Anda di halaman 1dari 11

Peningkatan Kehidupan Sekaligus Mengentaskan Kemiskinan Sebagai

Pemicu GAP (Kesenjagan) Pada Masyarakat Gorontalo.


Anisa Asmari
Mahasiswa Universitas Bina Taruna Gorontalo, Prodi Ilmu Adminstrasi
Publik

Abstarak

Kemiskinan merupakan masalah yang sangat besar dalam tubuh


masyarakat, khususnya Gorontalo, yang dari kemiskinan tersebut akan
memicu hadirnya GAP dalam, tatanan masyarakat itu sendiri. Sehinganya
pada penelitian saya kali ini dengan pendekatan Kealitatif, dengan sifat
deskriptif lewat data primer dari studi literatur, yang digunakan seperti
buku, jurnal, artikel, dan data pendukung lainya.
Sehingganya saya mendapatkan satu konklusi dalam masalah
kemiskinan yang terjadi, yaitu bagaimana kemiskinan itu terjadi
diakibatakan, sumber daya manusia dalam hal Pendidikan, tidak sesuai
dengan kriteria yang dipatok oleh perusahan. Yang dari hal itu banyak
masyarakat yang tidak mendapatkan pekerjan yang tetap atau yang layak.

Kata Kunci: Kemiskinan, GAP (Kesenjagan), Masayarakat (SDM),


Pendidikan.

A. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah yang sangat krusial yang sangat


merongrong kehidupan masyarakat Indonesia saat ini. Sebagi suatu
masalah artinya kemiskinan merupakan hal yang harus lebih diperhatikan
oleh pemerintah, karena kalau kita mengacu pada nilai value dari
konstitusi kita, ada dua amanat yang harus dituntaskan oleh Negara,
pertama mencerdaskan kehidupan bangsa, dan kedua mensejatrakan
masyarakatnya. Artinya tugas dan fungsi dari Negara (Pemerintah) yang
kalau diartikan kedalam ilmu Admistrasi sebagi Pelayan public, belum
terjalankan atau tertunaikan secara keseluruhan.

Kesenjagan banyak kali terjadi diakibatkan oleh tingkat kelas sosial


strata social antara si kaya dan si miskin. Kalau kita mengacu pada
konsep dari Marxsisme, Karl Marx membagi kelas sosial itu menjadi dua
perama borjuis (kaum korporat, investor, yang intinya mengacu pada
kepemilikan barang mewah yang lebih banyak), dan kelas kedua proletar
(kaum buruh, pekerja serabutan, yang kerjanya tidak tetap). Tapi yang
harus digaris bawahi bahwa pembagian kelas yang dilakuakn oleh Marx
tersebut mengarah ke kepemilikan material (tanah, uang, dll).
Sebagimana dalam temuan Sianturi (2011) Bahwa kesenjangan antar
masyarakat kaya dan masyarakaat miskin di indonesai semakin melebar
disebabkan karena tingginya disparitas (perbedaan) antar daerah akibat
tidak meratanya distribusi pendapatan yang menjadi salah satu akar
permasalahan kemiskainan di Indonesia (Dalam Pateda et.al 2019: 2).
Artinya disparitas antar pengasilan yang merupakan salah satu pemicu
kesenjagan pada tingkat kemiskinan suatu Negara, dan tidak terasalurnya
secara mereta kepada masyarakat lapanagn pekerjaan, yang layak bagi
mereka.

Kalau melihat angka kemiskinan di Povinsi Gorontalo dari data BPS


jumblah angka masyarakat miskin dari tahun 2019-2021 itu berada
diangka 186,03-186,29 jiwa, yang artinya tingkat kemiskinan di povinsi
Gorontalo masi sangat tinggi.

Salah satu polemic yang selalu masyarakat gorontalo hadapi adalah


dimana tingkat lapangat pekerjaanya kurang, dan bagimana
pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) masi sanagat kurang,
padahal kemiskinan itu bisa terselesiakn saat Sumber daya Manusia nya
memumpuni dalam segala bidang, atau punya keahlian pada satu bidang
tertentu.

