Anda di halaman 1dari 35

Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah mengenai “MASALAH
KEMISKINAN DI INDONESIA”. Karya ilmiah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Bahasa Indonesia

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Vita Riahni Saragih, M.Pd sebagai
dosen yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan karya
ilmiah ini.

Karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Pematang siantar, 25 Mei 2018

Penulis

Roita Meliani Naibaho


Daftar Isi

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

1.2 Rumusan masalah

1.3 Tujuan penulisan

1.4 Metode penulisan

Bab II PEMBAHASAN

2.1 Defenisi kemiskinan

2.2 Penyebab kemiskinan

2.3 Dampak kemiskinan

2.4 Solusi mengatasi kemiskinan

Bab III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Kritik dan saran

Daftar Pustaka
Bab I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu permasalahan yang ada di Indonesia adalah kemiskinan, sejauh ini
pemerintah belum mampu menghadapi atau menyelesaikan permasalahan tersebut. Pada
tahun 2002 Remi dan Tjiptoherijanto mengatakan bahwa upaya menurunkan tingkat
kemiskinan telah dimulai tahun 1970-an, diantaranya melalui program bimbingan
masyarakat (Bimas) dan bantuan desa (Bandes). Tetapi upaya tersebut mengalami
tahapan jenuh pada tahun 1980an, yang juga berarti upaya penurunan kemiskinan di
tahun 1970-an tidak maksimal, sehinggajumlah orang miskin pada awal 1990-an
kembali naik. Disamping itu kecenderungan ketidakmerataan pendapatan melebar yang
mencakup antar sektor,kelompok dan wilayah.

Kondisi kemiskinan semakin parah akibat krisis ekonomi pada tahun 1998. Namun
ketika pertumbuhan ekonomi yang sempat menurun akibat krisis dapat teratasi dan
dapat dipulihkan,kemiskinan tetap saja sulit di tanggulangi. Pada tahun 1999, 27% dari
total penduduk Indonesia berada dalam kemiskinan. Sebanyak 33,9% penduduk desa
dan 16,4% penduduk kota adalah orang miskin.

Salah satu prasyarat keberhasilan pemberantasan kemiskinan adalah dengan cara


mengidentifikasi kelompok sasaran dan wilayah sasaran dengan tepat. Program
pemberantasan dan pemulihan nasib orang miskin tergantung dari langkah awal yaitu
ketepatan mengidentifikasi siapa yang dikatakan miskin dan dimana dia berada. Aspek
dimana si miskin dapat ditelusuri melalui si miskin itu sendiri serta melalui pendekatan-
pendekatan profil wilayah atau karakter geografis.

Masalah kemiskinan ini sangatlah kompleks,dimana berkaitan dengan aspek social,


ekonomi, budaya dan aspek lainnya. Kemiskinan telah membuat jutaan anak tidak dapat
menerima pendidikan, kesulitan membiayai kesehatan, dan masalah lain yang menjurus
kearah tindakan kekerasan dan kejahatan.
Kemiskinan di Indonesia ini di picu karena masih banyaknya masyarakat yang
mengalami pengangguran dalam bekerja. Pengangguran yang dialami sebagian
masyarakat inilah yang membuat sulitnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,
sehingga angka kemiskinan selalu ada.

Ada beberapa kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu :

1. Kemiskinan alamiah
Kemiskinan alamiah terjadi akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan
teknologi yang rendah, dan bencana alam.
2. Kemiskinan buatan
Kemiskinan ini terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat
membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi
dan berbagai fasilitas lain sehingga mereka tetap miskin.
3. Disebabkan orang itu sendiri
Seperti kemalasan,kebodohan,dll yang ada dalam diri orang itu sendiri.

Bila factor penyebab kemiskinan tersebut dihubungkan dengan masalah mutu


pangan, kesehatan, dan pendidikan maka dapat disimpulkan beberapa factor penyebab
kemiskinan antara lain :

1. Kurang tersedianya sarana yang dapat dipakai keluaga miskin secara layak
contohnya puskesmas dan sekolah
2. Rendahnya minat masyarakat miskin untuk berjuang mencapai haknya karena
mereka kurang mendapat pengetahuan mengenai pentingnya memiliki
pendidikan tinggi dan kessehaan yang baik.
3. Wilayah Indonesia yang sangat luas sehingga sulit bagi pemrintah untuk
menjangkau seluruh wilayah dengan perhatian yang sama. Hal ini menyebabkan
perbedaan masalah kesehatan,mutu pangan dan pendidikan antara wilayah yang
jauh dari perkotaan.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah defenisi dari kemiskinan ?


1.2.2 Apakah defenisi kemiskinan menurut para ahli ?
1.2.3 Apa penyebab kemiskinan ?
1.2.4 Apa dampak yang ditimbulkan dari kemiskinan ?
1.2.5 Bagaimana solusi untuk mengatasi kemiskinan ?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui lebih lanjut defenisi dari kemiskinan.


1.3.2 Untuk mengetahui defenisi kemiskinan menurut para ahli.
1.3.3 Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kemiskinan.
1.3.4 Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari kemiskinan.
1.3.5 Untuk mengetahui solusi untuk mengatasi kemiskinan
1.3.6 Untuk menambah pengetahuan penulis mengenai masalah-masalah social di
Indonesia khususnya masalah kemiskinan.

1.4 Metode Penulisan


Penulis menggunakan metode browsing internet dalam penulisan karya tulis.
Bab II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Kemiskinan

Kemiskinan secara etimologis berasal dari kata “miskin” yang artinya tidak
berharta benda dan seba kekurangan. Kemiskinan adalah suatu kondisi dimana
seseorang kurang dan bahkan tidak dapat memiliki hal-hal yang biasanya dimiliki
setiap orang pada umumnya. Menurut BAPPENAS(1993), kemiskinan merupakan
situasi kekurangan yang terjadi bukan karena kehendak oleh orang miskin, tetapi
karena keadaan yang tidak bisa dihindari oleh kekuatan yang ada padanya.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan,pakaian,tempat berlindung,pendidikan dan
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan
dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan
merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif
dan komperatif, sementara yang lainnya dari segi moral dan evaluative, dan yang
lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup :
 Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan
sehari-hari,sandang,perumahan,dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam
arti ini dipahami sebagai suatu kelangkaan barang barang dan pelayanan
pasar.
 Gambaran tentang kebutuhan sosial,termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial
biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-
masalah politik dan moral,dan tidak di batasi pada bidang ekonomi.
Gambaran kemiskinan jenis ini lebih mudah diatasi daripada dua gambaran
yang lainnya
 Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai.
Makna memadai di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik
dan ekonomi.gambaran tentang ini dapat diatasi dengan mencari objek
penghasilan di luar profesi secara halal. Perkecualian jika institusi tempatnya
bekerja melarang.
Berikut ini defenisi kemiskinan menurut beberapa para ahli :

1. Soerjono Soekanto

Kemiskinan diartikan sebagi suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup


memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak
mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.

