Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH

ASPEK KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA DAN EKONOMI


DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Sosiologi Antropologi
Dosen Pengampu:
Sulistiyah, S.SiT.,M.Kes

Oleh :
Kelompok 1

1. Riza Anindia Putri W.E (226019) 9. Vina Della Septiana AP (226021)


2. Anastasha Centaury G (226036) 10. Fitriana Sujanah (226078)
3. Salsa Nur Alfiatu Zahroh (226032) 11. Deva Rosa Fernanda (216039)
4. Kayra Rabbannia (226060) 12. Sandrina Dewi Marshanda (226023)
5. Yunita Ramandhani (226051) 13. Lia Oktavia (226028)
6. Dania Safa'Atin Aini (226026) 14. Isnaini Mumtaza (226024)
7. Zetiana Putri Finisha (226029) 15. Febriana Dian R (226044)
8. Ladya Mutiara Firnanda P (226038) 16. Anggrelia Devina Maharani (226020)

PRODI SARJANA KEBIDANAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
RS. DR. SOEPRAOEN KESDAM/ V BRAWIJAYA
TAHUN AJARAN 2023/ 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Aspek
Kehidupan Sosial, Budaya Dan Ekonomi Dalam Pelayanan Kebidanan” ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Ibu Sulistiyah, S.SiT.,M.Kes selaku dosen pada Mata Kuliah Sosiologi
Antropologi prodi Sarjana Kebidanan di Institut Teknologi Sains dan Kesehatan RS
dr.Soepraoen Malang. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Sulistiyah,
S.SiT.,M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Sosiologi Antropologi yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kepada
kami.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua anggota kelompok atas
kerja sama dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangan. Untuk
itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat diperlukan
guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga dapat
memberikan pengetahuan mengenai materi yang di bahas di dalamnya.
Terima kasih.

Malang, 19 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. 2
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………….. 4
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………….. 5
1.3 Tujuan …………………………………………………………………….. 6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi …………………………………….. 7
2.1.1 Aspek Sosial …………………………………………………….. 7
2.1.2 Aspek Budaya …………………………………………………….. 11
2.1.3 Aspek Ekonomi …………………………………………………….. 15
2.2 Aspek Kehidupan Sosial Ekonomi dalam Kebidanan …………………….. 17
2.2.1 Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Pra Perkawinan
dan Perkawinan …………………………………………………….. 17
2.2.2 Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kehamilan …….. 20
2.2.3 Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kelahiran, Nifas
dan Bayi Baru Lahir …………………………………………….. 22
2.2.4 Pendekatan Melalui Budaya dan Kegiatan Kebudayaan Kaitannya
dengan Peran Seorang Bidan …………………………………….. 25
2.3 Perkembangan dan Masalah Masyarakat Pedesaan …………………….. 29
2.4 Perkembangan dan Masalah Masyarakat Perkotaan …………………….. 34
2.5 Perbedaan Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan …………….. 37
2.6 Solusi dan Pemecahan Masalah …………………………………….. 41
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………….. 45
3.2 Saran …………………………………………………………………….. 48
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 50

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia.
Di era globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem
menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu
masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian
ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-
faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti
konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan
dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa
dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak.
Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus siap
fisik maupun mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang siap
mengabdi di kawasan pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam mengubah
pola kehidupan masyarakat yang mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan
masyarakat.
Tidak mudah mengubah pola pikir ataupun sosial budaya masyarakat.
Apalagi masalah proses persalinan yang umum masih banyak menggunakan dukun
beranak. Ditambah lagi tantangan konkret yang dihadapi bidan di pedesaan adalah
kemiskinan, pendidikan rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan mengenali
masalah dan mencari solusi bersama masyarakat menjadi kemampuan dasar yang
harus dimiliki bidan. Untuk itu seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan
terhadap masyarakat perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang
meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan
kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
Pentingnya ilmu ekonomi dalam bidang kesehatan, misalnya dalam
pelayanan kesehatan cendrung menggunakan teknologi canggih yang mahal,

4
sehingga terjadi ketimpangan antara ability to pay dan willingness to pay pada
masyarakat yang akan menggunakannnya. Ekonomi dan kesehatan saling terkait
berupa analisis terhadap input perawatan kesehatan, seperti pembelanjaan dan
tenaga kerja, memperkirakan dampak pada hasil akhir yang diinginkan yaitu
kesehatan masyarakat.
Tujuan ilmu ekonomi kesehatan adalah menggeneralisasikan aneka
informasi mengenal biaya dan keuntungan dari cara cara alternatif mencapai
kesehatan dan tujuan kesehatan. Bidang kesehatan dan ekonomi saling
mempengaruhi satu sama lain, contohnya, kesehatan seseorang yang buruk akan
menyebabkan pengeluaran biaya yang lebih besar dan pendapatannya berkurang
akibat menurunnya kemampuan untuk menikmati hidup, memperoleh panghasilan,
atau bekerja secara efektif.
Kesehatan yang lebih baik akan memungkinkan seseorang mendapatkan
hidup yang lebih produktif, sedangkan kesehatan buruk memberikan dampak dan
ancaman bagi orang lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan
antara lain, tersedianya sarana kesehatan, keadaan lingkungan yang memadai dan
mutu makanan yang dikonsumsi. Penanganan faktor tersebut harus dilakukan
terarah dan terpadu dengan memperhatikan kondisi sosial ekonomi yang berkaitan.
Keadaan faktor sosial ekonomi juga bepengaruh dalam memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang tersedia.
Dengan ini penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang aspek
kehidupan sosial budaya, dan ekonomi dalam pelayanan kebidanan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan aspek sosial, aspek budaya, dan aspek ekonomi?
2. Apa aspek kehidupan sosial ekonomi dalam kebidanan?
3. Apa saja perkembangan dan masalah yang ada di masyarakat pedesaan?
4. Apa saja perkembangan dan masalah masyarakat di perkotaan?
5. Bagaimana pemecahan masalah dan solusi pada aspek sosial,
budaya dan ekonomi?

5
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu aspek sosial, aspek budaya, dan aspek ekonomi
2. Untuk mengetahui kehidupan sosial ekonomi dalam kebidanan
3. Untuk mengetahui perkembangan dan masalah yang ada di masyarakat
pedesaan
4. Untuk mengetahui perkembangan dan masalah yang ada di perkotaan
5. Untuk mengetahui bagaimana solusi dari pemecahan masalah pada aspek
sosial, ekonomi, dan budaya

6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi
2.1.1 Aspek Sosial
A. Pengertian Aspek Sosial
Aspek sosial merupakan hubungan dengan masyarakat,
kemampuan melakukan interaksi dengan masyarakat dan target
kontribusi dengan sesama kehidupan. Kehidupan sosial sangat penting
agar hidup menjadi lebih bermakna dan menyenangkan. Kita tidak bisa
hidup tanpa interaksi dengan lingkungan dan sesama kehidupan.
Dalam mencapai pemenuhan aspek kepentingan sosial adalah penting
diperhatikan untuk mencapai keseimbangan dalam kehidupan.
Meluangkan waktu bersama orang-orang di sekitar kita dengan
terlibat dalam kegiatan lingkungan, seperti kerja bakti di lingkungan
sekitar rumah, bersilaturahmi dengan saudara, sahabat dan tetangga.
Ingatlah kesuksesan tidak bisa dilepaskan dari dukungan orang lain.
Banyak sekali yang bisa kita lakukan untuk membangun hubungan
baik dengan orang lain agar hidup lebih bermakna dan menyenangkan.
B. Unsur Penting yang mempengaruhi Aspek Sosial
Secara garis besar, aspek atau faktor faktor sosial mengacu pada
segala sesuatu yang menyangkut hubungan antar individu dan
interaksinya didalam lingkup masyarakat. Hubungan dan interaksi ini
akan terpengaruh oleh norma norma, nilai nilai, peran sosial,
kelompok, hingga dinamika sosial dalam rincian berikut ini :
1. Norma Sosial
Norma sosial dapat dipahami sebagai aturan yang sebaiknya
diikuti sebagai bagian dari masyarakat. Biasanya, norma adalah
aspek sosial berupa aturan yang tidak tertulis dan kekal atau
bertahan secara turun-temurun. Norma-norma sosial ini meliputi :

7
a) Norma kesopanan-meliputi kesopanan dalam berpakaian
dan makan.
b) Norma kepedulian sosial-contohnya saat terjadi keadaan
darurat seperti kecelakaan.
c) Norma privasi-baik secara sosial maupun digital
d) Norma dalam bekerja sama
e) Norma kebersihan
f) Norma toleransi
g) Norma kesetaraan sosial – meliputi ras, gender, adat, agama,
dan budaya.
2. Nilai Sosial
Berbeda dengan norma, nilai sosial lebih berhubungan dengan
pandangan masyarakat terhadap seseorang. Nilai-nilai sosial ini
memiliki standar masing masing disetiap daerah, dan dipercaya
sebagai sesuatu yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Nilai-nilai sosial ini secara umum meliputi 8 hal, yaitu :
a) Nilai dalam keadilan
b) Kebebasan
c) Nilai toleransi
d) Pertanggungjawaban
e) Kerjasama
f) Nilai pendidikan
g) Solidaritas
h) Nilai kehormatan
3. Identitas Sosial
Aspek sosial selanjutnya adalah identitas sosial, Identitas sosiala
maksutnya adalah cara seseorang individu menempatkan diri di
dalam masyarakat yang nantinya berpengaruh pada caranya
berinteraksi. Terdapat 2 macam identitas yang dimiliki individu
yaitu :

