Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASKEB PADA PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN KONDISI RENTAN Dengan


KEBUTUHAN KHUSUS PADA PERMASALAHAN EKONOMI
Mata Kuliah Askeb Pada Perempuan Dan Anak Dengan Kondisi Rentan
Dosen pengampu: Bd. DEVI PUTRI NURSANTI , S.ST,S.Keb. M.kes

Di Susun Oleh :
Kelompok IV S1 Kebidanan

MARNIATI SAHARIA
IRAWATI RUSLAN PUJI RIANINGSIH
MARDA NETY MARYATI U FARA
SUTRIANI BEATRIS NUNES
LUDIA MERES

PROGRAM STUDI S1 S1 IIK STRADA INDONESIA


TAHUN AJARAN 2023 -2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini,guna menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah askeb pada
perempuan dan anak dengan kondisi rentan yang membahas tentang kebutuhan khusus pada
permasalahan ekonomi seperti kemiskinan dan anak banyaktepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian penulisan Dalam penyelesaian penulisan makalah makalah ini, penulis ini,
penulis mengucapkan terima kasih mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya dari berbagai pihak
yang telah memberikan bantuan,bimbingan,arahan sehingga makalah ini dapat terselesaikan pada
waktunya
Segala usaha Segala usaha telah dilakukan untuk telah dilakukan untuk menyempurnakan
makalah menyempurnakan makalah ini. Tapi ini. Tapi kami didalam makalah ini masih banyak
ditemukan kekurangan,oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat dijadikan
masukan guna perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat berguna dan
memberikan manfaat bagi semua pihak terutama bagi kami tim penulis,dan para pembaca.
Papua Barat , 8 Januari 2024

Kelompok IV

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................ iii
A. L atar Belakang Belakang..................................................................................... 1
B. Rumus Rumusan Masalah Masalah...................................................................... 5
C. Tujuan Tujuan Pembahas Pembahasan................................................................. 6
BAB II. Isi
I. Kebutuhan pada permasalahan ekonomi kemiskinan................................................ 7
II. Kebutuhan pada permasalahan ekonomi anak banyak............................................... 8
BAB III. PENUTUP.........................................................................................................
Kesimpulan........................................................................................................ 13
.........................................................................................................................
Saran................................................................................................................. 13
BAB IV. DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu contoh masalah sosial yang disebabkan oleh faktor ekonomi adalah kemiskinan.
Kemiskinan merupakan masalah sosial serius yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia. Meskipun telah
berjuang puluhan tahun untuk membebaskan diri dari kemiskinan, kenyataan memperlihatkan bahwa
sampai saat ini Indonesia belum bisa melepaskan diri dari belenggu masalah kemiskinan. Bank Dunia
mengukur tingkat kemiskinan didunia ini dengan batas Upper Middle-Income Class (UMIC) dengan
pendapatan US$ 5,5 (setara Rp 77 ribu) per hari. Hasilnya, jumlah penduduk miskin di bawah garis ini
justru naik menjadi 24 persen pada Oktober 2019, lebih tinggi dari April 2019 yang sebesar 23,7 persen
Bank Dunia menetapkan Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah ke bawah (Lower Middle
Income) per 1 juli 2019. Status Indonesia turun dari sebelumnya yang masuk kategori negara
berpendapatan menengah ke atas (upper Middle Income). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat
penduduk miskin pada September 2020 sebanyak 27,55 juta jiwa atau meningkat 2,76 juta dibandingkan
tahun sebelumnya. Pada periode September 2020, tingkat kemiskinan, menjadi 10,19 persen atau
meningkat 0,97 poin persentase (pp) dari 9,22 persen periode September 2019
Kemiskinan adalah fenomena multidimensial.Oleh sebab itu, masalah kemiskinan harus
didekati dari berbagai aspek, termasuk di antaranya aspek gender. Hal ini perlu dilakukan karena laki-laki
dan perempuan mengalami kemiskinan secara berbeda dan memiliki kapasitas berbeda untuk
melepaskan diri dari belenggu kemiskinan. Perbedaan tersebut lahir dari ketimpangan gender yang
berpadu dengan ketimpangan-ketimpangan lain yang dialami kelompok miskin. Semua ini melahirkan
situasi yang membuat perempuan adalah kelompok termiskin di antara orang miskin,. Pendekatan non-
ekonomi terhadap kemiskinan lahir sebagai kritik terhadap dominannya pendekatan ekonomi dalam
wacana kemiskinan.Oleh karena itu, strategi nasional dan lokal yang diimplementasikan bagi penurunan
angka kemiskinan harus bisa mendorong peningkatan partisipasi dan kesejahteraan perempuan. Apabila
perempuan tidak dijadikan target sasaran pengentasan kemiskinan dan analisis gender tidak digunakan
untuk melihat akar penyebab kemiskinan, maka program-program pengentasan melihat akar penyebab
kemiskinan, maka program program pengentasan kemiskinan tidak akan bisa menjangkau kebanyakan
perempuan yang memiliki keterbatan akses terhadap ruang publik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kemiskinan?
2. Apa jenis kemiskinan?
3. Apa penyebab kemiskinan?
4. Apa aspek akses penyebab kemiskinan pada perempuan?
5. Apa bentuk penindasan pada perempuan yang dapat memperparah
iv
kemiskinan?
6. Apa indikator yang keadilan yang berbasis ketimpangan gender?
7. Apa pengertian dampak kemiskinan?
8. Apa instrumen penanggulangan kemiskinan secara umum?
9. Apa program untuk menanggulangi kemiskinan pada perempuan?
10. Apa pengertian anak banyak?
11. Faktor yang mempengaruhi anak banyak?
12. Apa dampak bila anak banyak?
13. Apa upaya mengatasi anak banyak?
14. Apa saja peran bidan untuk mengantisipasi anak banyak pada perempuan?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan tujuan pembahasannya adalah:
1) Untuk mengetahui penyebab dan dampak kemiskinan pada perempuan serta faktor apa saja
yang mempengaruhi sehingga terjadi kemiskinan pada perempuan.
2) Untuk mengetahui penyebab Untuk mengetahui penyebab banyak anak banyak anak dan faktor
dan yang mempengaruhi yang mempengaruhi