2. Gillin

Kemiskinan adalah kondisi ketika seseorang tidak dapat mempertahankan skala


hidup yang cukup tinggi untuk memberikan efesiensi fisik dan mental untuk
memungkinkan dia dan keluarganya menjalankan fungsi sebagaimana mestinya
sesuai dengan standar masyarakat baik karena pendapatan yang tidak memadai
ataupun pengeluaran yang tidak bijaksana.

3. Bappenas

Kemiskinan adalah situasi serba kekurangan karena keadaan yang tidak dapat
dihindari oleh seseorang dengan kekuatan yang dimilikinya.

4. Reitsma dan Kleinpenning

Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhannya,


baik yang bersifat material maupun non-material.

5. Suparlan

Kemiskinan adalah standar tingkat hidup yang rendah karena kekurangan materi
pada sejumlah atau golongan orang bila dibandingkan dengan standar kehidupan
yang berlaku di masyarakat sekitarnya.

6. Friedman

Kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan


kekuasan sosial berupa asset, sumber keuangan, organisasi soaial politik, jaringan
sosial, barang atau jasa, pengetahuan dan keterampilan, serta informasi.
7. Faturahman dan Marcelinus Molo

Kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang atau beberapa orang (rumah


tangga) untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

8. Ellis

Kemiskinan adalah sebuah gejala multidimensional yang bisa dikaji dari dimensi
ekonomi dan sosial politik.

9. Levitan

Kemiskinan adalah kekurangan barang dan pelayanan yang dibutuhkan untuk


mencapai standar hidup yang layak.

10. Hall dan Midgley

Kemiskinan adalah kondisi deprivasi materi dan sosial yang menyebabkan


individu hidup di bawah standar kehidupan yang layak,atau kondisi dimana individu
mengalami deprivasi relative dibandingkan dengan individu yang lainnya dalam
masyarakat.

11. Ragnar Nurske

Lingkaran Kemiskinan atau perangkap kemiskinan (Vicious Cycles of


Poverty)adalah hal yang sering menjadi masalah di berbagai negara atau daerah
berkembang. Akibat kapasitas yang kecil dalam tabungan mengakibatkan income
riil yang rendah, dimana income riil yang rendah menunjukkan produktivitas yang
rendah pula. Hal ini berputar lebih besar dan mengakibatkan kekurangan kapital.
Kekurangan modal inilah yang menyebabkan tingkat kapasitas tabungan yang kecil.
Riil income yang rendah menurut Nurske, merupakan refleksi dari rendahnya
produktivitas.
2.2 Penyebab Kemiskinan

2.2.1 Faktor-faktor penyebab kemiskinan menurut para ahli :

1. Paul Spicker

Penyebab kemiskinan dapat dibagi dalam empat mazhab:

a. Individual explanation
Diakibatkan oleh karakteristik orang miskin itu sendiri: malas,
pilihan yang salah, gagal dalam bekerja, cacat bawaan, belum siap
memiliki anak dan sebagainya.
b. Familial explanation
Akibat faktor keturunan, dimana antar generasi terjadi
ketidakberuntungan yang berulang, terutama akibat pendidikan.
c. Subcultural explanation
Akibat karakteristik perilaku suatu lingkungan yang berakibat
pada moral dari masyarakat.
d. Structural explanation
Menganggap kemiskinan sebagai produk dari masyarakat yang
menciptakan ketidakseimbangan dengan pembedaan status atau hak.
2. Menurut Sharp et al.
Kemiskinan disebabkan oleh :
a. Rendahnya kualitas angkatan kerja.
Salah satu penyebab terjadinya kemiskinan adalah karena
rendahnya kualitas angkatan kerja. Kualitas angkatan kerja ini bisa
dilihat dari angka buta huruf. Sebagai contoh Amerika Serikat hanya
mempunyai angka buta huruf sebesar 1%, dibandingkan dengan
Ethiopia yang mempunyai angka diatas 50%
b. Akses yang sulit terhadap kepemilikan modal.
Kepemilikan modal yang sedikit serta rasio antara modal dan
tenaga kerja (capital-to-labor ratios) menghasilkan produktivitas
yang rendah yang pada akhirnya menjadi faktor penyebab
kemiskinan.

c. Rendahnya tingkat penguasaan teknologi.


Negara-negara dengan penguasaan teknologi yang rendah
mempunyai tingkat produktivitas yang rendah pula. Tingkat
produktivitas yang rendah menyebabkan terjadinya pengangguran.
Hal ini disebabkan oleh kegagalan dalam mengadaptasi teknik
produksi yang lebih modern. Ukuran tingkat penguasaan teknologi
yang rendah salah satunya bisa dilihat dari penggunaaan alat-alat
produksi yang masih bersifat tradisional.
d. Penggunaan sumber daya yang tidak efisien.
Negara miskin sumber daya yang tersedia tidak dipergunakan
secara penuh dan efisien. Pada tingkat rumah tangga penggunaan
sumber daya biasanya masih bersifat tradisional yang menyebabkan
terjadinya inefisiensi.
e. Pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Menurut teori Malthus jumlah penduduk berkembang sesuai deret
ukur sedangkan produksi bahan pangan berkembang sesuai deret
hitung. Hal ini mengakibatkan kelebihan penduduk dan kekurangan
bahan pangan. Kekurangan bahan pangan merupakan salah satu
indikasi terjadinya kemiskinan.
3. Menurut Kuncoro
Kemiskinan disebabkan oleh sebagai berikut:
a. Secara makro
kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola
kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan
timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam
jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah.
b. kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia
Karena kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti
produktivitas juga rendah, upahnyapun rendah.
c. kemiskinan muncul sebab perbedaan akses dan modal

Sendalam ismawan (2003:102) mengutarakan bahwa penyebab


kemiskinan dan keterbelakangan adalah persoalan aksesibilitas. Akibat
keterbatasan dan ketertiadaan akses manusia mempunyai keterbatasan
(bahkan tidak ada) pilihan untuk mengembangkan hidupnya, kecuali
menjalankan apa terpaksa saat ini yang dapat dilakukan (bukan apa yang
seharusnya dilakukan). Dengan demikian manusia mempunyai
keterbatasan dalam melakukan pilihan, akibatnya potensi manusia untuk
mengembangkan hidupnya menjadi terhambat.
Pergulatan yang terjadi di jaman sekarang ini membuat berbagai macam
faktor penyebab kemiskinan menjadi emakin sulit untuk diatasi. Kemiskinan dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Pada umumnya di Negara Indonesia penyebab-
penyebab kemiskinan adalah sebagai berikut :

2.2.2 Laju pertumbuhan penduduk

Pertumbuhan penduduk di Indonesia terus meningkat di setiap 10 tahun menurut


hasil sensus penduduk. Meningkatnya jumlah penduduk membuat Indonesia semakin
terpuruk dengan keadaan ekonomi yang belum mapan. Jumlah penduduk yang bekerja
tidak sebanding dengan jumlah beban ketergantungan. Penghasilan yang minim
ditambah dengan banyaknya beban ketergantungan yang harus di tanggung membuat
penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.

