perempuan. (Kabul Setio Utomo, 2019). Ditengah

perkembangan zaman serta tuntutan ekonomi di kota besar seperti


Surabaya yang semakin tinggi, kenyataannya banyak perempuan yang

tinggal di wilayah Kecamatan Semampir khususnya kelurahan Pegirian

kenyataannya masih banyak yang tersingkirkan dari pekerjaan public yang

kemungkinan besar bisa dijangkau dan dikerjakan dengan waktu yang

dapat disesuaikan tanpa menghilangkan tugas utamanya yaitu mengurus

anak dan pekerjaan rumah lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka penelitian ini berfokus pada :

1. Bagaimana strategi dan upaya perempuan miskin wilayah Kelurahan

Pegirian, Semampir, Surabaya dalam memenuhi kebutuhan sehari –

hari ?

1.3 Tujuan Penelitian


Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas, Adapun tujuan penelitian

sebagai berikut :

1. Untuk mendeskripsikan strategi dan upaya perempuan miskin wilayah

Kelurahan Pegirian, Semampir, Surabaya dalam memenuhi kebutuhan

sehari – hari

1.4Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi :

1. Bagi Peneliti
Di harapkan peneliti dapat mengetahui bagaimana strategi dan upaya

perempuan miskin memenuhi kebutuhan sehari – hari

2. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu

pengetahuan dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan kemiskinan.


2.1 Konsep Kemiskinan
2.1.1 Definisi Kemiskinan
Kemiskinan merupakan keadaan kurang baik secara sosial maupun

ekonomi yang tidak hanya melintas batas agama, tetapi juga suku dan

kebangsaan. Karakteristik utama dalam kemiskinan adalah rendahnya dan

terbatasnya akses seseorang dalam memenuhi kebutuhan baik pangan,

sandang, papan maupun pendidikan, kesehatan, dan hiburan. Keadaan

tersebut tentu diperlukan penanganan atau solusi dengan pendekatan yang

sesuai karakteristiknya agar angka kemiskinan yang tinggi menjadi

berkurang.1Pengertian kemiskinan menurut Undang-Undang No. 24

Tahun 2004 menyebutkan kemiskinan ialah tidak terpenuhinya hak-hak

dasar untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang

bermartabat karena kondisi sosial ekonomi. Kebutuhan dasar yang

dimaksud bukan sekadar kebutuhan akan makanan saja, tetapi juga

kebutuhan akan pendidikan, perumahan, kesehatan, pekerjaan, rasa aman,

bahkan kebebasan berpendapat. 2

Definisi kemiskinan menurut Bappenas tahun 2004 dalam konteks

strategi penanggulangan kemiskinan, kemiskinan diartikan sebagai kondisi

di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak

terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan serta mengembangkan

kehidupan yang bermartabat. Definisi kemiskinan ini beranjak dari

pendekatan berbasis hak yang mengakui bahwa masyarakat miskin, baik

1
Sanadjihitu Sangadji, Totok Wahyu Abadi, and Luluk Fauziah, “Karakteristik Kemiskinan Dan Penanggulangannya
Di Kabupaten Sidoarjo,” MIMBAR, Jurnal Sosial dan Pembangunan 31, no. 2 (2015): 495.
2
Susana Devi Anggasari, “‘BASMI’ Mental Miskin Untuk Putuskan Rantai Kemiskinan Di Indonesia,” Kompasiana,
2019.
laki-laki maupun perempuan, mempunyai hak-hak dasar yang sama

dengan anggota masyarakat yang lain.3

Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang dialami oleh

anggota masyarakat yang kurang beruntung dalam berbagai hal baik dari

diri pribadi maupun dari faktor luar individu yang mengakibatkan mereka

tidak berdaya dan tidak mampu untuk mengakses sistem sumber yang

adadi sekitarnya.4Kemiskinan pada hakikatnya merujuk pada situasi

kesengsaraan serta ketidakmampuan seseorang, dalam memenuhi

kebutuhan hidup, yang diakibatkan ketidakmampuan negara atau

masyarakat dalam memberikan perlindungan sosial kepada warganya5

2.1.2 Kriteria Kemiskinan


Kemiskinan tidak hanya dilihat dari seseorang yang tidak punya

tempat tinggal atau yang tinggal dijalanan, ada beberapa kriteria yang dapat

menyimpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan miskin, menurut

Kementrian Sosial ada 14 kriteria antara lain :