v
BAB II
KEBUTUHAN KHUSUS PADA PERMASALAHAN EKONOMI
(KEMISKINAN DAN ANAK BANYAK)
1. KEMISKINAN
A. Pengertian Kemiskinan
Adapun pengertian Kemiskinan adalah :
a. Menurut Niemietz Menurut (2011) dalam Maipita (2014), kemiskinan adalah
ketidakmampuan untuk membeli barang-barang kebutuhan dasar seperti makanan,
pakaian, papan, dan obat-obatan
b. Badan Pusat Statistik (2016) mendefinisikan kemiskinan sebagai Ketidak mampuan dari
sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang
diukur dari sisi pengeluaran
c. menurut Kuncoro menurut Kuncoro (2000) dalam Tyas (2016) kemiskinan adalah
ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum.
d. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemiskinan adalah suatu keadaan dimana
seseorang atau daerah tidak dapat meningkatkan kehidupan yang lebih layak atau dapat
dikatakan tidak dapat meningkatkan standar hidup yang lebih baik
B . Jenis kemiskinan
Adapun jenis kemiskinan adalah
a. Kemiskinan Subjektif adalah seseorang memiliki dasar pemikiran sendiri dengan
beranggapan bahwa kebutuhannya belum terpenuhi secara cukup, walaupun orang
tersebut tidak terlalu miskin.
b. Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang mendeskripsikan individu yang
tingkat pendapatannya di bawah garis kemiskinan yang ditetapkan oleh negara.
Atau bisa juga diartikan seperti keadaan individu yang penghasilannya tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan primernya.
c. Kemiskinan Relatif adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh kebijakan
pembangunan yang belum merata sehingga belum dapat menjangkau seluruh
masyarakat. Oleh sebab itu, di sebagian daerah ada penduduknya yang memiliki
ketimpangan pendapatan
d. Kemiskinan Alamiah adalah kemiskinan dikarenakan langkanya sumber daya
alam yang menyebabkan produktivitas rendah. Contoh: Masyarakat yangberada di
wilayah benua Afrika.
e. Kemiskinan Kultural adalah kemiskinan yang terbentuk karena kebiasaan
masyarakat yang sudah menjadi budaya, baik itu dari nilai-nilai yang diusung,
pemikiran, maupun cara kerja. Contoh kemiskinan kultural yang banyak terjadi di
masyarakat sebagai berikut:
• Malas

vi
• Etos kerja yang rendah
• Mudah menyerah pada nasib
• Budaya masyarakat yang suka korupsi, kolusi, dan nepotisme
• Menolak adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
• Menggantungkan bantuan dari pihak lain, termasuk pemerintah
• Minder
• Suka foya-foya dan konsumtif berlebihan
• Suka mencuri dan memilih jalan pintas untuk sukses
• Mengandalkan harta warisan orang tua
• Tidak berdiri di atas kaki sendiri alias tidak mandiri
f. Kemiskinan Struktural adalah kemiskinan yang berasal dari struktur sosial yang
tersemat pada golongan masyarakat tertentu dan memungkinan terjadinya kondisi di
mana mereka tidak dapat menggunakan sumber daya yang sebenarnya tersedia untuk
mereka. Contoh kemiskinan struktural yang banyak terjadi di masyarakat, yaitu
 Sebuah daerah yang memiliki sumber daya alam melimpah, tetapi
masyarakatnya tidak dapat menikmati kekayaan tersebut.
 Penggusuran atau pembersihan lahan yang dilakukan oleh pemerintah di
suatu daerah sehingga menyebabkan masyarakat sekitar tidak memiliki
tempat tinggal dan kehilangan pekerjaan.
 Masyarakat di satu daerah tidak sempat memiliki pekerjaan atau kehilangan
pekerjaan karena sumber daya alam daerah tersebut dikuasai oleh investor
asing yang memakai tenaga kerja asing.
 Negara yang miskin karena tidak mampu membayar utang luar negeri
C. Penyebab Kemiskinan
Secara Umum penyebab kemiskinan adalah:
a) Kurang Tersedia Lapangan Kerja
Individu yang tidak memiliki pekerjaan yang baik, tetap, dan kontinu, tentu akan
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Jangankan mencukupi kebutuhan
sekunder hingga tersier, kebutuhan primer saja susah untuk dipenuhi. Bisa dibayangkan jika
kondisi ini terjadi pada individu-individu lain dalam jumlah yang besar. Negara tersebut pasti
menghadapi masalah kemiskinan yang serius Oleh karena itu pemerintah menghadapi masalah
kemiskinan yang serius. sudah seharusnya mengelola ketersediaan lapangan kerja dengan baik
dan meningkatkan jumlah entrepreneur-entrepreneur yang handal dan memiliki rasa
nasionalisme yang tinggi. Sehingga stock lapangan kerja bias menampung banyaknya tenaga
kerja.

