Anda di halaman 1dari 22

AB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
World Health Organization (WHO)
merilis laporan kesehatan ibu dan
anak (Maternal
Mental Health and Child Health
Development) berdasarkan laporan
penelitian yang
dilakukan oleh Robertson, Celasun, dan
Stewart (2003) tentang gangguan mental
setelah
melahirkan. Dalam panduan
tersebut, prevalensi baby blues
mencapai 30 – 75% dan
prevalensi depresi cenderung lebih
rendah yaitu 10 – 15%. Di Indonesia,
penelitian yang
dilakukan di area perkotaan di
Surabaya dan Denpasar
menunjukkan hasil bahwa
prevalensi depresi keduanya lebih dari
20%. Depresi maternal merupakan
gangguan mental
AB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
World Health Organization (WHO)
merilis laporan kesehatan ibu dan
anak (Maternal
Mental Health and Child Health
Development) berdasarkan laporan
penelitian yang
dilakukan oleh Robertson, Celasun, dan
Stewart (2003) tentang gangguan mental
setelah
melahirkan. Dalam panduan
tersebut, prevalensi baby blues
mencapai 30 – 75% dan
prevalensi depresi cenderung lebih
rendah yaitu 10 – 15%. Di Indonesia,
penelitian yang
dilakukan di area perkotaan di
Surabaya dan Denpasar
menunjukkan hasil bahwa
prevalensi depresi keduanya lebih dari
20%. Depresi maternal merupakan
gangguan mental
AB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
World Health Organization (WHO)
merilis laporan kesehatan ibu dan
anak (Maternal
Mental Health and Child Health
Development) berdasarkan laporan
penelitian yang
dilakukan oleh Robertson, Celasun, dan
Stewart (2003) tentang gangguan mental
setelah
melahirkan. Dalam panduan
tersebut, prevalensi baby blues
mencapai 30 – 75% dan
prevalensi depresi cenderung lebih
rendah yaitu 10 – 15%. Di Indonesia,
penelitian yang
dilakukan di area perkotaan di
Surabaya dan Denpasar
menunjukkan hasil bahwa
prevalensi depresi keduanya lebih dari
20%. Depresi maternal merupakan
gangguan mental
MAKALAH
KEBUTUHAN KHUSUS PADA PERMASALAHAN EKONOMI KEMISKINAN
DAN ANAK BANYAK

Dosen Pengampu:Yustina Ananti ,S.ST.Bd.,M.Kes

Disusun oleh:
Kelompok 7

Juvita Christin Laia 220832009


Maria Yanti Elu 220832010
Sutrisni 220832018
Antri Wirana 220832045

PROGAM STUDI S1 KEBIDANAN


STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA 2024

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ kebutuhan Khusus
pada permasalahan ekonomi Kemiskinan dan Anak banyak “ dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Yustina Ananti ,SST.Bd.,M.Kes
selaku Dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Pada Perempuan Dan Anak Dengan Kondisi Rentan
di STIKES Guna Bangsa yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai cara menyikapi mengenai kemiskinan dan anak banyak dengan baik
dan seperti seharusnya. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu
yang akan datang.
Yogyakarta,02 Maret 2024

