Anda di halaman 1dari 64

Lampiran

Latihan Kekuatan Otot Dasar Panggul

LATIHAN KEKUATAN OTOT


DASAR PANGGUL

PSIK
UNIVERSITAS JEMBER
PROSEDUR TETAP NO NO
HALAMAN :
DOKUMEN : REVISI :
TANGGAL DITETAPKAN OLEH :
TERBIT :
1. PENGERTIAN Latihan kekuatan otot dasar panggul adalah
suatu bentuk rangkaian gerakan untuk
meningkatkan kekuatan otot dasar penggul
(pelvic floor) akibat dari proses penuaan
sehingga akan meningkatkan kontrol
defekasi dan miksi serta menjaga stabilitas
organ panggul lansia
2. TUJUAN a. Lansia dapat mengontrol berkemih
b. Lansia dapat mengontrol buang air besar
(defekasi)
c. Menghindari kelembaban dan iritasi pada
kulit lansia
d. Menghindari dari risiko jatuh pada lansia
akibat air kencing (urine) dan kotoran
(feses) yang tercecer
e. Menghindari isolasi sosial pada lansia
3. INDIKASI Klien lansia yang mengalami permasalahan
miksi dan defekasi dalam pengontrolan otot
dasar panggulnya.
4. KONTRAINDIKASI Klien lansia yang sudah tidak memiliki
kemampuan mengontrol eliminasi karena
akan menambah frustasi pada lansia.
5. PERSIAPAN KLIEN a. Lansia masih bisa mengontrol eliminasi
b. Lansia melakukan eliminasi terlebih
dahulu
6. PERSIAPAN ALAT a. Pakaian olahraga atau pakaian yang
longgar
b. Matras atau karpet senam
c. Peralatan eliminasi jika memungkinkan
7. CARA KERJA a. Latihan mengontrol berkemih (bladder
training)
1) Pastikan lansia masih mampu
mengendalikan otot dasar panggul
2) Evaluasi pola berkemih lansia.
Apabila lansia memiliki kebiasaan
berkemih dengan selang waktu setiap
2 jam di siang hari dan 4 jam di
malam hari, maka perlu diperiksa
kemampuannya dalam mengontrol
berkemih
3) 30 menit sebelum latihan dilakukan,
lansia disuruh minum segelas air
terlebih dahulu
4) Tanyakan pada lansia, apakah masih
mampu menahan berkemih
5) Lansia diminta menunggu menahan
berkemih dalam rentang waktu 2
sampai dengan 4 jam
6) Lansia diminta berkemih sampai
tuntas, instruksikan lansia agar
menekan daerah kandung kemih
7) Berikan pengutan perilaku
(reinforcement) yang positif kepada
lansia
8) Apabila lansia sudah berhasil
menahan berkemih secara terencana,
selanjutnya rentang waktu berkemih
ditingkatkan.
b. Latihan mengontrol buang air besar
(bowel training) :
1) Evaluasi pola defekasi lansia
2) Perkirakan waktu yang sesuai untuk
persiapan ke kamar belakang (WC)
berdasarkan pola defekasi lansia
3) Atur posisi psikologis yang sesuai
pada saat buang air besar (posisi
jongkok atau duduk)
4) Anjurkan lansia menahan defekasi
sesaat
5) Untuk mendukung latihan
mengontrol buang air besar, berikan
tambahan olah raga, cukup asupan air
dan makanan berserat

c. Latihan Kegel (Kegel’s Exercise) :