2.2.3 Angkatan kerja,penduduk yang bekerja dan pengangguran

Secara garis besar penduduk suatu Negara dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja
dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong sebagai tenaga kerja ialah penduduk yang
berumur didalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda di setiap Negara
yang satu dengan yang lain.

Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia yaitu minimal 10 tahun tanpa batas
umur maksimum. Jadi setiap orang atau semua penduduk kesenjangan dikatakan lunak,
distribusi pendapatan nasional dikatakan cukup merata.

Pendapatan penduduk yang didapatkan dari hasil pekerjaan yang mereka


lakukan relative tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sedangkan ada sebagian
pendudukdi Indonesia mempunyai pendapatan yang lebih

2.2.4 Tingkat Pendidikan yang rendah

Pendidikan di Indonesia masih menjadi masalah penting yang harus diperhatikan


oleh pemerintah. Masih banyak anak-anak yang masih belum bisa bersekolah terlebih
anak-anak yang bertempat tinggal di daerah pedalaman. Masih banyak di antara mereka
yang membutuhkan ilmu yang seharusnya mereka dapatkan untuk masa depan nanti.
Sebenarnya apa yang menjadi rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia?
Tingkat pendidikan pelajar di Indonesia terlihat masih rendah dan kalah jauh
dibandingkan siswa negara lain (luar negeri). Kalau dilakukan uji kemampuan,
dipastikan masih kalah jauh, , ibarat tingkat Dasar dan Diploma, kata Gubernur
Sumatera Barat Gamawan Fauzi, saat meresmikan pencanangan Program Wajib Belajar
Gratis 12 Tahun untuk Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) di GOR Zaini Zein, Painan,
Rabu. Dia mengatakan, di Indonesia, secara umum masyarakat menghabiskan waktu
mengisi ilmu (pendidikan) sekitar tujuh tahun, sedang di luar negeri mencapai 18,5
Tahun. “Artinya, mereka (luar negeri) sudah benar-benar menganggap pendidikan
sebagai kebutuhan yang wajib dimiliki. Setidaknya, memberikan pemahaman kalau
pendidikan minimal dimiliki idealnya sampai SLTA.

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah adanya ketimpangan


pembangunan ekonomi, insfrastruktur dan sarana yang rusak di antara wilayah-wilayah
Indonesia yang menghambat pertumbuhan ekonomi masyarakat, mengakibatkan masih
bercokolnya jumlah warga miskin dan berpendidikan rendah. Ketimpangan
pembangunan antar wilayah itu menyebabkan banyaknya kantong kemiskinan. Benar
bagaimana orang miskin yang jumlahnya 70 juta orang yang ditanggung pemerintah
Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) melalui APBN itu bisa membutuhi
kehidupan dengan kalori yang normatif dan menyekolahkan anak-anaknya untuk
berpengetahuan setara. Kita akui tingkat pendidikan rata-rata penduduk Indonesia itu
berdasarkan IPMI adalah baru sampai kelas I SMP.

Penyebab lainnya adalah sosial ekonomi yang kurang akan membatasi


kesempatan belajar sehingga menimbulkan kesulitan pada anak. Dalam buku lain juga
dijel;askan bahwa Ekonomi keluarga erat hubungannya dengan prestasi belajar anak. 
Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokok misalnya makan,
minum, pakaian, perlindungan dan sebagainya dan juga membutuhkan fasilitas belajar.
Sesungguhnya Indonesia mempunyai sumber daya manusia yang besar. Jumlah
penduduk Indonesia saat ini sekitar 225 juta orang. Jumlah penduduk yang besar ini
merupakan modal dasar dan pasar potensial bagi berbagai produk dan jasa. Oleh karena
itu dunia internasional menjadikan Indonesia sebagai sasaran pasar mereka. Dengan
pertumbuhan penduduk sekitar 1,36 persen per tahun, Indonesia mendapat tambahan 3,5
juta orang per tahun atau sejumlah penduduk Singapura.

Penduduk yang banyak bisa menjadi modal yang berharga seandainya tingkat
pendidikannya cukup tinggi dan kesehatan yang baik. Walaupun sudah lebih dari 90
persen anak-anak Indonesia mengenyam tingkat pendidikan dasar 6 tahun tapi yang bisa
melanjutkan pendidikannya ke sekolah lanjutan pertama, sekolah menengah atas dan
perguruan tinggi sangat sedikit. Hambatan utama yang dihadapi adalah kemiskinan.
Walaupun pemerintah sudah memberlakukan wajib belajar 9 tahun dan membebaskan
uang sekolah serta memberi berbagai kemudahan dan bea siswa, tapi kemiskinan
membuat banyak keluarga memutuskan untuk tidak menyekolahkan anak-anaknya lebih
lanjut. Hal ini dapat dipahami mengingat sekolah tidak hanya bayar uang sekolah tapi
juga membeli seragam, biaya transpor, uang jajan dan pungutan sekolah.

Dari kedua pendapat di atas dapat dipahami bahwa keadaan ekonomi keluarga
sangat mempengaruhi pelaksanaan pendidikan anak dalam keluarga, artinya bila
ekonomi keluarga sangat minim maka akan menuntut orang tuanya selalu berusaha
mencari nafkah keluarga. Hal ini tidak jarang dilakukan oleh seorang ayah atau ibu. Bila
kedua orang tua telah disibukkan dengan pekerjaannya sehari-hari untuk mencukupi
kebutuhan mereka, maka anggota keluarganya (anak-anak mereka) akan kehilangan
Pembina dan pembimbingnya, sehingga mereka tidak lagi terurus dan sebagainya
akibatnya moral serta tingkah laku anak tak terarah. Oleh karena itu pemerintah harus
lebih memperhatikan masyarakatnya agar anak-anak Indonesia dapat mengenyam
pendidikan minimal SMA, supaya tingkat pendidikan di Indonesia meningkat dan dapat
bersaing dengan negara lain.

2.2.5 Distribusi yang tidak merata

Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan


sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang, penduduk miskin hanya
memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah.
2.3 Dampak Kemiskinan

2.3.1 Pengangguran

Pengangguran merupakan dampak dari kemiskinan, berhubung dengan


pendidkan dan keterampilan merupakan hal yang sulit di raih masyarakat, maka
masyarakat sulit untuk berkembang dan mencari pekerjaan yang layak untuk memenuhi
kebutuhan. Dikarenakan sulit untuk bekerja, maka tidak adanya pendapatan membuat
pemenuhan kebutuhan sulit, kekurangan nutrisi dan kesehatan, dan tak dapat memenuhi
kebutuhan penting lainnya. Misalnya harga beras yang semakin meningkat, orang yang
pengangguran sulit untuk membeli beras, maka mereka makan seadanya. Seorang
pengangguran yang tak dapat memberikan makan kepada anaknya akan menjadi
dampak yang buruk bagi masa depan sehingga akan mendapat kesulitan untuk waktu
yang lama.

2.3.2 Kriminalitas

Kriminalitas merupakan dampak lain dari kemiskinan. Kesulitan mencari nafkah


mengakibatkan orang lupa diri sehingga mencari jalan cepat tanpa memedulikan halal
atau haramnya uang sebagai alat tukar guna memenuhi kebutuhan. Misalnya saja
perampokan, penodongan, pencurian, penipuan, pembegalan, dan lain sebagainya.
Mereka melakukan itu semua karena kondisi yang sulit mencari penghasilan untuk
keberlangsungan hidup dan lupa akan nilai-nilai yang berhubungan dengan Tuhan. Di
era global dan materialisme seperti sekarang ini tak heran jika criminalitas terjadi
dimanapun.

2.3.3 Putus Sekolah

Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan negara sesuai


amanat UUD 1945. Namun, hingga usia 71 tahun kemerdekaan RI, segenap
masyarakatnya masih belum mempunyai akses mengenyam dunia pendidikan formal
selayaknya.
Data UNICEF tahun 2016 sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak dapat
menikmati pendidikan lanjutan yakni sebanyak 600 ribu anak usia sekolah dasar (SD)
dan 1,9 juta anak usia Sekolah Menengah Pertama(SMP). 

Begitupula data statistik yang dikeluarkan oleh BPS, bahwa di tingkat provinsi
dan kabupaten menunjukkan terdapat kelompok anak-anak tertentu yang terkena
dampak paling rentan yang sebagian besar berasal dari keluarga miskin sehingga tidak
mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Benarkah ini karena faktor
ekonomi atau sistem yang tidak berpihak pada mereka?

Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada,


mengumumkan hasil penelitian Hasil Bantuan Siswa Miskin Endline di Sumatera Utara,
Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi
Selatan. Ada temuan menarik. Sebanyak 47,3 persen responden menjawab tidak
bersekolah lagi karena masalah biaya, kemudian 31 persen karena ingin membantu
orang tua dengan bekerja, serta 9,4 persen karena ingin melanjutkan pendidikan
nonformal seperti pesantren atau mengambil kursus keterampilan lainnya.

Mereka yang tidak dapat melanjutkan sekolah ini sebagian besar berijazah
terakhir sekolah dasar (42,1 persen) maupun tidak memiliki ijazah (30,7 persen). Meski
demikian, rencana untuk menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
ternyata cukup besar, yakni 93,9 persen. Hanya 6,1 persen yan menyatakan tidak
memiliki rencana untuk itu.

Peneliti PSKK UGM, Triyastuti Setianingrum, S.I.P., M.Sc. mengatakan dalam


Focused Group Discussion, pendidikan merupakan investasi modal manusia (human
capital investment) dan pemerintah harusnya memberi perhatian yang sungguh terhadap
hal ini, terlebih dalam merespons perubahan komposisi demografi. 

Tingginya angka penduduk usia kerja hanya akan menjadi bonus (window of
opportunity) apabila penyediaan kesempatan kerja sudah sesuai dengan jumlah
penduduk usia kerja serta ditopang oleh kualitas angkatan kerja yang baik.

Triyas menambahkan, seperti siklus, kasus anak putus sekolah saling


mempengaruhi satu sama lain dengan persoalan kemiskinan. Putus sekolah
mengakibatkan bertambahnya jumlah pengangguran, bahkan menambah kemungkinan
kenakalan anak dan tindak kejahatan dalam kehidupan sosial masyarakat. Begitu
seterusnya karena tingkat pendapatan yang rendah, akses ke pendidikan formal pun sulit
dicapai.

2.3.4 Kesehatan Sulit di Dapat

Kemiskinan merupakan masalah yang tidak pernah diharapkan oleh seorangpun,


karena berbagai faktor terutama lingkungan dapat menimbulkan kemiskinan, oleh sebab
itu upaya pemecahan masalah kemiskinan adalah tanggungjawab bersama antara
pemerintah dan masyarakat itu sendiri, seperti telah tercantum dalam UUD 1945 bahwa
hak fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Upaya telah dilaksanakan
memberantas kemiskinan dalam mendapaatkan akses pelayanan kesehatan masyarakat
miskin biasanya kurang mendapat perhatian serius, sehingga banyak yang tidak
mendapatkan haknya justru beberapa oknum sehingga hak pelayanan kesehatan gratis
untuk masyarakat miskin didapatkan oleh orang yang mampu. Oleh sebab itu perlunya
standar kriteria miskin yang mengacu pada tingkat nasional bahkan lebih baik jika
dikondisikan dengan keadaan daerah itu sendiri.
Kemiskinan merupakan masalah yang tidak pernah diharapkan oleh siapapapun,
karena berbagai faktor terutama lingkungan dapat menimbulkan kemiskinan, oleh sebab
itu upaya pemecahan masalah kemiskinan adalah tanggungjawab bersama antara
pemerintah dan masyarakat itu sendiri, Upaya telah dilaksanakan memberantas
kemiskinan dalam mendapaatkan akses pelayanan kesehatan masyarakat miskin
biasanya kurang mendapat perhatian serius, sehingga banyak yang tidak mendapatkan
haknya justru beberapa oknum sehingga hak pelayanan kesehatan gratis untuk
masyarakat miskin didapatkan oleh orang yang mampu. Oleh sebab itu perlunya standar
kriteria miskin yang mengacu pada tingkat nasionbal bahkan lebih baik jika
dikondisikan dengan keadaan daerah itu sendiri.
Empat masalah tersebut yaitu :
1. Belum tuntasnya pendataan sasaran Askeskin tahun 2007 sehingga masih
berlakunya penggunaan Surat Keterangan Tanda Miskin ( SKTM ).
2. Masih ditemukannya Masyarakat miskin yang belum terlayani karena
keterbatasan sarana pelayanan.
3. Masalah dana karena data tiap tahunnya tidak mencukupi karena terus
bertambahnya pasien yang tergolong masyarakat miskin.
4. Belum berfungsinya tim safeguarding dan tim koordinasi
Propinsi/Kabupaten/Kota secara optimal sehingga permasalahan  yang muncul
di lapangan tidak rinci dibahas dan diselesaikan secara cepat.
5. Masalah lainnya ada kecenderungan pelayanan terhadap masyarakat miskin
yang faktanya tergolong tidak miskin. Sulitnya data riil dengan jumlah yang
tidak menentu dan data yang cenderung simpang siur memerlukan perbaikan
administrasi pendataan dan kriteria yang benar-benar seragam di berbagai
instansi sehingga tidak terjadi kesalahan dalam registrasi masyarakat miskin.
Menurut rancangan Undang-undang Departemen sosial kemiskinan adalah kondisi
sosial ekonomi seseorang atau kelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya
untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kebutuhan
disini adalah kebutuhan pokok seperti Pangan, sandang, kesehatan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa
aman dari atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan
sosial politik. Komitmen Global dan Nasional bahwa kesehatan adalah investasi, hak
dan kewajiban setiap manusia ( WHO dan UUD 1945 pasal 28, 34 ayat 1,2 dan 3).
WHO menetapkan pembiayaan prabayar sebagai fairness in financing dalam menilai
sukses sistem kesehatan suatu negara.
Dalam pelaksanaannya bantuan biaya kesehatan, banyak terjadi penyimpangan yaitu
adanya masyarakat yang tidak miskin menggunakan SKTM, hanya karena pendataan
yang tidak benar atau tidak ada standar pasti yang sesuai sehingga sangat merugikan
hak-hak masyarakat miskin untuk mendapat pelayanan kesehatan. Kedua, masih
ditemukannya masyarakat benar-benar miskin yang belum terlayani karena keterbatasan

2.3.5 Buruknya Generasi Penerus


Buruknya generasi penerus adalah dampak yang berbahaya akibat kemiskinan.
Jika anak-anak putus sekolah dan bekerja karena terpaksa, maka akan ada gangguan
pada anak-anak itu sendiri seperti gangguan pada perkembangan mental, fisik dan cara
berpikir mereka.

Contohnya adalah anak-anak jalanan yang tidak mempunyai tempat tinggal,


tidur di jalanan, tidak sekolah, mengamen untuk mencari makan dan lain sebagainya.
Dampak kemiskinan pada generasi penerus merupakan dampak yang panjang dan buruk
karena anak-anak seharusnya mendapatkan hak mereka untuk bahagia,mendapat
pendidikan, mendapat nutrisi baik dan lai sebagainya. Ini dapat menyebabkan mereka
terjebak dalam kesulitan hingga dewasa dan berdampak pada generasi penerusnya.

2.4 Solusi Mengatasi Kemiskinan

Pada Hari Kemiskinan Internasional lalu berbagai pihak menyatakan perang


melawan kemiskinan. Ditargetkan pada tahun 2015 Indonesia bebas dari kemiskinan.
Ini tekad yang bagus.

Namun selain tekad, harus didukung dengan niat yang ikhlas, perencanaan,
pelaksanaan dan juga pengawasan yang baik. Tanpa itu semua hanya omong belaka.

Menghilangkan kemiskinan boleh dikata mimpi atau hanya janji surga. Tapi


mengurangi kemiskinan sekecil mungkin bisa dilakukan. Ada beberapa program yang
perlu dilakukan agar kemiskinan di Indonesia bisa dikurangi.

2.4.1 Pendidikan
Pertama, meningkatkan pendidikan rakyat. Sebisa mungkin pendidikan
harus terjangkau oleh seluruh rakyat Indonesia. Banyaknya sekolah yang rusak
menunjukkan kurangnya pendidikan di Indonesia. Tentu bukan hanya fisik, bisa
jadi gurunya pun kekurangan gaji dan tidak mengajar lagi.
Dulu pada tahun 1970-an, sekolah dasar dibagi dua. Ada sekolah pagi
dan ada sekolah siang sehingga 1 bangunan sekolah bisa dipakai untuk 2 sekolah
dan melayani murid dengan jumlah 2 kali lipat. Sebagai contoh di sekolah saya
ada SDN Bidaracina 01 Pagi (Sekarang berubah jadi Cipinang Cempedak 01
Pagi) dan SDN Bidaracina 02 Petang. Sekolah pagi mulai dari jam 7.00 hingga
12.00 sedang yang siang dari jam 12:30 hingga 17:30. Satu bangunan sekolah
bisa menampung total 960 murid!
Ini tentu lebih efektif dan efisien. Biaya pembangunan dan pemeliharaan
gedung sekolah bisa dihemat hingga separuhnya. Mungkin ada yang
berpendapat bahwa hal itu bisa mengurangi jumlah pelajaran karena jam belajar
berkurang. Padahal tidak. Sebaliknya jam pelajaran di sekolah terlalu lama justru
membuat siswa jenuh dan tidak mandiri karena dicekoki oleh gurunya. Guru
bisa memberi mereka PR atau tugas yang dikerjakan baik sendiri, bersama orang
tua, atau teman-teman mereka. Ini melatih kemandirian serta kerjasama antara
anak dengan orang tua dan juga dengan teman mereka.
Selain itu biaya untuk beli buku cukup tinggi, yaitu per semester atau
caturwulan bisa mencapai Rp 200 ribu lebih. Setahun paling tidak Rp 400 ribu
hanya untuk beli buku. Jika punya 3 anak, berarti harus mengeluarkan uang Rp
1,2 juta per tahun. Hanya untuk uang buku orang tua harus mengeluarkan 130%
lebih dari Upah Minimum Regional (UMR) para buruh yang hanya sekitar 900
ribuan.
Untuk mengurangi beban orang tua dalam hal uang buku, pemerintah
bisa menyediakan Perpustakaan Sekolah. Dulu perpustakaan sekolah
meminjamkan buku-buku Pedoman (waktu itu terbitan Balai Pustaka) kepada
seluruh siswa secara gratis. Untuk soal bisa didikte atau ditulis di papan tulis.
Ini beda dengan sekarang di mana buku harus ditulis dengan pulpen
sehingga begitu selesai dipakai harus dibuang. Tak bisa diturunkan ke adik-
adiknya.
Saat ini biaya SPP sekolah gratis hanya mencakup SD dan SMP (Meski
sebetulnya tetap bayar yang lain dengan istilah Ekskul atau Les) sedang untuk
Perguruan Tinggi Negeri biayanya justru jauh lebih tinggi dari Universitas
Swasta yang memang bertujuan komersial. Untuk masuk UI misalnya orang
tahun 2005 saja harus bayar uang masuk antara Rp 25 hingga 75 juta. Padahal
tahun 1998 orang cukup bayar sekitar Rp 300 ribu sehingga orang miskin dulu
tidak takut untuk menyekolahkan anaknya di PTN seperti UI, IPB, UGM, ITS,
dan sebagainya. Meski ada surat edaran Rektor bahwa orang tua tidak perlu
takut akan bayaran karena bisa minta keringanan, namun teori beda dengan
praktek.
Boleh dikata orang-orang miskin saat ini mimpi untuk bisa masuk ke
PTN. Jika pun ada paling cuma segelintir saja yang mau bersusah payah
mengurus surat keterangan tidak mampu dan merendahkan diri mereka di depan
birokrat kampus sebagai Keluarga Miskin (Gakin) untuk minta keringanan
biaya.
Tanpa pendidikan, sulit bagi rakyat Indonesia untuk mengurangi
kemiskinan dan menjadi bangsa yang maju.
2.4.2 Reformasi Tanah untuk Rakyat
Pembagian tanah/lahan pertanian untuk petani. Paling tidak separuh
rakyat (sekitar 100 juta penduduk) Indonesia masih hidup di bidang pertanian.
Menurut Bank Dunia, mayoritas petani Indonesia memiliki lahan kurang dari 0,4
hektar. Bahkan ada yang tidak punya tanah dan sekedar jadi buruh tani. Kadang
terjadi tawuran antar desa hingga jatuh korban jiwa hanya karena
memperebutkan lahan beberapa hektar!
Artinya jika 1 hektar bisa menghasilkan 6 ton gabah dan panen 2 kali
dalam setahun serta harga gabah hanya Rp 2.000/kg, pendapatan kotor petani
hanya Rp 9,6 juta per tahun atau Rp 800 ribu/bulan. Jika dikurangi dengan biaya
benih, pestisida, dan pupuk dengan asumsi 50% dari pendapatan mereka, maka
penghasilan petani hanya Rp 400 ribu/bulan saja.
Pada saat yang sama 69,4 juta hektar tanah dikuasai oleh 652 pengusaha.
Ini menunjukkan belum adanya keadilan di bidang pertanahan. Dulu pada zaman
Orba (Orde Baru) ada proyek Transmigrasi di mana para petani mendapat tanah
1-2 hektar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Transportasi, rumah,
dan biaya hidup selama setahun ditanggung oleh pemerintah.
Program itu sebenarnya cukup baik untuk diteruskan mengingat saat ini
Indonesia kekurangan pangan seperti beras, kedelai, daging sapi, dsb sehingga
harus impor puluhan trilyun rupiah setiap tahunnya.
Jika petani dapat tanah 2 hektar, maka penghasilan mereka meningkat
jadi Rp 48 juta per tahun atau bersih bisa Rp 2 juta/bulan per keluarga. Memang
biaya transmigrasi cukup besar. Untuk kebutuhan hidup selama setahun, rumah,
lahan, dan transportasi paling tidak perlu Rp 40 juta per keluarga. Dengan
anggaran Rp 10 trilyun per tahun ada 250.000 keluarga yang dapat
diberangkatkan per tahunnya.
Seandainya tiap keluarga mendapat 2 hektar dan tiap hektar
menghasilkan 12 ton beras per tahun, maka akan ada tambahan produksi sebesar
6 juta ton per tahun. Ini sudah cukup untuk menutupi kekurangan beras di dalam
negeri.
Saat ini dari 2 juta ton kebutuhan kedelai di Indonesia (sebagian untuk
tahu dan tempe), 60% diimpor dari luar negeri. Karena harga kedelai luar negeri
naik dari Rp 3.500/kg menjadi Rp 7.500/kg, para pembuat tahu dan tempe
banyak yang bangkrut dan karyawannya banyak yang menganggur.
Jika program transmigrasi dilakukan tiap tahun dan produk yang ditanam
adalah produk di mana kita harus impor seperti kedelai, niscaya kekurangan
kedelai bisa diatasi dan Indonesia tidak tergantung dari impor kedelai yang
nilainya lebih dari Rp 8 trilyun per tahunnya. Ini akan menghemat devisa.
2.4.3 Agrobisnis Hanya untuk Rakyat

Tutup bisnis pangan kebutuhan utama rakyat dari para pengusaha besar.
Para petani/pekebun kecil sulit untuk mengekspor produk mereka. Sebaliknya
para pengusaha besar dengan mudah mengekspor produk mereka (para
pengusaha bisa menekan/melobi pemerintah) sehingga rakyat justru bisa
kekurangan makanan atau harus membayar tinggi sama dengan harga
Internasional. Ini sudah terbukti dengan melonjaknya harga minyak kelapa
hingga 2 kali lipat lebih dalam jangka waktu kurang dari 6 bulan akibat kenaikan
harga Internasional. Pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa.

Jika produk utama seperti beras, kedelai, terigu dikuasai oleh pengusaha,
rakyat akan menderita akibat permainan harga.Selain itu dengan dikuasainya
industri pertanian oleh pengusaha besar, para petani yang merupakan mayoritas
dari rakyat Indonesia akan semakin tersingkir dan termiskinkan.

2.4.4 Efisiensi
Lakukan efisiensi di bidang pertanian. Perlu dikaji apakah pertanian kita
efisien atau tidak. Jika pestisida kimia mahal dan berbahaya bagi kesehatan,
pertimbangkan predator alami seperti burung hantu untuk memakan tikus, dsb.
Begitu pula jika pupuk kimia mahal dan berbahaya, coba pupuk organik seperti
pupuk hijau/kompos. Semakin murah biaya pestisida dan pupuk, para petani
akan semakin terbantu karena ongkos tani semakin rendah.
Jika membajak sawah bisa dilakukan dengan sapi/kerbau, kenapa harus
memakai traktor? Dengan sapi/kerbau para petani bisa menternaknya sehingga
jadi banyak untuk kemudian dijual. Daging dan susunya juga bisa dimakan.
Sementara traktor bisa rusak dan butuh bensin/solar yang selain mahal juga
mencemari lingkungan.
Nelayan juga tidak perlu pakai solar/BBM. Coba kembangkan perahu
layar atau Turbin Angin yang kecepatannya bisa lebih cepat dari angin dan
melawan arah angin. Ini bisa menghemat biaya.
2.4.5 Penuhi Kebutuhan yang Masih Impor
Data produk-produk yang masih kita impor. Kemudian teliti produk
mana yang bisa dikembangkan di dalam negeri sehingga kita tidak tergantung
dengan impor sekaligus membuka lapangan kerja. Sebagai contoh jika mobil
bisa kita produksi sendiri, maka itu akan sangat menghemat devisa dan
membuka lapangan kerja. Ada 1 juta mobil dan 6,2 juta sepeda motor terjual di
Indonesia dengan nilai lebih dari Rp 200 trilyun/tahun. Jika pemerintah
menyisihkan 1% saja dari APBN yang Rp 1.000 trilyun/tahun untuk
membuat/mendukung BUMN yang menciptakan kendaraan nasional, maka akan
terbuka lapangan kerja dan penghematan devisa milyaran dollar setiap tahunnya.
Untuk melindungi industri dalam negeri, kenakan pajak impor minimal
20%. Jadi jika di satu bidang satu produsen bisa ekspor Rp 10 trilyun/tahun ke
Indonesia, dgn pajak impor yang RP 2 trilyun/tahun, bisa saja dia memindahkan
pabriknya ke Indonesia. Atau Industri dalam negeri Indonesia yang bangkit.
2.4.6 Nasionalisasi Perusahaan Tambang Asing (migas, emas, perak, tembaga,
dsb)
Stop eksploitasi/pengurasan kekayaan alam oleh perusahaan asing.
Kelola sendiri. Banyak kekayaan alam kita yang dikelola oleh asing dengan
alasan kita tidak mampu dan sedang transfer teknologi. Kenyataannya dari tahun
1900 hingga saat ini ketika minyak hampir habis kita masih ”transfer teknologi”.
Padahal95% pekerja dan insinyur di perusahaan-perusahaan asing adalah
orang Indonesia. Expat paling hanya untuk level managerial. Bahkan perusahaan
migas Qatar pun di Kompas sering pasang lowongan untuk merekrut ahli migas
kita. Saat ini 1.500 ahli perminyakan Indonesia bekerja di Timur Tengah seperti
Arab Saudi, Kuwait, dan Qatar. Bahkan ada Doktor Perminyakan yang bekerja
di negara Eropa seperti Noewegia!
Sekilas kita untung dengan pembagian 85% sedang kontraktor asing
hanya 15%. Padahal kontraktor asing tersebut memotong terlebih dulu
pendapatan yang ada dengan cost recovery yang besarnya mereka tentukan
sendiri. Bahkan ongkos bermain golf dan biaya rumah sakit di luar negeri ex-
patriat dimasukkan ke dalam cost recovery, begitu satu media
memberitakan. Akibatnya di Natuna sebagai contoh, Indonesia tidak dapat apa-
apa. Kontraktor asing sendiri, seperti Exxon sendiri mengantongi keuntungan
hingga Rp 360 trilyun setiap tahun dari pengelolaan minyak dan gas di berbagai
negara termasuk Indonesia. Menurut PENA, pada tahun 2008 saja sekitar Rp
2.000 trilyun/tahun dari hasil kekayaan alam Indonesia justru masuk ke kantong
asing. Padahal jitu bisa dipakai untuk melunasi hutang luar negeri dan
mensejahterakan rakyat Indonesia.
Biaya main golf, rumah sakit di luar negeri, bahkan biaya kantor pusat
perushaan migas tsb di Amerika Serikat dimasukkan sebagai cost recovery yg
harus dibayar pemerintah Indonesia lewat migasnya: Soal penggelembungan
cost recovery dijelaskan oleh ekonom Rizal Ramli. Modusnya perusahaan
investor bisa menyertakan pengeluaran yang tak relevan dengan kegiatan
eksplorasi minyak. “Misalnya biaya main golf dimasukan cost recovery, biaya
headquarter masuk cost recovery,”. Bahkan untuk royalti emas dan perak di
Papua, Freeport yang cuma “tukang cangkul” dapat 99% sementara bangsa
Indonesia sebagai pemilik emas cuma dibagi 1%! Bagaimana bisa kaya? Jadi
kalau didapat emas dan perak sebesar Rp 100 trilyun, Indonesia cuma dapat Rp
1 trilyun saja!
Banyak perusahaan asing beroperasi menguras kekayaan alam Indonesia.
Tetangga saya yang menambang emas bekerjasama dengan penduduk lokal
dengan memakai alat pahat dan martil saja bisa mendapat Rp 240 juta per bulan,
bagaimana dengan Freeport yang memakai banyak excavator dan truk-truk
raksasa yang meratakan gunung-gunung di Papua?
Agar Indonesia bisa makmur, maka Indonesia harus mengelola sendiri
alamnya. Nasionalisasi Perusahaan2 tambang asing.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara


dirinya sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan
tenaga, mental maupun fisiknya dalam kelopok tersebut.
Masalah dasar pengentasan kemiskinan bermula dari sikap pemaknaan kita
terhadap kemiskinan . Kemiskinan adalah suatu hal yang alami dalam kehidupan.
Dalam artian semakin meningkatnya  kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi  maka
kebutuhan pun akan semakin banyak. Pengentasan masalah kemiskinan ini bukan
hanya kewajiban dari pemerintah, melainkan masyarakat pun harus ikut bertindak dan
sadar bahwa masalah sosial yaitu kemiskinan adalah tugas dan tanggung jawab
bersama pemerintah dan masyarakat. Apabila pemerintah dan masyarakat bekerja sama
dengan baik maka untuk mengentaskan kemiskinan tidak perlu berpuluh-puluh tahun
mencapai kesejahteraan.
Menurut beberapa para ahli kemiskinan di defenisikan sebagai berikut :

1. Soerjono Soekanto

Kemiskinan diartikan sebagi suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup


memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak
mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.

2. Gillin

Kemiskinan adalah kondisi ketika seseorang tidak dapat mempertahankan skala


hidup yang cukup tinggi untuk memberikan efesiensi fisik dan mental untuk
memungkinkan dia dan keluarganya menjalankan fungsi sebagaimana mestinya
sesuai dengan standar masyarakat baik karena pendapatan yang tidak memadai
ataupun pengeluaran yang tidak bijaksana.

3. Bappenas

Kemiskinan adalah situasi serba kekurangan karena keadaan yang tidak dapat
dihindari oleh seseorang dengan kekuatan yang dimilikinya.

4. Reitsma dan Kleinpenning

Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhannya,


baik yang bersifat material maupun non-material.

5. Suparlan

Kemiskinan adalah standar tingkat hidup yang rendah karena kekurangan materi
pada sejumlah atau golongan orang bila dibandingkan dengan standar kehidupan
yang berlaku di masyarakat sekitarnya.