1. Luas Lantai Bangunan Tempat Tinggal Kurang dari 8 M2 per Orang.


2. Jenis Lantai Tempat Tinggal Terbuat dari Tanah/Bambu/Kayu
Murahan.
3. Jenis Dinding Tempat Tinggal dari Bambu/Rumbia/Kayu Berkualitas
Rendah/Tembok Tanpa Diplester.
3
Erwan Agus Purwanto, “Mengkaji Potensi Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Untuk Pembuatan Kebijakan Anti
Kemiskinan,” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 10, no. 3 (2007): 295–324.
4
Cokorda Gede Surya Putra Trisnu and I Ketut Sudiana, “Pengaruh Pertumbuhan Penduduk, Pengangguran, Dan
Pendidikan Terhadap Tingkat Kemisikinan Kabupaten/Kota Provinsi Bali,” E-Jurnal EP Unud 8, no. 11 (2019): 2622–
2655, http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1357259&val=981&title=PENGARUH
PERTUMBUHAN PENDUDUK PENGANGGURAN DAN PENDIDIKAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN
KABUPATENKOTA PROVINSI BALI.
5
Alfrojems dan Triyanti Anugrahini, “Pengentasan Kemiskinan Perdesaan Melalui Pengembangan Ekonomi Kreatif,
Pariwisata Dan Modal Sosial Alleviating of Rural Poverty Through Creative Economic Development,” 114 Sosio
Informa Vol. 5, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2019. Kesejahteraan Sosial 5 (2019): 113–127.
4. Tidak Memiliki Fasilitas Buang Air Besar/Bersama-sama dengan
Rumah Tangga Lain.
5. Sumber Penerangan Rumah Tangga tidak Menggunakan Listrik.
6. Sumber Air Minum berasal dari Sumur/Mata Air tidak
terlindung/Sungai/Air Hujan.
7. Bahan Bakar untuk Memasak sehari-hari adalah Kayu
Bakar/Arang/Minyak Tanah.
8. Hanya Mengkonsumsi Daging/Susu/Ayam dalam satu kali Seminggu.
9. Hanya Membeli Satu Stel Pakaian Baru dalam Setahun.
10. Hanya Sanggup Makan Sebanyak Satu/Dua Kali dalam Sehari.
11. Tidak Sanggup Membayar Biaya Pengobatan di Puskesmas/Poliklinik.
12. Sumber Penghasilan Kepala Rumah Tangga adalah : Petani dengan
Luas Lahan 500 M2, Buruh Tani, Nelayan, Buruh Bangunan, Buruh
Perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan Pendapatan dibawah
Rp. 600.000,- per Bulan.
13. Pendidikan Tertinggi Kepala Rumah Tangga : Tidak Sekolah atau
Tidak Tamat SD/Tamat SD.
14. Tidak Memiliki Tabungan atau barang yang mudah dijual dengan
Minimal Rp. 500.000,- seperti Sepeda Motor Kredit atau Non Kredit,
Emas, Ternak, Kapal Motor, atau Barang Modal Lainnya.(Anyar,
2020)

2.1.3 Strategi Pemenuhan Kebutuhan

Mekanisme survival adalah suatu upaya seseorang memperbaiki

kondisi perekonomiannya, strategi-strategi yang di lakukannya yaitu: (1).