Sebagimana dalam kajian ilmiahnya Rahman et.al (2022: 335) “Bahwa


tinggat kemiskinan sanagt dipengaruhi oleh kualitas drai SDM, kualitas
SDM yang baik atau bagus di Wilayah bisa membuat pembangunan
berjalan secara baik sebagi akibatnya bisa mengsugesti tinggat
kemiskinan sehinganya kemiskinan bisa menurun. dan bagimana SDM itu
bisa baik ada dua faktor yang sangat mempengaruhinya yaitu pada tingat
kesehatan ynag baik dan pendidikan yang baik,maka sudah pasti tingkat
SDM nya sudah pasti akan sanggat bisa memksimalkan tugas dan fungi
nya dalampenegntaskan kemiskinan, lewat pembanguna yang bisa
dirasakan secara menyaluruh kepada masyarakat.

Tapi kalau kita melihat keadaan saat ini, bagimana konsep bernegara
dari Ir. Soerarno tidak teraktualisasi secara keseluruhan, dimana saat
pada pemebtukan konsensu dasar Negara dimana perdebatan sangat
merajalela, yang fokusnya hnaya ingin bahwa pendapatnya yang harus
didengar (digunakan), maka secara langsung Ir. Soekarno membongkar
paradigm berpikir mereka dengan satu kalimat “satu untuk semua, semua
untuk satu”1 yang kalau kita menarik pemaknan bahwa kata Bung Karno,
ini bukan Negara kalian tapi ini Negara miliki kita bersama, semua untuk
semua2, jadi mari kita sama sama menghilangkan egosentris dalam ber-
negara. Tapi yang sungguh disayangkan adalah sikap ke Negarawanan
pada tokoh-tokoh bangsa kita kali ini sudah berdada pada titik Autisme.

Sehingaya masi banyak yang saat ini para pelayanan publik, masi
berpikiran untuk memperkaya diri sendiri yang dari situ bagimna tungas
dan masalah dari Gorontalo belum pernah terselesaikan, dan yang lebih
mirisnya lagi adalah Gorontalo merupaka salah satu Provinsi termiskin di
Indonesia.
1
Pidato Ir. Soekarno pada tangal 1 Juni 1945, pada sidang BPUPKI
2
Kalimat dari Prof. Dr Haedar Nasir M.Si,(Ketua umum PP Muhammadiyah) saat memberikan
pidato kebangsaan dalam peringatan HUT RI ke-76
Selain Sumber Daya Manusia yang tidak terpelajar, masalah
berikutnya juga penyebab dari kemiskinan adalah bagimana tingat
transformasi masyarakat masi sangat kecil, (belum bisa beradaptasi
secara sesunguhnya dengan lingkungan atau era). Dimana kita tau
bersama bahawa saat ini Indonesia sedang berada pada masa transisi
dari Era Industri 4.0 ke Era Socity 5.0, yang dulu sistem beli hanya
menggunkan transaksi tunai sakrang sudah mengunkan transaksi QR
Code, lewat dunia dalam gengaman (Handphone).

Artinya era sangat mempengaruhi sistem kepemilikan setiap


masyarakat, tetapi yang sangat disayangkan sistem kepemilikan bukan
mengantarkan masyarakat pada tatanan kehidupan yang baik malah
membuat kehidupan lebih tersiksa. Alasannya karena yang dimiliki adalah
barang yang sistem pakinya tidak berkelanjutan sustainable.itu juga salah
atu alasan sehihingganya yang harus dilakukan oleh masyarakat untuk
dapat memebrantas kemiskinan lewat, pementukan minsetd berpikir
tentang uang (ekonomi).

B. Teori Dan Konsep

kalau bicara tentang peniggkatan kemiskinan maka sudah pasti, akan


bicara dengan bagimana peneglolan tentang uang, atau bagimana minsed
masyarakat tentang uang dan penggunaanya, agar kajian kita lebih
komperhensif dan terstruktur maka perlu juga untuk menilik teoti apa saja
yang harus digunakan dalam peningkatan kehidupan itu.