Penyusun

(Kelompok 7)
Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemiskinan
2.1 Anak Banyak
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu contoh masalah sosial yang disebabkan oleh faktor ekonomi adalah
kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah sosial serius yang dihadapi oleh
pemerintah Indonesia. Meskipun telah berjuang puluhan tahun untuk membebaskan
diri dari kemiskinan, kenyataan memperlihatkan bahwa sampai saat ini Indonesia
belum bisa melepaskan diri dari belenggu masalah kemiskinan. Angka kemiskinan
mmenurut badan pusat statistik (BPS) di indonesia pada september 2017 lalu berada
pada level 10,12% dengan jumlah absolut sebesar 26,58 juta jiwa sedangkan pada
bulan september 2018 mencapai 25,67 juta orang((,9,98%).
Masyarakat kurang mampu pada umumnya lemah dalam kemampuan
berusaha dan terbatas dalam akses ekonomi .sehingga sering kali tertingal dari
masyarakat yang telah memiliki kelebihan dan finansial yang tinggi.
Kemiskinan adalah fenomena multidimensial.Oleh sebab itu, masalah
kemiskinan harus didekati dari berbagai aspek, termasuk di antaranya aspek gender.
Hal ini perlu dilakukan karena laki-laki dan perempuan mengalami kemiskinan secara
berbeda dan memiliki kapasitas berbeda untuk melepaskan diri dari belenggu
kemiskinan. Perbedaan tersebut lahir dari ketimpangan gender yang berpadu dengan
ketimpangan-ketimpangan lain yang dialami kelompok miskin. Semua ini melahirkan
situasi yang membuat perempuan adalah kelompok termiskin di antara orang miskin,.
Pendekatan non-ekonomi terhadap kemiskinan lahir sebagai kritik terhadap
dominannya pendekatan ekonomi dalam wacana kemiskinan.Oleh karena itu, strategi
nasional dan lokal yang diimplementasikan bagi penurunan angka kemiskinan harus
bisa mendorong peningkatan partisipasi dan kesejahteraan perempuan. Apabila
perempuan tidak dijadikan target sasaran pengentasan kemiskinan dan analisis gender
tidak digunakan untuk melihat akar penyebab kemiskinan, maka program-program
pengentasan kemiskinan tidak akan bisa menjangkau kebanyakan perempuan yang
memiliki keterbatan akses terhadap ruang publik.
Kemiskinan sendiri muncul karena ada beberapa faktor, yaitu yang pertama
ialah budaya atau kebiasaan dari masyarakat, kurangnya lapangan pekerjaan, tingkan
pendidikan yang rendah dan pertumbuhan penduduk yang tinggi yang berdampak
pada timbulnya tingkat kriminalitas yang kian merajalela saat ini. Kemudian dalam
meningkatkan kesejahteraan keluarga guna mencapai tingkat hidup yang berkualitas,
perlu adanya kerjasama masyarakat baik laki-laki atau perempuan sesuai dengan
landasan Hukum Undang-Undang no. 25 Tahun 2000 yang menyebutkan bahwa
"laki-laki dan perempuan memiliki peran dan tanggung jawab yang sama dalam
mengelola pembangunan". Hal tersebut menjadi acuan yang menjadikan perempuan
sebagai kader dalam pembangunan kesejahteraan keluarga.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apa pengertian kemiskinan?
b. Apa jenis kemiskinan?
c. Apa penyebab kemiskinan?
d. Apa aspek (akses) penyebab kemiskinan pada perempuan?
e. Apa bentuk penindasan pada perempuan yang dapat memperparah kemiskinan?
f. Apa pengertian dampak kemiskinan
g. Apa instrumen penanggulangan kemiskinan secara umum
h. Apa program untuk menanggulangi kemiskinan pada perempuan?
i. Apa pengertian anak banyak?
j. Faktor yang mempengaruhi anak banyak?
k. Apa dampak bila anak banyak?
l. Apa upaya mengatasi anak banyak?
m. Apa saja peran bidan untuk mengantisipasi anak banyak pada perempuan