vii
b) Terjadi Konflik atau Kerusuhan
Terjadinya konflik atau kerusuhan dapat mengganggu kestabilan negara, baik dari segi politik,
ekonomi, sosial, budaya, serta pertahanan dan keamanan. Kerusuhan dapat menurunkan
produktivitas masyarakat sehingga perdagangan domestik dan ekspor menjadi lesu. Hal ini akan
berakibat pada melambungnya harga pada beberapa barang atau jasa.
c) Kurangnya Pendidikan, Ilmu, dan Pengetahuan
Tujuan pendidikam di indonesia adalah:
 Mencerdaskan kehidupan bangsa
 Membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat
 Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi insan yang mulia,beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tidak hanya itu, pendidikan juga diperlukan agar
siswa berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.
 Menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Dengan tujuan-tujuan di atas, pendidikan sangat diperlukan untuk kemajuan seseorang.
Kurangnya pendidikan yang diterima seseorang biasa mengurangi perkembangan potensi
seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi, setidaknya memiliki peluang yang lebih besar
untuk menumbuhkan jiwa inovasi, cara negosiasi, cara berfikir ilmiah dan logis, attitude, cara
adu argumen, cara menyelesaikan masalah, cara mencari relasi yang strategis, dan lain-lain.
Seseorang yang kurang berpendidikan akan kehilangan kesempatan tersebut terutama
ketika memasuki dunia kerja, dia akan kalah bersaing dengan rival-rivalnya. Bisa dibayangkan
jika banyak individu yang kurang pendidikan dalam suatu negara. Bisa dipastikan negara
tersebut akan kekurangan manusia-manusia unggul. Akibatnya, negara tersebut kekurangan
inovasi, penelitian, dan kemampuan negosiasi yang rendah. Dengan demikian, terjadinya
kemiskinan hanya menunggu waktu.Perlu menjadi catatan, pendidikan yang kami maksud di
sini adalah kemauan seseorang belajar. Pendidikan sendiri ada yang formal dan ada yang tidak
formal.
d) Perubahan Iklim atau Bencana Alam
Bencana alam, baik yang disebabkan oleh perubahan iklim atau bukan sangat berpengaruh
besar pada kondisi kemiskinan seseorang. Jika kita melihat flashback gempa bumi yang melanda
Lombok dan tsunami yang menerjang Palu pada tahun yang sama, 2018. Bencana itu sangat
menyisakan kegetiran bagi rakyat Indonesia.Akibat dari bencana tersebut. semuanya
lumpuh.Menghancurkan banyak hal yang telah dibangun. Hal ini bisa menyebabkan kemiskinan
di area tersebut.
e) Terjadinya Ketidakadilan Sosial
Ketidakadilan sosial dapat menyebabkan seseorang memiliki kesempatanyang berbeda
untuk berkembang. Seseorang yang mendapatkan diskriminasi atau dipersulit perolehan haknya,
tentu saja dapat mengalami kemiskinan.

