Disusun oleh :
Kelompok 1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul
“LAPISAN-LAPISAN SOSIAL MASYARAKAT” untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah ANTROPOLOGI.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis
hadapi, namun penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak
lain berkat dorongan, bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ns. Nanda Sartika, S.Kep, M.Kep selaku dosen mata kuliah ANTROPOLOGI
2. Orang tua yang senantiasa mendukung dan memberi semangat
3. Rekan kelompok yang telah bekerjasama dalam penyusunan makalah ini
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................2
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................12
3.2 Saran....................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Mahalnya biaya kesehatan tidak menjamin kualitas yang baik pada kesehatan
itu sendiri karena kualitas kesehatan masyarakat indonesia selama ini tergolong
rendah. Rendahnya status kesehatan masyarakat kurang mampu disebabkan oleh
terbatasnya akses terhadap pelayanan kesehatan karena kendala geografis dan
kendala biaya (cost barrier) (Adisasmito, 2007). Selain itu, perilaku masyarakat
yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat juga merupakan kendala
bagi pemerintah untuk memajukan perkembangan masyarakat khususnya dalam
bidang kesehatan. Usaha-usaha kesehatan khususnya dalam mengubah perilaku
harus lebih bersifat pendekatan dari bawah (buttom up approach) berdasarkan
kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
Sangat dibutuhkan orang-orang yang kreatif dan inovatif atau yang dikenal
sebagai wirausahawan sosial yang dapat mengembangkan dan menjalankan
usaha-usaha pemantapan perilaku sehat bertumpu pada masyarakat. Karena
kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber
daya manusia, serta memiliki konstribusi yang besar untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi semua
1
pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi
kesejahteraan masyarakat (Suparmanto, 2006).
2
Yatnikasari (2010) mengemukakan bahwa perawat adalah aset penting dan
merupakan komponen utama dalam sistem pelayanan kesehatan karena perawat
adalah kelompok pekerja yang paling besar dalam sistem tersebut. Dalam hal ini
bahwa perawat termasuk unsur vital dalam sebuah Rumah Sakit atau puskesmas
karena perawat merupakan penjalin kontak pertama dan terlama dengan pasien.
Oleh karena itu, kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan perawat kepada
para pasien akan menjadi salah satu indikator kualitas pelayanan kesehatan di
sebuah Rumah Sakit atau puskesmas.
Dalam makalah ini penulis merumuskan beberapa item yang akan dibahas
diantaranya sebagai berikut :
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
(borjois) adalah kelompok masyarakat yang mempunyai modal kekayaan
dan yang mengontrol sumber-sumber kekayaan seperti tanah, bahan baku,
mesin-mesin produksi, dan tenaga kerja. Sedangkan kelas bawah (proletar)
adalah kelompok masyarakat yang tidak mempunyai apa-apa selain tenaga
kerja mereka.. Pandangan Karl Marx tentang masyarakat pada hakikatnya
sebagai medan konflik; mengingat keterbatasan sumber-sumber kekayaan,
maka kelas-kelas yang tidak mempunyai apa-apa menentang kelas atas
yang mempunyai sumber-sumber kekayaan. Marx melihatnya dalam
proses produksi terjadi sebuah determinism ekonomi masyarakat
kapitalisme dan sering kali terjadi sebuah penindasan terhadap kaum
buruh yang tidak sesuai dengan apa yang dikerjakannya sehingga keadaan
seperti itu oleh Marx disebut perbuatan yang sangat tidak bermoral.3
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan
pelapisan sosial adalah sebagai berikut:
1. Ukuran kekayaan.
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran
penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada,
barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk
lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya,
barang siapa tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam
lapiran rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk
tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya,
maupun kebiasaanya dalam berbelanja.4
2. Ukuran kekuasaan dan wewenang.
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling
besar akan menempati lapiran teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam
masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari
ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya
3
C.Dewi Wulansari. Sosiologi Konsep Dan Teori, (Bandung. PT. Refika Aditama. 2009)
hlm.103
4
Made Pidarta, Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan
Bercorak Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 35
5
dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya,
kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
3. Ukuran kehormatan.
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan
atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan
menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya.
Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya
mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada
masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berperilaku dan
berbudi luhur.
4. Ukuran ilmu pengetahuan.
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota
masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling
menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem
pelapisan sosial masyarakat yang ber sangkutan. Penguasaan ilmu
pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelargelar akademik
(kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya
dokter, insinyur, magister, doktor atau gelar profesional seperti profesor.
Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar
yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang
dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang
tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan
membeli skipsi, menyuap, ijasah palsu dan seterusnya.5
5
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1985), hal. 231.
6
J. Dwinarwoko & Bagong Suyanto . Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta. Kencana
Perdana Media Group.2011) hlm 156
6
Pitirim A. Sorokin, menguraikan posisi seseorang dalam hubungannya
dengan orang lain menyangkut beberapa hal :7
a. Jabatan atau pekerjaan
b. Pendidikan dan luasnya ilmu pengetahuan
c. Penguasaan atas kekayaan
d. Reputasi sosial
e. Keturunan
f. Agama.
7
Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan , (Jakarta, Rajawali Pers, 2011)
7
2. Peranan (Role)
Peran merupakan aspek paling dinamis dari kedudukan, artinya,
seseorang tela menjalankan hak-hak dan kewajibankewajibannya sesuai
denan kedudukannya, maka seseorang tersebut telah melaksanakan suatu
peran. Peran yang melekat pada diri seeorangharus dibedakan dengan
posisi atau tepatnya dalam pergaulan kemasyarakatan, posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat merupakan unsur status yang menunjukkan
tempat individu dalam suatu organisasi masyarakat. Sedangkan peran
lebih menunjuk pada fungsi, artinya seseorang menduduki suatu posisi
tertentu dalam masyarakat dan menjalankan suatu peran. Peran dapat
membimbing seseorang daam berprilaku, karena fungsi peran sendiri
adalah :
a. Memberikan arah dalam proses sosialisasi nilai.
b. Pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma, dan
pengetahuan.
c. Dapat menjadi aat pemersatu kelompok/organisasi
d. Menghidupkan sistem kontrol terhadap kehidupan masyarakat.
8
Nasution, S. Sosologi Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara, 2010
8
1954, bahwa dokter menempat kedudukan yang sangat tinggi sama
dengan gubernur negara bagian. Juga profesor memiliki kedudukan yang
tinggi sama dengan seorang ilmuan, anggota kongres, Dewan
Perwakilan Rakyat. Guru sekolah menduduki tempat yang lebih rendah
dari kapten tentara, pemain orkes atau kontraktor.
2. Pendekatan Subjektif
Dalam metode ini, golongn sosi dirumuskan menurut pandangan
anggota masyarakat menilai dirinya dalam hirarki kedudukan
dimasyarakat itu. Kebanyakan ahli sosiologi berpandangan bahwa kelas
sosial merupakan suatu kenyataan meskipun semua orang tidak
menyadari itu. Identitas diri atas kelas sosial memberikan beberapa
pengaruh terhadap perilaku sosial terlepas apakah itu benar-benar
merupakan anggota kelas itu atau bukan.
3. Metode Reputasi
Dalam metode ini, golongan sosial dirumuskan menurut pandangan
anggota masyarakat dimana masyarakat menempatkan masing-masing
dalam stratifikasi masyarakat itu. Orang diberi kesempatan untuk
memilih golongan masyarakat yang telah terindentifikasi dalam suatu
masyarakat.
9
Ralf Dahrendrof (dalam Veeger, 1986:235)
9
harus hormat dan patuh pada mertuanya. Pada situasi seperti ini, memang ada
kalanya peran seseorang seringkali berbeda tergantung pada situasi sosial
masing-masing.
10
Lokakarya Keperawatan Nasional (1983)
11
Depkes RI (2002)
10
keperawatan yaitu pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.12
Perawat Sebagai Individu. Aktivitas keperawatan meliputi peran dan
fungsi pemberi asuhan keperawatan dan praktik keperawatan, pengelola institusi
keperawatan, pendidik klien serta peneliti di bidang keperawatan (Sieglar, 2000)
Peran perawat sebagai individu, antara lain :13
12
Carpenito,1998
13
Sieglar, Peran Perawat Sebagai Individu. 2000
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Lapisan sosial masyarakat ini sangat perlu diketahui dan dipahami agar
dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat terjalin dengan rukun dan damai.
Walaupun adanya lapisan lapisan sosial di masyarakat kita sebagai manusia harus
saling menghargai dan menghormati satu sama lain dengan tidak melihat dari
ukuran-ukuran stratifikasi yang sudah terjadi. Dan peran kita sebagai perawat
harus selalu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan dengan baik tanpa
membeda-bedakan.
12
DAFTAR PUSTAKA
13