ABSTRACT
Poverty is a complex and multidimensional problem. Therefore, poverty reduction needs to
be done through various areas and aspects of life as well as the individual himself as social
beings around the people. Thus the solutions to these problems must be conducted
maximally and comprehensively. Eradication of poverty factors would be very useful for
nation’s development. The purpose of this study was to determine the factors that influence
poverty in Indonesia and what efforts should be made by all parties to overcome those
problems. The approach taken in this study is the literature approach or the study of
literature. The results shows that there are several factors that influence poverty which
require serious treatment of people from government, entrepreneur, businessman,
academics and another parties.
Keywords: causes of poverty, poverty, poverty alleviation, poverty solution.
ABSTRAK
Kemiskinan adalah masalah yang kompleks dan multidimensi. Oleh karena itu, dalam
menanggulangi kemiskinan perlu dilakukan melalui berbagai bidang dan aspek kehidupan
manusia baik sebagai individunya sendiri maupun sebagai makhluk sosial yang berada di
lingkungan masyarakat. Selain itu, upaya tersebut haruslah dilakukan secara maksimal dan
menyeluruh. Pemberantasan faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan akan menjadi
hal yang sangat berguna bagi pembangunan bangsa dan negara. Adapun yang menjadi tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi
kemiskinan di Indonesia dan bagaimana upaya yang harus dilakukan oleh semua pihak
untuk menanggulanginya. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
pendekatan literatur atau studi kepustakaan. Hasil penelitian ini yaitu terdapat beberapa
faktor yang sangat mempengaruhi kemiskinan. Hal ini memerlukan penanganan yang serius
dari berbagai pihak baik pemerintah, wirausahawan atau pengusaha, bahkan dari pihak
akademisi dan juga pihak-pihak lainnya.
Kata kunci: faktor penyebab kemiskinan, kemiskinan, pengentasan kemiskinan, solusi
kemiskinan.
Riswanto A. 2016. Kemiskinan: faktor penyebab dan analisis pemecahan masalah. Jurnal Sosial
Humaniora 7(1): 59-72.
Gambar 1 Fishbone
Selain itu, Yustika menjelaskan dalam Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan
Syawie (2011) bahwa secara ekonomi dan masyarakat berpendapatan tetap akan
politik, kesalahan dan ketidakadilan dalam tergerus daya belinya sehingga bagi
melakukan pembangunan negara ini masyarakat miskin akan semakin sulit
merupakan akibat dari kurang tepatnya untuk memenuhi segala hak hidupnya.
menentukan strategi, akhirnya Sementara itu, berbicara kebijakan
pembangunan menjadi kegagalan yang pemerintah terkait fiskal yang digunakaan
nyata. Perkembangan sektor industri yang untuk kepentingan publik dalam hal ini
mendapat dukungan penuh oleh pemerintah masyarakat miskin pada khususnya,
pada masa lampau tidak dibarengi dengan kebijakan tersebut dapat digunakan sebagai
pembangunan di sektor pertanian. Hal ini altenatif dalam mengurangi tingkat
berakibat pada meningkatnya jumlah kemiskinan sebuah negara. Hal ini dapat
kemiskinan (Syawie 2011). menggambarkan bahwa pertumbuhan dan
Hal ini diperjelas bahwa pertumbuhan perkembangan ekonomi negara tersebut
ekonomi sebuah negara mempengaruhi masuk kategori yang kurang sehat. Alasan
tingkat kemiskinan sebuah negara (Main tepatnya adalah pertumbuhan ekonomi
dan Bradshaw 2015; Yacoub 2012). Tingkat yang terjadi hanya disandarkan pada sektor
kemiskinan dapat kita lihat sangat jelas, kebutuhan akan ekonomi. Hal yang lain dari
penurunannya dapat dilakukan dengan pada itu adalah belum maksimalnya tingkat
memupuk kegiatan ekonomi negara pendapatan yang merata dan dimiliki oleh
tersebut dengan memberikan dukungan negara guna menumbuhkan perekonomian.