1) Posisi duduk tegak pada kursi dengan
panggul dan lutut tersokong dengan
rileks
2) Badan sedikit membungkuk dengan
lengan menyangga pada paha
3) Konsentrasikan kontraksi pada
daerah vagina, saluran kemih (uretra)
dan dubur (rektum)
4) Kontraksikan otot dasar panggul
seperti menahan buang air besar dan
berkemih
5) Rasakan kontraksi otot dasar panggul
6) Pertahankan kontraksikan sebatas
kemampuannya (kurang lebih 10
detik)
7) Rileks, rasakan otot dasar panggul
yang rileks
8) Kontraksikan otot dasar panggul lagi,
pastikan otot berkontraksi dengan
benar tanpa ada kontraksi otot perut,
misal : jangan menahan nafas.
Control kontraksi otot perut dengan
meletakkan tangan pada perut
9) Rileks, coba rasakan perbedaan saat
berkontraksi dan rileks
10) Sesekali kontraksi dipercepat.
Pastikan tidak ada kontraksi otot
yang lain
11) Lakukan kontraksi yang cepat
beberapa kali. Pada latihan awal,
lakukan tiga kali pengulangan karena
otot yang lemah akan mudah lelah
12) Latih untuk mengkontraksikan otot
dasar panggul dan
mempertahankannya sebelum dan
selama aktivitas tertawa, batuk,
bersin, mengangkat benda, bangun
dari kursi atau tempat tidur dan
jogging
13) Target latihan ini adalah 10 kali
kontraksi lambat dan 10 kontraksi
cepat. Tiap kontraksi dipertahankan
selama 10 hitungan. Latihan
dilakukan selama 6 sampai dengan 8
kali sehari atau setiap saat dapat
melakukannya minimal selama 6
minggu, sehingga akan didapatkan
hasil optimal dari program latihan.
8. HASIL a. Lansia mampu mengontrol berkemih
b. Lansia mampu mengontrol defekasi
c. Lansia terhindar dari iritasi kulit
d. Lansia tidak berisiko jatuh
e. Lansia terhindar dari isolasi sosial

Hal-hal yang perlu diperhatikan:


1. Bladder taining:
a) Lakukan pendidikan kesehatan dahulu tentang anatomi sistem perkemihan
yang normal, fisiologi perkemihan, dan prinsip dasar latihan mengontrol
berkemih
b) Ajarkan jarak untuk mengatur berkemih tiap 2-3 jam saat terjaga atau tidak
tidur dan jarak latihan ditingkatkan secara bertahap apabila lansia mampu
mencapai program latihan awal
c) Berikan reinforcement positif terhadap kemajuan lansia sehingga
menumbuhkan motivasi pada lansia untuk melakukan latihan terencana
2. Bowel training
a) Perhatikan jarak antara tempat latihan dengan lokasi WC
b) Kaji kebiasaan defekasinya dan pola makan serta latihan
3. Kegel’s exercise:
a) Tekankan bahwa ini merupakan latihan otot dasar panggul secara aktif
b) Kegel’s exercise dapat juga dilakukan secara sederhana yaitu:
1) Pada saat lansia berkemih, coba untuk menghentikan aliran air seni
sampai beberapa kali
2) Pada posisi apapun, cobalah mengkontraksikan otot dasar panggul
secara berurutan mulai dari dubur, vagina, dan saluran kemih.
Pertahankan 3-5 detik. Kemudian rileks mulai dari saluran kemih,
vagina, dan dubur
Pada posisi apapun, coba untuk mengkontraksikan otot dasar panggul
dengan merasakan peningkatan kekuatan otot sambil menghitung 1-10
kemudian rileks kembali.

Cara Memperkenalkan Latihan Kepada Individu


Hal pertama yang dilakukan adalah pengenalan otot-otot yang akan dilatih.
Klien duduk atau berbaring dengan merelaksasikan otot paha, bokong dan abdomen.
Klien diminta seolah-olah akan flatus dan mencoba menahannya agar angin tidak
keluar, kemudian otot dilemaskan kembali. Saat miksi, individu diminta
menghentikan aliran urin tengah, kemudian memulai miksi kembali. Latihan ini
hanya untuk mempelajari otot yang tepat dan tidak boleh dilakukan lebih dari satu
kali seminggu karena dapat mempengaruhi pengosongan kandung kemih yang
normal. Cara lain adalah ”stop test”, yang dilakukan dengan hanya membayangkan
sedang miksi, kemudian seketika menghentikan pancaran urin. Klien diminta
merasakan pergerakan otot bawah seolah-olah berkumpul di tengah sehingga anus
terangkat dan masuk ke dalam. Klien diajarkan untuk meraba gerakan tersebut
sampai yakin gerakannya benar. Latihan dilakukan beberapa kali hingga klien yakin
telah melatih otot yang tepat.
Pencegahan Jatuh (Fall Prevention) Pada Lansia

PENCEGAHAN JATUH
(FALL PREVENTION)
PADA LANSIA
PSIK
UNIVERSITAS JEMBER
PROSEDUR TETAP NO NO. HALAMAN
DOKUMEN: REVISI: :

