SOSIOLOGI
“Berbagai Permasalahan Sosial Dalam Masyarakat”
Nama Anggota:
ALVIA QUR’ANI
FEBRIANI SAHARDJI
ARSANI RAHMADIANI
DIDIT ARDIYANTO
ANDI MUH RAIHAN
ANDI SEPTIAN BASO
ERWIN HIDAYAT
Segala puji syukur kehadiran Allah SWT Maha Pengasih dan Maha Penyayang
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas kami yaitu penyusunan makalah dengan judul “Berbagai permasalahan social
dalam masyarakat”. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan
untuk menyelesaikan tugas sekolah.
Dalam penulisan tugas makalah ini, kami sadar bahwa kemampuan menulis kami
masih sangat terbatas, baik dalam isi maupun dalam penyusunan kalimat, oleh karena itu
terdapat banyak kekurangan sehingga tugas makalah ini jauh untuk dikatakan sempurna.
Dan oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan tugas makalah.
Akhir kata semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang
memerlukannya.
Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah kependudukan yang dimaksud disini adalah pertambahan jumlah penduduk yang
sangat tinggi. Pertumbuhan ini akan menimbulkan masalah dan hambatan bagi upaya-upaya
pembangunan yang dilakukan karena pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut
menyebabkan cepatnya pertambahan jumlah tenaga kerja , sedangkan kemampuan dalam
menciptakan kesempatan kerja baru sangat terbatas. Hal ini menyebabkan masalah
pengangguran semakin serius.
Menurut para ahli (antara lain Andre Bayo Ala, 1981), kemiskinan itu bersifat multi
dimensional. Artinya, karena kebutuhan manusia itu bermacam-macam, maka kemiskinan
pun memiliki banyak aspek. Dilihat dari kebijakan umum, maka kemiskinan meliputi aspek
primer yang berupa miskin akan aset, organisasi sosial politik dan pengetahuan serta
keterampilan dan aspek sekunder yang berupa miskin akan jaringan sosial, sumber keuangan
dan informasi. Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikandalam bentuk
kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik dan
tingkat pendidikan yang rendah.
Selain itu, dimensi-dimensi kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung mapun tidak
langsung. Hal ini berarti bahwa kemajuan dan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat
mempengaruhi kemajuan atau kemuduran pada aspek lainnya.
Kemiskinan dapat diamati sebagai kondisi anggota masyarakat yang tidak/belum ikut
serta dalam proses perubahan karena tidak mempunyai kemampuan, baik kemampuan dalam
pemilikan faktor produksi maupun kualitas faktor produksi yang memadai sehingga tidak
mendapatkan manfaat dari hasil proses pembangunan. Dengan kata lain, masalah kemiskinan
ini bisa selain ditumbulkan oleh hal yang sifatnya alamiah/kultural juga disebabkan oleh
miskinya strategi dan kebijakan pembangunan yang ada, sehingga para pakart pemikir
tentang kemiskinan kebanyakan melihat kemiskinan sebagai masalah struktural yaitu
kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat
tersebut tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia
bagi mereka.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui maslah kependudukan dan kemiskinan
dalam masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Masalah Kependudukan bisa disebut juga sebagai masalah sosial, karena masalah itu
terjadi di lingkungan sosial atau masyakarat. Masalah tersebut bisa terjadi kapan saja dan
dimana saja, baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang seperti
negara indonesia. Masalah kependudukan bisa terjadi oleh/faktor-faktor tertertu salah
satunya adalah karena perkembangan penduduk yang tidak seimbang.
Dari faktor di atas kemudian akan muncul beberapa masalah lain sepeti kemiskinan,
kesehatan, pendidikan dan masalah lain yang umumnya timbul akibat masalah
perkembangan penduduk yang tidak seimnbang.
Bagi negara maju seperti amerika mungkin masalah kependudukan tidak akan menjadi
momok yang begitu rumit untuk negaranya tersebut, karena kualitas penduduk dan
sumber daya manusia mereka yang jauh lebih baik di bandingkan dengan negara
berkembang seperti Indonesia, meskipun negara tersebut menempati urutan ke-3 dengan
penduduk terbanyak. Sedangkan di indonesia sendiri masalah penduduk yang terjadi
masih menjadi benang kusut dan belum menemukan cara untuk menguraikannya.
Masalah kependudukan terbagi dalam 2 garis besar yaitu masalah Kuantitas dan kualitas.
Jumlah Penduduk
Pertumbuhan Penduduk
Kepadatan Penduduk
Susunan Penduduk
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kuantitas yaitu dengan
pengendalian jumlah dan pertumbuhan penduduk serta pemerataan persebaran
penduduk.