1.3 TUJUAN
1. untuk mengetahui penyebab dan dampak kemiskinan pada perempuan serta
faktor apa saja yang mempengaruhi sehingga terjadi kemiskinan pada
perempuan
2. Untuk mengetahui penyebab banyak anak dan faktor yang mempengaruhi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KEMISKINAN
A. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah ketidakmampuan dalam hal untuk membeli barang-barang
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, papan,dan obat-obatan
mendefinisikan dan mengukur kemiskinan karena ia memiliki dimensi ruang
dan waktu . Berbagai konsep, pengertian, dan cara mengukurnyapun terus
berkembang dan menjadi perdebatan yang hangat. Oleh karena itu, konsepnya
harus difahami, apa yang mendrive-nya dan bagaimana mengukur serta
mengatasinya, karena keberhasilan pengurangan kemiskinan sangat ditentukan
oleh pemahaman terhadap konsep kemiskinan itu sendiri. Seseorang dikatakan
miskin atau hidup dalam masalah kemiskinan jika pendapatan atau aksesnya
terhadap barang dan jasa relatif rendah dibandingkan rata-rata orang lain dalam
perekonomian tersebut. Secara absolut, seseorang dinyatakan miskin apabila
tingkat pendapatan atau standar hidupnya secara absolut berada dibawah
subsisten (Ningsih & Andiny, 2018).Kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi
seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya hak-hak dasarnya
untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
(Naomi et al., 2022)
B. Jenis Kemiskinan
1. Kemiskinan Subjektif adalah seseorang memiliki dasar pemikiran sendiri
dengan beranggapan bahwa kebutuhannya belum terpenuhi secara cukup,
walaupun orang tersebut tidak terlalu miskin
2. Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang mendeskripsikan individu-
individu yang tingkat pendapatannya di bawah garis kemiskinan
yangtetapkan oleh negara. Atau bisa juga diartikan seperti keadaan
individu yang penghasilannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
primernya.
3. Kemiskinan Relatif adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh kebijakan
pembangunan yang belum merata sehingga belum dapat menjangkau
seluruh masyarakat. Oleh sebab itu, di sebagian daerah ada penduduknya
yang memiliki ketimpangan pendapatan.
4. Kemiskinan Alamiah adalah kemiskinan dikarenakan langkanya sumber
daya alam yang menyebabkan produktivitas rendah. Contoh: Masyarakat
yang berada di wilayah benua Afrika.
5. Kemiskinan Kultural adalah kemiskinan yang terbentuk karena kebiasaan
masyarakat yang sudah menjadi budaya, baik itu dari nilai-nilai yang
diusung, pemikiran, maupun cara kerja. Contoh kemiskinan kultural yang
banyak terjadi di masyarakat sebagai berikut:
- Malas
- Etos kerja yang rendah
- Mudah menyerah pada nasib
- Budaya masyarakat yang suka korupsi, kolusi, dan nepotisme
- Menolak adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
- Menggantungkan bantuan dari pihak lain, termasuk pemerintah
- Minder
- Suka foya-foya dan konsumtif berlebihan
- Suka mencuri dan memilih jalan pintas untuk sukses
- Mengandalkan harta warisan orang tua
- Tidak berdiri di atas kaki sendiri alias tidak mandiri f
6. Kemiskinan Struktural Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang
berasal dari struktur sosial yang tersemat pada golongan masyarakat
tertentu dan memungkinan terjadinya kondisi di mana mereka tidak dapat
menggunakan sumber daya yang sebenarnya tersedia untuk mereka.
Contoh kemiskinan struktural yang banyak terjadi di masyarakat, yaitu:
- Sebuah daerah yang memiliki sumber daya alam melimpah, tetapi
masyarakatnya tidak dapat menikmati kekayaan tersebut.
- Penggusuran atau pembersihan lahan yang dilakukan oleh
pemerintah di suatu daerah sehingga menyebabkan masyarakat
sekitar tidak memiliki tempat tinggal dan kehilangan pekerjaan.
- Masyarakat di satu daerah tidak sempat memiliki pekerjaan atau
kehilangan pekerjaan karena sumber daya alam daerah tersebut
dikuasai oleh investor asing yang memakai tenaga kerja asing.
- Negara yang miskin karena tidak mampu membayar utang luar
negeri.
C. Penyebab Kemiskinan
1. Kurang Tersedia Lapangan Kerja
Individu yang tidak memiliki pekerjaan yang baik, tetap, dan kontinu,
tentu akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Jangankan mencukupi kebutuhan sekunder hingga tersier, kebutuhan
primer saja susah untuk dipenuhi.Bisa dibayangkan jika kondisi ini
terjadi pada individu-individu lain dalam jumlah yang besar. Negara
tersebut pasti menghadapi masalah kemiskinan yang serius.Oleh karena