TANGGAL DITETAPKAN OLEH :


TERBIT:
1.` PENGERTIAN Pencegahan jatuh merupakan intervensi
kompleks yang dilakukan pada sejumlah
orang dan melibatkan faktor risiko
lingkungan yan berhubungan dengan jatuh
dengan mengorganisir penyebab pada klien
yang berisiko untuk injuri karena jatuh.
2. TUJUAN Mencegah risiko injuri karena jatuh
3. INDIKASI Diagnosis keperawatan yang berhubungan
dengan jatuh,yaitu klien dengan :
a. Risiko terjadinya injuri
b. Gangguan persepsi/sensori pendengaran
c. Gangguan persepsi/sensori penglihatan
d. Keterbatasan mobilitas fisik
e. Self care deficit
4. KONTRAINDIKASI -
5. PERSIAPAN PASIEN Kaji setiap keterbatasan yang dimiliki oleh
klien sesuai dengan indikasi dilakukannya
intervensi pencegah jatuh pada lansia
6. PERSIAPAN ALAT Sesuaikan dengan kebutuhan,keadaan
klien,dan lingkungan klien.
7. CARA KERJA a. Identifikasi keterbatasan kognitif atau
fisik yang dapat meningkatkan potensi
untuk jatuh
b. Identifikasi karakteristik lingkungan
yang dapat meningkatkan potensi untuk
jatuh (lantai licin,dan tangga yang
terbuka)

c. Memonitor gaya berjalan,


keseimbangan, dan tingkat kelelahan
saat ambulasi
d. Bantu klien yang masih lemah dalam
melakukan ambulasi

e. Sediakan alat bantu untuk ambulasi

f. Kunci roda pada kursi dan tempat tidur


selama memindahkan klien

g. Letakkan buku/majalah ditempat yang


mudah dijangkau oleh klien

h. Instruksikan agar klien memanggil


asisten saat akan tergerak,jika
dibutuhkan

i. Ajarkan bagaimana cara pencegahan


atau meminimalkan jatuh

j. Gunakan tehnik yang aman saat


memindahkan klien
„ k. Sediakan toilet duduk untuk
memudahkan klie
l. Sediakan kursi dengan ketinggian yang
cocok dengan pegangan atau penyangga
tangan
m. Gunakan tempat tidur dengan pinggiran
yang kuat
n. Batasi aktivitas fisik untuk membatasi
pergerakan yang tidak aman
o. Tempatkan tempat tidur yang dekat
dengan lantai
p. Bantu klien ke toilet
q. Gunakan alarm tempat tidur
r. Cegah lantai licin
s. Sediakan penerangan yang adekuat
t. Sediakan lampu malam disamping
tempat tidur
u. Sediakan permukaan lantai yang rata
v. Sediakan lemari yang mudah dijangkau
w. Sediakan furniture yang berat yang
dapat digunakan untuk membantu
perpegangan
x. Yakinkan klien untuk menggunakan
sandal atau sepatu yang tidak licin dan
sesuaikan dengan ukuran kaki
y. Pendidikan kesehatan keluarga tentang
factor risiko yang berhubungan dengan
jatuh dan bagaimana cara mengurangi
faktor risiko tersebut, benda-benda
berbahaya dirumah dan bagaiman cara
memodifikasinya
z. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
untuk meminimalkan efek samping
obat-obatan yang dapat menyebabkan
klien jatuh
8. Hasil a. Peningkatan pengetahuan mengenai
keamanan lansia
b. Klien dan keluarga mampuh mengontrol
dan mendeteksi risiko jatuh
c. Klien mempertahankan perilaku aman :
pencegahan jatuh
d. Klien dan keluarga memperlihatkan
perilaku aman memodifikasi lingkungan
rumah
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Langkah-langkah dalam investasi pencegahan jatuh disesuaikan dengan
kebutuhan lansia,keberadaan keluarga sebagai care giver,dan lingkungan
2. Utamakan dalam mengkaji setiap permasalahan yang dialami oleh klien dan
faktor penyebab permasalahan sehingga intervensi pencegahan jatuh dapat
disesuaikan keberadaankedaan tersebut.
Perbaikan Tidur Tanpa Obat Pada Lansia

