Anda di halaman 1dari 17

LAPISAN-LAPISAN SOSIAL MASYARAKAT

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ANTROPOLOGI

Dosen Pengampu : Ns. Nanda Sartika, S.Kep, M.Kep

Disusun oleh :

Kelompok 1

Amanda Shakira Anindya Kamal 1440120001


Cindy Aprila 1440120004
Khofifah Eka 1440120012
Nurul Fitria 1440120018
Ridania 1440120020
Try Damayanti NR 1440120025

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAFLESIA DEPOK


2020/2021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul
“LAPISAN-LAPISAN SOSIAL MASYARAKAT” untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah ANTROPOLOGI.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis
hadapi, namun penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak
lain berkat dorongan, bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ns. Nanda Sartika, S.Kep, M.Kep selaku dosen mata kuliah ANTROPOLOGI
2. Orang tua yang senantiasa mendukung dan memberi semangat
3. Rekan kelompok yang telah bekerjasama dalam penyusunan makalah ini

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak


kekurangan, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis.
Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
penyusunan makalah yang akan datang.

Depok, 2 Maret 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................2

2.1 Pengertian Stratifikasi Sosial...............................................................................4

2.2 Sebab-Sebab Terjadinya Stratifikasi Sosial ......................................................5

2.3 Unsur-Unsur Sistem Lapisan Masyarakat ........................................................6

2.4 Pendekatan Untuk Memahami Pelapisan Masyarakat ....................................8

2.5 Peran Perawat dalam Lapisan Sosial .................................................................9

BAB III PENUTUP...................................................................................................12

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................12

3.2 Saran....................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu kehidupan selalu menggambarkan suatu tingkat sosial yang berbeda.


Mulai dari pekerjaan maupun pendapatan ekonomi dan itu merupakan sumber dari
adanya sebuah kemiskinan dan diskriminasi kehidupan yang kemudian ditandai
dengan perbedaan antara stratifikasi sosial antara masyarakat dari kelas atas,
menengah dan bawah. Kemiskinan merupakan salah satu hambatan terbesar bagi
sebuah negara berkembang terutama untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kualitas hidup rakyatnya. Tingkat kemiskinan juga menjadi penyebab masyarakat
miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang
tergolong mahal (Tiyasasih, 2011)

Mahalnya biaya kesehatan tidak menjamin kualitas yang baik pada kesehatan
itu sendiri karena kualitas kesehatan masyarakat indonesia selama ini tergolong
rendah. Rendahnya status kesehatan masyarakat kurang mampu disebabkan oleh
terbatasnya akses terhadap pelayanan kesehatan karena kendala geografis dan
kendala biaya (cost barrier) (Adisasmito, 2007). Selain itu, perilaku masyarakat
yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat juga merupakan kendala
bagi pemerintah untuk memajukan perkembangan masyarakat khususnya dalam
bidang kesehatan. Usaha-usaha kesehatan khususnya dalam mengubah perilaku
harus lebih bersifat pendekatan dari bawah (buttom up approach) berdasarkan
kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

Sangat dibutuhkan orang-orang yang kreatif dan inovatif atau yang dikenal
sebagai wirausahawan sosial yang dapat mengembangkan dan menjalankan
usaha-usaha pemantapan perilaku sehat bertumpu pada masyarakat. Karena
kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber
daya manusia, serta memiliki konstribusi yang besar untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi semua

1
pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi
kesejahteraan masyarakat (Suparmanto, 2006).

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)


pada Pasal 28 huruf (h) dicantumkan bahwa: “setiap orang hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Jadi kesehatan adalah hak
dasar setiap individu dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan termasuk masyarakat miskin, dalam implementasinya dilaksanakan
secara bertahap sesuai kemampuan keuangan pemerintah dan pemerintah daerah.
Dengan demikian pemerintah harus bertanggung jawab untuk memberikan
kehidupan khususnya dalam bidang kesehatan terhadap masyarakat yang kurang
mampu.

Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang sistem


jaminan sosial nasional juga menyatakan bahwa “Jaminan kesehatan
diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan. Artinya bahwa kesehatan masyarakat benar-benar dilindungi oleh
pemerintah dengan cara membayarkan biaya kesehatan dengan uang anggaran
dari pemerintah yang diberikan kepada masing-masing rumah sakit maupun
puskesmas yang di tunjuk oleh pemerintah provinsi di daerah masing-masing.
Kemudian dilanjutkan dengan adanya pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional yang berbunyi bahwa:
“peserta jaminan kesehatan adalah setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh pemerintah”. Pemerintah memberikan kepastian dalam
jaminan kesehatan masyarakat kurang mampu dengan cara membayarkan iuran-
iuran tersebut melalui anggaran yang dimiliki oleh pemerintah sehingga para
warga yang kurang mampu mendapatkan hak-haknya khususnya dalam hal
kesehatan. Salah satu elemen sumber daya manusia yang berperan penting dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di sebuah puskesmas adalah perawat.

2
Yatnikasari (2010) mengemukakan bahwa perawat adalah aset penting dan
merupakan komponen utama dalam sistem pelayanan kesehatan karena perawat
adalah kelompok pekerja yang paling besar dalam sistem tersebut. Dalam hal ini
bahwa perawat termasuk unsur vital dalam sebuah Rumah Sakit atau puskesmas
karena perawat merupakan penjalin kontak pertama dan terlama dengan pasien.
Oleh karena itu, kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan perawat kepada
para pasien akan menjadi salah satu indikator kualitas pelayanan kesehatan di
sebuah Rumah Sakit atau puskesmas.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini penulis merumuskan beberapa item yang akan dibahas
diantaranya sebagai berikut :

1. Pengertian Stratifikasi Sosial


2. Sebab-sebab terjadinya Stratifikasi Sosial
3. Unsur-unsur sistem lapisan masyarakat
4. Pendekatan untuk memahami Pelapisan Sosial
5. Peran Perawat dalam Lapisan Sosial
1.3 Tujuan

Tujuan penulisan dari makalah ini adalah :

1. Mengetahui pengertian dari Stratifikasi Sosial.


2. Mengetahui sebab-sebab terjadinya Stratifikasi Sosial.
3. Mengetahui unsur-unsur sistem lapisan masyarakat.
4. Mengetahui beberapa pendekatan untuk memahami Pelapisan Sosial.
5. Mengetahui peran perawat dalam lapisan sosial.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stratifikasi Sosial


Kata stratifikasi sosial dalam sosiologi berasal dari istilah bahasa Inggris
“Social Stratification” kata “stratification” berasal dari bahasa latin “tratum” yang
berarti “strata” atau lapisan. Ada beberapa pengertian tentang startifikasi sosial
menurut beberapa ahli tokoh sosiologi seperti yang dijelaskan oleh J. Dwi
Narwoko dan Bagong Suyanto dan C. Dewi Wulansari diantaranya sebagai
berikut:
1. Soerjono Soekanto
Stratifikasi Sosial adalah suatu lapisan masyarakat yang di
dalamnya terdapat kelas-kelas sosial di mana di dalam setiap masyarakat
di manapun selalu dan pasti mempunyai sesuatu yang dihargai dan sesuatu
yang dihargai di masyarakat itu bisa berupa kekayaan, ilmu pengetahuan,
dan keturunan keluarga terhormat.1
2. Pritim A.Sorikin
Stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat
kedalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hirarkis). Perwujudannya
adalah kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah. Dasar dan inti
lapisan-lapisan masyarakat adalah tidak adanya keseimbangan dalam
pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban, kewajiban dan tanggung
jawab, nilai-nilai sosial dan pengaruhnya diantara anggota-anggota
masyarakat.2
3. Karl Marx
Stratifikasi sosial adalah perbedaan kelompok masyarakat kedalam
kelas-kelas sosial yang di tentukan oleh adanya “relasi” mereka terhadap
“alat-alat produksi” yaitu antara kelas atas dan kelas bawah. Kelas atas
1
J.Dwi Narwoko & Bagong Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan. (Jakarta. Kencana
Prenada Media Group 2007) hlm.152
2
C.Dewi Wulansari. Sosiologi Konsep Dan Teori, (Bandung. PT. Refika Aditama. 2009) hlm
101

4
(borjois) adalah kelompok masyarakat yang mempunyai modal kekayaan
dan yang mengontrol sumber-sumber kekayaan seperti tanah, bahan baku,
mesin-mesin produksi, dan tenaga kerja. Sedangkan kelas bawah (proletar)
adalah kelompok masyarakat yang tidak mempunyai apa-apa selain tenaga
kerja mereka.. Pandangan Karl Marx tentang masyarakat pada hakikatnya
sebagai medan konflik; mengingat keterbatasan sumber-sumber kekayaan,
maka kelas-kelas yang tidak mempunyai apa-apa menentang kelas atas
yang mempunyai sumber-sumber kekayaan. Marx melihatnya dalam
proses produksi terjadi sebuah determinism ekonomi masyarakat
kapitalisme dan sering kali terjadi sebuah penindasan terhadap kaum
buruh yang tidak sesuai dengan apa yang dikerjakannya sehingga keadaan
seperti itu oleh Marx disebut perbuatan yang sangat tidak bermoral.3

2.2 Sebab-Sebab Terjadinya Stratifikasi Sosial

Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan
pelapisan sosial adalah sebagai berikut:

1. Ukuran kekayaan.
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran
penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada,
barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk
lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya,
barang siapa tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam
lapiran rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk
tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya,
maupun kebiasaanya dalam berbelanja.4
2. Ukuran kekuasaan dan wewenang.
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling
besar akan menempati lapiran teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam
masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari
ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya

3
C.Dewi Wulansari. Sosiologi Konsep Dan Teori, (Bandung. PT. Refika Aditama. 2009)
hlm.103
4
Made Pidarta, Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan
Bercorak Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 35

5
dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya,
kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
3. Ukuran kehormatan.
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan
atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan
menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya.
Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya
mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada
masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berperilaku dan
berbudi luhur.
4. Ukuran ilmu pengetahuan.
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota
masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling
menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem
pelapisan sosial masyarakat yang ber sangkutan. Penguasaan ilmu
pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelargelar akademik
(kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya
dokter, insinyur, magister, doktor atau gelar profesional seperti profesor.
Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar
yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang
dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang
tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan
membeli skipsi, menyuap, ijasah palsu dan seterusnya.5

2.3 Unsur-Unsur Sistem Lapisan Masyarakat

Dalam teori sosiologi, unsur-unsur sistim pelapisan sosial dalam


masyarakat dikelompokan dalam dua hal, yakni kedudukan (status) dan peran
sosial. Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan
masyarakat menurut Dwi Narwoko & Bagong Suyanto:
1. Kedudukan (status)
Kedudukan dalam suatu jabatan seringkali dibedakan dengan
kedudukan sosial. Kedudukan adalah sebagai suatu tempat atau posisi
seseorang dalam suatu kelompok sosial, dalam hubungan nya dengan
orang lain. Posisi orang menyangkut ruang lingkup pergaulannya ,
prestige, hak- hak dan kewajibannya. Secara abstrak , kedudukan berarti
tempat seseorang dalam pola tertentu. Bahkan seseorang bisa memiliki
beberapa kedudukan dalam beberapa pola kehidupan.6

5
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1985), hal. 231.
6
J. Dwinarwoko & Bagong Suyanto . Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta. Kencana
Perdana Media Group.2011) hlm 156

6
Pitirim A. Sorokin, menguraikan posisi seseorang dalam hubungannya
dengan orang lain menyangkut beberapa hal :7
a. Jabatan atau pekerjaan
b. Pendidikan dan luasnya ilmu pengetahuan
c. Penguasaan atas kekayaan
d. Reputasi sosial
e. Keturunan
f. Agama.

Secara sosiologis, kedudukan (status) seseorang dalam masyarakat


dibedakan ke dalam 3 macam :

1. Ascribed Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa


memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan.
Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya gelas
bangsawan. Umumnya ascribed-status dijumpai pada masyarakat-
masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup. Namun demikian,
ascribed-status dapat pula dijumpai pada masyarakat-masyarakat dengan
sistem lapisan yang terbuka. Misalnya, kedudukan laki-laki sebagai
suami dalam keluarganya, pasti menjadi kepala keluarga.
2. Achieved Status, adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan
usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar
kelahiran. Kedudukan ini bersifat terbuka bagi siapa saja, bergantung
pada kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai
tujuan-tujuannya (Soekanto, 2010).
3. Assigned-Status, yaitu kedudukan yang diberikan sebagai hadiah atau
pemberian kedudukan kepada seseorang yang dianggap memiliki jasa
kepada masyarakat. Misalnya gelar pahlawan atau pejuang. Assigned
status sering memiliki hubungan erat dengan achieved statu, artinya
suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi
kepada seseorang karena didrinya selama menjalani hidup telah banyak
berjasa kepda masyarakat.

7
Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan , (Jakarta, Rajawali Pers, 2011)

7
2. Peranan (Role)
Peran merupakan aspek paling dinamis dari kedudukan, artinya,
seseorang tela menjalankan hak-hak dan kewajibankewajibannya sesuai
denan kedudukannya, maka seseorang tersebut telah melaksanakan suatu
peran. Peran yang melekat pada diri seeorangharus dibedakan dengan
posisi atau tepatnya dalam pergaulan kemasyarakatan, posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat merupakan unsur status yang menunjukkan
tempat individu dalam suatu organisasi masyarakat. Sedangkan peran
lebih menunjuk pada fungsi, artinya seseorang menduduki suatu posisi
tertentu dalam masyarakat dan menjalankan suatu peran. Peran dapat
membimbing seseorang daam berprilaku, karena fungsi peran sendiri
adalah :
a. Memberikan arah dalam proses sosialisasi nilai.
b. Pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma, dan
pengetahuan.
c. Dapat menjadi aat pemersatu kelompok/organisasi
d. Menghidupkan sistem kontrol terhadap kehidupan masyarakat.

2.4 Pendekatan untuk Memahami Pelapisan Sosial

Nasution, Ada tiga pendekatan yang digunakan dalam memahami


pelapisan sosial dalam masyarakat :8
1. Pendekatan Objektif
Menurut metode ini stratifikasi sosial ditentukan berdasarkan kriteria
objektif antara lain : jumlah pendapatan,lama dan tingginya pendidikan,
jenis pekerjaan. Pada dasarnya kelas sosial atau penggolonan sosial
merupakan suatu cara hidup yang memerlukan banyak sekali uaang
untuk dapat hidup menurut cara hidup orang berkelas atas. Meskipun
demikian, jumlah uang sebanyak apapun tidak menjamin segera
mendapatkan statu sosial kelas atas. Jadi bia saja orang – oran kaya baru,
walau mereka bisa membeli mobil mewah dan membangun rumah besar,
tidak serta merta dianggap sebgai lapisan atas jika tidak mampu
menyesuaikan diri secara mendalam terhadap terhadap gaya hidup orang
kaya lama. Menurut suatu penelitian di Amerika Serikat pada tahun

8
Nasution, S. Sosologi Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara, 2010

8
1954, bahwa dokter menempat kedudukan yang sangat tinggi sama
dengan gubernur negara bagian. Juga profesor memiliki kedudukan yang
tinggi sama dengan seorang ilmuan, anggota kongres, Dewan
Perwakilan Rakyat. Guru sekolah menduduki tempat yang lebih rendah
dari kapten tentara, pemain orkes atau kontraktor.
2. Pendekatan Subjektif
Dalam metode ini, golongn sosi dirumuskan menurut pandangan
anggota masyarakat menilai dirinya dalam hirarki kedudukan
dimasyarakat itu. Kebanyakan ahli sosiologi berpandangan bahwa kelas
sosial merupakan suatu kenyataan meskipun semua orang tidak
menyadari itu. Identitas diri atas kelas sosial memberikan beberapa
pengaruh terhadap perilaku sosial terlepas apakah itu benar-benar
merupakan anggota kelas itu atau bukan.
3. Metode Reputasi
Dalam metode ini, golongan sosial dirumuskan menurut pandangan
anggota masyarakat dimana masyarakat menempatkan masing-masing
dalam stratifikasi masyarakat itu. Orang diberi kesempatan untuk
memilih golongan masyarakat yang telah terindentifikasi dalam suatu
masyarakat.

2.5 Peran Perawat dalam Lapisan Sosial


Dalam kehidupan bermasyarakat, peran merupakan konsekuensi dari
status seseorang. Bila dalam masyarakat ada orang yang berstatus sebagai
perawat, dokter, bidan, atau pasien, maka terhadap individu-individu tersebut
diharapkan muncul perilaku yang sesuai dengan statusnya masing-masing.
Menurut Ralf Dahrendrof (dalam Veeger, 1986:235), peran dimaknai
sebagai satu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, sikap yang diharapkan oleh
masyarakat muncul dan menandai sifat dan tindakan si pemegang status atau
kedudukan sosial.9
Dalam suatu lingkungan, seseorang berkewajiban untuk menunjukkan
peran sosial sesuai dengan statusnya. Sementara di lain pihak, mungkin pula dia
dapat berperan sebagai status yang berbeda. Contoh :seorang dokter yang
merawat mertuanya. Di tempat perawatan, si mertua tersebut adalah pasien
dokter maka harus patuh dan taat pada dokter, sedangkan di rumah sang dokter

9
Ralf Dahrendrof (dalam Veeger, 1986:235)

9
harus hormat dan patuh pada mertuanya. Pada situasi seperti ini, memang ada
kalanya peran seseorang seringkali berbeda tergantung pada situasi sosial
masing-masing.

Perawat adalah orang yang dididik menjadi tenaga paramedis untuk


menyelenggarakan perawatan orang sakit atau secara khusus untuk mendalami
bidang perawatan tertentu. Perawat merupakan salah satu komponen penting
dan strategis dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Kehadiran dan peran
perawat tidak dapat diabaikan. Dalam menjalankan tugasnya, perawat dituntut
untuk memahami proses dan standar praktik keperawatan. Keperawatan adalah
diagnosis dan penanganan respons manusia terhadap masalah kesehatan aktual
maupun potensial. Menurut hasil Lokakarya Keperawatan Nasional (1983),
keperawatan diartikan sebagai : Suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integrasi dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik yang
sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus hidup manusia.10
Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu nutrix yang berarti
merawat atau memelihara. Harlley Cit menjelaskan pengertian dasar seorang
perawat yaitu seseorang yang berperan dalam merawat, memelihara, membantu
serta melindungi seseorang karena sakit, cedera dan proses penuaan. Sedangkan
menurut Depkes RI (2002), perawat profesional adalah perawat yang
bertanggung jawab dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan secara
mandiri dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan
kewenangannya.11
Asuhan keperawatan adalah kegiatan profesional perawat yang dinamis,
membutuhkan kreativitas dan berlaku pada berbagai keadaan dan rentang
kehidupan manusia (Carpenito,1998). Tahap dalam melakukan asuhan

10
Lokakarya Keperawatan Nasional (1983)
11
Depkes RI (2002)

10
keperawatan yaitu pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.12
Perawat Sebagai Individu. Aktivitas keperawatan meliputi peran dan
fungsi pemberi asuhan keperawatan dan praktik keperawatan, pengelola institusi
keperawatan, pendidik klien serta peneliti di bidang keperawatan (Sieglar, 2000)
Peran perawat sebagai individu, antara lain :13

1. Peran sebagai pelaksana (care giver).


Peran ini merupakan peran dalam memberikan asuhan
keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
klien dengan pendekatan pemecahan masalah sesuai dengan metode
dan proses keperawatan.

2. Peran sebagai pendidik.


Perawat berperan dalam mendidik individu keluarga, kelompok,
masyarakat, serta tenaga kesehatan yang berada di bawah tanggung
jawabnya.

3. Peran sebagai pengelola.


Perawat mempunyai tanggung jawab mengelola pelayanan
maupun pendidikan keperawatan sesuai dengan manajemen
keperawatan.

4. Peran sebagai peneliti.


Perawat diharapkan mampu mengidentifikasi masalah penelitian,
menerapkan prinsip dan metode penelitian serta memanfaatkan hasil
penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan pelayanan dan
pendidikan keperawatan.

12
Carpenito,1998
13
Sieglar, Peran Perawat Sebagai Individu. 2000

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Lapisan sosial masyarakat atau yang biasa disebut stratifikasi sosial


masyarakat, adalah struktur sosial yang berlapis-lapis di dalam masyarakat. Sebab
terjadinya stratifikasi sosial diantaranya ukuran kekayaan, kekuasaan, ukuran
kehormatan,ukuran ilmu pengetahuan. Unsur pendukung sistem lapisan
masyarakat ini adalah kedudukan (status) dan Peran (role). Pendekatan untuk
memahami lapisan sosial ini terbagi menjadi dua yaitu pendekatan objektif,
pendekatan subjektif, dan metode reputasi. Peran perawat dalam lapisan sosial
yang utama adalah memberikan pelayanan prima dan asuhan keperawatan yang
baik sesuai dengan pedoman dan kode etik.

3.2 Saran

Lapisan sosial masyarakat ini sangat perlu diketahui dan dipahami agar
dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat terjalin dengan rukun dan damai.
Walaupun adanya lapisan lapisan sosial di masyarakat kita sebagai manusia harus
saling menghargai dan menghormati satu sama lain dengan tidak melihat dari
ukuran-ukuran stratifikasi yang sudah terjadi. Dan peran kita sebagai perawat
harus selalu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan dengan baik tanpa
membeda-bedakan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Press.

Narwoko, D. W. dan B. Suyanto. 2007. Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan.


Jakarta : Kencana Prenada Media.

Nasution, S. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Pidarta, Made. 2000. Landasan Kependidikan : Stimulus Ilmu Pendidikan


Bercorak Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

Soekanto, Soerjono. 1985. Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo


Persada.

Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Salemba Medika : Jakarta

Wulansari, D. C. 2009. Sosiologi : Konsep dan Teori. Bandung : Refika Aditama

13

Anda mungkin juga menyukai