Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Coding Sistem Komputer Universitas Tanjungpura

Volume 01 No. 2 (2013), hal 28 – 39


ISSN : 2338-493x

PROTOTYPE LAMPU LALU LINTAS BERBASIS PLC


BERDASARKAN PANJANG ANTRIAN KENDARAAN PADA
PEREMPATAN JALAN
[1]
Harris Cesardarmantya, [2]Dedi Triyanto, [3]Yulrio Brianorman
[1][2][3]
Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura
Jl. Ahmad Yani, Pontianak
Telp./Fax.: (0561) 577963
e-mail:
[1]
aishcaesar@gmail.com, [2]dedi3yanto@gmail.com, [3]rionorman@gmail.com

ABSTRAK

Lampu lalu lintas merupakan suatu sistem yang dibuat sebagai pengatur arus
lalu lintas sekarang ini menggunakan pengaturan waktu tertentu saja,
pengaturan itu tidak memperhatikan tingkat kepadatan kendaraan yang
melintas. Pewaktuan manual lampu lalu lintas itu sangat tidak efisien pada
saat jalan dalam kondisi kosong, sehingga sering terjadi pelanggaran
terhadap lampu lalu lintas oleh pengendara. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan untuk memberikan suatu sistem yang lebih baik pada sistem
pengaturan lampu lalu lintas yang ada sebelumnya, dengan menggunakan
PLC sebagai pengendali lampu lalu lintas. Kendali yang diberikan oleh PLC
merupakan hasil dari masukan sensor fotodioda yang terpasang pada tiap-
tiap ruas jalan, pada satu ruas jalan memiliki 3 buah sensor fotodioda yang
berfungsi sebagai pendeteksi tingkat kepadatan arus lalu lintas dan 1 buah
sensor fotodioda sebagai pendeteksi adanya pelanggaran terhadap lampu lalu
lintas. Hasil akhir dari penelitian ini adalah adanya suatu sistem pengaturan
lampu lalu lintas berbasis PLC yang dapat menyesuaikan lama nyala lampu
hijau sesuai dengan tingkat kepadatan kendaraan yang ada, dan memiliki
buzzer sebagai penanda adanya pelanggaran terhadap lampu lalu lintas oleh
pengendara.
Kata kunci: PLC, sensor fotodioda, lampu lalu lintas, pelanggaran lalu lintas
1. PENDAHULUAN
Pengaturan lampu lalu lintas yang pewaktuan lampu lalu lintas disesuaikan
ada saat ini bekerja berdasarkan dengan banyak jumlah kendaraan yang
pengaturan waktu tertentu, pewaktuan akan melewati perempatan jalan,
tersebut tentu saja memiliki kelemahan sehingga lampu hijau akan menyala
dimana lampu lalu lintas akan terus lebih tepat sesuai dengan panjang
bekerja sesuai dengan pengaturan yang antrian kendaraan yang akan melintas.
telah ditetapkan tanpa memperhatikan
kondisi kepadatan arus lalu lintas yang 2.TINJAUAN PUSTAKA
ada. Pengaturan tersebut juga memacu 2.1. Programmable Logic Control
banyaknya pelanggaran terhadap lampu PLC pada dasarnya adalah sebuah
lalu lintas, karena ketidaksabaran peng- komputer yang khusus dirancang untuk
guna kendaraan bermotor terhadap mengontrol suatu proses atau mesin.
sistem pengaturan lampu lalu lintas yang Proses yang dikontrol ini dapat berupa
ada sekarang ini. regulasi variable secara berulang seperti
Dari keadaan tersebut dibuatlah suatu pada sistem-sistem servo atau hanya
sistem yang lebih baik dalam mengatur melibatkan kontrol dua keadaan (On/off)
sistem lampu lalu lintas, dimana