yang adil dan proporsional pada Akibatnya, pendapatan tidak memiliki aspek
pengembangan sektor- sektor penting, baik keadilan dan hanya sebagian individu
industri, pertanian ataupun sektor lain. bahkan sebagian kelompok masyarakat saja
Dengan begitu, akan terbuka kebutuhan yang dapat merasakan peningkatan akan
akan tenaga kerja dan berakibat rendahnya pendapatannya.
tingkat pengangguran sebuah negara
sehingga pada gilirannya tingkat Dampak Kemiskinan
kemiskinan dapat ditekan. Berikut adalah dampak jika kemiskinan
Faktor lain yang turut berperan dalam tidak segera diatasi antara lain sebagai
kemiskinan adalah inflasi (Barika 2013; berikut.
Hamzah 2012) dan pengeluaran
pemerintah.
Jurnal Sosial Humaniora ISSN 2087-4928 Volume 7 Nomor 1, April 2016 63
1. Tingginya tingkat pengangguran yang kelaparan dan kekeringan. Oleh karena itu,
diakibatkan oleh pendidikan dan menggunakan definisi relatif kemiskinan di
keterampilan yang rendah, mana norma-norma setiap masyarakat yang
meningkatnya biaya pendidikan penting, sumber daya miskin tidak hanya
berakibat pada semakin sulitnya memiliki bahan tapi harus pada tingkat yang
masyarakat memenuhi kebutuhan akan memungkinkan mereka untuk menikmati
pendidikan sesuai yang diharapkan dan gaya hidup sehari-hari mayoritas dalam
diperlukan oleh dunia industri, ini masyarakat mereka (Madanipour et al.
mengakibatkan masyarakat sangat sulit 2015).
untuk mengembangkan taraf hidupnya
Disisi lain, Syawie (2011) berpendapat
dan sangat tidak memungkinkan
bahwa tidak sedikit masyarakat gagal dalam
memiliki pekerjaan yang layak guna
melalui cobaan kemiskinan dan kelaparan.
menopang kebutuhan dan keperluan
Hancurnya harapan, tidak percaya diri,
hidupnya.
merasa rendah saat bersaing, kondisi yang
2. Praktik kejahatan dan timbulnya sangat fatal akibat dari kondisi hidup yang
berbagai kriminalitas pada masyarakat kalut, yang secara tidak langsung mereka
mengindikasikan bahwa ini efek dari tidak menyadari akan tujuan dan arti hidup
masalah kemiskinan. Kurang memiliki itu sendiri dan berakibat mengambil jalan
kemampuan dalam memenuhi yang tidak sepantasnya dengan harapan
kebutuhan hidup mengakibatkan terbebas dari segala permasalahan yang ada
sebagian masyarakat mengambil jalan di dunia ini dengan cara membunuh dirinya
pintas dan tidak memedulikan sendiri. Banyak orang yang tidak tahan
keselamatan orang lain dan diri juga menghadapi berbagai cobaan hidup,
keluarganya. Selain itu, didukung kekurangan gizi bahkan kelaparan. Hal ini
keterbatasan akan pemahaman agama akan merujuk pada proses kematian lebih
tentang halal dan haramnya harta yang cepat sebelum waktunya. Inilah proses
dihasilkan, masyarakat nekat melakukan kematian secara pelan-pelan tetapi kejam
tindak kriminalitas pada sesama (Syawie 2011).