itu, pemerintah sudah seharusnya mengelola ketersediaan lapangan kerja
dengan baik dan meningkatkan jumlah entrepreneur-entrepreneuryang
handal dan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Sehingga
stocklapangan kerja bisa menampung banyaknya tenaga kerja.
2. Terjadi Konflik atau Kerusuhan
Terjadinya konflik atau kerusuhan dapat mengganggu kestabilan negara,
baik dari segi politik, ekonomi, sosial, budaya, serta pertahanan dan
keamanan. Kerusuhan dapat menurunkan produktivitas masyarakat
sehingga perdagangan domestik dan ekspor menjadi lesu. Hal ini akan
berakibat pada melambungnya harga pada beberapa barang atau jasa
3. Kurangnya Pendidikan, Ilmu, dan Pengetahuan
Tujuan pendidikam di indonesia adalah:
- Mencerdaskan kehidupan bangsa
- Membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat
- Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi insan yang
mulia, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tidak hanya itu, pendidikan juga diperlukan agar siswa berilmu,
cakap, kreatif, dan mandiri.
- Menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab
Dengan tujuan-tujuan di atas, pendidikan sangat diperlukan
untuk kemajuan seseorang. Kurangnya pendidikan yang diterima
seseorang bisa mengurangi perkembangan potensi seseorang.Seseorang
yang berpendidikan tinggi, setidaknya memiliki peluang yang lebih
besar untuk menumbuhkan jiwa inovasi, cara negosiasi, cara berfikir
ilmiah dan logis, attitude, cara adu argumen, cara menyelesaikan
masalah, cara mencari relasi yang strategis, dan lain-lain.
Seseorang yang kurang berpendidikan akan kehilangan kesempatan-
kesempatan tersebut terutama ketika memasuki dunia kerja, dia akan
kalah bersaing dengan rival-rivalnya.Bisa dibayangkan jika banyak
individu yang kurang pendidikan dalam suatu negara. Bisa dipastikan
negara tersebut akan kekurangan manusia-manusia unggul. Akibatnya,
negara tersebut kekurangan inovasi, penelitian, dan kemampuan
negosiasi yang rendah. Dengan demikian, terjadinya kemiskinan hanya
menunggu waktu.Perlu menjadi catatan, pendidikan yang kami maksud
di sini adalah kemauan seseorang belajar. Pendidikan sendiri ada yang
formal dan ada yang tidak formal.
4. Perubahan Iklim atau Bencana Alam Bencana alam, baik yang
disebabkan oleh perubahan iklim atau bukan sangat berpengaruh besar
pada kondisi kemiskinan seseorang. Jika kita melihat flashbackgempa
bumi yang melanda Lombok dan tsunami yang menerjang Palu pada
tahun yang sama, 2018. Bencana itu sangat menyisakan kegetiran bagi
rakyat Indonesia.Akibat dari bencana tersebut, semuanya lumpuh.
Menghancurkan banyak hal yang telah dibangun. Hal ini bisa
menyebabkan kemiskinan di area tersebut.
5. Terjadinya Ketidakadilan Sosial
Ketidakadilan sosial dapat menyebabkan seseorang memiliki kesempatan
yang berbeda untuk berkembang. Seseorang yang mendapatkan
diskriminasi atau dipersulit perolehan haknya, tentu saja dapat
mengalami kemiskinan.
6. Kekurangan Sumber Daya Air dan Makanan Air dan makanan bisa
dikatakan sebagai kebutuhan mendasar bagi kehidupan. Oleh karena itu,
jangan sampai kekurangan air dan makanan karena jika kekurangan
keduanya dapat menyebabkan kemiskinan.
7. Minimnya Infrastruktur
Kondisi jalan yang buruk, daratan terpisah dari perairan karena tidak
adanya jembatan, minimnya informasi karena keterbatasan koneksi
internet, minimnya transportasi umum, dan lain sebagainya.Hal-hal
tersebut tentu saja akan mengganggu aktivitas ekonomi. Kondisi tersebut
dapat mengurangi kemampuan untuk berkompetisi dengan rival-rival
lainnya.Ketertinggalan tersebut dapat menurunkan daya saing dan
berujung pada kemiskinan.
8. Kurangnya Dukungan Pemerintah Pemerintah yang kurang mendukung
rakyatnya dalam mencari penghasilan dapat menjerumuskan rakyatnya ke
dalam jurang kemiskinan. Dukungan yang diberikan pemerintah kepada
rakyat bisa berupa regulasi, bantuan dana hibah, pengelolaan sumber
daya alam, lapangan kerja, dan sebagainya.
9. Kualitas Kesehatan yang Kurang Baik Mendapatkan layanan kesehatan
sudah menjadi salah satu kebutuhan primer. Kurangnya layanan
kesehatan dapat menyebabkan terjadinya kemiskinan di masyarakat
karena masyarakat yang sakit tidak dapat melakukan pekerjaan dengan
baik.
10. Harga Kebutuhan Tinggi Harga kebutuhan tinggi menyebabkan rakyat
kesulitan untuk membeli barang terutama kebutuhan pokok. Penghasilan
yang didapatkan tidak dapat mencukupi seperti biasanya. Jika hal ini
terjadi dalam jangka yang panjang, kemiskinan akan terjadi