28
Jurnal Coding Sistem Komputer Universitas Tanjungpura
Volume 01 No. 2 (2013), hal 28 – 39
ISSN : 2338-493x

saja tapi dilakukan berulang-ulang semakin besar. Dan semakin gelap atau
(Setiawan, 2006). sedikit cahaya yang masuk, arus
PLC memanfaatkan memori untuk keluaran fotodioda akan semakin kecil.
diprogram menyimpan instruksi-
instruksi dan mengimplementasikan
fungsi-fungsi logika, timing, counting,
sequencing, dan aritmatika untuk me-
ngontrol mesin dan proses (Bolton,
2004).
Gambar 2.Fotodioda
2.2. Ladder Diagram
Ladder Diagram (LD) adalah 2.4. Buzzer
kumpulan simbol-simbol skematik yang Buzzer adalah sebuah komponen
khusus digunakan dalam dokumentasi elektronika yang berfungsi untuk
industri. Disebut “Ladder Diagram” mengubah sinyal listrik menjadi getaran
dikarenakan simbol-simbolnya tersusun suara. Pada dasarnya prinsip kerja
seperti tangga dengan dua garis vertikal Buzzer hampir sama dengan loud-
(menyimbolkan Power Supply) dan speaker, jadi Buzzer juga terdiri dari
memiliki banyak “rung” (garis kumparan yang terpasang pada dia-
horizontal) yang merepresentasikan fragma dan kemudian kumparan tersebut
rangkaian pengontrol. (Purwanto, 2010) dialiri arus sehingga menjadi elek-
dan dapat digambarkan sebagai berikut tromagnet, kumparan tadi akan tertarik
kedalam atau keluar, tergantung dari
arah arus dan polaritas magnetnya,
karena kumparan dipasang pada
diafragma maka setiap gerakan kum-
paran akan menggerakkan diafragma
Gambar 1.Ladder Diagram secara bolak-balik sehingga membuat
Pada gambar 1 menggambarkan A, udara bergetar yang akan menghasilkan
B, C merupakan suatu simbol normaly suara. Buzzer biasa digunakan sebagai
open (NO) yang mewakili input indikator bahwa proses telah selesai atau
masukan pada PLC, sedangkan simbol terjadi suatu kesalahan pada sebuah alat
X yang dilingkari merupakan suatu (alarm).
ouput atau hasil yang akan diinginkan, 2.5. Integrated Circuit
simbol-simbol itu dirangkai pada suatu
garis yang sering disebut dengan istilah Integrated Circuit atau yang biasa
“rung” disebut dengan IC merupakan suatu
komponen elektronik yang dibuat dari
2.3.Fotodioda bahan semi konduktor dan merupakan
Fotodioda merupakan salah satu pengembangan dari transistor (Chandra
jenis sensor optik yang digunakan dalam & Ariffianto, 2010).
rangkaian elektronika untuk mengukur Amplifire operasional atau yang biasa
intensitas cahaya. Fotodioda pada disebut dengan Op-Amp merupakan
gambar 2 disusun dengan menggunakan salah satu jenis IC yang berfungsi
2 buah pin, dimana bagian pin yang sebagai rangkaian penguat.
panjang adalah kutub positif (+) dan
bagian pin yang pendek adalah kutub
negative (-). Keluaran fotodioda adalah Op-Amp dibagi atas dua jenis:
arus listrik yang berubah sesuai dengan a. Op-Amp Inverting
intensitas cahaya yang masuk, semakin Op-Amp ini merupakan rangkaian
terang atau semakin banyak cahaya yang penguat tegangan yang tegangan
masuk, arus keluaran fotodioda akan keluarannya berbanding terbalik dengan

29
Jurnal Coding Sistem Komputer Universitas Tanjungpura
Volume 01 No. 2 (2013), hal 28 – 39
ISSN : 2338-493x

tegangan masukannya. sinyal masuk


melalui input inverting dan meng-
hasilkan keluaran dengan sudut fase
yang berkebalikan dengan sudut fase
tegangan masukan.

Gambar 3.Op-Amp Inverting


b. Op-Amp Non-Inverting
Op-Amp ini menghasilkan tegangan
keluaran sebanding dengan tegangan
masukan yang diberikan. Sinyal masuk
melalui input non-inverting dan
menghasilkan ouput dengan sudut fase
sama dengan sudut fase tegangan input.