8
a. Identitas Lahiriah
Identitas sosial meliputi identitas diri lahiriah dan identitas
yang didapat. Pada dasarnya, identitas ini sudah diperoleh
sejak lahir. Contohnya adalah ras, agama, hingga jenis
kelamin.
b. Identitas yang Diperoleh
Identitas ini bersifat lebih fleksibel. Alasannya, identitas
ini dapat diperoleh, dan tentunya juga dapat hilang. Beberapa
contoh identitas ini antara lain adalah status ekonomi,
pendidikan, pekerjaan, budaya, hingga orientasi seksual.
4. Struktur Sosial
Dalam kehidupan bermasyarakat, memasuki suatu struktur
sosial adalah hal yang pasti terjadi. Struktur sosial yang paling awal
adalah sebuah keluarga. Didalam struktur keluarga, pasti juga akan
tercipta peran tiap anggota keluarga. Menjalankan peran dengan
mengindahkan norma dan nilai dalam berinteraksi didalam lingkup
keluarga adalah sebuah bentuk interaksi sosial dalam struktur
sosial terkecil.
5. Konflik Sosial
Setelah menempatkan diri ke dalam struktur sosial, seorang
akan mengalami masalah atau konflik sosial baik cepat atau
lambat. Konflik tersebut memiliki cakupan yang relatif luas, entah
itu konflik antar individu maupun antar negara. Konflik ini bisa
melingkupi segala topik yang telah dibahas sebelumnya, mulai dari
norma, nilai, mengenai identitas, hingga mencakup struktur sosial.
Ada bebrbagai jenis topik dalam masalah sosial, baik itu isu ras,
agama, politik, sampai sumberdaya.
6. Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial merupakan sifat dari aspek sosial itu sendiri.
Sifat ini memungkinkan seseorang untuk mengubah posisinya agar

9
terlihat lebih baik, atau lebih buruk dimata masyarakat.
Perpindahan posisi ini berkaitan erat dengan aspek kehidupan
sosial yang bersifat vertikal. Biasanya, mobilitas sosial terpengaruh
oleh taraf pendidikan, pekerjaan, hingga kesempatan kerja
individu.
7. Perubahan Sosial
Poin-poin sebelumnya membahas tentang perjalanan individu
dalam bermasyarakat. Tetapi, aspek sosial yang satu ini juga tak
kalah pentingnya, perubahan sosial merujuk pada perubahan nilai
dan norma yang berlaku didalam masyarakat. Adapun perubahan
sosial antara lain sebagai berikut :
a. Perubahan teknologi
Adanya perubahan teknologi sangat berpengaruh pada
perubahan-perubahan lain yang akan datang. Berkembangnya
cara manusia berinteraksi pastinya akan mengubah gaya hidup
masyarakat. Perkembangan teknologi juga mempengaruhi
cara manusia dalam memperoleh informasi, begitu pula cara
untuk melakukan pekerjaan sehari-hari.
b. Perubahan Budaya
Dengan kemudahan mendapatkan informasi dari seluruh
penjuru bumi, individu maupun kelompok yang berusaha
untuk memperoleh identitasnya bisa saja mengadopsi budaya
lain.
c. Perubahan Ekonomi
Perubahan sosial disegi ekonomi sebagai akibat dari
perubahan teknologi, seperti indrustrialisasi dan globalisasi,
dapat memengaruhi perubahan sosial.
d. Perubahan Demografi
Singkatnya, demografi bisa berasal dari pertumbuhan
populasi, migrasi, maupun perubahan struktur usia. Perubahan

10
komposisi penduduk tentunya akan sedikit banyak membawa
perubahan pada aspek sosial lain seperti perekonomian
budaya.
e. Perubahan Politik
Berubahnya kondisi politik tentunya akan membawa
perubahan sosial yang cukup signifikan. Contohnya,
pergantian rezim politik atau perubahan hukum dapat
mengubah beragam unsur kehidupan masyarakat secara
keseluruhan.
8. Dinamika Sosial
Dinamika sosial merupakan sebuah hubungan kompleks dari
semua subjek sosial yaitu, individu, kelompok, institusi,
lingkungan sosial, hingga pemerintahan. Artinya, seluruh aspek
sosial ini akan berpengaruh pada dinamika sosial. Dinamika sosial
ini meliputi segala bentuk perubahan maupun sebaliknya pada
aspek-aspek kehidupan sosial, contohnya adalah sebagai berikut :
a) Interaksi Sosial
b) Perubahan norma dan nilai
c) Konflik maupum kooperasi
d) Perubahan identitas individu maupun kelompok
e) Perubahan struktur sosial
f) Inovasi dan penyebaran budaya
g) Pengaruh lingkungan
2.1.2 Aspek Budaya
A. Pengertian Aspek Budaya
Secara bahasa, kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta, yakni
budhi atau buddhayah yang berarti budi atau akal. Pendapat lain
mengatakan bahwa pengertian budaya berasal dari perkembangan kata
budi-daya, yakni berupa cipta, karsa, dan rasa. Menurut Soekanto
Soerjono dalam buku Sosiologi suatu Pengantar, budaya adalah

11
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh sekumpulan
anggota masyarakat.
B. Ciri-Ciri Budaya
Ada beberapa ciri-ciri budaya, di antaranya adalah seperti yang
ditulis dalam buku Komunikasi Efektif : Suatu Pendekatan Lintas
Budaya karya Deddy Mulyana berikut:
1) Budaya bukan sesuatu yang dibawa, tetapi dipelajari.
2) Budaya dapat disampaikan dari individu ke individu,
kelompok ke kelompok dan generasi ke generasi.
3) Budaya berdasarkan simbol.
4) Budaya bersifat dinamis. Artinya, ini dapat terus berubah
sepanjang waktu.
5) Budaya bersifat selektif. Dengan kata lain, budaya
merepresentasikan berbagai pola perilaku pengalaman
manusia yang jumlahnya terbatas.
6) Unsur penyusun budaya saling berkaitan satu sama lain.
7) Etnosentrik (menganggap budaya sendiri sebagai yang terbaik
atau standar untuk menilai budaya lain).
C. Unsur-Unsur Budaya
Kembali mengutip buku Sosiologi suatu Pengantar karya
Soekanto Soerjono unsur budaya yang dianggap sebagai culture
universal, yaitu:
1) Peralatan dan perlengkapan hidup manusia. Misalnya seperti
pakaian perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat
produksi, transportasi dan sebagainya.
2) Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi, seperti
pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan
sebagainya.

12
3) Sistem kemasyarakatan. Di antaranya adalah sistem
kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem
perkawinan.
4) Bahasa, baik lisan maupun tertulis.
5) Kesenian, seperti seni rupa, seni suara, seni gerak, dan
sebagainya.
6) Pengetahuan.
7) Religi atau kepercayaan.
D. Fungsi Budaya
Merujuk buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar karya Elly M.
Setiadi, fungsi budaya dalam kehidupan tiap kelompok masyarakat
atau negara adalah:
a) Sebagai identitas
Budaya merupakan identitas yang menunjukkan peradaban
suatu masyarakat maupun negara. Identitas tersebut dapat
dijadikan sebagai pembeda antara kelompok masyarakat atau
negara satu dengan lainnya. Dengan adanya budaya, sebuah
negara atau kelompok masyarakat menjadi unik atau khas.
b) Pembentuk sikap dan perilaku
Berdasarkan pengertiannya, fungsi budaya dalam hal ini
adalah sebagai sebuah mekanisme yang membuat kendali,
memberikan makna, dan menuntun sekaligus membentuk
sikap dan perilaku dari sekelompok masyarakat.
c) Sebagai komitmen
Budaya bisa menjadi sebuah komitmen dalam sekelompok
masyarakat. Artinya, tiap individu saling bertanggung jawab
untuk mengatasi masalah yang terjadi di dalam kelompok
masyarakat tersebut.
d) Sebagai Media Komunikasi

13
Di dalam budaya terdapat unsur bahasa, baik berupa bahasa
lisan maupun tulisan, yang merupakan sebuah sarana
komunikasi bagi manusia. Itulah alasan mengapa fungsi dari
budaya, yaitu sebagai media komunikasi. Budaya yang terdiri
atas berbagai bentuk juga dapat menjadi media komunikasi
guna menyampaikan pesan atau makna, misalnya seperti
melalui budaya tari, musik maupun lain sebagainya.
e) Contoh Budaya
Berikut beberapa contoh budaya yang ada di Indonesia,
seperti dinukil dari buku Sosio Antropologi Pendidikan:
Suatu Kajian Multikultural oleh Ruminiati:
1) Batik
Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi
dan telah menjadi identitas dari budaya Indonesia
(khususnya Jawa). Batik ini merupakan warisan yang
turun temurun dan telah ada sejak zaman dahulu kala.
2) Upacara Tabuik
Upacara Tabuik atau tabut merupakan sebuah tradisi
masyarakat di Pantai Barat, Sumatra Barat, yang telah
diselenggarakan secara turun menurun. Upacara ini selalu
digelar di hari Asura, tepatnya pada tanggal 10 Muharram
dalam kalender Islam.
3) Atraksi debus
Debus merupakan kesenian bela diri berupa atraksi yang
berbahaya. Inti pertunjukan bela diri ini sangat kental
dengan gerakan silat dan penggunaan senjata. Karena itu,
debus lebih banyak menggunakan dan memfokuskan
pada kekebalan pemainnya terhadap serangan benda
tajam.