Strategi pertama berupa pertukaran timbal-balik berupa uang, barang, dan

jasa untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan yang mendadak, seperti

kerebat dekat, tetangga, kerabat luas, maupun rekan kerja (Informal Sosial

Support Networks). (2). Strategi kedua yaitu mengubah komposisi rumah


tangga dengan menitipkan anak kepada neneknya di desa, sehingga

dengan cara ini dapat mengurangi biaya hidup di perkotaan (Flexibel

household composition). (3). Strategi ketiga yaitu dengan

menganekaragamkan sumber usaha, misalnyabekerja menjadi pembantu

rumah tangga, pelayan toko, menjual makanan, dsb. Strategi ketiga di

lakukan karena keterbatasan waktu, keterampilan, modal, serta informasi

yang diperoleh (Clark dalam Bagong, 1996 : 95). Strategi lain yang di

lakukan untuk mensiasati kekurangan dalam memenuhi kebutuhan ialah

memanfaatkan kredit informal, mengikuti arisan, menjual barang-barang

simpanan, menggadaiakan barang, lembur di tempat kerja, atau meminta

kiriman dari orang tua, serta ada juga yang mengurangi jumlah makan

dalam tiap harinya, dan menempati tempat sempit untuk di gunakan

beberapa orang sehingga dapat memperkecil biaya yang akan di tanggung

[unauthorized lanuse (squatting)]. Strategi yang terakhir yaitu

memanfaatkan aset produktif, misalnya, menggunakan rumah, sawah,

ternak, tanaman, untuk keperluan di masa mendatang.6

2.1.4 Kebutuhan Sehari – hari

Kebutuhan sehari hari adalah suatu hal yang harus dipenuhi oleh

kita semua, jika salah satu dari kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi

maka akan ada yang terasa kurang dan tidak lengkap, bisa menyebabkan

6
Ribut Kusumo Handito and Ali Imron, “STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN MASYARAKAT MISKIN DI
WILAYAH SLUM DUKUH KUPANG BARAT-SURABAYA,” Paradigma 03 (2015).
ketidaknyamanan atau bahkan bisa menyebabkan terganggunya

kesehatan.7

Jenis kebutuhan sehari-hari meliputi:

1. Makanan

Makanan adalah salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi

karena tanpa itu manusia tidak dapat hidup. Makanan pokok

yang harus dipenuhi seperti nasi, lauk-pauk, sayur, buah dan

air.

2. Pakaian

Pakaian juga merupakan sesuatu yang wajib ada setiap

hari, karena benda itu kita kenakan setiap hari dan setiap

saat. Selain sebagai penutup dan melindungi tubuh, pakaian

juga saat ini berfungsi sebagai simbol atau menunjukkan

status si pemakainya.

3. Obat-obatan

Pendukung kesehatan seperti obat-obatan dan vitamin

juga merupakan hal penting yang harus kita siapkan

sebagai kebutuhan sehari hari. Vitamin berguna untuk

menjaga daya tahan tubuh supaya tubuh kita tetap sehat.

Vitamin bisa kita konsumsi setiap hari asalkan dengan

takaran yang tepat. Kalau obat-obatan hanya kita konsumsi


7
“Kebutuhan Sehari Hari Yang Wajib Dipenuhi, Apa Saja Sih?,” Cashbac.
pada saat kita sakit, untuk aturan minumnya tentu saja

harus sesuai dengan dosis yang didapatkan dari resep

dokter.

4. Perlengkapan Kebersihan

Kebersihan juga merupakan hal yang penting dalam

kehidupan, baik itu kebersihan diri kita sendiri, kebersihan

tempat tinggal ataupun kebersihan benda-benda atau barang

yang kita pakai. Kebersihan bertujuan agar segala

sesuatunya terlihat bersih dan rapi, juga agar tidak ada

kuman atau virus yang menghinggap.