Gambar 5.Flowchart penelitian


Gambar 4.IC Op-Amp Non-Inverting 4. PERANCANGAN DAN
IMPLEMENTASI
3. METODE PENELITIAN
4.1. Desain Sistem Listrik
Pada penelitian ini terdapat beberapa
tahap yang dilakukan yaitu perancangan Pada desain sistem listrik ini
proyek penelitian, analisa kebutuhan merupakan pembuatan perangkat pen-
dari penelitian, yaitu desain sistem dukung agar sensor-sensor yang dipakai
listrik untuk melakukan pembuatan dapat berkomunikasi dengan PLC.
perangkat pendukung komunikasi Dimana rangkaian tersebut terdiri atas:
sensor, desain sistem software yaitu 1. Potensio 20 kΩ 1 buah
pembuatan progam lampu lalu lintas, 2. Resistor 10 kΩ 1 buah
dan desain prototype untuk membuat 3. IC LM358 1 buah
prototype dari lampu lalu lintas. 4. Trimpot 1 buah
Pengujian 1 dilakukan untuk menguji Tiap sensor memerlukan perangkat
sensor dan software yang dibangun telah pendukung diatas untuk dapat ber-
dapat bekerja dengan baik, dilanjutkan komunikasi dengan PLC nantinya,
dengan tahap integrasi yang meng- perangkat tersebut dirangkai dengan
gabungkan hasil pengujian 1 dengan mengacu pada gambar 6. Pada rangkaian
prototype yang telah dibangun dan pendukung ini akan mengolah nilai
dilakukan pengujian 2 hingga semua tegangan yang diberikan oleh fotodioda
sistem dapat berjalan dengan baik, tahap dengan menggunakan IC LM358
akhir adalah implementasi dan optimasi sebagai penguat, rangkaian ini juga
untuk melakukan perawatan dan memiliki potensio dan trimpot yang
penambahan fitur dari sistem. berfungsi untuk mengatur tingkat
sensitifitas dari sensor fotodioda dalam

30
Jurnal Coding Sistem Komputer Universitas Tanjungpura
Volume 01 No. 2 (2013), hal 28 – 39
ISSN : 2338-493x

menerima cahaya. Penelitian ini meng-


gunakan 16 buah sensor dimana pada
tiap sensor tersebut menggunakan 1
buah rangkaian pendukung. Peng-
gunaan IC LM358 pada rangkaian ini
hanya memerlukan 8 buah saja, hal itu
dikarenakan didalam IC LM358 tersebut
memiliki 2 buah fungsi Op-amp
sehingga dalam 1 buah IC LM358
tersebut dapat dipergunakan untuk 2
buah sensor.

Gambar 6.Rangkaian Pendukung Sensor


4.2. Desain Sitem Software
Gambar 7. Flowchart Program
Dalam perancangan software ini
Program tersebut bekerja dengan cara
terbagi atas beberapa bagian agar
mendeteksi jumlah sensor yang aktif,
pembuatan program nantinya sesuai
dimana jumlah sensor yang aktif akan
dengan tujuan dan berjalan dengan
berbanding lurus dengan kepadatan
benar. Ada baiknya dibuat suatu alur
kendaraan yang ada pada ruas jalan
pemrograman yang nantinya dijadikan
tersebut. Ketika program tersebut
acuan agar program yang dibuat tetap
dijalankan maka program tersebut akan
sesuai dan terpenuhi seluruh kebutuhan
melakukan proses pendeteksian apakah
atau fitur yang diinginkan.
ada 3 sensor kepadatan yang aktif, bila
4.2.1. Flowchart Program terdeteksi benar, maka program akan
menghidupkan lampu hijau selama 45
Pada gambar 7 dapat dilihat prinsip
detik, namun jika terdeteksi kurang dari
kerja dari program yang akan di-
3 sensor yang aktif, maka akan
tanamkan didalam PLC nantinya,
diteruskan pada proses pendeteksian
program tersebut hanya alur pada satu
sensor selanjutnya sebanyak 2 sensor
simpang saja, dan simpang yang lain
kepadatan yang akan menghidupkan
akan melakukan proses dan pogram
lampu hijau selama 35 detik. Proses
yang sama sehingga hanya dilakukan
pendeteksian itu akan terus menerus
proses perulangan program namun
dilakukan dengan ketentuan bila
melakukan pemanggilan inisialisasi
terdeteksi 1 sensor akan menyalakan
simpang berikutnya agar program
lampu hijau selama 25 detik, dan
tersebut berjalan pada simpang yang
diakhiri dengan tidak ada sensor yang
lainnya.
terdeteksi makan lampu hijau akan
berjalan selama 10 detik saja.
Program menyalakan lampu hijau
telah sesuai dengan pewaktuan yang
didapat dari masukan sensor-sensor
yang ada lampu merah akan kembali