Masalah penduduk dan kependudukan dapat kita soroti dengan pendekatan sistem. Sistem
adalah suatu totalitas bagian (satuan komponen) yang terdiri dari berbagai sub komponen yang
saling berkaitan, saling tergantung, berinteraksi, saling menentukan sehingga membentuk
suatu kesatuan yang terpadu dan harus diperhitungkan dalam setiap mengambil keputusan.
Sebagai fenomena yang sudah menjadi masalah dapat disebut antara lain:
1. Tekanan-tekanan pada usaha peningkatan ekonomi karena jumlah penduduk yang besar
dan laju pertumbuhan penduduk yang cepat.
2. Tekanan-tekanan pada usaha pembangunan, pendidikan dan tenaga kerja karena
komposisi penduduk yang muda dan pertambahan yang cepat dari golongan penduduk
usia sekolah dan tenaga kerja.
3. Masalah-masalah pada usaha keamanan dan pembangunan daerah karena tidak
terpenuhinya kesempatan kerja dan kepadatan penduduk yang tinggi yang tidak merata.
Kebijaksanaan dalam bidang-bidang pembangunan yang lain pada hakikatnya tertujuan pada
peningkatan kualitas hidup melalui sistem-sistem diluar sistem demografi tersebut dan sebagian
dari kebijaksanaan tersebut selain tertuju untuk mengatasi masalah juga dapat secara langsung
mempengaruhi sistem demografi.
1. Kebijaksanaan Kependudukan
a). Kebijaksanaan kependudukan yang menyeluruh dan terpadu perlu dilanjutkan dan makin
ditingkatkan serta diarahkan untuk menunjang peningkatan taraf hidup, kesejahteraan dan
kecerdasan bangsa serta tujuan-tujuan pembangunan lainnya.
c). Program keluarga berencana berperan ganda, ialah untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan
anak serta mewujutkan keluarga kecil sejahtera serta mengendalikan pertumbuhan penduduk.
e). Jumlah peserta keluarga berencana perlu makin ditingkatkan atas dasar kesadaran dan secara
sukarela dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
f). Penanganan dan pendidikan mengenai masalah kependudukan bagi seluruh lapisan masyarakat
terutama generasi muda, perlu ditingkatkan dan lebih diperluas.
Dari segi lingkungan, masalah pemukiman adalah masalah penduduk. Ketika manusia berjumlah
terbatas dan hidup serba sahaja, maka cara hidup dan bermukin manusia diserasikan dengan
lingkungan alam. Waktu itu kita tidak mengenal masalah lingkungan hidup. Tapi manusia
bertambah banyak dan akal pikirannya berkembang, sehingga cara hidup dan bermukim tidak lagi
diserasikan dengan lingkungan alam. Malah sebaliknya lingkungan yang diubah untuk
dicocokkan dengan cara hidup dan bermukim manusia. Ruang dirombak untuk membangun
berbagai bentuk perumahan dengan fasilitas pelayanan hidup yang bermacam-macam, seperti
pelayanan kesehatan, pendidikan, hiburan atau pasar yang harus ditunjang oleh prasarana jalan,
angkutan, listrik, air minum dan sebagainya.
Sebagai suatu rangkaian, jumlah penduduk Indonesia terus bertambah, permukimannya terus
berkembang, dan pengaruhnya kepada lingkungan hidup makin besar pula. Peledakan penduduk
menyebabkan pula membesarnya lagi urbanisasi, sehingga tidak ada satu kotapun yang mampu
menampung arus penghuni baru yang datang dari daerah pedesaan. Karena kota tidak mampu
menampung arus yang datang akibatnya pengangguran di kota makin lama makin membengkak.
Daerah pemukiman bertambah luas, sampah berserakan dimana-mana, persediaan air yang sehat
tidak dapat memenuhi kebutuhan dan akibatnya wabah penyakit menyerang masyarakat.
Proyek seperti perumahan dibangun, pasar diperbaiki, pedagang kakilima dilokalisasi, jalan-jalan
diperbesar dan diperbaiki, akan tetapi bersamaan dengan pembangunan tersebut timbul masalah
lain, masalah harga tanah yang terus-menerus meningkat yang menimbulkan spekulasi dan
masalah penyediaan perumahan bagi golongan yang kurang mampu.