D. Aspek Akses Penyebab Kemiskinan Pada Perempuan


 Akses politik perempuan
 Akses perempuan terhadap pekerjaan
 Akses perempuan terhadap upah yang sama
 Akses perempuan terhadap aset produktif
 Akses perempuan terhadap perlindungan hukum
 Akses perempuan terhadap layanan kesehatan reproduksi
 Akses perempuan terhadap layanan pendidikan
 Minimnya alokasi anggaran pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan perempuan
 Beban perempuan kerja tinggi
E. Peran Bidan kebutuhan khusus padaa permasalahan ekonomi
(kemiskinan dan anak banyak)
1. Peran sebagai pelaksana
Bidan memberikan pelayanan pada siklus kehidupan wanita seperti asuhan ibu hamil,
bersalin, bayi baru lahir, nifas, neonatus, balita, KB, lansia maupun kelompok rentan.
2. Peran bidan sebagai pengelola
Sebagai pengelola bidan mempunyai 2 tugas :tugas pengembangan dasar kesehatan,dan
tugas partisipasi tim,mengembangkan pelayanan dasar ditempatnya,Bidan berpartisipasi
dalam tim untuk melaksanakan program sektor lain seperti pembinaan dukun bayi, kader
kesehatan dan lainan bidan sebagai pengelola.
3. Peran bidan sebagai pendidik
Memberikan pendidikan dan penyuluhan kepada wanita/pasien

2.2. ANAK BANYAK


A. Pengertian
Anak menurut bahasa adalah keturunan kedua sebagai hasil antara hubungan
pria dan wanita. Dalam konsideran Undang-Undang No. 23 Tahun 2002
tentang perlindungan anak, dikatakan bahwa anak adalah amanah dan karuni
Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat
sebagai manusia seutuhnya. 3Artinya bahwa anak adalah makhluk ciptaan
Allah yang wajib dilindungi dan dijaga kehormatannya, martabat dan harga
dirinya secra wajar baik secara hukum, ekonomi, politik, social maupun budaya
tanpa membedaka agama, suku dan ras dan golongan. (Kholiq, 2020)

B. Faktor yang mempengaruhi keluarga mempunya banyak anak


1. Faktor Agama Bagi para pemeluk agama merencanakan jumlah anak
adalah menyalahi kehendak Tuhan. Kita tidak boleh mendahului
kehendak Tuhan apalagi mencegah kelahiran anak dengan
menggunakan alat kontrasepsi supaya tidak hamil .
2. Faktor Ekonomi Anak dipandang sebagai tenaga kerja yang dapat
membantu meningkatkan ekonomi keluarga sehingga mempunyai
banyak anak akan banyak tambahan pendapatan yang akan diperoleh.
Hal ini memang suatu kenyataan dan benar, tetapi belum diperkirakan
nasib anak itu sendiri apakah anak itu memang bisa diharapkan
pendidikannya dan masa depannya. Dalam hal ini , mempunyai banyak
anak malah menjadi masalah
3. Faktor Budaya Budaya dari suatu masyarakat yang memberikan nilai
anak lakilaki lebih dari anak perempuan atau sebaliknya. Hal ini akan
memungkinkan satu keluarga mempunyai banyak anak Bagaimana
kalau keinginan untuk mendapatkan anak lakilaki atau perempuan tidak
terpenuhi mungkin akan menceraikan istrinya dan kawin lagi agar
terpenuhi keinginan memiliki anak laki-laki ataupun anak perempuan.
Disini contohnya suku Batak lebih menginginkan anak Lak-laki
sebagai penerus keturunan.
4. Faktor Usia Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk
mengendalikan kelahiran,oleh karena semakin tua usia orang kawin
berarti semakin sedikit waktu masa reproduktif yang dimiliki oleh
Pasangan Usia Subur (PUS), juga bermanfaat untuk mengurangi resiko
kehamilan. Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu yang yang
telalu muda untuk hamil antara lain: keguguran, tekanan darah tinggi,
keracunan kehamilan, timbulnya kesulitan persalinan, bayi berat lahir
rendah, membesarnya air seni ke vagina, keluarnya gas dan feses ke
vagina atau bisa kanker leher rahim (BKKBN, 2006:2).
5. Faktor Pendidikan Debpuur dkk (2002) menemukan pengaruh umur,
jumlah anak dan pendidikan terhadap pengetahuan alat/cara KB
modern, pengetahuan sumber KB, pemakaian alat/cara KB dan pilihan
fertilitas. Semakin tua umur, semakin banyak jumlah anak dan semakin
tinggi pendidikan, semakin besar pemahaman tentang pentingnya kb
sehingga paritas bisa makin ditekan
C. Dampak Bila mempunyai anak banyak
1. Pada wanita:
- Resiko Kesehatan contoh preeklampsia,perdarahan,prolaps dll
- Pengasuhan:Kesulitan dalam membesarkan anak sekaligus
- Efek psikis:Kesehatan mental selalu jadi isu hangat untuk
dibicarakan di berbagai lapisan masyarakat.
Kesehatan mental menjadi fondasi utama untuk menjalankan
beragam kegiatan. Mental yang sehat juga mendukung kebugaran
fisik seseorang. Maka, penting untuk menjaga kesehatan mental,
sekalipun dalam menghadapi penyakit kritis.perempuan yang
kelelahan akan berpengaruh terhadap psikisnya
- Ekonomi: Keterbatasan Ruang gerak wanita untuk bekerja,karna
wanita mempunyai 2 peran ganda dalam keluarga,pencari nafkah
dan ibu rumah tangga
2. Pada Keluarga
- Orangtua tidak bisa optimal merawat dan mengasuh anak.
Seharusnya Keluarga/ orangtua berfungsi untuk memastikan
bahwa anaknya sehat dan aman, memberikan sarana dan prasana
untuk mengembangkan kemampuan sebagai bekal di kehidupan
sosial, pendidikan,serta sebagai media dalam menanamkan nilai
sosial dan budaya sedini mungkin. Orangtua memberikan kasih
sayang, penerimaan, penghargaan, pengakuan, dan arahan kepada
anaknya.namun jika banyak anak hal itu akan sulit terjadi
- Munculnya banyak permasalahan keluarga seperti permasalahan
ekonomi,perceraian.
- Perbedaan perlakuan orang tua kepada anak-anaknya ketika
perbedaan perlakuan ke masing-masing anak besar maka
perbedaan ini akan berpengaruh pada kesehatan anak-anak dan
hubungan di antara mereka.apalagi jika mempunyai banyak anak.