31
Jurnal Coding Sistem Komputer Universitas Tanjungpura
Volume 01 No. 2 (2013), hal 28 – 39
ISSN : 2338-493x

menyala dan program akan melakukan


pendeteksian terhadap sensor buzzer,
jika sensor tersebut mendapatkan
masukan maka program akan me-
merintahkan PLC untuk mengaktifkan
buzzer sebagai penanda adanya tindakan
pelanggaran lalu lintas, sensor buzzer ini
akan terus aktif jika lampu lalu lintas
berwarna merah aktif. Bersamaan
dengan lampu merah menyala program Gambar 9.GMWin Simulator
akan melakukan pemanggilan inisial
dari simpang berikutnya untuk me- Program lampu lalu lintas ini
lakukan proses pendeteksian sensor menggunakan beberapa masukan alamat
kembali seperti pada simpang se- input pada tabel 1 dan ouput pada tabel
belumnya, pemanggilan inisial simpang 2 sebagai berikut:
tersebut terus menerus dilakukan Tabel 1.Fungsi dan Alamat Input
berulang-ulang hingga program tersebut
dihentikan secara manual.
4.2.2. Pembuatan program
Pada pembuatan program untuk
penelitian ini menggunakan Leadder
Diagram sebagai bahasa pemograman-
nya dengan menggunakan aplikasi editor
GMWin pada gambar 8.

Tabel 2. Fungsi dan Alamat Ouput

Gambar 8.GMWin Editor


Aplikasi GMWin ini juga memiliki
simulator seperti yang tampak pada
gambar 9, sehingga setelah pembuatan
program dapat disimulasikan terlebih
dahulu sebelum ditanamkan ke PLC
nantinya, program tersebut dapat
Pada tabel diatas terdapat alamat
dijadikan ukuran keberhasilan dari
masukan ke PLC yang diterima dari
program yang telah dibuat, setelah
prototype yang nantinya masukan
simulasi dapat berjalan sesuai dengan
tersebut akan dieksekusi oleh program
yang diinginkan maka program tersebut
yang telah ditanamkan kedalam PLC,
dapat langsung diupload ke dalam PLC.
dan hasil pengolahan tersebut nantinya
akan diteruskan ke alamat ouput dari
PLC sebagai hasil dari eksekusi program
sekaligus menjadi tujuan dari penelitian
ini.

32
Jurnal Coding Sistem Komputer Universitas Tanjungpura
Volume 01 No. 2 (2013), hal 28 – 39
ISSN : 2338-493x

Tahap pertama yang dilakukan oleh


program adalah mendeteksi jumlah
sensor yang memberikan masukan, yang
akan dipergunakan dalam aktifasi dari
durasi lama lampu hijau pada simpang
tersebut akan menyala.