2.2 Penelitian Terdahulu

Agar tidak terjadi pengulangan pembahasan atau pengulangan penelitian

serta untuk melengkapi wacana yang berkaitan dengan penelitian, maka

diperlukan wacana atau pengetahuan tentang penelitian sejenis yang pernah

diteliti sebelumnya. Ada beberapa penelitian yang mengangkat tema sama

antara lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Rois Ahmad , Sanggar Kanto , Edi

Susilo yang berjudul Fenomena Kemiskinan Dari Perspektif Kepala

Rumah Tangga Perempuan Miskin tahun 2015.

Penelitian ini membahas tentang makna, penyebab, dan strategi kepala

rumah tangga miskin perempuan miskin dalam upaya bertahan dan

melepaskan diri dari kemiskinan yang dialami, menggunakan metode


kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, serta menggunakan teori

feminis liberal. Dari hasil penelitian menjelaskan, makna kemiskinan

dari perspektif perempuan miskin di Desa Wonorejo dimaknai sebagai

“suatu keadaan yang berbeda dari yang lain atau keadaan tidak

semestinya”. Faktor penyebab kemiskinan berdasarkan yang dipahami

oleh Kepala Rumah Tangga Perempuan miskin yaitu dikarenakan

sudah menjadi takdir, pemahaman tersebut merupakan suatu

justifikasi terhadap kondisi kemiskinan yang lama dialami yang

kemudian menjadi sikap pasrah (nerimo ing pandum). Secara umum

Strategi yang menjadi keinginan atau harapan KRTP miskin dalam

berupaya bertahan dan bisa berkembang yaitu masih dalam lingkup

pekerjaan utama yang telah pernah dilakukan sebelumnya, yaitu

pengembangan usaha.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Khuliy Zakiyah tentang Perempuan

dan Kemiskinan (Studi Kasus Kehidupan sebagai buruh bangunan di

Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo) pada tahun

2010. Penelitian ini membahas tentang bagaimana kehidupan

perempuan dalam menjalani pekerjaan sebagai buruh bangunan di

Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo dan bagaimana

pandangan masyarakat Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten

Sidoarjo mengenai perepuan yang bekerja sebagai buruh bangunan,

dimana pekerjaan ini umumnya diasumsikan sebagai pekerjaan laki-

laki. Dari hasil penelitian menjelaskan kehidupan perempuan sebagai


buruh bangunan di desa Tropodo sangan melekat dengan kemiskinan

structural. Hal ini disebabkan karena kelemahan ekonomi yang tidak

memungkinkan mereka untuk memperoleh Pendidikan yang berarti,

mereka hanya bisa menempuh Pendidikan sampai tingkat SD,

sehingga mereka hanya mampu bekerja di sector informal, yakni

sebagai buruh bangunan.tindakan yang mereka lakukan ini terjadi dari

kebiasaan (tradisi) yang turun menurun akibat rendahnya tingkat

Pendidikan serta keterbatasan leterampilah. Masyarakat memandang

bahwa perempuan tidak pantas bekerja sebagai buruh bangunan

didasarkan pada prespektif gender yang menganggap bahwa

perempuan sebagai makhluk lemah lembut,emosional, keibuan, dan

lain sebagainya. Masyarakat di Desa Tropodo memandang bahwa

tidak ada masalah perempuan bekerja sebagai buruh bangunan

didasarkan beratnya beban hidup yang harus ditanggung perempuan

miskin, apalagi bagi perempuan miskin yang menyandang status

janda.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Khorotul Lailiyah yang berjudul