3. Pemerintah
- Tingkat kelahiran tinggi ini akan menjadi sumber kemiskinan juga
akan menghambat pertumbuhan ekonomi
- Konsekuensi dari peningkatan penduduk terhadap lingkungan
adalah terjadinya kerusakan hutan, alih fungsi lahan,
meningkatnya pencemaran, serta minimnya persediaan air bersih
serta persoalan sampah.
- Peningkatan penduduk menyebabkan berbagai masalah sosial
seperti adanya peningkatan kasus kejahatan,semakin tingginya
angka ketimpangan pendapatan antar warga.
- Peningkatan Angka kematian Ibu dan bayi.
D. Upaya untuk Mengantisipasi agar keluarga tidak banyak anak
1. Mengedukasi masyarakat bahwa untuk membentuk keluarga kecil
sejahtera, harus disesuaikan dengan kondisi ekonomi keluarga tersebut.
2. Mencanangkan keluarga kecil dengan cukup 2 anak
3. Mencegah terjadinya pernikahan di usia dini.
4. Menekan angka kematian ibu dan bayi akibat hamil di usia yang terlalu
muda atau terlalu tua, atau akibat penyakit sistem reproduksi.
5. Menekan jumlah penduduk serta menyeimbangkan jumlah kebutuhan
dengan jumlah penduduk di Indonesia melalui program KB.
6. Edukasi ke masyarakat bahwa bentuklah keluarga yang berkualitas
dimana dengan adanya program Keluarga Berencana dapat membentuk
keluarga yang terjamin dalam soal ekonomi, pendidikan dan pola asuh
anak. Sehingga akan melahirkan generasi-generasi yang berkualitas
juga dan bisa menjadi generasi yang dapat membantu mengatasi
permasalahan di negara ini.
7. Ubah Pandangan Masyarakat Terhadap Program Keluarga Berencana.
Masyarakat Indonesia masih banyak yang belum menyadari betapa
pentingnya menekan laju pertumbuhan penduduk dengan menggunakan
program keluarga berencana. Salah satunya dikarenakan masih banyak
yang berkeyakinan dan mempunyai pemikiran lama yaitu "banyak anak
banyak rezeki" pemikiran ini banyak tertanam di masyarakat Indonesia
yang mengakibatkan mereka tidak menganggap program keluarga
berencana ini penting untuk keberlangsungan dan kemajuan negara
kedepannya.
8. Pentingnya Kesadaran Masyarakat Seharusnya masyarakat lebih sadar
untuk membantu menyelenggarakan program-program yang
dikeluarkan oleh pemerintah demi kelangsungan negara menjadi lebih
baik lagi.Masyarakat harus bahu membahu dan saling mengingatkan
dalam memajukan negara Indonesia. Salah satu nya membantu
pemerintah agar program keluarga berencana terjalankan dengan
maksimal demi mengatasi ledakan jumlah penduduk ndonesia.
Dengan berjalannya keluarga berencana maka kita dapat menghindari
Indonesia dari masalah-masalah ekonomi, kriminalitas, angka jumlah
pengangguran, dan dapat menciptakan keluarga yang berkualitas untuk
membentuk generasi yang berkualitas pula kedepannya
E. Peran Bidan kebutuhan khusus pada permasalahan ekonomi (kemiskinan
dan anak banyak)
1. Peran sebagai pelaksana Bidan memberikan pelayanan pada siklus
kehidupan wanita seperti asuhan ibu hamil,bersalin,bayi baru lahir,
nifas, neonatus, balita, kb, lansia maupun kelompok rentan.
2. Peran sebagai pengelola Sebagai pengelola bidan mempunyai 2
tugas:tugas pengembangan dasar kesehatan,dan tugas partisipasi
tim,mengembangkan pelayanan dasar ditempatnya,Bidan berpartisipasi
dalam tim untuk melaksanakan program sektor lain seperti pembinaan
dukun bayi, kader kesehatan dan lain-lain.
3. Bidan sebagai pendidik Memberikan pendidikan dan penyuluhan
kepada wanita/pasien.
4. Bidan sebagai peneliti Bidan memberikan sumbangsih kepada
pemerintah untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi dalam bentuk
penelitian, dimana penelitian tersebut dapat dipertanggung jawabkan
sistematikanya