Gambar 11. Ladder Diagram Aktifasi


Proses pemanggilan simpang
selanjutnya dengan menggunakan inisial
IJIN2 untuk pemanggilan simpang
kedua pada gambar 11, IJIN3 sebagai
simpang ketiga, IJIN4 sebagai simpang
Gambar 10.Lader Diagram Input Sensor keempat, dan LOOP sebagai pemanggil-
Pada gambar 10 terdapat inisial S1, an kembali simpang kesatu sehingga
S1_2, dan S1_3 dimana inisial tersebut program akan terus menerus berjalan
yang akan menjadi masukan ke PLC hingga dihentikan secara manual. Proses
sesuai dengan inisial yang hidup yaitu pemanggilan simpang tersebut dilakukan
A, B, I dan J. dari empat macam inisial secara otomatis dengan menggunakan
masukan sensor tersebut akan meng- memori sehingga tidak memerlukan
hasilkan nilai waktu yang berbeda, masukan manual dari luar maupun dari
dimana A untuk 10 detik, B untuk 25 sensor, namun tidak berlaku untuk
detik, I untuk 35 detik, dan J untuk 45 inisial IJIN1 dimana memiliki suatu
detik nyala lampu hijau. Inisial-inisial alamat input sendiri dan berfungsi
yang terdapat pada program tersebut sebagai perintah program untuk berjalan.
hanyalah suatu inisial pengganti dari
alamat input dan output yang diper-
gunakan pada PLC agar lebih mudah
diingat oleh programmer sehingga akan
ditemukan perbedaan inisial oleh tiap-
tiap orang yang mengerjakan program
dengan Ladder Diagram. Gambar 12.Input Timer
Inisial aktifasi tersebut akan
Pewaktuan yang digunakan pada
diteruskan pada program selanjutnya
pemrograman ini dengan menggunakan
yang akan menonaktifkan lampu merah,
suatu fungsi TON seperti pada gambar
serta mengaktifan lampu hijau dan timer
12, dimana IN dihubungkan dengan
dalam waktu tertentu, apabila timer telah
gerbang masukan, Q merupakan hasil
selesai melakukan perhitungan waktu
setelah perhitungan waktu berjalan, PT
maka akan mengaktifkan lampu merah
merupakan nilai maksimal waktu yang
dan pemanggilan simpang berikutnya,
akan berjalan, dan ET merupakan durasi
serta menonaktifkan lampu hijau dan
waktu yang sedang terhitung (0 – 20
timer hingga mendapatkan masukan dari
detik). Pengaturan waktu dilakukan
sensor kembali.
dengan mengganti nilai PT sesuai
dengan keingginan programmer nanti-
nya, dalam penelitian ini digunakan 4
macam waktu yaitu 10, 25, 35, dan 45
detik saja.
4.3. Desain Prototype

33
Jurnal Coding Sistem Komputer Universitas Tanjungpura
Volume 01 No. 2 (2013), hal 28 – 39
ISSN : 2338-493x

Pada desain sistem mekanik ini 5.1. Pengujian program


dimulai dengan pembuatan desain
Pada proses pengujian program ini
prototype yang akan dibuat nantinya,
dilakukan dengan dua cara, dimana
yaitu gambar landscape jalan raya yang
program akan diuji terlebih dahulu
memiliki empat persimpangan yang
dengan menggunakan simulasi pada
mana disetiap ruas jalan memiliki sensor
aplikasi GMWin pada gambar 15, peng-
yang akan mendeteksi kepadatan ken-
gunaan simulasi ini program akan di-
daraan yang ada pada jalur tersebut.
berikan masukan sesuai dengan alamat-
alamat input sensor yang telah dibuat
pada program, hasil masukan tersebut
juga akan tampak langsung pada
simulasi berupa nyala lampu sesuai
dengan alamat-alamat ouput yang ada
diprogram.