14
2.1.3 Aspek Ekonomi
Ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos atau oiku dan nomos
yang berarti peraturan rumah tangga. Dari pengertian tersebut, maka bisa
disimpulkan bahwa pengertian ekonomi adalah segala hal yang
menyangkut hubungan kehidupan di dalam rumah tangga. secara umum
ekonomi bisa diartikan sebagai sebuah bidang kajian yang menyangkut
pengurangan sumber daya material individu, masyarakat, dan negara
sebagai upaya dalam meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.
Ekonomi adalah sebuah bidang kajian tentang pengurusan sumber daya
material individu, masyarakat, dan negara untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup manusia. Karena ekonomi merupakan ilmu tentang
perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang
bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-
pilihan kegiatan produksi, konsumsi dan atau distribusi
A. Jenis Ekonomi
Secara umum, jenis ekonomi terbagi ke dalam empat macam.
berikut jenis-jenis ekonomi.
a) Sistem Ekonomi Tradisional
Sistem ekonomi tradisional adalah suatu sistem ekonomi
yang diterapkan oleh masyarakat tradisional secara turun
temurun. Sistem ekonomi ini mengandalkan alam dan tenaga
kerja.Dengan begitu, pola tradisi yang digunakan dalam sistem
ekonomi ini sebagian besar menyangkut kontrol atas tanah
sebagai sumber utama dan satu-satunya sumber ekonomi.
b) Sistem Ekonomi Liberal atau Kapitalis
Jenis sistem ekonomi selanjutnya adalah liberal atau
kapitalis. Seluruh kegiatan dalam sistem ekonomi ini diserahkan
secara penuh kepada mekanisme pasar. Dengan kata lain,
seluruh kegiatan ekonomi berupa produksi, distribusi, dan
konsumsi sangat bergantung dengan mekanisme pasar.

15
c) Sistem Ekonomi Komando
Sistem ekonomi komando adalah sistem di mana peran
pemerintah sangat berpengaruh dalam mengendalikan
perekonomian. Dengan begitu, sistem ekonomi ini menekankan
kebersamaan dalam menjalankan perekonomian suatu negara.
d) Sistem Ekonomi Campuran
Jenis sistem ekonomi yang terakhir adalah campuran,
yakni sistem ekonominya adalah pasar dan terpuas. Artinya,
pemerintah dan pihak swasta akan saling berinteraksi dalam
memecahkan masalah ekonomi. Dalam sistem ini,
perekonomian akan digerakan berdasarkan rangsangan ekonomi
sosial dan moral.
B. Fungsi Sistem Ekonomi
Secara umum ada empat fungsi sistem ekonomi dalam suatu
negara, yakni sebagai berikut:
a. Sebagai penyedia dorongan untuk berproduksi.
b. Berfungsi dalam mengkoordinasikan kegiatan individu
dalam suatu perekonomian.
c. Sebagai pengatur dalam pembagian hasil produksi di
seluruh anggota masyarakat agar dapat terlaksana seperti
yang diharapkan.
d. Menciptakan mekanisme tertentu agar distribusi barang dan
jasa berjalan dengan baik

16
2.2 Aspek Kehidupan Sosial Ekonomi Dalam Kebidanan
2.2.1 Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Pra Perkawinan dan
Perkawinan
A. Pra Perkawinan
Masa pra perkawinan adalah masa pasangan untuk
mempersiapkan diri ke jenjang perkawinan Pelayanan kebidanan
diawali dengan pemeliharaan kesehatan para calon ibu. Remaja wanita
yang akan memasuki jenjang perkawinan perlu dijaga kondisi
kesehatannya. Kepada para remaja di beri pengertian tentang hubungan
seksual yang sehat, kesiapan mental dalam menghadapi kehamilan dan
pengetahuan tentang proses kehamilan dan persalinan, pemeliharaan
kesehatan dalam masa pra dan pasca kehamilan.
Promosi kesehatan pada masa pra kehamilan disampaikan kepada
kelompok remaja wanita atau pada wanita yang akan menikah.
Penyampaian nasehat tentang kesehatan pada masa pranikah ini
disesuaikan dengan tingkat intelektual para calon ibu dan keadaan
sosial budaya masyarakat. Nasehat yang di berikan menggunakan
bahasa yang mudah di mengerti karena informasi yang di berikan
bersifat pribadi dan sensitif. Remaja yang tumbuh kembang secara
biologis diikuti oleh perkembangan psikologis dan sosialnya. Alam dan
pikiran remaja perlu diketahui. Remaja yang berjiwa muda memiliki
sifat menantang, sesuatu yang dianggap kaku dan kolot serta ingin akan
kebebasan dapat menimbulkan konflik di dalam diri mereka.
Pendekatan keremajaan di dalam membina kesehatan diperlukan.
Penyampaian pesan kesehatan dilakukan melalui bahasa remaja dengan
memperhatikan aspek sosial budaya setempat.

17
Pemeriksaan kesehatan bagi remaja yang akan menikah
dianjurkan. Tujuan dari pemeriksaan tersebut adalah untuk mengetahui
secara dini tentang kondisi kesehatan para remaja. Bila ditemukan
penyakit atau kelainan di dalam diri remaja, maka tindakan pengobatan
dapat segera dilakukan. Bila penyakit atau kelainan tersebut tidak
diatasi maka diupayakan agar remaja tersebut berupaya untuk menjaga
agar masalahnya tidak bertambah berat atau menular kepada
pasangannya. Misalnya remaja yang menderita penyakit jantung, bila
hamil secara teratur harus memeriksakan kesehatannya kepada dokter.
Remaja yang menderita AIDS harus menjaga pasanganya agar tidak
terkena virus HIV. Caranya adalah agar menggunakan kondom saat
besrsenggama, bila menikah. Upaya pemeliharaan kesehatan bagi para
calon ibu ini dapat dilakukan melalui kelompok atau kumpulan para
remaja seperti karang taruna, pramuka, organisaai wanita remaja dan
sebagainya.
Promosi kesehatan pranikah merupakan suatu proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya yang ditujukan pada masyarakat
reproduktif pranikah. Bidan juga berperan dalam mencegah
perkawinan dini pada pasangan pra nikah yang masih menjadi masalah
penting dalam kesehatan reproduksi perempuan di Indonesia. Data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) mencatat, anak perempuan yang
menikah pertama kali pad a usia sangat muda, 10-14 tahun, cukup
tinggi, jumlahnya 4,8 persen dari jumlah perempuan usia 10-59 tahun.
Sedangkan yang menikah dalam rentang usia 16-19 tahun berjumlah
41,9 persen. Dengan demikian, hampir 50 persen perempuan
Indonesia menikah pertama kali pada usia di bawah 20 tahun. Provinsi
dengan persentase perkawinan dini tertinggi adalah Kalimantan
Selatan (9 persen), Jawa Barat (7,5 persen), serta Kalimantan Timur
dan Kalimantan Tengah masing-masing 7 persen. Hal ini sangat

18
berhubungan dengan sosial budaya pada daerah tersebut yang
mendukung perkawinan dini.
Usia perkawinan dini yang cukup tinggi pada perempuan
mengindikasikan rentannya posisi perempuan di masyarakat.
Koordinator Kartini Network Nursyahbani Katjasungkana menyebut
dalam berbagai kesempatan, pernikahan dini menunjukkan posisi
perempuan yang lebih lemah secara ekonomi maupun budaya. Secara
budaya, perempuan disosialisasikan segera menikah sebagai tujuan
hidupnya. Akibatnya, perempuan memiliki pilihan lebih terbatas untuk
mengembangkan diri sebagai individu utuh. Selain itu, segera
menikahkan anak perempuan artinya keluarga akan mendapat mas
kawin yang berharga di masyarakat setempat, seperti hewan ternak.
Data Riskesdas memperlihatkan, perkawinan sangat muda (10-14
tahun) banyak terjadi pada perempuan di pedesaan, berpendidikan
rendah, berstatus ekonomi termiskin, serta berasal dari kelompok
buruh, petani, dan nelayan.
Sedangkan bagi perempuan, menikah artinya harus siap hamil
pada usia sangat muda. Bila disertai kekurangan energi dan protein,
akan menimbulkan masalah kesehatan yang dapat berakibat kematian
bagi ibu saat melahirkan dan juga bayinya. Dan resiko hamil muda
sangat tinggi.
B. Perkawinan
Pekawinan bukan hanya sekedar hubungan antara suami dan istri.
Perkawinan memberikan buah untuk menghasilkan turunan. Bayi yang
dilahirkan juga adalah bayi yang sehat dan direncanakan. Kegiatan
pembinaan yang dilakukan oleh bidan sendiri antara lain
mempromosikan kesehatan agar peran serta ibu dalam upaya kesehatan
ibu, anak dan keluarga meningkat. Pelayanan kesehatan ibu dan anak
yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, keluarga