Tipologi Kemiskinan pada Perempuan Madura (Studi Pada Kepala

Rumah Tangga Perempuan Miskin di Desa Lajing Kecamatan

Arosbaya Kabupaten Bangkalan Madura pada tahun 2017. Penelitian

ini membahas tentang tipologi kemiskinan seperti apakah yang terjadi

pada kalangan kepala rumah tangga perempuan miskin di Desa Lajing

Kec Arosbaya Madura, apa sajakah yang menjadi factor kemiskinan


baik strukturan dan kultur pada kalangan kepala rumah tangga

perempuan miskin di Desa Lajing Kec Arosbaya Madura, dan

bagaimana strategi pada kalangan kepala rumah tangga perempuan

miskin di Desa Lajing Kec Arosbaya Maduradalam menangani

kondisi kemiskinan keluarganya. Hasil penelitian tersebut

menjelaskan bahwa tipologi kemiskinan pada kepala rumah tangga

perempuan diakibatkan oleh beberapa factor. Salah satunya adalah

kemiskinan structural. Yaitu adanya sturktur social yang menghambat

kepala rumah tangga miskin untuk mengakses sumber daya produktif

yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Sehingga sumber saya

produktif tidak dapat terdistribusi secara merata.

Dari matriks penelitian diatas, dapat di ketahui bahwa persamaan

penelitian terdahulu dengan yang penelitian yang akan diteliti penulis

adalah sama – sama mengangkat tema perempuan dalam kemiskinan.

Yang membedakan adalah obyek penelitian penulis yang merupakan

perempuan yang selain mengurus rumah tangga namun juga bekerja.

Berlokasi di Kelurahan Pegirian, Kecamatan Semampir, yang dimana

daerah itu adalah daerah yang termasuk kelompok miskin di Surabaya.

Selain itu penulis juga mengkaji tentang strategi dan upaya perempuan

dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

2.3 Teori Yang Digunakan

2.3.1 Teori Kemiskinan


Teori kemiskinan dari Chamber ini dilandasi oleh adanya

kesenjangan antara bentuk perekonomian perkotaan (urban) dan pedesaan

(rural) yang selanjutnya menjadikan adanya kesenjangan berupa

perbedaan standar hidup/kesejahteraan. Teori Chamber ini kemudian

semakin berkembang dengan adanya bentuk pemikiran mengenai

kemiskinan di perkotaan (urban poverty) dan kemiskinan di pedesaan

(rural poverty). Kemiskinan baik di perkotaan maupun di pedesaan

memiliki pokok permasalahan yang saling berkaitan, yaitu urbanisasi atau

perpindahan/migrasi penduduk dari desa menuju ke kota. Menurut Robert

Chambers, inti dari masalah kemiskinan sebenarnya terletak pada apa

yang disebut deprivation trap atau perangkap kemiskinan. Secara rinci,

deprivation trap terdiri dari lima unsur, yaitu: (1) kemiskinan itu sendiri,

(2) kelemahan fisik, (3) keterasingan atau kadar isolasi, (4) kerentanan,

dan (5) ketidakberdaya -an. Kelima unsur ini seringkali saling berkait satu

dengan yang lain sehingga merupakan perangkap kemiskinan yang benar-

benar berbahaya dan mematikan peluang hidup orang atau keluarga

miskin.

2.3.2 Teori Tindakan Sosial

Tindakan sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakannya

itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan

kepada tindakan orang lain. Sebaliknya tindakan invidu yang diarahkan

kepada benda mati atau objek fisik semata tanpa di hubungkannya dengan

tindakan orang lain bukan merupakan tindakan sosial. Individu dalam


masyarakat menurut weber adalah aktor yang kreatif dan realitas sosial

bukan merupakan alat yang statis dari fakta sosial. Artinya tindakan

manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh norma, kebiasaan, nila, dan

sebagainya yang tercakup di dalam konsep fakta sosial. Menurut Weber

terjadi suatu pergeseran tekanan ke arah keyakinan, motivasi, dan tujuan

pada anggota masyarakat yang semuanya memberikan isi pada

kelakuannya. Pelaku mencapai sebuah tujuan atau ia di dorong oleh

motivasi. Weber memperkenalkan konsep pendekatan verstehen untuk

memahami makna dari tindakan seseorang, berasumsi bahwa seseorang

dalam bertindak tidak haya sekedar melaksanakannya tetapi juga

menempatkan diri dalam lingkungan berfikir dan perilaku orang lain.