Gambar 13.Desain Prototype 2D


Dengan meggunakan gambar 13 ter-
sebut didapatlah suatu ukuran pasti
dalam pembuatan prototype itu nantinya Gambar 15.Simulasi GMWin
dengan menggunakan perbandingan Pengujian program juga dilakukan
skala 1 : 1000, didalam prototype ter- terhadap respon input dari sensor,
sebut tampak 4 ruas kendaraan yang dimana input tersebut yang akan
mana pada tiap-tiap ruasnya memiliki 4 menentukan berapa lama waktu lampu
buah sensor fotodioda pada gambar 16. hijau akan menyala, pengujian ini
Sensor Z berfungsi mendeteksi pelang- dilakukan dengan cara memberikan
garan terhadap lampu lalu lintas, input pada sensor, seperti pada gambar
sedangkan Sensor A, B, dan C berfungsi simulasi GMWin diatas sensor tersebut
untuk mendeteksi kepadatan arus lalu diatur dengan masukan 2 sensor aktif
lintas pada simpang pertama dengan pe-
waktuan 35 detik nyala lampu hijau,
simpang kedua memperoleh 1 sensor
aktif yang akan menyalakan lampu hijau
selama 25 detik, pada simpang ketiga
tidak ada sensor yang memberikan
masukan, kondisi ini menandakan
bahwa keadaan arus lalu lintas yang
sepi, sehingga lampu hijau hanya akan
hidup selama 10 detik saja, sedangkan
pada simpang keempat memiliki 3 input
Gambar 14.Desain Prototype 3D sensor dimana kondisi ini merupakan
deteksi tingkat kepadatan tertinggi dan
memiliki nyala lampu hijau yang paling
lama yaitu 45 detik. Pengaturan lama
pewaktuan untuk menyalakan lampu
5. PENGUJIAN SISTEM DAN hijau pada tiap lampu lalu lintas terdapat
ANALISIS pada fungsi TON pada gambar 16,

34
Jurnal Coding Sistem Komputer Universitas Tanjungpura
Volume 01 No. 2 (2013), hal 28 – 39
ISSN : 2338-493x

dengan memasukan nilai detik yang maka kondisi tersebut akan tetap
diinginkan pada PT. menyalakan lampu hijau selama 10 detik
saja.

Gambar 17.Ladder Diagram Kondisi


Khusus
Kondisi khusus yang terdapat pada
gambar 17 merupakan suatu antisipasi
apabila terdapat kendaraan yang berhenti
secara sengaja ataupun tidak disengaja
pada titik sensor deteksi berada.
Gambar 16. 4 Kondisi Pewaktuan
ketika program dijalankan pertama
kali akan melakukan pendeteksian input
sensor pada simpan pertama terlebih
dahulu, setelah nyala lampu hijau pada
simpang pertama selesai, program akan
berpindah mendeteksi sensor pada
simpang kedua dan menyalakan lampu Gambar 18.Ladder Diagram
hijau pada simpang yang kedua sesuai Pelanggaran1
dengan pewaktuan dari input sensor Sistem lampu lalu lintas ini memiliki
yang ada, proses perpindahan simpang suatu fitur untuk mendeteksi adanya
tersebut akan terus menerus dilakukan, pelanggaran terhadap lampu lalu lintas
dimana jika program telah sampai pada oleh pengendara umum, pelanggaran
simpang keempat program itu akan tersebut akan terjadi jika sensor buzzer
kembali melakukan pendeteksian pada memberikan masukan ketika lampu
simpang pertama, proses ini akan terus merah pada ruas jalan menyala. Pada
berjalan hingga program dihentikan gambar 18 terdapat beberapa inisial
secara manual. program, jika M1 dan SB_1 menyala
Kondisi masukan sensor ke PLC maka PLC akan mengaktifkan
tidak harus selalu dalam kondisi seperti BUZZER.
diatas, kondisi tersebut dapat berubah-
5.2. Pengujian Perangkat Listrik
ubah sesuai dengan tingkat kepadatan
kendaraan pada suatu ruas jalan tertentu. Perangkat listrik ini merupakan
Program lampu lalu lintas ini juga pengujian terhadap perangkat pen-
memiliki suatu kondisi khusus dengan dukung dari prototype yang di-bangun,
inisial AA, AAA, dan AAAA dimana dimana fungsi dari perangkat listrik ini
kondisi khusus tersebut merupakan adalah menterjemahkan nilai hasil yang
suatu keadaan input dari sensor yang diberikan oleh sensor se-hingga dapat
tidak sesuai dengan aturan pewaktuan dimengerti oleh PLC sebagai pe-
yang ingin dibuat. Kondisi khusus akan ngendalinya.
teraktifasi jika sensor 2 atau sensor 3 Rangkaian pada gambar 19
dalam kondisi aktif, atau sensor 2 dan menggunakan daya sebesar 24 V yang
sensor 3 dalam kondisi aktif namun diperoleh dari PLC sehingga pada
tidak disertai dengan aktifnya sensor 1 rangkaian ini tidak memerlukan catu

35
Jurnal Coding Sistem Komputer Universitas Tanjungpura
Volume 01 No. 2 (2013), hal 28 – 39
ISSN : 2338-493x

daya tersendiri, sensor Fotodioda akan


terpasang dengan rangkaian ini, dan
keluaran dari rangkaian ini akan
diteruskan ke PLC dengan meng-
gunakan socket banana.