viii
f) Kekurangan Sumber Daya Air dan Makanan
Air dan makanan bisa dikatakan sebagai kebutuhan mendasar bagi kehidupan. Oleh karena
itu, jangan sampai kekurangan air dan makanan karena jika kekurangan keduanya dapat
menyebabkan kemiskinan.
g) Minimnya Infrastruktur
Kondisi jalan yang buruk, daratan terpisah dari perairan karena tidak adanya jembatan,
minimnya informasi karena keterbatasan koneksi internet, minimnya transportasi umum, dan lain
sebagainya.Hal-hal tersebut tentu saja akan mengganggu aktivitas ekonomi. Kondisi tersebut dapat
mengurangi kemampuan untuk berkompetisi dengan rival-rival lainnya. Ketertinggalan tersebut
dapat menurunkan daya saing dan berujung pada kemiskinan.
h) Kurangnya Dukungan Pemerintah
Pemerintah yang kurang mendukung rakyatnya dalam mencari penghasilan dapat
menjerumuskan rakyatnya ke dalam jurang kemiskinan. Dukungan yang diberikan pemerintah
kepada rakyat bisa berupa regulasi, bantuan dana hibah, pengelolaan sumber daya alam, lapangan
kerja, dan sebagainya.
i) Kualitas Kesehatan yang Kurang Baik
Mendapatkan layanan kesehatan sudah menjadi salah satu kebutuhan primer. Kurangnya
layanan kesehatan dapat menyebabkan terjadinya kemiskinan di masyarakat karena masyarakat
yang sakit tidak dapat melakukan pekerjaan dengan baik.
j) Harga Kebutuhan Tinggi
Harga kebutuhan tinggi menyebabkan rakyat kesulitan untuk membeli barang
terutama kebutuhan pokok.Penghasilan yang didapatkan tidak dapat mencukupi seperti biasanya.
Jika hal ini terjadi dalam jangka yang panjang, kemiskinan akan terjadi.
D. Perempuan dan masalah kemiskinan
Latar belakang perempuan rentan terhadap kemiskinan adalah,adanya bahasan,mengenai isu
perempuan, yang dimulai dari:
a. Pengertian gender, yaitu atribut dan tingkah laku yang dilekatkan pada perempuan dan laki-laki, serta
dibentuk oleh budaya. Dari sini muncul gagasan mengenai apa yang pantas dilakukan oleh laki-laki
mapupun perempuan (Noerdin, 2006)
b. Adanya budaya patriarki. Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary menyebutkan bahwa patriarki
adalah asociety, a system, or acountry that is ruled or controlled by men (2000). Dimana setiap
kekuasaan dalam masyarakat yang menganut sistem patriarki dikontrol oleh laki-laki. Perempuan hanya
memiliki sedikit pengaruh dalam masyarakat atau bisa dikatakan tidak memiliki hak pada wilayah-
wilayah umum dalam masyarakat. Mereka secara ekonomi, sosial, politik, dan psikologi tergantung pada
laki-laki, khususnya dalam institusi pernikahan. Sehingga dalam keluarga maupun masyarakat
perempuan diletakkan pada posisi subordinat atau inferior . Menurut Madsen pekerjaan perempuan

ix
hanya pada wilayah domestik, mengurus suami, menjadi ibu dengan mengurus anak-anaknya. Peran-
peran domestik tersebut dilekatkan pada sosok perempuan oleh masyarakat yang menganut sistem
patriarki (2000).
c. Perbedaan cara pandang sebagai perempuan memang berbeda, namun juga sama dengan laki-laki. Ada
kondisi umum yang membuat perempuan sama dengan laki-laki, namun ada juga kondisi khusus yang
dimiliki perempuan yang membuat berbeda, tapi bukan berarti untuk dibedakan. Perbedaan dengan cara
menilai positif adalah perbedaan yang melihat perempuan dengan nilai dan cara beradanya yang berbeda
dengan laki-laki. Nilai dan cara berada perempuan dikonstruksikan dan dikondisikan oleh pengalaman
perempuan yang melahirkan, menyusui, merawat dan mempunyai tingkat kesensitifitasan serta
kepedulian yang besar. Nilai-nilai perempuan didasarkan pada etika kepedulian yang kental melekat
dalam sistem cara pandang dunia perempuan. Sedangkan perbedaan cara menilai negatif adalah melihat
nilai-nilai perempuan sebagai yang lain(other ). Sehingga dengan mudah terjadi pengobyekan dan
penindasan.
E. Aspek (Akses) Penyebab Kemiskinan Pada Perempuan
a. Akses Politik Perempuan
Tingkat keterwakilan perempuan dalam lembaga politik formal, baik ditingkat nasional maupun
lokal, besar pengaruhnya terhadap kualitas hidup perempuan. Hal ini terjadi karena kualitas hidup
perempuan tidak dapat dipisahkan dari kebijakan publik yang dibuat oleh lembaga-lembaga politik,
apalagi mengingat kebijakan tersebut juga diikuti oleh alokasi anggaran untuk implementasinya. Dengan
kurangnya kepekaan pemerintah terhadap persoalan gender, maka apabila perempuan tidak ikut serta
menentukan kebiajakan yang mengatur kebutuhan yang harus dipenuhi pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraannya, sangat mungkin kebutuhan perempuan akan ditempatkan pada skala prioritas yang
rendah.
b. Akses Perempuan Terhadap Pekerjaan
Dalam hal akses perempuan terhadap pasar tenaga kerja, ada kecendrungan bahwa perempuan
yang memasuki pasar tenaga kerja jauh lebih kecil jumlahnya daripada laki-laki. Sementara itu bagai
perempuan yangmencoba memasuki pasar tenaga kerja, ternyata juga memiliki kemungkinan yang lebih
kecil untuk memperoleh pekerjaan dibanding dengan laki-laki. Tingginya kesenjangan antara perempuan
dan laki-laki dalam hal akses ke pasar tenaga kerja, disebabkan oleh beberapa hal:
 Ketika ingin bekerja diluar rumah yang perempuan yang belum menikah pada umumnya harus
mendapatkan izin dari orang tua, dan yang sudah menikah harus mendapatkan izin dari suami
 Perempuan mempunyai beban ganda karena bekerja diluar rumah dan tetap harus bertanggungjawab
melakukan pekerjaan rumah tangga sampai mengasuh anak.
 Pembagian peran berdasarkan gender yang menyebabkan perempuan diasosiasikan dengan kegiatan
yang berada di lingkup domestik dan laki-laki dengan lingkup publik. Hal ini memperkecil akses
perempuan terhadap pekerjaan yang biasanya diasosiasikan dengan ranah publik dan berada di
sektor formal.