1. Konsep peningkatan Kualitas kehidupan

Pertama hal yang penting dalam pementukan, peningkatan kualitas


kehidupan yag baik adalah lewat kualitas SDM yang berpenddidikan
baik. Sebagimna dalam undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang
sistem pendidikan nasional, pada pasal 1 disebutkan bahwa
“pendidikan adalah usaha sadar, untuk menyiapkan peserta didik
melalaui kegiatan, bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi perannya
dimasa yang akan datang”. Artinya lewat pelatihan akan perannya
para generasai dapat menyiapakan kehidupan yang baik dan
bermartabat, atau mampu membuat taraf hidupnya secara baik.

Sebagimana juga yang dipaparkan oleh Sudarja Adiwikarta


(1988:114), bahwa dengan adanya perubahan dalam tuntutan dan
kondisi lingkungan yang semakain pesat, menimbulkan lahirnya
pengakuan bahwa pendidikan orang dewasa dan mereka yang tidak
lagi mengikuti pendidikan formal itu bukan saja perlu melainkan
bahkan tidak dapat diabaikan dan karenanya merupakan suatu
keharusan. Artinya bahwa memang pendidikan laha slah satu point
penting dari peningkatan kualitas hidup, bagimana manusia-
manusianya bisa bermatrabat, lewat pendidikan yang baik pula.

2. Konsep Kemiskinan
Menurut Rahman et.al (2022: 336) “kemiskinan merupakan
perseteruan yang kompleks bagi setiap penduduk yang berada
pada setiap Negara, pada hal ini penduduk yang dikatakan miskin
bila pendapatanya rendah, pendidikan yang rendah, tingkat
produktifitas yang dihasilkan rendah, tingkat kesehatan renda serta
gizi yang tidak baik, zerta juga tingkat kesejateran yang masih
rendah. Adapaun juga kemeiskian disebabkan karena asal daya
mansusia yang tidak memadai dalam hal tersebut
disebabakankarena rendahnya tingkata pendidkan baimk itu formal
ataupun non-formal.
Artinya hamper keseluruhn konsep dari ketidak berpemilikan
(kemiskinan) pemicu utamnaya karena, masyarakatnya tidak bisa
memenejmen (menelola) uang dan pendapatnya.
Sebagimna juga dikuatkan oleh Kuncoro 2006 (dalam
Rahman et.al 2022: 337) “bahwa ada tiga faktor yang selalu
mepengaruhi tingkat kemiskinan, salah satunya lialah rendahnya
kualitas sumber daya manusia karena disebabkan oleh pendidikan
yang masih renda sehinga tidak bisa mendorong angka
produktivitas kearah yang lebih baik. Lagi-lagi hal yang banyak
mensurplus angaka kemiskinan karena rendahnya kualitas hidup
masyarakat, yang disebabkan kurangnya dalam penguasan skill
yang memumpuni.
3. Konsep GAP (Kesenjagan)
Menurut Albet T (2008: 62) Mengatakan bahwa kesenjagan
sosial adalah suatu keadaan keadaan dimana terjadi kesenjangan,
ketimpangan, atau pun ketidak samaan sakses untuk
memenfaatkan sumber daya yang terjadi dalam suatau
Masyarakat. Ketimpangan sosial berarti tidak ada keseimbangan
atau terjadi jarak di tengah masyarakat, hal ini disebabkan adanya
perbedaan stataus sosial, ekonomi, maupun budaya. Artinya
kesenjagan itu terjadi karena adanaya jarak, yang ditimbukana oleh
anntar manusia, yang secara stataus sosial pasti sudah berbeda,
sehinganya dia seperti boomerang dalam tatanan bermasyarakat.
Sebagaimana juga menrut Acher dan Joan (1999: 139)
mengatakan bahwa kesenjangan sosial berkaitan erat dengan
kesenjagan ekonomi (ketidak samaan), yang biasanya
dideskripsikan atas dasar distribusi pemasukan atau kekayan yang
tidak merata, merupakan jenis kesenjagan sosial yang sering
diteliti, dan ditelaah sebenarnya apa pemicunya, dan menurut joan
bahawapemivunya adalah ketidak merataan sumber daya yang
dihasilkan oleh masyarakat yang berada disatu daerah yang sama.
Dari hal itu saya menyimpulkan bahwa kesenjagan itu
terjadi karena diakibatakan oleh adanya, ketimpang antar
pendistribusian idea, Kalau menurut hagel yang akan mengubah
starata sosial ada berada pada titik idea (pikiran, gagasan) yang
tinggi. Sehigganya masyarakat harus mampu mengakomodir atau
mamapu menfaatkan, menggunkan, menjalankan gagasan yang
dia miliki.
C. Metode Penelitian