Gambar 21.Tengangan Sensor Logika 0


5.3. Pengujian keseluruhan
Pada tahap pengujian keseluruhan ini
Gambar 19. Rangkaian pendukung merupakan tahapan akhir dari seluruh
sensor proses pengujian, dimana seluruh
Pengujian perangkat ini dilakukan peralatan software dan hardware yang
dengan cara memberikan laser pointer digunakan pada penelitian ini akan
ke fotodioda seperti pada gambar 20, digabungkan dengan sistem mekanik
sehingga sensor dianggap memberikan yang ada pada prototype lampu lalu
masukan kepada PLC. Pengujian ini lintas. Pada tahap ini pengujian program
juga dilakukan dengan mengukur nilai dan perangkat sensor tidak lagi
tegangan yang ada ketika sensor dilakukan secara terpisah seperti proses
berlogika 1 dengan nilai ouput 1.5 V pengujian sebelumnya, dimana pe-
dari rangkaian pendukung, sehingga ngujian program dilakukan dengan
PLC akan menganggap bahwa sensor menggunakan bantuan simulasi dari
memberikan input sehingga akan program GMWin dan pengujian ter-
menyalakan lampu indikator alamat hadap sensor dengan multi tester.
pada PLC.

Gambar 20.Tegangan Sensor Logika 1


Pengujian selanjutnya pada gambar
21 yaitu ketika sensor berlogika 0 di- Gambar 22.Koneksi Prototype Dengan
mana sensor tidak mendapatkan input PLC
dari laser maka tegangan ouput dari
rangkaian pendukung sensor akan Pada tahap ini program yang telah di
bernilai 23.8 V dan lampu indokator buat pada program GMWin akan di
alamat pada PLC tidak akan menyala upload ke dalam PLC dan prototype
atau PLC berlogika 0. yang dibangun akan dihubungkan
dengan PLC menggunakan kabel seperti
pada gambar 24 sesuai dengan alamat-

36
Jurnal Coding Sistem Komputer Universitas Tanjungpura
Volume 01 No. 2 (2013), hal 28 – 39
ISSN : 2338-493x

alamat yang dipergunakan, setelah


semua perangkat terpasang dengan
benar maka program dapat dijalankan
dengan memberikan input “Mulai” pada
push button.
Pada gambar 23 pengujian dilakukan
secara menyeluruh dimana lampu lalu
lintas tersebut dapat berjalan sesuai
dengan simulasi yang telah diuji se-
belumnya, Pewaktuan nyala lampu hijau
tersebut berjalan sesuai dengan masukan
sensor yang menerima laser dengan
variasi waktu 10 detik jika tidak ada
sensor yang terdeteksi, 25 detik jika 1
sensor yang terdeteksi, 35 detik jika ada
2 sensor yang terdeteksi, dan 45 detik
jika terdapat 3 sensor yang terdeteksi.
Pendeteksian sensor ini juga telah dibuat
sesuai dengan urutan kepadatan, dimana
jika hanya ada 1 sensor yang terdeteksi
(sensor posisi 2 atau 3) dan ada 2 sensor
terdeteksi (sensor posisi 2 dan 3 ) tanpa
ada sensor 1 terdeteksi maka ma-
sukannya akan diabaikan dan program
akan tetap menyalakan lampu hijau
selama 10 detik saja.
Gambar 23.Pengujian Keseluruhan
Pengujian terhadap sensor buzzer
juga telah berfungsi sesuai dengan
program yang telah dibuat, sensor akan
aktif ketika ruas jalan tersebut dalam
kondisi lampu merah yang menyala,
sehingga jika sensor yang terletak sejajar
dengan garis putih zebra cross tersebut
memberikan input kepada PLC makan
PLC akan menghidupkan buzzer sebagai
tanda adanya pelanggaran terhadap
lampu lalu lintas.
5.5 Analisis pengujian
Dari seluruh pengujian yang telah
dilakukan prototype lampu lalu lintas
berbasis PLC berdasarkan panjang
antrian kendaraan pada perempatan jalan
ini dapat berjalan sesuai dengan
perancangan sebelumnya, dimana PLC
dapat memberikan durasi lampu hijau
yang berbeda-beda sesuai dengan
tingkat kepadatan kendaraan yang ada,
sensor fotodioda dapat berkomunikasi
dengan PLC, dan PLC dapat meng-