x
c. Akses Perempuan Terhadap Upah Yang Sama
Selain menghadapi keterbatasan akses terhadap pasar tenaga kerja dan pekerjaan, perempuan juga
menghadapi diskriminasi upah. Angka perbedaan upah yang diterima laki-laki dan perempuan dapat
dijumpai dalam data Susenas, Sakernas, maupun dari laporan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang
dikeluarkan oleh BAPPENAS, BPS, maupun UNDP. Kebijakan pengupahan yang diskriminatif terhadap
perempuan, juga merupakan akibat dari UU perkawinan tahun 1974, yang dalam pasal 1 secara eksplist
menyatakan bahwa laki-laki adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga. Pernyataan tersebut
sangat berdampak pada kehidupan perempuan, karena UU tersebut dijadikan rujukan bagi setiap kebijakan
public yang timbul kemudian hari. Contohnya, lai-laki yang dinyatakan sebagai kepala keluarga
mendapatkan tunjangan untuk anak dan istri dari tempat kerjanya, sedangkan perempuan yang dianggap
sebagai pekerja pencari nafkah tambahan selalu dianggapa sebagai pekerja lajang yang tdak mendapatkan
tunjangan keluarga.
d. Akses Perempuan Terhadap Aset Poduktif
Aset produktif berupa tanah, rumah dan aset produktif lainnya sebagian besar dikuasi oleh laki-laki.
Keterbatasan akses perempuan terhadap sumber produksi atau aset produktif seperti tanah atau rumah
misalnya, juga menentukan ada tidaknya akses perempuan ke modal atau kredit. Karena asset produktif
dikuasai oleh laki-laki. Apabila perempuan ingin melakukan kegiatan ekonomi berkaitan dengan aset
tersebut, harus mendapat izin dari suaminya terlebih dahulu. Hal ini berkaitan dengan pengambilan
keputusan atau control produksi yang didominasi oleh-laki-laki. Dengan keterbatasan penguasaaan asset
produksi, maka perempuan juga sangat terbatas aksesnya ke kredit (karena tidak memiliki jaminan)
sehingga ini berakibat pada keterbatasan perempuan dalam mengembangkan usaha
e. Akses perempuan terhadap perlindungan hukum
Banyak perempuan (terutama di pedesaan) yang tidak memiliki asset produksi dan keterampilan
untuk bekerja di sektor formal akhirnya harus mangadu nasib ke sektor informal, antara lain dengan
menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW). TKW adalah salah satu contoh bagaimana perempuan miskin
bekerja di sektor yang bersifat informal, seperti Pembantu Rumah Tangga (PRT), sulit mendapatkan akses
terhadap perlindungan hukum yang memadai. Justru diera otonomi daerah, bukan malah TKW
mendapatkan perlindungan secara hukum, malah Pemerintah Daerah (Pemda) berlomba menarik retribusi
dari para TKW
f. Akses Perempuan Terhadap Layanan Kesehatan Reproduksi
Selama lebih dari 30 tahun, Indonesia tidak melakukan upaya nyata untuk mengatasi terjadinya
kematian ibu ketika melahirkan, yang angkanya jauh diatas negara-negara Asia, bahkan merupakan rekor
tertinggai di Asean, dimana angka kematian ibu yang melahirkan tetap diatas rasio 300/100.000 kelahiran.
Hal tersebut terjadi dikarenakan beberapa faktor yang saling berkaitan, mulai dari masalah diskriminasi
gender yang sangat mengakar pada budaya, interpretasi agama, juga masalah lemahnya koordinasi antar
sektor pemerintah terkait dalam menanggulangi masalah tersebut. Disamping terdapat mitos-mitos seputar
peran perempuan pada umumnya dan peran ibu melahirkan pada khususnya, masalah gizi buruk yang
daialami oleh perempuan akibat budaya makan yang mendahulukan laki-laki menjadi kendala besar dalam
upaya penurunan angka kematian ibu ketika melahirkan. Kendala lain berupa keterbatsan dana untuk