Konsep pendekatan ini lebih mengarah pada suatu tindakan bermotif pada

tujuan yang hendak dicapai atau in order to motive.

Weber membedakan tindakan sosial manusia kedalam empat tipe.

1. tindakan rasionalitas Instrumental (zwerk rational), dimana

tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan pada

pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan

tindakan itu dan ketersediaan alat dipergunakan untuk

mencapainya.

2. tindakan rasional nilai (werk rational), tindakan rasional ini

memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan

pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-


tujuannya sudah ada dihubungannya dengan nilai-nilai individu

yang bersifat absolute.

3. tindakan afektif (affectual action), tindakan ini di dominasi oleh

perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan

sadar, (spontan, tidak rasional dan merupakan ekspresi emosional

dari individu).

4. Tindakan Tradisional (traditional action), Dalam tindakan jenis

ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan

yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau

perencanaan.8

3.1 Metode Penelitian


3.1.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif yaitu peneliti dengan

memberikan gambaran secara jelas dan sistematis terkait dengan objek

yang diteliti. Penelitian kualitatif adalah Penelitian ini didasari dengan

maksud untuk mendeskripsikan bagaimana strategi dan upaya perempuan

miskin wilayah Kelurahan Pegirian, Semampir dalam memenuhi

kebutuhan sehari – hari. 9

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian naratif, untuk

mendeskripsikan bagaimana strategi dan upaya yang dilakukan oleh

perempuan miskin dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari di wilayah


8
Ana Nur Afifah, “Pola Interaksi Pondok Pesantren Modern Al-Amanah Dengan Masyarakat Sekitar Desa Junwangi
Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo : Tinjauan Sosiologis Perspektif Teori Tindakan Sosial Max Weber”
(Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016), http://digilib.uinsby.ac.id/5932/.
9
MUH. NUZULDIN, “INTERAKSI SOSIAL PEDAGANG SAYUR DI PASAR INDUK MINASA MAUPA KECAMATAN SOMBA
OPU KABUPATEN GOWA” (UIN ALAUDDIN MAKASSAR, 2017).
Kelurahan Pegirian, Semampir, Surabaya. Pendekatan naratif ialah

pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan atau menceritakan

pengalaman individu atau kelompok dalam bentuk teks. Dalam kalimat

lain bahwa peneliti akan menjelaskan, atau mengambarkan data - data

yang telah dikumpulkan di tempat penelitian berupa teks, cerita,

percakapan, gambar serta symbol.10

3.1.2 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pegirian, Kecamatan

Semampir, Kota Surabaya, karena di lokasi Kecamatan Semampir

terdapat lebih dari 15.000 KK yang termasuk dalam keluarga miskin,

berdasarkan data dokumen SIPPA yang di terbitkan oleh Dinas Cipta

Karya dan Tata Ruang Kota Surabaya dalam angka pada tahun 2014.

Dari data tersebut, kecamatan Semampir menduduki menjadi kecamatan

tertinggi daripada wilayah kecamatan lainnya di Surabaya. Oleh karena

itu peneliti menjadikan Kelurahan Pegirian sebagai tempat penelitian

karena berdasarkan fakta dilapangan, perempuan yang tinggal di wilayah

kelurahan Pegirian, Kec. Semampir, tidak bekerja, bagaimana strategi

dan upaya yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari –

hari.

3.1.3 Sumber Data

Sumber data di dalam penelitian merupakan faktor yang sangat

penting, karena sumber data akan menyangkut kualitas dari hasil

10
Himayati, “Pendekatan Naratif Dalam Penelitian Kualitatif,” Hamjah Diha. Or.ID.
penelitian. Oleh karena itu, sumber data menjadi bahan pertimbangan

dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data yang digunakan

oleh peneliti terbagi menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian, dalam hal ini peneliti memperoleh data atau informasi langsung

dengan menggunakan instrumen-instrumen yang telah ditetapkan. Dalam

penelitian ini, data primer yang digunakan oleh peneliti ialah hasil

observasi yang dilakukan melalui wawancara dengan subjek sasaran yaitu

perempuan miskin yang tidak bekerja.