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa rumah


tangga merupakan salah satu sumber diskriminasi dan subordinasi terhadap
perempuan dalam konteks masalah gender dan kemiskinan. Laki-laki dan
perempuan mengalami jenis kemiskinan yang berbeda karena ketidaksetaraan dalam
pembagian sumber daya rumah tangga. Kemiskinan perempuan di ruang publik
selalu dikaitkan dengan ketidakmampuan perempuan untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan formal. Bagi perempuan,ruang publik ini sering
digambarkan sebagai tempat kerja atau tempat berusaha, bukan forum komunitas.
Terlepas dari peran domestiknya, seperti arisan, pengajian, atau perkumpulan
keagamaan, dan PKK, keterlibatan dalam forum publik di dalam komunitas
biasanya terbatas. Uraian di atas ini memberikan gambaran singkat dari situasi
kemiskinan yang dihadapi perempuan. Mereka berharap konsep tata pemerintahan
yang adil gender segera dikembangkan oleh pemerintah. Ini akan menjadi upaya
untuk meningkatkan kesadaran semua orang, termasuk para pengambil keputusan
dan pembuat kebijakan. Jadi, perspektif keadilan gender tercermin dalam kebijakan
publik, seperti Undang-Undang, Peraturan Daerah, dan Anggaran Daerah. Ini akan
membantu mengurangi kemiskinan perempuan di Indonesia.

3.2 SARAN
Demikian pokok bahasan masalah yang dapat kami paparkan, besar harapan kami agar
makalah ini dapat bermanfaat. Karena keterbatasan kami menyadari makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharpkan
agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Komnas Perempuan, Solidaritas Perempuan, RUMPUN Tjoet Njak Dien, RUMPUN Gema
Perempuan, Yayasan Panca Buana (2002) "Laporan Penelitian Barsama PRT Domestik
dan PRT Migran". Tidak dipublikasikan.
http://www.scribd.com/26952303/issue kemiskinan dan konsep teoritisny
http://www.scribd.com /program penanggulangan kemiskinan kabinet bersatu II
https://nasional.kompas.com

Kholiq, S. dan A. (2020). Dan Tantangan Global Dalam Perspektif Al- Qur ’ an. Jurnal Imu
Al Quran dan Tafsir, 3(2), 281–296.

Naomi, F., Kawung, G. M. V, & Rorong, I. P. F. (2022). Pengaruh Inflasi dan Pengangguran
Terhadap Kemiskinan di Kota Manado Periode 2007 - 2020. Jurnal Berkala Ilmiah
Efisiensi, 22(6), 97–108.

Anda mungkin juga menyukai