xi
melahirkan di rumah sakit, dan di daerah-daerah terpencil juga banyak keterbatasan tenaga bidan untuk
membantu masalah untuk kelahiran.
g. Akses Perempuan Terhadap Layanan Pendidikan
Indonesia termasuk negara yang cukup baik dalam menyediakan akses terhadap pendidikan dasar.
Tingkat partisipasi pendidikan dasar mencapai lebih dari 97% baik untuk laki-laki maupun perempuan. Tapi
sayangnya akses terhadap pendidikan ini semakin berkurang untuk tingkat pendidikan lanjutan. Menurut
data yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, ada berbagai alasan mengapa anak
perempuan tidak menamatkan sekolahnya atau tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Salah satu alasan tersebut adalah adanya hambatan kultural, yaitu masih kuatnya budaya kawin muda bagi
perempuan yang tinggal di daerah pedesaan. Anggapan yang berlaku adalah bahwa setinggi-tingginya
perempuan sekolah, akhirnya tidak akan bekerja karena perempuan harus bertanggungjawab terhadap
pekerjaan rumah tangga. Hal yang paling dominan adalah hambatan ekonomi, yaitu keterbatasan biaya
untuk sekolah sehingga keluarga miskin terpaksa menyekolahkan anak laki-laki ketimbang anak
perempuan.
h. Minimnya Alokasi Anggaran Pemberdayaan dan Peningkatan Kesejahteraan Perempuan
Pada dasarnya, setiap daerah sudah mengalokasikan anggaran untuk pemberdayaan perempuan
dalam APBD, walau ada yang eksplisit dan ada yang tidak eksplist. Jumlah APBD yang diperuntukkan bagi
pemberdayaan perempuan di setiap daerah beragam. Pada umumnya alokasi anggaran tersebut adalah untuk
membiayai organisasi PKK.
i. Beban Kerja Perempuan Tinggi
Alokasi atau jam kerja perempuan lebih panjang dibandingkan laki-laki, tapi secara ekonomi
penghasilan laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Hal ini terjadi karena perempuan bertanggungjawab
pada pekerjaan produktif, reproduktif dan fungsi-fungsi kontrol sosial di komunitas. Perempuan selalu
melakukan ketiga tanggungjawab tersebut secara bersamaan, sedangkan laki hanya bertanggungjawab pada
pekerjaan produktif saja. Banyak perempuan yang berpendidikan setara dengan laki-laki, tapi harus
merelakan kehilangan kesempatan bekerja karena harus bertanggungjawab pada pekerjaan domestik
F. Bentuk penindasan perempuan dalam keluarga yang dapat memperparah kemiskinan
a. Eksploitasi. Penindasan Eksploitasi. Penindasan terhadap perempuan terhadap perempuan bukan terjadi bukan
terjadi karena distribusi ekonomi yang tidak merata melainkan lebih pada penindasan yang bersifat sistematis.
Disamping itu adanya transfer kekuatan dari perempuan keapada laki-laki. Ibu rumah tangga yang tereksploitir
merasakan bagaimana ia secara sistematis ditempatkan dalam keadaan terbelenggu, tidak berani berbicara, dan
sebagainya. Sebaliknya keseimbangan, kekuasaan, kebebasan serta realisasi suami banyak dibantu dan
dikuatkan oleh istri.
b. Ketidakberdayaan. Perasaaan Ketidakberdayaan. Perasaaan ketidakberdayaan paling ketidakberdayaan paling
baik dideskripsikan sebagai perasaaan negatif, tidak memiliki otoritas, status, dan arti diri seperti yang dimiliki
kaum profesional. Kaum professional memiliki semua hal tersebut karena memiliki tingkat pendidikan yang
memadai yang mampu mencerna konsep dan simbol. Kaum professional bukan saja memiliki keahlian, juga
memiliki harga diri yang dapat melihat atasan sebagai kolega atau paling tidak, ada mekanisme dimana ia
sebagai bawahan dijamin hak-haknya sebagai pekerja. Dinamika profesionalisme yang bermain dalam