PERBAIKAN TIDUR TANPA OBAT PADA


LANSIA
PSIK
UNIVERSITAS JEMBER
PROSEDUR TETAP NO DOKUMEN : NO REVISI : HALAMAN :

TANGGAL DITETAPKAN OLEH :


TERBIT :

1 PENGERTIAN Perbaikan tidur adalah memperbaiki tidur dengan memfasilitasi


siklus teratur tentang tidur dan bangun tanpa menggunakan oba-
obatan melainkan dengan memanipulasi lingkungan.
2 TUJUAN Memperbaiki kualitas tidur tanpa obat-obatan.
3. INDIKASI 1. Gangguan kebutuhan istirahat (misal akibat kebisingan jalan
raya yang sulit dihindari karena rumah terletak di tepi jalan
raya)
2. Gangguan pola tidur (misal akibat kebisingan jalan raya yang
sulit dihindari karena rumah terletak di tepi jalan raya)
3. Gangguan kebutuhan tidur (misal akibat kebisingan jalan raya
yang sulit dihindari karena rumah terletak di tepi jalan raya)
4. KONTRAINDIKASI -
5 PERSIAPAN PASIEN Persiapan klien adalah lakukan pengkajian tidur, meliputi:
a. Kebiasaan waktu tidur
b. Kebiasaan mematikan lampu
c. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk tidur
d. Kelelahan yang membuat klien untuk pergi tidur
e. Waktu tidur rutin
f. Apakah sering mengalami kesulitan tidur
g. Apakah menggunakan obat tidur dan apakah sering
menggunakan
h. Jika klien bangun malam, apa alasannya
i. Seringkali terbangun ketika tidur malam
j. Adakah parasomnia seperti sleep walking, somnabulism,
bruxism
k. Apakah ada peristiwa atau alasan untuk bangun tidur
l. Berapa lama bisa tidur kembali
m. Apakah bisa menolong dirinya sendiri untuk tidur kembali
n. Jika terbangun malam hari, kegiatan apa yang dikerjakan
o. Bermimpikah ketika tidur malam, apakah mimpinya
mengganggu
p. Kualitas tidur
q. Jam berapa bangun pagi
r. Adakah kesulitan bangun pagi
s. Apakah tidur siang, berapa jumlah dan lama waktu tidur
t. Pergerakan tubuh ketika tidur lelap
u. Bagaimana perasaan bangun tidur
6 PERSIAPAN ALAT Persiapan alat dan lingkungan adaah memodifikasi dan
memanipulasi lingkungan sesuai kebutuhan hasil pengkajian
diatas
7 PROSEDUR KERJA 1. Menentukan pola tidur
2. Sesuaikan siklus tidur
3. Jelaskan pentingnya istirahat tidur yang cukup meskipun ada
gangguan kebisingan jalan raya (terutama jika sakit, stres
psikologi, dan hamil)
4. Atur dan pastikan lingkungan (misal lampu atau cahaya,
suara, suhu, kasur, dan tempat tidur/ alas tidur) untuk
mendukung tidur

5. Pasang korden yang tebal dan karpet di ruang tempat tidur


sebagai peredam bila bising dari luar mengganggu

6. Pasang sumbat telinga dari kapas atau kain lembut yang


diikatkan sampai menutupi kedua telinga

7. Memotivasi agar memenuhi waktu tidur rutin untuk


memfasilitasi peralihan perubahan bangun ke tidur
8. Fasilitasi pemeliharaan kebiasaan rutin waktu tidur, isyarat
sebelum tidur dan obyek keluarga (misal: untuk anak-anak
selimut favorit, mainan atau boneka kesukaan, tempat
ayunan, ceritera dan menentramkan, untuk dewasa: bacaan
atau suara yang menyenangkan seperti musik)
9. Bantu megeliminasi situasi stres sebelum tidur
10. Monitor intake makanan dan minuman waktu akan tidur
8. HASIL Kuantitas dan kualitas tidur lansia terpenuhi

Hal-hal yang perlu diperhatikan:


1. Langkah-langkah dalam intervensi disesuaikan dengan kebutuhan lansia,
keberadaan keluarga sebagai care giver, dan lingkungan.
2. Utamakan dalam mengkaji setiap masalah yang dialami oleh klien dan faktor
penyebab permasalahan.

Anda mungkin juga menyukai