masyarakat dengan alasan klasik yang
sangat mendesak akan pemenuhan
kebutuhan hidup.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Kondisi lain adalah tidak selesainya
kegiatan pendidikan yang dijalani, Hasil literasi dari penelitian-penelitian
masyarakat miskin lebih mementingkan sebelumnya menunjukkan bahwa
untuk mencari rupiah guna pemenuhan kemiskinan dipengaruhi oleh banyak faktor
hak hidup daripada sekedar harus yaitu yang pertama pertumbuhan ekonomi
mengikuti kesempatan pendidikan. Hal yang meliputi struktur ekonomi, nilai PDB,
ini akan mengakibatkan semakin dan distribusi pendapatan (Main dan
terpuruknya individu tersebut dalam Bradshaw 2015; Yacoub 2012). Faktor yang
lubang kemiskinan. kedua yaitu pengangguran yang meliputi
tingkat pengangguran yang tinggi dan
4. Dengan maraknya kriminalitas,
lapangan pekerjaan yang terbatas (Rusdarti
rendahnya pendidikan, meningkatnya
dan Sebayang 2013; Bodea dan Herman
jumlah anak putus sekolah berakibat
2014). Faktor penyebab yang ketiga yaitu
pada hancurnya generasi penerus
faktor kesehatan yang meliputi akses
bangsa yang tidak berpendidikan, hanya
pelayanan kesehatan dan kualitas kesehatan
bekerja sebagai buruh, dan memiliki
yang rendah (Madanipour et al. 2015).
gangguan baik secara mental, fisik
Faktor penyebab yang keempat yaitu tenaga
maupun cara berpikir mereka.
kerja yang meliputi kualitas pendidikan
Kemiskinan absolut berfungsi untuk tenaga kerja yag rendah, kualitas keahlian
menyoroti penderitaan orang-orang yang rendah, kurang produktivitas, dan upah
yang
64 Riswanto A Pemecahan masalah kemiskinan
http://doi.org/10.1016/j.proenv.2015.05
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .005
Setelah ditentukan masalah prioritas, Hallerod B, H Ekbrand, dan M Bengtsson.
kemudian diambil masalah yang 2015. In-work poverty and labour market
mempunyai total skor paling tinggi. Dengan trajectories: Poverty risks among the
demikian, urutan prioritas permasalahan working population in 22 European
pada kemiskinan adalah: countries. Journal of European Social
Policy, 25(5), 473–488.
1. rendahnya ketersediaan pelayanan dan Hamzah A. 2012. Kebijakan penanggulangan
kualitas pendidikan; kemiskinan dan kelaparan di Indonesia:
2. rendahnya kualitas tenaga kerja; realita dan pembelajaran policy tackling
3. kurangnya ketersediaan lapangan kerja. the poorness and hunger in Indonesia :
reality and study. Jurnal AKK, 1(1), 48–55.
Madanipour A, M Shucksmith, dan H Talbot.
DAFTAR PUSTAKA 2015. Concepts of poverty and social
exclusion in Europe. Local Economy,
Barika. 2013. Pengaruh pertumbuhan 30(7), 721–741.
ekonomi, pengeluaran pemerintah, Main G dan J Bradshaw. 2015. Child poverty
pengangguran dan inflasi terhadap in the UK: Measures, prevalence and
tingkat kemiskinan di Provinsi Se intra- household sharing. Critical Social
Sumatera. Jurnal Ekonomi dan Policy, 36(1), 38–61.
Perencanaan Pembangunan, 05(3), 27–36. Rusdarti dan LK Sebayang. 2013. Faktor-
Bodea G dan E Herman. 2014. Factors faktor yang mempengaruhi tingkat
behind working poverty in Romania. kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah.
Procedia Economics and Finance, 15(14), Jurnal Economia, 9(1), 1–9.
711–720. Syawie M. 2011. Kemiskinan dan
Diunduh pada 05 Mei 2015 dari kesenjangan sosial. Jurnal Informasi, 16
http://doi.org/10.1016/S2212- (03), 213–219.
5671(14)00544-9 Yacoub Y. 2012. Pengaruh tingkat
Chen X, Z Pei, A Lian, F Wang, K Shen, dan Q pengangguran terhadap tingkat
Zhou. 2015. Spatial distribution patterns kemiskinan kabupaten / kota di Provinsi
and influencing factors of poverty - a case Kalimantan Barat. Jurusan Ilmu Ekonomi
study on key country from national Fakultas Ekonomi Universitas
contiguous special poverty- stricken Tanjungpura Pontianak, 8 (3), 176–185.
areas in china. Procedia Environmental
Sciences, 26, 82–90. Diunduh pada 05 Mei
2015 dari