37
Jurnal Coding Sistem Komputer Universitas Tanjungpura
Volume 01 No. 2 (2013), hal 28 – 39
ISSN : 2338-493x

hidupkan buzzer sebagai pendeteksi sensor 2 atau 3 sementara sensor 1 tidak


adanya pelanggaran lampu lalu lintas. menyala.
Sistem pendeteksi pelanggaran lalu
Tabel 3.Analisa Penelitian
lintas yang ada pada prototype telah
bekerja dengan baik sehingga dapat
menghidupkan buzzer sebagai isyarat
penanda pelanggaran lalu lintas,
sehingga diharapkan dapat menurunkan
tindak pelanggaran terhadap lalu lintas.
6.2. Saran
Pada penelitian ini prototype yang
dirancang telah dapat bekerja dengan
baik, namun masih sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu perlu
adanya pengembangan yang lebih baik
agar nantinya prototype lampu lalu lintas
ini dapat berjalan lebih baik lagi dan
dapat diwujutkan dan diterapkan
dikehidupan masyarakat secara nyata.
Perlunya penelitian dengan meng-
gunakan sensor yang berbeda juga
sangat membantu agar sistem ini dapat
bekerja lebih baik. Penyempurnaan
terhadap deteksi pelanggaran lampu lalu
lintas juga masih dapat lebih
dikembangkan dengan menggunakan
metode pengenalan pola sehingga peng-
indentifikasian yang dilakukan dapat
lebih mendetail.
DAFTAR PUSTAKA
6. KESIMPULAN DAN SARAN Artanto, D. (2012). 60 aplikasi PLC -
6.1. Kesimpulan Mikro. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Setelah melakukan pengujian dan
analisa terhadap prototype lampu lalu Bolton, W. (2004). Programmable Logic
lintas berbasis PLC ini maka dapat Controller (PLC) Edisi 3. Jakarta:
ditarik beberapa kesimpulan dari Erlangga.
penelitian yang telah dilakukan.
Chandra, F., & Ariffianto, D. (2010).
Prototype ini dapat bekerja dalam 4
Jago Elektronika. Jakarta: PT.
keadaan pewaktuan yang berbeda sesuai
Kawan Pustaka.
dengan kepadatan ruas jalan berdasarkan
masukan yang diberikan oleh sensor Samsudin, W. (2011). Bahan Ajar
fotodioda terhadap PLC sebagai Universitas Pendidikan Indonesia.
pengendali. Retrieved 2012, from
Program kondisi khusus yang repository.upi.edu.
terdapat pada sistem lampu lalu lintas ini Setiawan, I. (2006). Programmable
dapat mengatasi masalah pewaktuan jika Logic Controller dan Teknik
terdapat masukan sensor yang tidak Perancangan Sistem Kontrol.
sesuai karena adanya kendaraan yang Yogyakarta: Andi.
berhenti tidak semestinya yaitu ketika
adanya mobil yang mogok pada bagian

38
Jurnal Coding Sistem Komputer Universitas Tanjungpura
Volume 01 No. 2 (2013), hal 28 – 39
ISSN : 2338-493x

Swamardika, A. (2005). Program Studi


Teknik Elektro Universitas
Udayana. SIMULASI KONTROL
LAMPU LALU LINTAS SISTEM
DETEKTOR , 21.
Yulianto, A. (2006). Panduan Praktis
Belajar PLC. Jakarta: Elex Media
Komputindo.

39

Anda mungkin juga menyukai