19
berencana, kesehatan reproduksi, pemeriksaan bayi, anak balita dan
anak prasekolah sehat.
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak tersebut
diyakini memerlukan pengetahuan aspek sosial budaya dalam
penerapannya kemudian melakukan pendekatan-pendekatan untuk
melakukan perubahan-perubahan terhadap kebiasaan-kebiasaan yang
tidak mendukung peningkatan kesehatan ibu dan anak. Misalnya pola
makan, pacta dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia
dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap
daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu
hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan,
tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu. Misalnya di
Jawa Tengah adanya anggapan bahwa ibu hamil pantang makan telur
karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena
akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara di salah satu
daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan
sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya
kecil dan mudah dilahirkan. Sikap seperti ini akan berakibat buruk bagi
ibu hamil karena akan membuat ibu dan anak kurang gizi.
2.2.2 Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kehamilan
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika
persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan
janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care) adalah
penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.
Fakta di berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak
ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan
kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke
bidan ataupun dokter. Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari
pentingnya pemeriksaan kehamilan ke bidan menyebabkan tidak

20
terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh
mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali
karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu
kematian.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan
dan kurangnya informasi. Selain dari kurangnya pengetahuan akan
pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-permasalahan pada
kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia
muda yang masih banyak dijumpai di daerah pedesaan. Disamping itu,
dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya
pada beberapa suku, yang menyebabkan istri mengalami kehamilan yang
berturut-turut dalam jangka waktu yang relatif pendek, menyebabkan ibu
mempunyai resiko tinggi saat melahirkan.Contohnya di kalangan
masyarakat pada suku bangsa nuaulu (Maluku) terdapat suatu tradisi
upacara kehamilan yang dianggap sebagai suatu peristiwa biasa, khususnya
masa kehamilan seorang perempuan pada bulan pertama hingga bulan
kedelapan.
Namun pada usia saat kandungan telah mencapai Sembilan bulan,
barulah mereka akan mengadakan suatu upacara. Masyarakat nuaulu
mempunyai anggapan bahwa pada saat usia kandungan seorang perempuan
telah mencapai Sembilan bulan, maka pada diri perempuan yang
bersangkutan banyak diliputi oleh pengaruh roh-roh jahat yang dapat
menimbulkan berbagai bahaya gaib. Dan tidak hanya dirinya sendiri juga
anak yang dikandungannya, melainkan orang lain disekitarnya, khususnya
kaum laki-laki. Untuk menghindari pengaruh roh-roh jahat tersebut, si
perempuan hamil perlu diasingkan dengan menempatkannya di posuno.
Masyarakat nuaulu juga beranggapan bahwa pada kehidupan seorang anak
manusia itu baru tercipta atau baru dimulai sejak dalam kandungan yang
telah berusia 9 bulan. Jadi dalam hal ini ( masa kehamilan 1-8 bulan ) oleh

21
mereka bukan dianggap merupakan suatu proses dimulainya bentuk
kehidupan.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan
adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-
kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan.
Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi
dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya
sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif
terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang
gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan.
Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan
telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging
karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara di salah
satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan
sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil
dan mudah dilahirkan. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan
ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI
menjadi asin. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi
yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya
tahan dan kesehatan si bayi.
2.2.3 Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kelahiran, Nifas dan
Bayi Baru Lahir
Berdasarkan survei rumah tangga (SKRT) pada tahun 1986, angka
kematian ibu maternal berkisar 450 per 100.000 kelahiran hidup atau lebih
dari 20.000 kematian pertahunnya. Angka kematian ibu merupakan salah
satu indikator kesehatan ibu yang meliputi ibu dalam masa kehamilan,
persalinan, dan nifas. Angka tersebut dikatakan tinggi bila dibandingkan
dengan negara-negara ASEAN. Dari hasil penelitian di 12 rumah sakit,
dikatakan bahwa kehamilan merupakan penyebab utama kematian ibu
maternal, yaitu sebesar 94,4% dengan penyebabnya, yaitu pendarahan,

22
infeksi, dan toxaemia (*)%). Selain menimbulkan kematian, ada penyebab
lain yang dapat menambah resiko terjadinya kematian yaitu Anemia gizi
pada ibu hamil, dengan Hb kurang dari 11gr%.
Angka kematian balita masih didapatkan sebesar 10,6 per 1000 anak
balita. Seperti halnya dengan bayi sekitar 31% penyebab kematian balita
adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu infeksi saluran
pernafasan, polio, dan lain-lain.Masih tingginya angka kematian ibu dan
anak di Indonesia berkaitan erat dengan faktor sosial budaya masyarakat,
seperti tingkat pendidikan penduduk, khususnya wanita dewasa yang
masih rendah, keadaan sosial ekonomi yang belum memadai, tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan petugas
kesehatan yang masih rendah dan jauhnya lokasi tempat pelayanan
kesehatan dari rumah-rumah penduduk kebiasaan-kebiasaan dan adat
istiadat dan perilaku masyarakat yang kurang menunjang dan lain
sebagainya.
Tingkat pendidikan terutama pada wanita dewasa yang masih rendah,
mempunyai pengaruh besar terhadap masih tingginya angka kematian bayi.
Berdasarkan survei rumah tangganya (SKRT) pada tahun 1985, tingkat
buta huruf pada wanita dewasa adalah sebesar 25,7%. Rendahnya tingkat
pendidikan dan buta huruf pada wanita menyebabkan ibu-ibu tidak
mengetahui tentang perawatan semasa hamil, kelahiran, perawatan bayi
dan semasa nifas, tidak mengetahui kapan ia harus datang ke pelayanan
kesehatan, kontrol ulang, dan sebagainya.
Kebiasaan-kebiasaan adat istiadat dan perilaku masyarakat sering kali
merupakan penghalang atau penghambat terciptanya pola hidup sehat di
masyarakat. Perilaku, kebiasaan, dan adat istiadat yang merugikan seperti
misalnya:
a. Ibu hamil dilarang tidur siang karena takut bayinya besar dan akan
sulit melahirkan,

23
b. Ibu menyusui dilarang makan makanan yang asin, misalnya: ikan
asin, telur asin karena bisa membuat ASI jadi asin
c. Ibu habis melahirkan dilarang tidur siang,
d. Bayi berusia 1 minggu sudah boleh diberikan nasi atau pisang agar
mekoniumnya cepat keluar,
e. Ibu post partum harus tidur dengan posisi duduk atau setengah
duduk karena takut darah kotor naik ke mata,
f. Ibu yang mengalami kesulitan dalam melahirkan, rambutnya
harus diuraikan dan persalinan yang dilakukan di lantai,
diharapkan ibu dapat dengan mudah melahirkan.
g. Bayi baru lahir yang sedang tidur harus ditemani dengan benda-
benda tajam.
Tingkat kepercayaan masyarakat kepada petugas kesehatan,
dibeberapa wilayah masih rendah. Mereka masih percaya kepada dukun
karena kharismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga ia
lebih senang berobat dan meminta tolong kepada ibu dukun. Di daerah
pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk
menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Data Survei
Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992 rnenunjukkan bahwa 65%
persalinan ditolong oleh dukun beranak. Beberapa penelitian yang pernah
dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek
persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu. Penelitian
Iskandar dkk (1996) menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang
membawa resiko infeksi seperti "ngolesi" (membasahi vagina dengan
minyak kelapa untuk memperlancar persalinan), "kodok" (memasukkan
tangan ke dalam vagina dan uterus untuk rnengeluarkan placenta) atau
"nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandardan kaki
diluruskan ke depan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan
perdarahan dan pembengkakan).

24
Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih
diberlakukan juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun
anjuraan ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik
misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk
memperbanyak produksi ASI; ada pula makanan tertentu yang dilarang
karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional,
ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk
mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya mengurut
perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula;
memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam vagina dengan
maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses
persalinan atau memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh
(Iskandar et al., 1996).
Ini adalah sedikit gambaran tentang aspek sosial budaya masyarakat
yang berkaitan dengan persalinan dan pasca persalinan, yang tentunya
masih banyak terdapat aspek sosial budaya yang mempengaruhi persalinan
dan pasca persalinan sesuai dengan keanekaragaman masyarakat di
Indonesia.
2.2.4 Pendekatan Melalui Budaya dan Kegiatan Kebudayaan Kaitannya
dengan Peran Seorang Bidan
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat
dengan masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam
meningkatkan status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan
anak di wilayah kerjanya. Seorang bidan harus mampu menggerakkan
peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil,
ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang
bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas,
peran serta tanggung jawabnya. Dalam rangka peningkatan kualitas dan
mutu pelayanan kebidanan diperlukan pendekatan-pendekatan khususnya
sosial budaya, untuk itu sebagai tenaga kesehatan khususnya calon bidan

25
agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk
meningkatkan peran aktif masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya
kesehatan. Menurut Departemen Kesehatan RI, fungsi bidan di wilayah
kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-
rumah, mengenai persalinan, pelayanan keluarga berencana, dan
pengayoman medis kontrasepsi.
2. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan, dengan melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai
dengan permasalahan kesehatan setempat.
3. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta
dukun bayi.
4. Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan.
5. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral, dan lembaga
swadaya masyarakat.
6. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke fasilitas
kesehatan lainnya.
7. Mendeteksi dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian
kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit lain dan berusaha
mengatasi sesuai dengan kemampuannya.
Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu
diperhatikan oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan
dengan aspek sosial-budaya, telah diuraikan dalam peraturan Menteri
Kesehatan No. 363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu: Mengenai wilayah, struktur
kemasyarakatan dan komposisi penduduk, serta sistem pemerintahan desa
dengan cara:
a. Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang
telah ada pembagian wilayah pendukuhan/ RK dan pembagian
wilayah RT serta mencari keterangan tentang penduduk dari
masing-masing RT.

26
b. Mengenali struktur kemasyarakatan seperti LKMD, PKK, LSM,
karang taruna, tokoh masyarakat, kelompok pengajian, kelompok
arisan, dan lain-lain.
c. Mempelajari data penduduk yang meliputi:
1) Jenis kelamin
2) Umur
3) Mata pencaharian
4) Pendidikan
5) Agama
6) Mempelajari peta desa
7) Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk menurut jenis
kelamin dan golongan.
Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara efektif,
bidan harus mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat.
Salah satu kunci keberhasilan hubungan yang efektif adalah komunikasi.
Kegiatan bidan yang pertama kali harus dilakukan bila datang ke suatu
wilayah adalah mempelajari bahasa yang digunakan oleh masyarakat
setempat. Kemudian seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya
masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur
pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma
dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
wilayah tersebut.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi melalui
pendekatan social dan budaya yang akurat. Manusia sebagai mahluk
ciptaan Tuhan yang di anugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara
naluriah memerlukan prantara budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik
secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan
apresiatif. Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan
terhadap kesenian atau kebudayaan seolah kita memasuki suatu alam rasa
yang kasat mata. Maka itu dalam mengadakan pendekatan terhadap

27
kesenian kita tidak cukup hanya bersimpati terhadap kesenian itu, tetapi
lebih dari itu yaitu secara empati. Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan
tradisional setempat bidan dapat berperan aktif untuk melakukan promosi
kesehatan kepada masyaratkat dengan melakukan penyuluhan kesehatan di
sela-sela acara kesenian atau kebudayaan tradisional tersebut. Misalnya
dengan Kesenian wayang kulit melalui pertunjukan ini diselipkan pesan-
pesan kesehatan yang ditampilkan di awal pertunjukan dan pada akhir
pertunjukan.
Contoh-contoh Aspek Soisal Budaya Yang Berkaitan Dengan
Praperkawinan, Perkawinan, Kehamilan, Persalinan, Nifas Dan Bayi
Baru Lahir (BBL)
a. Adanya tahap ta’aruf sebelum menikah
b. Melakukan pacaran setelah pernikahan
c. Sebelum hari pernikahan mempelai wanita di culik terlebih dahulu
oleh calon prianya
d. Sebelum pernikahan para calon pengantin tidak boleh pergi
kemana-mana
e. Mas kawin atau srah-srahan dalam pernikahan seorang laki-laki
harus banyak, karena untuk menunjukan bahwa dia mampu
menghidupi sang istri,
f. Pada saat hamil ketika keluar malam harus membawa gunting atau
pisau kecil, agar tidak di ganggu oleh makhluk halus
g. Ada kepercayaan kalau pada saat hamil perutnya bulat, berati bayi
perempuan
h. Minum jamu pada saat hamil, akan membuwat ibu dan bayinya
sehat
i. Pada saat hamil tidak boleh menyakui telor, di percaya pada saat
persalinan akan sulit atau di kenal istilah “bebelen”
j. Wanita hamil tidak boleh makan buah nanas dan duren, karen bisa
menyebabkan keguguran

28
k. Saat hamil tidak boleh membicarakan orang lain tentang
kejelekannya karna dapat berbalik pada anak yang di kandungnya
Contoh yang harus di lakukan pemerintah sebagai penunjang:
a. Membangun sarana kesehatan di setiap desa, seperti puskesmas,
polindes, atau poliklinik
b. Menyediakan tenaga kesehatan yang berkompeten dan memadai
c. Fasilitas yang ada dalam sarana kesehatan harus memadai dan
lengkap
d. Lebih sering di adakan penyuluhan tentang kesehatan kepada
masyarakat
e. Menyediakan pelayanan kesehatan untuk orang yang tidak mampu
seperti
f. jamkes mas, jampersal, dll.
2.3 Perkembangan dan Masalah Masyarakat Pedesaan
Desa menurut UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Sutardjo Kartodikusuma mengemukakan desa adalah suatu kesatuan
hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri. Ciri
utama yang melekat pada desa adalah sebagai tempat tinggal dan menetap suatu
kelompok masyarakat dalam skala yang kecil (Asriyanti-Mutmainnah, 2017: 38).
Pengertian masyarakat pedesaan menurut para ahli sbb:
a. Sutardjo Kartodikusuma
“Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu
masyarakat pemerintahan tersendiri.”

29
b. Bintaro
“Desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, politik dan
kultur yang terdapt di tempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan
pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.”
c. Paul H. Landis
Desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri-ciri sbb:
1) Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan
jiwa.
2) Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap
kebiasaan.
3) Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat
dipengaruhi alam seperti: iklim, keadaan alam, sedangkan pekerjaan
yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
Max Weber menjelaskan pengertian masyarakat sebagai suatu struktur atau aksi
yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada
warganya. Ciri ciri masyarakat desa adalah sebagai berikut :
1. Sistem kehidupan kelompok berdasarkan sistem kekeluargaan
2. Sistem pengendali sosial sangat kuat sehingga perkembangan jiwa individu
sangat sukar di kembangkan
3. Rasa persaudaraan yang sangat kuat antara masyarakat
4. Solidaritas sosial yang tinggi
5. Memegang tradisi, leluhur
6. Jenis pekerjaan yang homogen
7. Masyarakat yang relatif kecil
8. Kepadatan penduduk rendah
9. Lingkungan fisik, biologis dan budaya terjaga, harmonis
10. Diferensiasi sosial yang rendah
11. Stratifikasi (kelas) sosial relatif sedikit
12. Mobilitas sosial rendah

30
Dalam kamus sosiologi kata tradisional berasal dari bahasa inggris yaitu
“tradition” yang artinya adat istiadat atau kepercayaan yang turun temurun
dipelihara. Pengertian desa itu sendiri mengandung kompleksitas yang saling
berkaitan satu sama lain diantara unsur-unsurnya, yang sebenarnya desa masih
dianggap sebagai standar dan pemelihara sistem kehidupan bermasyarakat dan
kebudayaan asli seperti tolong menolong, keguyuban, persaudaraan, gotong royong,
kepribadian dalam berpakaian, adat istiadat, kesenian kehidupan moral susila dan
lain-lain yang mempunyai ciri khas jelas. Ciri-ciri masyarakat desa (karakteristik).
Ciri-ciri masyarakat desa menurut beberapa ahli:
1. Menurut Talcott Person
a. Afektivitas
Ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan
kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong
menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita orang
lain dan menolongnya tanpa pamrih.
b. Orientasi kolektif
Sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka
mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka
akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus
memperlihatkan keseragaman persamaan.
c. Partikularisme
Pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan
keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan
subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku
untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme).
d. Askripsi
Yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh
berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu
keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawannya
prestasi).

31
e. Kekaburan (diffuseness)
Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa
ketegasan yang dinyatakan eksplisit (tidak to the point). Masyarakat
desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu.
Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-
desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.
2. Menurut Paul H Landis
a. Umumnya mereka curiga terhadap orang luar yang masuk
b. Para orang tua umumnya otoriter terhadap anaknya
c. Cara berfikir dan sikapnya konservatif dan statis
d. Mereka amat toleran terhadap nilai budaya sendiri sehingga kurang
toleran budaya lain
e. Adanya sikap pasrah menerima nasib dan kurang kompetitif
f. Memiliki sikap udik dan isolatifi serta kurang komunikatif dengan
kelompok social diatasnya
3. Menurut Soerjono Soekanto
a. Kehidupan masyarakat sangat erat dengan alam
b. Kehidupan petani sangat bergantung pada musim
c. Desa merupakan kesatuan sosial dan kesatuan kerja
d. Stuktur perekonomian bersifat agraris
e. Hubungan antar anggota masyarakat desa berdasarkan ikatan keluarga
f. Perkembangan sosial relatif lambat
g. Kontrol sosial ditentukan oleh moral dan hukum informal
h. Norma agama dan adat istiadat masih kuat
Masyarakat pedesaan di Indonesia bersifat homogen, seperti dalam hal mata
pencaharian, agama, adat istiadat, dan sebagainya. Selain itu, kehidupan
masyarakat pedesaan di Indonesia identik dengan dengan istilah gotong-royong
yang merupakan kerja sama untuk mencapai kepentingan-kepentingan bersama.
Pada aspek sosial, desa seringkali dideskripsikan sebagai suatu tempat dengan
tingkat pendidikan yang rendah. Sarana dan prasarana pendidikan di desa juga

32
banyak keterbatasan. Bahkan akses menuju sekolah terkadang sangat sulit. Selain
pendidikan, yang dapat dideskripsikan mengenai desa adalah sektor kesehatan.
Masih banyak sekali desa dengan fasilitas kesehatan seperti Puskesmas dan praktek
dokter yang sangat sedikit. Kondisi ini dengan mudah menunjukkan bahwa tingkat
kesehatan di banyak desa juga sangat rendah (Erani-Rukavina, 2016: 7) Pada aspek
ekonomi desa digambarkan dengan :
a. Keterbatasan infrastruktur ekonomi
b. Minimnya kesempatan kerja, terutama sekali disektor non pertanian
c. Jarak yang jauh dari pasar d. Ketiadaan SDA atau kelebihan SDA.Pada
poin ini, Ada desa yang sama sekali tidak memiliki SDA sehingga
menjadikan masyarakatnya miskin. Tetapi adapula desa dengan SDA yang
melimpah tetapi masyarakatnya tergolong masyarakat miskin (Erani
Rukavina, 2016: 9).
Tiga hal yang dapat dilakukan untuk perkembangan masyarakat desa:
1. Memberi kesempatan dan ruang yang sama kepada setiap individu apapun
etniknya untuk mendapat pekerjaan, baik swasta, pemerintah, pertanian
dan industri.
2. Memberikan kebutuhan dasar yang sama (pendidikan, kesehatan dan akses
ekonomi) kepada para pelaku ekonomi.
3. Menjadikan nilai-nilai lokal sebagai dasar dalam strategi pembangunan
desa (Erani Rukavina, 2016: 11).
Tantangan dan masalah dalam Membangun Desa sebagai berikut
1. Rendahnya SDM masyarakat desa.
2. Adanya politik kepentingan “penguasa” desa.
3. Apatisme masyarakat terhadap program-program pemerintah (Bintoro,
2016: 243).

33
2.4 Perkembangan dan Masalah Masyarakat Perkotaan
Dalam bahasa inggris masyarakat disebut “society”, sedangkan dalam bahasa
latin yaitu “socius” yang berarti teman atau kawan. Sedangkan kata masyarakat
dalam bahasa arab yaitu “syirk” yang berarti bergaul, selain itu ada pula yang
berpendapat bahwa “masyarakat berasal dari kata bahasa arab yang lain yaitu
“syakara” yang berarti turut serta. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia
yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma adat yang sama-sama diataati
dalam lingkungannya. Adapun syarat suatu kelompok disebut sebagai sebuah
masyarakat adalah:
1. Beranggotakan minimal 2 orang.
2. Anggotanya sadar sebagai suatu satu kesatuan.
3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan
manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan
hubungan antara anggota masyarakat.
4. Menjadi system hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta
keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.
Pengertian masyarakat perkotaan menurut para ahli sbb :
a. Wirth
“Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen,
dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.”
b. Max Weber,
“Kota menurutnya, apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi
sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal.”
c. Dwigth Sanderson
“Kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih.”
Dari beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri-
ciri mendasar yang sama. Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah
atau lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur
pemerintahan. Ciri-ciri masyarakat kota (karakteristik)

34
1) Heterogenitas sosial
Kota merupakan metting pot bagi aneka suku maupun ras, sehingga
masing-masing kelompok berusaha di atas kelompok lain. Maka dari
itu sering terjadi usaha untuk memperkuat kelompoknya untuk
melebihi kelompok yang lain.
2) Hubungan sekunder
Dalam masyarakat kota pergaulan dengan sesama anggota (orang
lain)
3) Toleransi social
Masyarakat kota tidak memperdulikan tingkah laku sesamanya dan
pribadi sebab masing-masing anggota mempunyai kesibukan sendiri.
Sehingga kontrol sosial pada masyarakat kota dapat di katakana
lemah sekali dan non pribadi.
4) Kontrol sekunder
Anggota masyarakat kota secara fisik tinggal berdekatan, tetapi
secara pribadi atau sosial berjauhan. Dimana bila ada anggota
masyarakat yang susah, senang, jahad, dan lain sebagainya, anggota
masyarakat yang lain tidak mau mengerti.
5) Mobilitas sosial
Di kota sangat mudah sekali terjadi perubahan maupun perpindahan
status, tugas maupun tempat tinggal.
6) Individual
Akhibat hubungan sekunder, maupun kontrol sekunder, maka
kehidupan masyarakat di kota menjadi individual. Apakah yang
mereka inginkan dan rasakan, harus mereka rencana dan laksanakan
sendiri. Bantuan dan kerja sama dari anggota masyarakat yang
lainsulit untuk di harapkan.

35
7) Ikatan suka rela
Walaupun hubungan sosial bersifat sekunder, tetapi dalam organisasi
tertentu yang mereka sukar. (kesenian, olahraga, politik) secara
sukarela ia menggabungkan diri menggabungkan dan berkorban.
8) Segregasi kekurangan
Akibat dari integritas sosial dan kompetisi ruang terjadi pola sosial,
ras, dan kompetisi ruang, terjadi pola sosial yang berdasarkan pada
sosial ekonomi, ras, agama, suku bangsa dan sebagainya. Maka dari
itu akhirnya terjadi pemisahan temat tinggal dalam kelompok-
kelompok tertentu.
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu:
a. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan
kehidupan keagamaan di desa. Masyarakat kota hanya melakukan
kegiatan keagamaan hanya bertempat di rumah peribadatan seperti di
masjid, gereja, dan lainnya.
b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa
bergantung pada orang lain.
c. Di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan,
karena perbedaan politik dan agama dan sebagainya.
d. Jalan pikiran rasional yang dianut oleh masyarkat
perkotaanInteraksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada
faktor kepentingan pribadi dari pada kepentingan umum.
Hal tersebutlah yang membedakan antara karakteristik masyarakat perkotaan
dan pedesaan, oleh karena itu banyak orang dari perkotaan yang pindah
kepedesaan untuk mencari ketenangan,sedangkan sebaliknya masyarakt pedesaan
pergi dari desa untuk ke kota mencari kehidupan dan pekerjaan yang layak untuk
kesejahteraan mereka.

36
2.5 Perbedaan Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan
Pada mulanya masyarakat kota sebelumnya adalah masyarakat pedesaan dan
pada akhirnya masyarakat pedesaan tersebut terbawa sifat-sifat masyarakat
perkotaan dan melupakan kebiasaan sebagai masyarakat pedesaan.
Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat kota adalah bagaimana cara
mereka mengambil sikap dan kebiasaan dalam memecahkan suatu permasalahan.
Karakteristik umum masyarakat pedesaan yaitu masyarakat masyarakat desa selalu
memiliki ciri-ciri dalam hidup bermasyarkat, yang biasa nampak dalam perilaku
keseharian mereka. Namun dengan adanya perubahan sosial dan kebudayaan serta
teknologi dan informasi, sebagian karakteristik tersebut sudah tidak berlaku.
Berikut ini ciri-ciri karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika
dan budaya mereka yang bersifat umum.
• Sederhana
• Mudah curiga
• Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku didaerahnya
• Mempunyai sifat kekeluargaan
• Lugas atau berbicara apa adanya
• Tertutup dalam hal keuangan mereka
• Perasaan tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota
• Menghargai orang lain
• Demokratis dan religious
• Jika berjanji, akan selalu diingat
Sedangkan cara beradaptasi mereka sangat sederhana, dengan menjunjung
tinggi sikap kekeluargaan dan gotong royong antara sesama, serta yang paling
menarik adalah sikap sopan santun yang kerap digunakan masyarakat pedesaan.
Berbeda dengan karakteristik masyarakat perkotaan, masyarakat pedesaan lebih
mengutamakan kenyamanan bersama dibanding kenyamanan pribadi atau
individu. Masyarakat perkotaan sering disebut sebagai urban community.

37
A. Pengaruh Desa pada Perkotaan
Dampak Interaksi bagi Kota. Urbanisasi merupakan salah satu bentuk
dari interaksi desa-kota. Menurut Hope Tisdale Eldrige (1956), pengertian
urbanisasi adalah proses perpindahan penduduk ke kota atau daerah
permukiman padat. Istilah urbanisasi juga digunakan untuk mendeskripsikan
perubahan kelompok sosial yang terjadi sebagai akibat konsentrasi manusia.
Urbanisasi dapat juga berarti proses perubahan daerah desa menjadi daerah
kota. Pengertian urbanisasi tersebut menunjukkan bahwa penduduk desa lebih
mengenal kota. Banyak penduduk desa meninggalkan daerahnya dan pindah ke
kota terdekat. Sebagian dari mereka bekerja di kota, tetapi bertempat tinggal di
desa.
Dampak positif bagi kota akibat adanya interaksi desa dan kota sebagai
berikut.
1) Tercukupinya kebutuhan bahan pangan bagi penduduk perkotaan
yang sebagian besar berasal dari daerah perdesaan , seperti sayuran,
buah-buahan, beras, dan lain sebagainya.
2) Jumlah tenaga kerja di perkotaan melimpah karena banyaknya
penduduk dari desa yang pergi ke kota.
3) Produk-produk yang dihasilkan di daerah perkotaan dapat dipasarkan
sampai ke pelosok desa sehingga keuntungan yang diperoleh lebih
besar.
Sedangkan dampak negatif bagi kota akibat adanya interaksi desa dan
kota sebagai berikut
1) Jumlah penduduk desa yang pergi ke kota tanpa keahlian
menimbulkan permasalahan bagi daerah perkotaan, yaitu semakin
meningkatnya jumlah pengangguran dan penduduk miskin.
2) Penduduk dengan pendapatan rendah kesulitan mencukupi
kebutuhan hidupnya seperti sandang, pangan, papan, kesehatan,
pendidikan, hiburan, dan lain sebagainya.

38
3) Nilai lahan di perkotaan yang mahal, memaksa warga
menggunakan lahan atau tempat yang tidak layak untuk
permukiman, misalnya di bantaran sungai, pinggiran rel kereta api,
kuburan, dan kolong jembatan. Umumnya permukiman yang
terbentuk adalah permukiman kumuh. Menurut para geograf,
wilayah perkampungan kumuh memiliki empat ciri khas, yaitu
tidak tersedia air bersih untuk minum, tidak ada saluran
pembuangan air, penumpukan sampah dan kotoran, serta akses ke
luar perkampungan yang sulit.
4) Terjadi degradasi kualitas lingkungan. Peningkatan jumlah
penduduk kota yang pesat mendorong pembangunan rumah-rumah
di wilayah kota. Pertumbuhan permukiman yang cepat di perkotaan
berpengaruh terhadap penurunan atau degradasi kualitas
lingkungan.
B. Pengaruh Kota pada Pedesaan
Dampak Interaksi bagi Desa. Interaksi antara dua atau lebih daerah yang
berbeda akan berpengaruh pada masing-masing wilayah sehingga akan memicu
terjadinya perubahan. Seberapa besar perubahan yang terjadi tergantung dari
jarak, jumlah penduduk, dan berbagai factor pendukung lainnya seperti sarana
transportasi, komunikasi, listrik, dan lain sebagainya.
Dampak positif bagi desa akibat adanya interaksi desa dan kota sebagai
berikut.
1. Pengetahuan penduduk desa menjadi meningkat karena banyak
sekolah dibangun di desa. Demikian pula informasi perkembangan
dunia dan ilmu pengetahuan yang diterima penduduk kota dengan
mudah menyebar ke desa. Misalnya, pengetahuan tentang bibit
unggul, pengawetan kesuburan tanah, dan pengolahan hasil panen.
2. Jumlah guru dan sekolah yang banyak terdapat di desa memungkinkan
menjadi penggerak kemajuan penduduk desa melalui pendidikan.
Angka buta huruf penduduk desa semakin berkurang.

39
3. Perluasan jalur jalan desa-kota dan peningkatan jumlah kendaraan
bermotor telah menjangkau daerah perdesaan sehingga hubungan
desa-kota semakin terbuka. Hasil panen dari desa menjadi mudah
diangkut ke kota. Kelangkaan bahan pangan di kota dapat dihindari
karena suplai bahan pangan mudah dilakukan.
4. Produktivitas desa makin meningkat dengan hadirnya teknologi tepat
guna. Kehadiran teknologi tepat guna akan meningkatkan
kesejahteraan penduduk desa.
5. Pelestarian lingkungan hidup perdesaan , seperti pencegahan erosi dan
banjir, penyediaan air bersih, serta pengaturan pengairan dapat
dilakukan dengan hadirnya para ahli dari berbagai disiplin ilmu.
6. Peningkatan kegiatan wiraswasta yang menghasilkan produk
berkualitas, seperti kerajinan tangan, industri rumah tangga, teknik
perhubungan dan perbengkelan, serta peternakan dapat dilakukan
karena pemerintah turun tangan.
7. Pengetahuan tentang kependudukan bisa sampai ke masyarakat desa
yang umumnya memiliki banyak anggota keluarga. Kesadaran
memiliki keluarga kecil telah diterima oleh masyarakat desa.
8. Koperasi dan organisasi sosial yang berkembang di perdesaan telah
memberi manfaat dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dan
pembangunan desa.
Sedangkan dampak negatif bagi desa akibat adanya interaksi desa dan kota
sebagai berikut.
1. Modernisasi kota telah melunturkan orientasi pertanian yang menjadi
pokok kehidupan mereka. Misalnya, budaya kontes kecantikan,
peragaan busana, dan foto model.
2. Siaran televisi yang dapat ditangkap di pelosok desa dapat
meningkatkan konsumerisme dan kriminalitas. Penduduk desa dengan
mudah meniru iklan dan tindak kejahatan dalam film atau sinetron
yang ditayangkan televisi.

40
3. Pengurangan tenaga produktif bidang pertanian di desa, karena banyak
tenaga muda yang lebih tertarik bekerja di kota. Mereka beranggapan
di kota banyak kesempatan kerja dengan upah yang tinggi. Akibatnya,
di desa hanya tinggal orang tua dan anak-anak yang tidak produktif.
4. Perubahan tata guna lahan di perdesaan akibat perluasan wilayah kota
dan banyak orang kota membeli lahan di wilayah perbatasan desa-
kota. Tindakan orang kota ini menyebabkan lahan di perbatasan desa-
kota berubah menjadi permukiman atau bangunan lain.
5. Tata cara dan kebiasaan yang menjadi budaya kota masuk ke pelosok
desa dan cenderung mengubah budaya desa. Banyak kebudayaan kota
yang tidak sesuai dengan kebudayaan atau tradisi desa, sehingga sering
menimbulkan masalah dalam kehidupan masyarakat desa.
6. Ketersediaan bahan pangan yang berkurang, peningkatan
pengangguran, dan pencemaran lingkungan menjadi masalah penting
akibat interaksi desa-kota.
2.6 Solusi dan Pemecahan Masalah
Dari perkembangan masalah-masalah di masyarakat pedesaan dan perkotaan
dengan berbagai aspek kehidupan social, budaya, dan ekonomi bisa didapat
beberapa solusi dalam pemecahan masalah pada pelayanan kebidanan.
Pendekatan Melalui Budaya dan Kegiatan Kebudayaan Kaitannya dengan
Peran Seorang Bidan Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang
terdekat dengan masyarakat. mempunyai peran yang sangat menentukan dalam
meningkatkan status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di
wilayah kerjanya.
Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya,
berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak
remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup
berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya. Dalam rangka peningkatan
kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan pendekatan-pendekatan
khususnya sosial budaya, untuk itu sebagai tenaga kesehatan khususnya calon

41
bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk
meningkatkan. Peran aktif masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya
kesehatan. Menurut Departemen Kesehatan RI, fungsi bidan di wilayah kerjanya
adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah,
mengenai persalinan, pelayanan keluarga berencana, dan pengayoman
medis kontrasepsi.
2. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan,
3. dengan melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan
permasalahan kesehatan setempat.
4. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun
bayi.
5. Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan.
6. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral, dan lembaga
swadaya masyarakat.
7. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke fasilitas
kesehatan lainnya.
8. Mendeteksi dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian
kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit lain dan berusaha mengatasi
sesuai dengan kemampuannya.
Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu
diperhatikan oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan dengan
aspek sosial-budaya, telah diuraikan dalam peraturan Menteri Kesehatan No.
363/Menkes/Per/1X/1980 yaitu: Mengenai wilayah, struktur kemasyarakatan dan
komposisi penduduk, serta sistem pemerintahan desa dengan cara:
1. Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah ada
pembagian wilayah pendukuhan/RK dan pembagian wilayah RT serta
mencari keterangan tentang penduduk dari masing-masing RT.

42
2. Mengenali struktur kemasyarakatan seperti LKMD. PKK, LSM. karang
taruna, tokoh masyarakat, kelompok pengajian, kelompok arisan, dan
lain-lain.
3. Mempelajari data penduduk yang meliputi:
a) Jenis kelamin
b) Umur
c) Mata pencaharian
d) Pendidikan
e) Agama
4. Mempelajari peta desa
5. Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk menurut jenis kelamin dan
golongan.
Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara efektif, bidan
harus mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat. Salah satu kunci
keberhasilan hubungan yang efektif adalah komunikasi. Kegiatan bidan yang
pertama kali harus dilakukan bila datang ke suatu wilayah adalah mempelajari
bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat. Kemudian seorang bidan perlu
mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan
penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari,
pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan wilayah tersebut.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi melalui
pendekatan social dan budaya yang akurat. Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan
yang di anugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan
prantara budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan
kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif. Dalam kegiatan apresiatif,
yaitu mengadakan pendekatan terhadap kesenian atau kebudayaan seolah kita
memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Maka itu dalam mengadakan
pendekatan terhadap kesenian kita tidak cukup hanya bersimpati terhadap kesenian
itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati. Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan

43
tradisional setempat bidan dapat berperan aktif untuk melakukan promosi
kesehatan kepada masyaratkat dengan melakukan penyuluhan kesehatan di sela-
sela acara kesenian atau kebudayaan tradisional tersebut.

44
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam mencapai pemenuhan aspek kepentingan sosial adalah penting
diperhatikan untuk mencapai keseimbangan dalam kehidupan. Meluangkan
waktu bersama orang-orang di sekitar kita dengan terlibat dalam kegiatan
lingkungan, seperti kerja bakti di lingkungan sekitar rumah, bersilaturahmi
dengan saudara, sahabat dan tetangga. Secara garis besar, aspek atau faktor
faktor sosial mengacu pada segala sesuatu yang menyangkut hubungan antar
individu dan interaksinya di dalam lingkup masyarakat. Hubungan dan
interaksi ini akan terpengaruh oleh norma norma, nilai nilai, peran sosial,
kelompok, hingga dinamika sosial. Terdapat 2 macam identitas yang dimiliki
individu yaitu :Identitas Lahiriah dan Identitas yang Diperoleh. Dalam
kehidupan bermasyarakat, memasuki suatu struktur sosial adalah hal yang pasti
terjadi. Struktur sosial yang paling awal adalah sebuah keluarga. Didalam
struktur keluarga, pasti juga akan tercipta peran tiap anggota keluarga. Setelah
menempatkan diri ke dalam struktur sosial, seorang akan mengalami masalah
atau konflik sosial baik cepat atau lambat. Konflik tersebut memiliki cakupan
yang relatif luas, entah itu konflik antar individu maupun antar negara. Sebagai
identitas Budaya merupakan identitas yang menunjukkan peradaban suatu
masyarakat maupun negara. Identitas tersebut dapat dijadikan sebagai pembeda
antara kelompok masyarakat atau negara satu dengan lainnya. Pembentuk sikap
dan perilaku
Berdasarkan pengertiannya, fungsi budaya dalam hal ini adalah sebagai
sebuah mekanisme yang membuat kendali, memberikan makna, dan menuntun
sekaligus membentuk sikap dan perilaku dari sekelompok masyarakat. Sebagai
komitmen Budaya bisa menjadi sebuah komitmen dalam sekelompok
masyarakat. Artinya, tiap individu saling bertanggung jawab untuk mengatasi
masalah yang terjadi di dalam kelompok masyarakat tersebut. Sebagai Media
Komunikasi Di dalam budaya terdapat unsur bahasa, baik berupa bahasa lisan

45
maupun tulisan, yang merupakan sebuah sarana komunikasi bagi manusia.
Itulah alasan mengapa fungsi dari budaya, yaitu sebagai media komunikasi.
Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi
identitas dari budaya Indonesia .Upacara Tabuik atau tabut merupakan sebuah
tradisi masyarakat di Pantai Barat, Sumatra Barat, yang telah diselenggarakan
secara turun menurun.Atraksi Debus merupakan kesenian bela diri berupa
atraksi yang berbahaya. Inti pertunjukan bela diri ini sangat kental dengan
gerakan silat dan penggunaan senjata. Sistem Ekonomi antara lain : Sebagai
penyedia dorongan untuk berproduksi, Berfungsi dalam mengkoordinasikan
kegiatan individu dalam suatu perekonomian, Sebagai pengatur dalam
pembagian hasil produksi di seluruh anggota masyarakat agar dapat terlaksana
seperti yang diharapkan.
Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Pra Perkawinan dan
Perkawinan. Pra Perkawinan Masa pra perkawinan adalah masa pasangan
untuk mempersiapkan diri ke jenjang perkawinan Pelayanan kebidanan diawali
dengan pemeliharaan kesehatan para calon ibu. Kepada para remaja di beri
pengertian tentang hubungan seksual yang sehat, kesiapan mental dalam
menghadapi kehamilan dan pengetahuan tentang proses kehamilan dan
persalinan, pemeliharaan kesehatan dalam masa pra dan pasca kehamilan.
Nasehat yang diberikan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
karena informasi yang diberikan bersifat pribadi dan sensitif.Promosi kesehatan
pranikah merupakan suatu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya yang ditujukan pada
masyarakat reproduktif pranikah Bidan juga berperan dalam mencegah
perkawinan dini pada pasangan pra nikah yang masih menjadi masalah penting
dalam kesehatan reproduksi perempuan di Indonesia.Bila disertai kekurangan
energi dan protein, akan menimbulkan masalah kesehatan yang dapat berakibat
kematian bagi ibu saat melahirkan dan juga bayinya.
Kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh bidan sendiri antara lain
mempromosikan kesehatan agar peran serta ibu dalam upaya kesehatan ibu,

46
anak dan keluarga meningkat.Pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi
pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, keluarga berencana, kesehatan
reproduksi, pemeriksaan bayi, anak balita dan anak prasekolah
sehat.Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak tersebut diyakini
memerlukan pengetahuan aspek sosial budaya dalam penerapannya kemudian
melakukan pendekatan-pendekatan untuk melakukan perubahan-perubahan
terhadap kebiasaan-kebiasaan yang tidak mendukung peningkatan kesehatan
ibu dan anak.Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan
tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan
kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan
tertentu. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya
memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang
dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kehamilan Perawatan
kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu
juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin.Fakta di berbagai
kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap
kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodratiah.Selain dari kurangnya
pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-
permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh faktor
nikah pada usia muda yang masih banyak dijumpai di daerah
pedesaan.Disamping itu, dengan masih adanya preferensi terhadap jenis
kelamin anak khususnya pada beberapa suku, yang menyebabkan istri
mengalami kehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang relatif
pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi saat
melahirkan.Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah
lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenarnya
sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap
kesehatan ibu dan janin.Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang

47
kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makanan agar
bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.Angka kematian ibu
merupakan salah satu indikator kesehatan ibu yang meliputi ibu dalam masa
kehamilan, persalinan, dan nifas.Masih tingginya angka kematian ibu dan anak
di Indonesia berkaitan erat dengan faktor sosial budaya masyarakat, seperti
tingkat pendidikan penduduk, khususnya wanita dewasa yang masih rendah,
keadaan sosial ekonomi yang belum memadai, tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang masih rendah dan
jauhnya lokasi tempat pelayanan kesehatan dari rumah-rumah penduduk
kebiasaan-kebiasaan dan adat istiadat dan perilaku masyarakat yang kurang
menunjang dan lain sebagainya.
Rendahnya tingkat pendidikan dan buta huruf pada wanita menyebabkan
ibu-ibu tidak mengetahui tentang perawatan semasa hamil, kelahiran,
perawatan bayi dan semasa nifas, tidak mengetahui kapan ia harus datang ke
pelayanan kesehatan, kontrol ulang, dan sebagainya.Perilaku, kebiasaan, dan
adat istiadat yang merugikan seperti misalnya: Ibu hamil dilarang tidur siang
karena takut bayinya besar dan akan sulit melahirkan, Ibu menyusui dilarang
makan makanan yang asin, misalnya: ikan asin, telur asin karena bisa membuat
ASI jadi asin ,Ibu habis melahirkan dilarang tidur siang, Bayi berusia 1 minggu
sudah boleh diberikan nasi atau pisang agar mekoniumnya cepat keluar, bu post
partum harus tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk karena takut darah
kotor naik ke mata, Ibu yang mengalami kesulitan dalam melahirkan,
rambutnya harus diuraikan dan persalinan yang dilakukan di lantai, diharapkan
ibu dapat dengan mudah melahirkan.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat disarankan yaitu semoga makalah ini dapat
memberikan pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca dan dapat diterapkan
serta diaplikasikan dalam kehidupan dan dapat dipahami apa saja dari aspek
kehidupan sosial , budaya dan ekonomi dalam pelayanan kebidanan ,

48
perkembangan dan masalah-masalah di masyarakat pedesaan dan solusi dan
pemecahan masalah

49
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Erani Yustika-Rukavina Baksh, Konsep Ekonomi Kelembagaan Perdesaan,
Pertanian dan Kedaulatan Pangan, (Malang: Empat Dua, 2016)
Asriyanti Syarif-Mutmainnah Zainuddin, Inti Sari Sosiologi Pertanian, (Penerbit CV.
INTI MEDIATAMA, 2017)
Bintoro Wardiyanto, dkk, Percikan Pemikiran Tata Kelola Dan Pembangunan Desa,
(Airlangga University Press, 2016)
Safri, H. (2018). Pengantar Ilmu Ekonomi. Lembaga Penerbit Kampus IAIN Palopo,
3-4. https://core.ac.uk/download/pdf/198238861.pdf
Gunawan Prayitno-Aris Subagiyo, Membangun Desa: Merencanakan Desa Dengan
Pendekatan Partisipatif Dan Berkelanjutan, (UB Press, 2011)
Ahmadi, Abu, Drs. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineke Cipta.
Kosim, H, E. 1996. Bandung: Sekolah Tinggi Bahasa Asing Yapari
Marwanto, 12 November 2006. Jangan bunuh desa kami. Jakarta:Kompas
1994. Sosiologi 3 SMU. Jakarta: Yudistira
Ristica, O. D., & Widya Juliarti, S. K. M. (2015). Prinsip Etika dan Moralitas dalam
Pelayanan Kebidanan. Deepublish.

50

Anda mungkin juga menyukai