Pada penelitian saya kali ini, itu mengunakan metode kualitatif


deskriptif, yang bersifat kajian literatur, lewat data primer dari buku, jurnal,
artikel, dan juga dalam penelolan data saya mengunakn teori dari Miles
Dan Huberman, dalam hal mereduksi.

D. Hasil Dan Pembahasan

Gorontalo sebagi daerah yang berada dikawasan indonesaia timur,


dan merupakan daerah yang dilewati oleh kawasan Teluk Tomini, yang
kita taubersama merupakan salah satu karuni yang dimna sumber daya
alamnya sangat banyak. Apa lagi pada bidang kelauatan dan pariwisata,
namau yang sungguh disanyakan pemerintah dan masayarakat tidak bisa
memnfaatkan, megelola secara baiak sumber daya alam tersebut.
Gorontalo sebagai daerah yang masi cukup tertingal, dari bidang ekonomi,
dimana salah satu pemicu akan hadirnya kesenjagan pada bidang
ekonomi, ada ketimpangn atara si miskin dan sikaya. Artinya kita harus
mampu mencarikan solusi satas maslaha tersebut agar, bisa diselesiakan
secara baik.

Sebagimana menurut Kuncoro 2006 (dalam Rahman et.al 2022: 337)


“bahwa ada tiga faktor yang selalu mepengaruhi tingkat kemiskinan, salah
satunya lialah rendahnya kualitas sumber daya manusia karena
disebabkan oleh pendidikan yang masih renda sehinga tidak bisa
mendorong angka produktivitas kea rah yang lebih baik.

Artinya simber daya yang ada di Gorontalo masih belum


memumouni untuk meneglolah karena salah satu pemicunya, kurang
berkualitasnya sumber daya manusia yang diakibatakan oleh rndahanya
pendidikan, dimana kita tau bersama bahwa pendidakan bukan salah
satu kunci sukses, tapi dengan pendidikan maka sudah pasti kehidupn
kita akan baik.

Sebagimana yang diungkapkan oleh Sudarja Adiwikarta (1988:114),


bahwa lewaat pendidikan maka setiap manusia bisa mendapatakan
pengakuaan yang dari pengakuan itu akan hadir suatu perubahan yang
bersifat mendasar dan revoluisoner dala dunia pendidikan. Hal itu adalah
sebagi berikut

1. Pendidikan bukan hanya lagi dianggap hanya sebatas disekolah


dan perguruan tingi, tapi dimana pendidikan akan kita dapatkan
dimana saja, kalau kita megambil konsep pendidkan dari Sowardi
atau yang lebih dikenal Ki. Hadjar Dawantara bahwa pendidkan itu
dia bagi pada tiga ruang lingkup, pertama alam keluaraga
(pendidikan informal), kedua alam perguruan (pendidkan formal),
dan yang ketiga alam arah pemuda atau masyarakat (pendidikan
Non-formal).
2. Masyarakat dituntut agar menyiapakan segala sesuatu yang
diperlukan untuk meyelengarakan, pendidikan lanjutan bagi mereka
yang telah meningalakan lembaga pendidikan formal atau yang
sama sekali tidak memperolehnya. Yang dimna aritnya setiap
masyarakat harus punya persiapan atau dia sudah mebuat
rancanagn sebelum dia menyelesiakan pendidikan formalnya.
3. Sistem pendidikan formal dituntut untuk mengadakan reorganisasi
sehingganya memungkinkan lahirnya lulusan yang mampu belajar
secara mandiri, gemar akan belajar dan mau serta menggali
sumber-sumber belajar yang diperlukan. Yang artinya dimana
sistem pendidkan itu harus berlandasakan akan mebuat setiap
siswa mampu, menyerap pendidikan biar pun tidak berada didalam
ruangan kelas.
4. Pendidikan formal bukan hanya saja mengajarakan berbagi ilmu
dan keterampilan, melainkan juga cara-cara belajar mandiri tampa
guru (learning how to leam). Dimana kalau kita mengacu pada
bukunya riad ded por ded yang ditulis oleh Robert T. kiyosaki, yang
dia sampaikan bahwa sistem pendidikan formal kita itu tidak
mengajarakan tentang bagimna cara pengaktualisasianya, selalu
bicara bagimna teori, tapi tidak pernah bicara bagimana
pegelolanya.