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah perempuan miskin

yang tidak bekerja dan tinggal di wilayah di Kelurahan Pegirian,

Kecamatan Semampir Surabaya sebanyak 5 orang sebagai informan.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapatkan melalui orang

ketiga atau dengan cara tidak langsung bisa melalui informasi yang sudah

ada, melalui catatan, buku maupun arsip lainnya yang sudah ada dan bisa

dinikmati khalayak umum. 11

11
Wahyu Setiawan, “7 Perbedaan Data Primer Dan Sekunder Beserta Contohnya,” Akuntan Muslim, last modified
2019, https://akuntanmuslim.com/perbedaan-data-primer-dan-sekunder/#:~:text=Pengertian Data Primer Dan
Sekunder Menurut Para Ahli&text=Data primer merupakan data yang,informasi berdasarkan data yang ada.
Data sekunder pada penelitian ini berupa dokumentasi atau liputan

selama melakukan penelitian di lapangan, berupa foto selama wawancara,

dan catatan lapangan selama penelitian.

3.1.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yakni penelitian

yang mengandalkan data dari apa yang dilihat di lapangan atau setting

alamiah (Schaefer, 2012 : 55) Teknik pengumpulan data yang digunakan

dengan cara observasi dan wawancara. Observasi dilakukan dengan cara

mengamati aktivitas keseharian informan yakni perempuan miskin.

Sedangkan proses pengambilan data dengan wawancara dilakukan dengan

bertanya secara langsung tentang kehidupan informan yakni perempuan

miskin12

Untuk mempermudah pengambilan data, peneliti menggunakan

beberapa metode pengumpulan data, yaitu :

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan yang di lakukan untuk

maksud tertentu, percakapan ini biasanya di lakukan oleh dua pihak yaitu

pewawancara yang mengajukan pertanyaan kepada informan yang

memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Peneliti menggunakan

12
Studi Kualitatif et al., “Habitus: Jurnal Pendidikan, Sosiologi, Dan Antropologi Volume I No” I, no. 01 (2017): 1–15.
wawancara terstruktur, dengan teknik wawancara dimana pewawancara

sudah menyiapkan daftar pertanyaan, karena tujuan peneliti untuk

menjawab rumusan masalah supaya lebih teratur dan terarah dengan baik 13

Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan jenis

wawancara terstruktur, karena peneliti telah menyiapkan daftar pertanyaan

kepada informan, dengan kriteria perempuan yang tinggal di wilayah

kelurahan Pegirian, yang termasuk dalam kategori perempuan miskin.

2. Observasi

Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam metode penelitian kualitatif.

Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan

pancaindera, baik dari penglihatan, pendengaran, untuk memperoleh

informasi yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah. Hasil

observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana

tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk

memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab

pertanyaan penelitian14

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Teknik observasi non –

partisipan karena peneliti tidak ikut serta dalam kehidupan keseharian

informan dan hanya sebagai pengamat objek yang diteliti.

3.1.5 Teknik Analisis Data


13
M. Si Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, “Materi Kuliah Metodologi,” Gema; Media Komunikasi & Kebijakan Kampus,
last modified 2011, accessed October 27, 2021, https://www.uin-malang.ac.id/r/110601/metode-pengumpulan-
data-penelitian-kualitatif.html.
14
Ibid.
Penelitian ini menggunakan menggunakan 3 teknik analisis data yaitu :

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah langkah untuk menganalisa data dengan cara

memilih hal pokok yang berkaitan dengan penelitian, di langkah ini

memfokuskan hal-hal yang penting dari lokasi penelitian. Setelah

direduksi, data akan ditampilkan lebih jelas agar dapat dipahami.

2. Paparan Data

Pada langkah ini terdiri dari sekumpulan informasi yang tersusun

untuk digunakan untuk penarikan kesimpulan dalam penelitian.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan langkah akhir dalam analisis data.

Langkah ini akan dilakukan penarikan kesimpulan oleh peneliti

berdasarkan data yang diperoleh.


DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Ana Nur. “Pola Interaksi Pondok Pesantren Modern Al-Amanah Dengan Masyarakat

Sekitar Desa Junwangi Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo : Tinjauan Sosiologis

Perspektif Teori Tindakan Sosial Max Weber.” Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya, 2016. http://digilib.uinsby.ac.id/5932/.

Anggasari, Susana Devi. “‘BASMI’ Mental Miskin Untuk Putuskan Rantai Kemiskinan Di

Indonesia.” Kompasiana, 2019.

Anugrahini, Alfrojems dan Triyanti. “Pengentasan Kemiskinan Perdesaan Melalui

Pengembangan Ekonomi Kreatif, Pariwisata Dan Modal Sosial Alleviating of Rural Poverty

Through Creative Economic Development,.” 114 Sosio Informa Vol. 5, No. 02, Mei -

Agustus, Tahun 2019. Kesejahteraan Sosial 5 (2019): 113–127.

Handito, Ribut Kusumo, and Ali Imron. “STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN

MASYARAKAT MISKIN DI WILAYAH SLUM DUKUH KUPANG BARAT-

SURABAYA.” Paradigma 03 (2015).

Himayati. “Pendekatan Naratif Dalam Penelitian Kualitatif.” Hamjah Diha. Or.ID.

Kualitatif, Studi, Perempuan Miskin, Di Desa, Kembang Belor, Kecamatan Pacet, Kabupaten

Mojokerto, and Puji Laksono. “Habitus: Jurnal Pendidikan, Sosiologi, Dan Antropologi

Volume I No” I, no. 01 (2017): 1–15.

MUH. NUZULDIN. “INTERAKSI SOSIAL PEDAGANG SAYUR DI PASAR INDUK

MINASA MAUPA KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN GOWA.” UIN

ALAUDDIN MAKASSAR, 2017.


Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M. Si. “Materi Kuliah Metodologi.” Gema; Media Komunikasi &

Kebijakan Kampus. Last modified 2011. Accessed October 27, 2021. https://www.uin-

malang.ac.id/r/110601/metode-pengumpulan-data-penelitian-kualitatif.html.

Purwanto, Erwan Agus. “Mengkaji Potensi Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Untuk

Pembuatan Kebijakan Anti Kemiskinan.” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 10, no. 3

(2007): 295–324.

Sangadji, Sanadjihitu, Totok Wahyu Abadi, and Luluk Fauziah. “Karakteristik Kemiskinan Dan

Penanggulangannya Di Kabupaten Sidoarjo.” MIMBAR, Jurnal Sosial dan Pembangunan

31, no. 2 (2015): 495.

Setiawan, Wahyu. “7 Perbedaan Data Primer Dan Sekunder Beserta Contohnya.” Akuntan

Muslim. Last modified 2019. https://akuntanmuslim.com/perbedaan-data-primer-dan-

sekunder/#:~:text=Pengertian Data Primer Dan Sekunder Menurut Para Ahli&text=Data

primer merupakan data yang,informasi berdasarkan data yang ada.

Trisnu, Cokorda Gede Surya Putra, and I Ketut Sudiana. “Pengaruh Pertumbuhan Penduduk,

Pengangguran, Dan Pendidikan Terhadap Tingkat Kemisikinan Kabupaten/Kota Provinsi

Bali.” E-Jurnal EP Unud 8, no. 11 (2019): 2622–2655.

http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?

article=1357259&val=981&title=PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK

PENGANGGURAN DAN PENDIDIKAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN

KABUPATENKOTA PROVINSI BALI.

“Kebutuhan Sehari Hari Yang Wajib Dipenuhi, Apa Saja Sih?” Cashbac.

Anda mungkin juga menyukai