Faktor-faktor penyebab kemiskinan menurut para ahli :

1. Paul Spicker

Penyebab kemiskinan dapat dibagi dalam empat mazhab:

a. Individual explanation
Diakibatkan oleh karakteristik orang miskin itu sendiri: malas,
pilihan yang salah, gagal dalam bekerja, cacat bawaan, belum siap
memiliki anak dan sebagainya.
b. Familial explanation
Akibat faktor keturunan, dimana antar generasi terjadi
ketidakberuntungan yang berulang, terutama akibat pendidikan.
c. Subcultural explanation
Akibat karakteristik perilaku suatu lingkungan yang berakibat
pada moral dari masyarakat.
d. Structural explanation
Menganggap kemiskinan sebagai produk dari masyarakat yang
menciptakan ketidakseimbangan dengan pembedaan status atau hak.
2. Menurut Sharp et al.
Kemiskinan disebabkan oleh :
a. Rendahnya kualitas angkatan kerja.
Salah satu penyebab terjadinya kemiskinan adalah karena
rendahnya kualitas angkatan kerja. Kualitas angkatan kerja ini bisa
dilihat dari angka buta huruf. Sebagai contoh Amerika Serikat hanya
mempunyai angka buta huruf sebesar 1%, dibandingkan dengan
Ethiopia yang mempunyai angka diatas 50%
b. Akses yang sulit terhadap kepemilikan modal.
Kepemilikan modal yang sedikit serta rasio antara modal dan
tenaga kerja (capital-to-labor ratios) menghasilkan produktivitas
yang rendah yang pada akhirnya menjadi faktor penyebab
kemiskinan.
c. Rendahnya tingkat penguasaan teknologi.
Negara-negara dengan penguasaan teknologi yang rendah
mempunyai tingkat produktivitas yang rendah pula. Tingkat
produktivitas yang rendah menyebabkan terjadinya pengangguran.
Hal ini disebabkan oleh kegagalan dalam mengadaptasi teknik
produksi yang lebih modern. Ukuran tingkat penguasaan teknologi
yang rendah salah satunya bisa dilihat dari penggunaaan alat-alat
produksi yang masih bersifat tradisional.
d. Penggunaan sumber daya yang tidak efisien.
Negara miskin sumber daya yang tersedia tidak dipergunakan
secara penuh dan efisien. Pada tingkat rumah tangga penggunaan
sumber daya biasanya masih bersifat tradisional yang menyebabkan
terjadinya inefisiensi.
e. Pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Menurut teori Malthus jumlah penduduk berkembang sesuai deret
ukur sedangkan produksi bahan pangan berkembang sesuai deret
hitung. Hal ini mengakibatkan kelebihan penduduk dan kekurangan
bahan pangan. Kekurangan bahan pangan merupakan salah satu
indikasi terjadinya kemiskinan.
3. Menurut Kuncoro

Kemiskinan disebabkan oleh sebagai berikut:

a. Secara makro
kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola
kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan
timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam
jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah.
b. kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia
Karena kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti
produktivitas juga rendah, upahnyapun rendah.
c. kemiskinan muncul sebab perbedaan akses dan modal

Sendalam ismawan (2003:102) mengutarakan bahwa penyebab


kemiskinan dan keterbelakangan adalah persoalan aksesibilitas. Akibat
keterbatasan dan ketertiadaan akses manusia mempunyai keterbatasan
(bahkan tidak ada) pilihan untuk mengembangkan hidupnya, kecuali
menjalankan apa terpaksa saat ini yang dapat dilakukan (bukan apa yang
seharusnya dilakukan). Dengan demikian manusia mempunyai
keterbatasan dalam melakukan pilihan, akibatnya potensi manusia untuk
mengembangkan hidupnya menjadi terhambat.

Penyebab kemiskinan secara garis besar disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Laju pertumbuhan penduduk


2. Angkatan kerja, penduduk yang bekerja dan pengangguran
3. Tingkat pendidikan yang rendah
4. Distribusi yang tidak merata
Dampak dari kemiskinan ialah :

1. Pengangguran
2. Kriminalitas
3. Putus sekolah
4. Kesehatan sulit di dapat
5. Buruknya generasi penerus

Beberapa solusi untuk mengatasi kemiskinan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan pendidikan rakyat


2. Reformasi tanah untuk rakyat
3. Agrobisnis hanya untuk rakyat
4. Efisiensi
5. Penuhi kebutuhan yang masih import
6. Nasionalisasi perusahaan tambang asing

B. Saran
Problem Kemiskinan di masyarakat saat ini  berbanding lurusdengan
semakin bertambahnya jumlah penduduk indonesia. Masalahyang terjadi di kota
tidak terlepas karena adanya problem masalah yang terjadi di desa, kurangnya
sumber daya manusia yang produktif akibat urbanisasi menjadi masalah yang pokok
untuk diselesaikan danparadigma yang sempit bahwa dengan mengadu nasib
dikota makakehidupan menjadi bahagia dan sejahtera menjadi masalah
serius. Problem itu tidak akan menjadi masalah serius apabila pemerintah
lebih focus pada perkembangan dan pertumbuhan desa yang tertinggal
dengan membuka lapangan pekerjaan di pedesaan sekaligus
m e n g a l i r n y a   i n v e s t a s i   d a r i   k o t a   d a n   j u g a   m e n e r a p k a n desentralisasi
otonomi daerah yang memberikan keleluasaan kepadaseluruh daerah untuk
mengembangkanpotensinya menjadi lebih baik, sehingga desa dan kota dapat saling
mendukung dalam segala aspek kemiskinan. Sehingga masalah kemiskinan dapat
teratsi.
Daftar Pustaka

https://student.cnnindonesia.com/edukasi/20170417145047-445-208082/tingginya-
angka-putus-sekolah-di-indonesia/

http://novabutar-butar.blogspot.com/2016/05/analisis-masalah-kemiskinan.html

https://web.facebook.com/notes/ikatan-mahasiswa-dan-alumni-stik-avicenna-kendari/
fenomena-kemiskinan-berkaitan-dengan-kesehatan-dan-standar-kemiskinan-catatan-la/
308739955805167/?_rdc=1&_rdr

http://alvianfirman.blogspot.com/2015/04/definisi-kemiskinan-penyebab-dampak-
dan.html

https://infoindonesiakita.com/2008/01/15/cara-solusi-mengatasi-kemiskinan-di-
indonesia/

http://www.academia.edu/34931699/
Ketidakmerataan_Distribusi_Pendapatan_Indonesia

https://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan

http://ilhamaulani.blogspot.com/2015/12/definisi-kemiskinan-menurut-para-ahli.html

Anda mungkin juga menyukai