Helen Callaway, seorang ahli antropologi Amerika yang mempelajari masayakat buta huruf,
menyimpulkan bahwa perkembangan ekonomi dan perluasan pendidikan dasar telah memperluas
jurang pemisah antara pria dan wanita. Hampir di mana-mana pria diberikan prioritas untuk
pendidikan umum dan latihan-latihan teknis. Mereka adalah orang-orang yang mampu
menghadapi tantangan-tantangan dalam dunia. Sebaliknya pengetahuan dunia ditekan secara
tajam pada tingkat yang terbawah.
Pertambahan penduduk yang cepat, lepas daripada pengaruhnya terhadap kualitas dan kuantitas
pendidikan, cenderung untuk menghambat perimbangan pendidikan. Kekurangan fasilitas
pendidikan menghambat program persamaan/perimbangan antara laki-laki dan wanita, pedesaan
dan kota, dan antara bagian masyarakat yang kaya dan miskin.
Pengaruh daripada dinamika penduduk terhadap pendidikan juga dirasakan pada keluarga.
Penelitian yang dilakukan pada beberapa negara dengan latar belakang budaya yang berlainan
menunjukkan bahwa jika digabungkan dengan kemiskinan, keluarga dengan jumlah anak banyak
dan jarak kehamilan yang dekat, menghambat perkembangan berfikir anak-anak, berbicara dan
kemauannya, di samping kesehatan dan perkembangan fisiknya. Kesulitan orang tua dalam
membiayai anak-anak yang banyak, lebih mempersulit masalah ini.
Pertambahan penduduk yang cepat menghambat program-program perluasan pendidikan, juga
mengarah pada aptisme di dunia yang kesulitan untuk mengatasinya.
Tingkat pendidikan adalah sangat menentukan sebagai alat menyampaikan informasi kepada
manusia tentang perlunya perubahan dan untuk meransang penerimaan gagasan-gagasan baru.
4. Masalah Kemiskinan
Salah satu wabah penyakit yang menyerang negara-negara sedang berkembang dewasa
ini adalah kemiskinan berserta saudara kembarnya keterbelakangan. Karena dalam kenyataannya
kedua hal itu melemahkan fisik dan mental manusia yang tentunya mempunyai dampak negatif
terhadap lingkungan.
5. Sebab-sebab Kemiskinan
Sebab-sebab kemiskinan yang pokok bersumber dari empat hal, yaitu mentalitas si
miskin itu sendiri, minimnya keterampilan yang dimiliki, ketidakmampuannya untuk
memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang disediakan, dan peningkatan jumlah penduduk yang
berlebihan. Sesungguhnya keempat hal ini dalam kenyataannya kait mengait.
Apabila orang telah terperangkap dalam jurang kemiskinan, dan tidak lagi melihat untuk keluar
dari jurang itu, maka ia cenderung mengambil sikap “nerimo” dalam bahasa Jawanya
atauaccommodation. Sikap ini bukanlah sikap yang seluruhnya irasional.
Dari pandangan lain kemiskinan juga identik dengan keterbelakangan. Hal ini akan menyulitkan
atau menjadi penghambat dalam pembangunan ekonomi. Keterkaitan ini dapat dilihat pada
Gambar 10. Masyarakat yang berpenghasilan renadah kemampuan menabung dan pembentukan
investasi baik dari sisi modal maupuan keterampilam sangat kecil. Kondisi ini berdampak
terhadap daya saing meraih peluang kerja. Dari sisi lain masyarakat yang berpenghasilan rendah,
lebih banyak memanfaatkan tenaganya disbanding pemanfaatan pemikirannya, sehingga
berdampak kepada tingkat kesuburannya yang tinggi. Kondisi tersebut akan mempertinggi tingkat
reproduksi sehingga tingkat kelahiran juga tinggi dilingkungannya.
2.2 KEMISKINAN
Kemiskinan adalah - Secara harfiah kamus besar Bahasa Indonesia, miskin itu berarti tidak
berharta benda. Miskin juga berarti tidak mampu mengimbangi tingkat kebutuhan hidup standard
dan tingkat penghasilan dan ekonominya rendah. Secara singkat kemiskinan dapat didefenisikan
sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya kekurangan materi pada sejumlah
atau segolongan orang dibandingkan dengan standard kehidupan yang berlaku dalam masyarakat
yang bersangkutan. (Wikipedia, http: //id.Wikipedia.org/Wiki/Ekonomi, 12/03/09, 10.15 P.M).
Sedangkan Secara umum kemiskinan diartikan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan hidup pokok atau dasar. Mereka yang dikatakan berada di garis kemiskinan adalah
apabila tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.