xii
masyarakat seringkali membawa kemuka persoalan rasisme dan seksisme. Artinya ketika kualifikasi tidak
menjadi masalah, hal kedua yang dinilai dalah ras, etnis manakah dia berasal? pertanyaan berikutnya adalah
termasuk jenis kelamin apakah dia?. Ketidak berdayaan disini bermain di tingkat semua level.
c. Marjinalisasi Bentuk ini adalah bentuk penindasan yang berbahaya. Marjinalisasi dapat terjadi dalam hal
pekerjaan, misalnya pada mereka yang sudah tua, single mother , etnis minoritas ,mereka yang tidak diterima
karena faktor usia bahkan tinggi badan serta kerupawanan, kulit, menjadi faktor sesorang diterima bekerja atau
tidak. Mrjinalisai ini bias berhubungan dengan uang.
d. Imperiaslisme kultural. Kelompok Imperiaslisme kultural. Kelompok perempuan sangat perempuan sangat jeli
dalam jeli dalam melihat melihat dominasi kultural yang sedang terjadi pada permasalahan perempuan. Iklan-
iklan kulit pemutih misalnya, memberikan pesan dan definisi cantik yang universal, atau pemakaian baju-baju
tertentu, yang diwajibkan dalam area tertentu membawa budaya luar masuk pada relung kehidupan lokal,
Mengalami imperaialisme budaya berarti mengalami bagaimana makna dominan dalam masyarakat
diredupkan dalam perspektif kelompok yang dominan dengan cara melakukan stereotip.
e. Kelompok Kekerasan. Kelompok yang tertindas dengan mudah mengalami kekerasan secara sistematis.
Kelompok dan individu yang tertindas hidup dalam ketakutan yang luar biasa yang sewaktu-waktu menyadari
bahwa hidup mereka bisa dirusak, dipermalukan atau dihancurkan sebagai manusia. Di Indonesia, perempuan,
masyarakat tionghoa, etnis dari Indonesia Timur, gaya dan lesbian, serta yang menganut agama-agama
minoritas mengalami atau mearasakan apa yang disebut dengan kekerasan.
G. Indikator Ketidakadilan Yang Berbasiskan Pada Ketimpangan Gender Dan Mengakibatkan Kemiskinan
Perempuan (Noerdin, 2006) Antara lain:
a. Perempuan bukan sebagai sebagai pengambil keputusan dalam keluarga, masyarakat maupun
negara.
b. Perempuan seringkali terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan pertanian tidak dibayar atau dibayar rendah.
c. Perempuan Perempuan kurang memiliki memiliki akses terhadap terhadap pendidikan pendidikan
dan pelatihan. pelatihan.
d. Perempuan mendapatkan yang berbeda untuk jenis pekerjaan yang sama.
e. Perempuan kekurangan Perempuan kekurangan modal u modal untuk untuk membangun usaha
membangun usaha sendiri sendiri.
f. Perempuan Perempuan tidak punya hak atas tanah yang ditinggalinya, karena ditinggalinya, karena
tanah dan aset lainnya atas nama suami, bapak, saudara laki-laki
g. Perempuan rendah pendidikanya dari pada laki-laki karena asumsi bahwa perempuan setelah
menikah akan menjadi ibu rumah tangga sehingga sehingga investasi untuk investasi untuk sekolah
pada sekolah pada perempuan dianggap perempuan dianggap tidak menguntungkan.
h. Kesehatan Reproduksi Perempuan belum dijadikan dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
Anggaran pemerintah bagi kesehatan dasar untuk Posyandu dan Puskesmas masih sangat rendah.
Denganketerbatasan Posyandu dan Puskesmas maka perempuan miskin yang butuh pelayanan
kesehatan reproduksi akan sulit untuk menjangkau
i. Perempuan selalu menjadi menjadi objek dari hubungan seksual yang tidak aman karena kontrol
perilaku seksual ada di pihak laki-laki, sehingga perempuan sangat rentan terhadap penularan
HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya. Hal ini berdampak pada penurunan kualitas dan
produktifitas hidup perempuan

xiii
j. Perempuan lebih banyak melakukan pekerjaan domestik dan tidak dibayar sehingga jam kerja
perempuan lebih tinggi daripada laki-laki, sementara penghasilan perempuan jauh lebih rendah
dibanding laki-laki.
k.Perempuan selalu dibayangi rasa takut apabila terjadi konflik dalam rumah tangga karena selalu
berada dalam kondisi yang lemah dan rentan terhadap perlakuan kekerasan dalam rumah tangga.
Hal ini berhubungan dengan rendahnya posisi tawar perempuan dibandingkan dengan laki-laki
dalam keluarga.
l. Perempuan sangat rentan dalam situasi konflik Perempuan biasanya menjadi target perlakuan
kekerasan dalam situasi konflik. Bagi perempuan yang bekerja di luar rumah, seperti pasar, akan
kehilangan sumber ekonominya karena mereka takut akan keluar rumah.
m. Perempuan janda yang dengan terpaksa menjadi kepala keluaraga tetap tidak dianggap sebagai
pencari nafkah utama keluarga, sehingga upahnya jauh lebih rendah dari laki-laki, sementara
jumlah perempuan yang menjdi kepala keluarga setiap tahunnya selalu bertambah.
H. Dampak Kemiskinan
a. Kriminalitas Tinggi
Dampak kemiskinan yang pertama yakni kriminalitas tinggi.Kemiskinan seringkali dikaitkan
dengan kriminalitas. Masyarakat miskin cenderung melakukan apa saja untuk memenuhi kebuhtuhan
hidup mereka, termasuk melakukan kriminalitas. Beberapa bentuk kriminalitas tersebut yaitu pencurian,
perampokan, begal, penipuan, bahkan pembunuhan.
b. Akses Pendidikan Tertutup
Akses pendidikan yang tertutup merupakan dampak kemiskinan yang dapat dirasakan.Biaya
pendidikan yang cukup tinggi mengakibatkan masyarakat miskin tidak dapat menjangkau dunia
pendidikan.Hal ini semakin memperburuk situasi masyarakat yang kekurangan karena kurangnya
pendidikan membuat mereka tidak bisa bersaing dan tidak bisa bangkit dari keterpurukan.
c. Tingkat Pengangguran Tinggi
Dampak kemiskinan selanjutnya yakni dimana tingkat pengangguran semakin banyak. Tingkat
pendidikan yang rendah tentunya juga akan berdampak terhadap pengangguran yang semakin
meningkat.Masyarakat miskin yang sulit untuk mendapatkan akses pendidikan kemudian akan
berdampak terhadap tingkat pengangguran.
d. Angka Kematian Tinggi
Dampak kemiskinan selanjutnya yakni dimana angka kematian yang tinggi.Dampak tersebut
tentunya mempunyai hubungan dengan penyebab kemiskinan yakni kualitas kesehatan yang belum
baik.Masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan umumnya tidak mendapatkan akses kesehatan
yang memadai.Hal ini menyebabkan tingginya angka kematian pada masyarakat miskin.Selain itu, gizi
yang buruk juga merupakan masalah yang sering terjadi pada masyarakat miskin.

xiv
I. Instrumen Utama Penanggulangan Kemiskinan dari pemerintah Terbagi menjadi 3 kluster:
1) Klaster I (Bantuan sosial terpadu berbasis keluarga)
T
ujuan nya yaitu mengurangi beban rumah tangga miskin melalui peningkatan akses terhadap pelayanan
kesehatan pendidikan air peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan,pendidikan,air bersih,sanitasi
Disalurkan dalam program Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program perlindungan sosial yang
memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) , Bantuan Operasional Sekolah
Sekolah (BOS) adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya non personalia bagi satuan
pendidikan dasar dan menengah pertama sebagai wujud pelaksanaan program wajib belajar 9
tahun ,Kelompok Program Berbasis Pemberdayaan dan Jamkesmas dan Kelompok Program Berbasis
Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil.
2) Pemberdayaan masyarakat atau yang sering disebut PNPM Mandiri.
PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan
pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM
Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur
program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi
masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.
3) Penguatan usaha mikro dan kecil
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam
perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis,
serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi.

xv
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kemiskinan adalah fenomena multidimensial.Oleh sebab itu, masalah kemiskinan harus didekati
dari berbagai aspek, termasuk di antaranya aspek gender. Hal ini perlu dilakukan karena laki-laki dan
perempuan mengalami kemiskinan secara berbeda dan memiliki kapasitas berbeda untuk melepaskan
diri dari belenggu kemiskinan. Perbedaan tersebut lahir dari ketimpangan gender yang berpadu dengan
ketimpangan-ketimpangan lain yang dialami kelompok miskin. Semua ini melahirkan situasi yang
membuat perempuan adalah kelompok termiskin di antara orang miskin,. Pendekatan non-ekonomi
terhadap kemiskinan lahir sebagai kritik terhadap dominannya pendekatan ekonomi dalam wacana
kemiskinan.Oleh karena itu, strategi nasional dan lokal yang diimplementasikan bagi penurunan angka
kemiskinan harus bisa mendorong peningkatan partisipasi dan kesejahteraan perempuan. Apabila
perempuan tidak dijadikan target sasaran pengentasan kemiskinan dan analisis gender tidak digunakan
untuk melihat akar penyebab kemiskinan, maka program-program pengentasan melihat akar penyebab
kemiskinan, maka program program pengentasan kemiskinan tidak akan bisa menjangkau kebanyakan
perempuan yang memiliki keterbatan akses terhadap ruang publik.
Secara Umum penyebab kemiskinan adalah:
a. Kurang Tersedia Lapangan Kerja
b. Terjadi Konflik atau Kerusuhan
c. Kurangnya Pendidikan, Ilmu, dan Pengetahuan
d. Perubahan Iklim atau Bencana Alam
e. Terjadinya Ketidakadilan Sosial
f. Minimnya Infrastruktur
g. Kurangnya Dukungan Pemerintah
h. Kualitas Kesehatan yang Kurang Baik
i. Harga Kebutuhan yang tinggi
B. Saran
Besar harapan kami agar makalah ini dapat bermanfaat. Karna keterbatasan kami menyadari makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karna saran dan keritik yang membangun sangat di harapkan agar
makalah ini dapat di susun menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

xvi
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Admin.2018.Pusat Pandang Web.https://pusat pandang.com /pengertian-bonus-Demografi-adalah /
diakses tanggal 1 November 2019

Alma, Buchari. 2019.Pengantar Statistika social,aAfabeta, Bandung.

Liyansa,2012.Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pertumbuhan Penduduk Dan Tingkat.

Khalid, K.A( 2016) .Dilema Kemiskinan Falsafah, Budaya dan Strategi.Akademi 86(2)

Krisyati. (n.d.). Kemiskinan dan penyebabnya di indonesia.

xvii

Anda mungkin juga menyukai