Dari lima point yang di sampaikan oleh Adiwikarta apa bila kita
realisasikan maka sudah pasti kemiskinan itu akan terselesaikan
sebagimana tujuan dari undang undanbahwa setiap warga Negara harus
mampu menghidui dirinya dan keluaranya dengan kehidupan yang layak.
Dan cara untuk bisa sejaterah maka point utamnaya adalah lewat
pendidikan yang baik.

Pada 2015 PPB pada sidang naya, mencetuskan tentang satu


referendum yang disepakati oleh seluruh pemeimpin Negara dunia, bahwa
kita harus punya satu acuan yang diditu dia punya target tertentu, dan
acuan itu dikenal dengan Sustainable Development Goals (SDG’s), yaitu
pembangunan yang berkelanjutan yang didalam referendum itu memuat
tujubelas point utama, yang banyak dihadapi oleh setiap Negara. Dan
point pertama pada referendum itu adalah mengentaskan kemiskinan,
yang lewat kemiskinan itu maka akan menimbulkan kesenjangan, dan
kesenjangan itu bisa terselesikan saat masyarakatnya punya minsed
berpikir yang open minded, lewat pikiran yang terbuka maka sudah pasti
sistem tatanan kehidupan bisa selesai.

Jadi kajian saya kali ini bagaimana agar supaya lkehidupan


masyarakat bisa baik, dan bisa menghapuskan kemiskinan, maka caranya
lewat Sumber Daya Manussia yang berpendidikan, dan memiliki pemikian
yang terbuka, yang dari situ dia kan menghasilkan suatu pembelajaran.

E. Kesimpulan
Masyarakat sebagi penegrak suatu daerah, cara mengerakan nya dari
bagaimna pergerakan ekonomi yang memadai, lewat ekonomi yang baik
maka amanat dari undang-undang meensejaterakan dan mencerdaskan
bisa tertunaikan.

Dan cara agar dia bisa tertunaikan hanya lewat bagimna pemebentukan
sumber daya manusia yang memumpuni, yang dia punya skill, yang bisa
dia pertarukan dengan masyarakat lain, dan cara itu lewat pendidkan yang
baik pula, kaerena kalau mau menilai bagimana baik dan majunya suatu
Negara hanya lewat melihat apakah para pemimpin dan masyarakatnya
itu memilik pikan semua untu semua aatau malah sebalikanya, egosentris
dalam benegara itu masi terjalankan. Itu parameter yang bisa kita
gunakan dan cara bagimana mengukur itu lewat pendikan yang
menumpuni dan yang bisa dipertanggung jawabkan.

Daftar Pustaka

Rahman, H., Susilowati, D., & Pramuja, R. A. (2022). Analisis Faktor-


Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Provinsi
Gorontalo Tahun 2016-2020. Jurnal Ilmu Ekonomi, 6(3), 335-346.

Novriansyah, M. A. (2018). Pengaruh pengangguran dan kemiskinan


terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Gorontalo. Gorontalo
Development Review, 1(1), 59-73.

Masinambow, V. A., & Rotinsulu, T. O. (2019). Pengaruh Investasi,


Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap
Tingkat Kemiskinan Di Gorontalo. Jurnal Pembangunan Ekonomi
Dan Keuangan Daerah, 18(6).
Abdullah, R. (2022). PENGARUH DANA DESA TERHADAP TINGKAT
KEMISKINAN DI GORONTALO. Jambura: Economic Education
Journal, 4(2), 165-176.

Anda mungkin juga menyukai