Istilah Kemiskinan selalu melekat dan begitu popular dalam masyarakat yang sedang
berkembang. Istilah itu sangat mudah diucapkan tetapi begitu mudah untuk menentukan yang
miskin itu yang bagaimana siapa yang tergolong penduduk miskin. Untuk memberi pemahaman
konseptual, akan dikemukan dua pengertian kemiskinan, yaitu:
1. Secara kualitatif, definisi kemiskinan adalah suatu kondisi yang didalamnya hidup
manusia tidak layak sebagai manusia, dan
2. Secara kuantitatif, kemiskinan adalah suatu keadaan dimana hidup manusia serba
kekurangan, atau dengan bahasa yang tidak lazim “tidak berharta benda” (Mardimin,
1996:20)
Jenis-Jenis Kemiskinan
Dalam membicarakan masalah kemiskinan, kita akan menemui beberapa jenis-jenis kemiskinan
yaitu:
1. Kemiskinan absolut. Seseorang dapat dikatakan miskin jika tidak mampu memenuhi
kebutuhan minimum hidupnya untuk memelihara fisiknya agar dapat bekerja penuh dan
efisien,
2. Kemiskinan relatif . Kemiskinan relatif muncul jika kondisi seseorang atau sekelompok
orang dibandingkan dengan kondisi orang lain dalam suatu daerah,
3. Kemiskinan Struktural. Kemiskinan struktural lebih menuju kepada orang atau
sekelompok orang yang tetap miskin atau menjadi miskin karena struktur masyarakatnya
yang timpang, yang tidak menguntungkan bagi golongan yang lemah,
4. Kemiskinan Situsional atau kemiskinan natural. Kemiskinan situsional terjadi di daerah-
daerah yang kurang menguntungkan dan oleh karenanya menjadi miskin.
5. Kemiskinan kultural. Kemiskinan penduduk terjadi karena kultur atau budaya
masyarakatnya yang sudah turun temurun yang membuat mereka menjadi miskin
(Mardimin, 1996:24).
Faktor penyebab terjadinya kemiskinan adalah karena faktor pribadi, faktor geografis, faktor
ekonomi dan faktor sosial.
1. a) Faktor pribadi
Dilihat dari faktor pribadi, kemiskinan disebabkan oleh penyakit fisik, penyakit mental, dan
pendidikan seseorang. Penyakit fisik yaitu penyakit jasmani yang diderita oleh seseorang, yang
menyebabkan seseorang tidak mampu bekerja secara maksimal dalam mencari nafkah. Misalnya
sesorang yang kecelakaan hingga menyebabkan kecacatan, misal nya kecelakaan yang
menyebabkan buta dan lain-lain. Sementara itu penyakit mental adalah sifat, karakter atau
kebiasaan seseorang. Sifat malas, boros serta karakter yang buruk seperti judi, mabuk-mabukan
juga dapat menyebabkan kemiskinan. Dan faktor pendidikan yang dapat menyebabkan
kemiskinan misalnya buta huruf dapat menyebabkan seseorang menjadi miskin.
b) Faktor geografis
2. Menurut BAPPENAS, kemiskinan adalah situasi serba kekurangan karena keadaan yang tidak
dapat dihindari oleh seseorang dengan kekuatan yang dimilikinya.
4. Menurut Suparlan, kemiskinan adalah standar tingkat hidup yang rendah karena kekurangan
materi pada sejumlah atau golongan orang bila dibandingkan dengan standar kehidupan yang
berlaku di masyarakat sekitarnya.
7. Menurut Ellis, kemiskinan adalah sebuah gejala multidimensional yang bisa dikaji dari
dimensi ekonomi dan sosial politik.
8. Menurut Levitan, kemiskinan adalah kekurangan barang dan pelayanan yang dibutuhkan
untuk mencapai standar hidup yang layak.
Ciri-Ciri Kemiskinan
1. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
2. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan
keluarga).
3. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal.
4. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang dan
papan).Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,pendidikan,
sanitasi, air bersih dan transportasi).
5. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.
6. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan.
7. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, wanita korban tindak
kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan terpencil).
8. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan keterbatasan sumber alam.
3.1 KESIMPULAN
Dengan semakin majunya zaman, maka masalah kependudukan dan kemiskinan yang
terjadi semakin banyak. Semua karena meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan
kurangnya perhatian dari pemerintah. Dalam mengatasi masalah yang terjadi, penduduk juga
berperan penting mengambil bagian pada beberapa program pemerintah.
http://hamimincore.blogdetik.com/2013/05/25/masalah-kependudukan-di-indonesia/
http://aliefhamzahiya.blogspot.com/2013/09/makalah-permasalahan-kependudukan-dan.html
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………...........
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA