Anda di halaman 1dari 24

PROBLEM BASED LEARNING

Mata Kuliah: Kebidanan Komunitas


Dosen Pengampu: Junengsih

Mengenai
“STRATEGI PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS DENGAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALISIS SOSIAL, ANALISIS SITUASI DAN
ALAT ANALISIS GENDER DI TINGKAT KOMUNITAS”
Disusun oleh
Kelompok 4 :
Gaby Stephanie Renata P3.73.24.2.19.012

Hafshah Dzakiyatun Mardhiyah P3.73.24.2.19.015

Luthfiane Najla Prastowo P3.73.24.2.19.025

Nakita Indira Elfariani P3.73.24.2.19.022

Putri Asih P3.73.24.2.19.025

Kelas 2A
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA 3
Jl. Arteri JORR Jati Warna Kec. Pondok Melati, Bekasi, 17415 Tel.
02184978693
Fax. 02194978696 www.poltekkesjakarta3.ac.id

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat, dan anugrah-Nya kami dapat menyusun Makalah ini yang disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kebidanan Komunitas.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.Kami juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah
membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Penulis
sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, besar harapan kami agar makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

Bekasi, 23 Februari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan ..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3

2.1 Analisis Sosial Dalam Kebidanan Komunitas..................................................3


A. Analisis Sosial .........................................................................................3
B. Analisis Situasi Kesehatan.......................................................................5
C. Variabel Dalam Analisis Situasi Kesehatan ............................................6
2.2 Determinan Kesehatan Reproduksi ..................................................................10
A. Kebersihan Organ-Organ Genital............................................................10
B. Akses Terhadap Pendidikan Kesehatan Remaja......................................10
C. Hubungan Seksual Pra-Nikah..................................................................11
D. Penyakit Menular Sesksual......................................................................11
E. Pengaruh Media Massa............................................................................12
F. Penyalahgunaan Napza............................................................................12
G. Hubungan Harmonis Dengan Keluarga...................................................12
2.3 Ketidaksetaraan Dan Ketidakadilan Dalam Kesehatan Reproduksi Di
Komunitas.........................................................................................................13
2.4 Hubungan Gender Dan Determinan Kesehatan Yang Lain..............................14

BAB III PENUTUP..................................................................................................20

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan
masyarakat di wilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah bagian dari
kebidanan yang berupa serangkaian ilmu dan keterampilan untuk memberikan
pelayanan kebidanan pada ibu dan anak yang berada dalam masyarakat di
wilayah tertentu. Sasaran kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita
yang berada di dalam keluarga dan masyarakat.
Bidan memandang pasiennya sebagai makhluk sosial yang memiliki
budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, sosial, budaya
dan lingkungan sekitarnya Setiap petugas kesehatan yang bekerja
dimasyarakat perlu memahami masyarakat yang di layaninya, baik keadaan
budaya maupun tradisi setempat sangat menentukan pendekatan yang di
tempuh. Pendekatan yang akan digunakan oleh bidan harus memperhatikan
strategi pelayanan kebidanan dan tugas dan tanggung jawab bidan agar
masyarakat mau membuka hatinya untuk bekerja sama dengan bidan sehingga
tercipta pelayanan kesehatan yang bermutu di masyarakat.
Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan berawal dari pola
hidup masyarakat yang tidak lepas dari faktor lingkungan, adat istiadat,
ekonomi, sosial budaya dll. Sebagian masalah komunitas merupakan hasil
perilaku masyarakat sehingga perlu melibatkan masyarakat secara aktif.
Keberadaan kader kesehatan dari masyarakat sangat penting untuk
meningkatkan rasa percaya diri masyarakat terhadap kemampuan yang
mereka miliki. Pelayanan yang berorentasi pada kebutuhan masyarakat adalah
proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan tentukan
prioritas dari kebutuhan tersebut serta mengembangkan keyakinan masyarakat
untuk berusaha memenuhi kebutuhan sesuai skala prioritas berdasarkan atas

1
sumber – sumber yang ada di masyarakat sendiri maupun berasal dari luar
secara gotong royong.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana analisis sosial dalam kebidanan komunitas?
2. Bagaimana siklus analisis social?
3. bagaimana determinan kesehatan reproduksi?
4. Bagaimana ketidaksetaraan dan ketidakadilan dalam kesehatan
reproduksi di komunitas?
5. Bagaimana hubungan antara gender dan determinan kesehatan yang
lain?

1.3. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan umum untuk:
1. Dapat mengetahui analisis sosial dalam kebidanan komunitas
2. Dapat mengetahui siklus analisis sosial
3. Dapat mengetahui determinan kesehatan reproduksi
4. Dapat mengetahui ketidaksetaraan dan ketidakadilan dalam kesehatan
reproduksi di komunitas
5. Dapat mengetahui hubungan antara gender dan determinan kesehatan
yang lain

2
BAB I
PEMBAHASAN

2.1. Analisis Sosial dalam Kebidanan Komunitas


A. Analisis Sosial
Analisis ini merupakan salah satu metodologi yang dikembangkan
untuk mengetahui dan mendalami realita sosial dengan menggali
hubungan-hubungan historis dan strukturalnya, keterkaitan dengan analisis
situasi kesehatan namun yang membedakan antara analisis sosial dengan
analisi situasi tidak perlu, yang penting adalah saling melengkapi.
Dalam analisis situasi ada semacam tradisi dalam ilmu kesehatan,
dimana analisis ini berkaitan dengan relasi antara independent dengan
dependen (antara faktor determinan dengan derajat kesehatan). Ada
ukuran-ukuran kuantitatif yang jelas, akurat, seperti tertuang dalam
indikator, target, relasi statistik. Sedangkan pada analisis sosial lebih
kepada memberikan gambaran yang jelas (deskripsi) tentang makna yang
ditangkap dari suatu fakta sosial. Tidak menggunakan ukuran kuantitatif,
yang penting fakta sosial diungkap, dijelaskan sehingga oleh setiap orang
dapat dipakai gambaran dan selanjutnya dapat digunakan sebagai rujukan
untuk melangkah lebih lanjut.
Analisis social merupakan usaha memperoleh gambaran yang lebih
lengkap tentang sebuah situasi sosial dengan menggali hubungan-
hubungan historis dan strukturalnya. Serangkaian kegiatan membedah
suatu masalah dari berbagai sudut pandang, memetakan situasi yang
berhubungan dengan masalah, dan selanjutnya mengidentifikasi dasar-
dasar penyelesaian masalah (Chambers, 1996). Gambaran ini bisa digali
dari individu, kelompok dan atau organisasi/lembaga sosial yang dianggap
sebagai masalah di komunitas. Berbagai sumber data diharapkan bisa
membantu memberikan data dan informasi berkenaan dengan situasi dan
kondisi masyarakat, termasuk juga menyampaikan kepentingan, motivasi,
sikap dan implikasinya pada persoalan yang ada di masyarakat.
Dalam analisis sosial, relasi antara fakta menjadi penting karena

3
setiap fakta seringkali tidak berdiri sendiri. Misalnya kebiasaan merawat
tali pusat bayi dengan dipopok pakai daun sirih tidaklah berdiri sendiri.
Kebiasaan itu didapat dari moyang mereka, dan keyakinan itu yang
menjadikan perilaku semakin mendapat pengesahan. Dalam kasus ini,
relasi yang lain adalah bahwa kenyataan ini bisa juga dilihat banyaknya
tanaman sirih, yang mungkin dihasilkan oleh adanya keputusan bersama
untuk melestarikan tanaman-tanaman yang dapat digunakan untuk obat,
dan sangat mungkin keputusan bersama ini menjadi peraturan desa.
Dalam analisis sosial ini, yang diperlukan adalah kemampuan
seseorang dalam menangkap apa yang dimaksud fakta-fakta sosial,
kekayaan sosial dan relasinya. Untuk itu dalam melakukan analisis sosial
Anda perlu ketahui elemen-elemen berikut ini.
1. Jumlah penduduk/KK.
2. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur.
3. Mata pencaharian termasuk pembagian kerja antara lelaki dengan
perempuan.
4. Jumlah dusun, RT/RW.
5. Agama dan keyakinan.
6. Lembaga Desa (seperti Pamong Desa, Badan Perwakilan Desa,
Dukuh).
7. Sarana kesehatan yang tersedia seperti Polindes, Posyandu, Bidan,
Mantri Kesehatan, Dokter, Dukun.
8. Perkumpulan ibu-ibu, bapak-bapak, remaja.
9. Iuran pembangunan daerah (IPEDA).
10. Kegiatan ronda malam.
11. Program kebersihan lingkungan desa.
12. Ritual upacara adat (mitoni, tetes, sunat, jagong bayi dan lain-lain).
13. Konsep sehat sakit.
14. Pengertian KB, Aborsi, Kesehatan alat reproduksi.
15. Program kesehatan (Posyandu Balita, Usila).
Langkah – Langkah analisis sosial :
1. Membangun perumusan masalah yang menjadi pusat perhatian

4
2. Membangun konsep teoriti atas konteks realitas
3. Mengenali struktur – struktur kunci yang mempengaruhi situasi yang
ada
4. Menyusun pertanyaan – pertanyaan untuk membangun sebuah konteks
5. Menghimpun fakta – fakta, data – data yang berkorelasi dan
melatarbelakangi
6. Menyusun model – model, mengkaji menguji relevansinya
7. Menguji jawaban pada relasi dan keabsahan
8. Menggali masalah yang muncul
Manfaat Analisis Sosial :
1. Untuk membongkar fenomena social yang dirasakan “bermasalah”
2. Untuk dapat mengambil Tindakan atau solusi yang tepat terhadap
persoalan yang dimaksud
Jadi, analisis sosial berfungsi untuk mengindentifikasi persoalan-
persoalan kesehatan di komunitas, mencari akar masalah, dan mencari
solusi yang tepat.
B. Analisis Situasi Kesehatan
Analisis situasi merupakan proses sistematis untuk melihat fakta,
data atau kondisi yang ada dalam suatu lingkup wilayah. Wilayah ini
berisikan orang, lokasi dan dimensi waktu. Artinya dalam setiap proses
analisis situasi selalu mendasarkan pada ketiga hal tersebut yaitu siapa,
dimana, dan kapan. Analisis situasi ini dimaksudkan untuk melihat fakta
atau data itu bermasalah atau tidak, artinya dengan analisis situasi dapat
ditemukan masalah kesehatan, dan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhinya baik konteks geografis, demografis, sosial, budaya,
ekonomi, bahkan politik. Tujuannya guna mengidentifikasi dan
memahami masalah – masalah ataupun kebutuhan – kebutuhan komunitas.
Tujuan dari analisis situasi kesehatan adalah sebagai berikut.
1. Memahami masalah kesehatan secara jelas dan spesifik yang ada di
wilayah dengan mengumpulkan data, menggali permasalahan
kesehatan baik terkait denagn konteks geografis, demografis, sosial,
budaya dan ekononomi bahkan politik.

5
2. Mempermudah untuk mengidetifkasi dan memahami masalah ataupun
kebutuhan dikomunitas sehingga dapat menentukan prioritas dalam
menyelsaikan masalah.
3. Mempermudah penentuan alternatif pemecahan masalah
C. Variabel Dalam Analisis Situasi Kesehatan
Pada analisis situasi kesehatan ada sejumlah variabel standar yang harus
diperhatikan yaitu sebagai berikut (Djohani, 1996).
1. Status kesehatan
Analisis status kesehatan akan menghasilkan ukuran-ukuran status
kesehatan secara kuantitatif, penyebaran masalah menurut kelompok
umur penduduk, serta menurut tempat dan waktu. Ukuran yang
digunakan adalah angka kematian (mortalitas) dan angka kesakitan
(morbiditas). Analisis situasi kesehatan antara lain meliputi penyakit
yang paling banyak diderita oleh penduduk, penyakit yang banyak
diderita oleh bayi, jumlah dan penyebab kematian penduduk, jumlah
dan penyebab kematian ibu, bayi dan jumlah berat lahir rendah
(BBLR), jumlah balita gizi buruk, jumlah ibu hamil dengan komplikasi
dan penyebab komplikasi serta jumlah ibu hamil yang anemia.
2. Kependudukan
Analisis kependudukan mencakup jumlah penduduk, struktur umur,
jenis kelamin, mobilitas, pekerjaan, jumlah kepala keluarga (KK),
jumlah wanita usia subur (WUS) dan pertumbuhan penduduk, mata
pencaharian penduduk, agama mayoritras yang dianut, rata- rata usia
menikah pertama kali, mobilitas penduduk, organisasi kemasyarakatan
yang ada dan cara penduduk menjaga ketersediaan sumber pangan.
Di desa, data tersebut dapat dilihat di kantor desa berupa monografi
desa, hanya saja perlu di telusuri lagi, karena akurasi dan kekinian
datanya sering tidak valid. Pada informasi penduduk rentan, desa
biasanya tidak punya, maka perlu dibuat sendiri atau bersama-sama
dengan desa mendata warga yang masuk dalam kategori rentan.
3. Pelayanan/upaya kesehatan

6
Analisis pelayanan kesehatan atau upaya kesehatan meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Analisis ini
menghasilkan data atau informasi tentang input, proses, output dan
dampak dari pelayanan kesehatan. Misalnya untuk mengetahui akses
dan pemanfaatan rumah tangga terhadap sarana pelayanan kesehatan
RS, puskesmas, puskesmas pembantu, dokter praktik, bidan praktik,
dan pelayan kesehatan UKBM yaitu posyandu, poskesdes, dan
polindes/bidan di desa, jumlah dukun bayi yang terlatih dan tidak
terlatih, jenis pelayanan kesehatan khusus bagi remaja, ibu hamil,
lanjut usia dan lain-lain, serta cara menjangkau fasilitas kesehatan
(jarak, waktu, tempuh, jenis transportasi, biaya transportasi dan kondisi
jalan).
4. Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan adalah salah satu faktor determinan pada derajat
kesehatan. Perilaku ini meliputi seluruh perilaku seseorang atau
masyarakat yang dapat memberi akibat pada kesehatan, kesakitan atau
kematian. Perilaku ini sangat banyak dipengaruhi oleh pengetahuan,
kepercayaan dan kebiasaan yang dimiliki dan kemungkinannya
berpengaruh pada kesehatan atau kesakitan tubuhnya. Ada beberapa
elemen yang dapat dijelaskan di bawah ini untuk melihat perilaku yang
berakibat pada derajat kesehatan seseorang atau masyarakat. Gaya
hidup yang berkait dengan kesehatan biasanya juga bisa ditujukan
pada pola makan dan input yang masuk melalui mulut. Sedangkan di
sisi lain ada faktor yang perilaku yang berpangaruh pada kejiwaaan,
sehingga memunculkan stress dan akhirnya gangguan fisik.
Sebagai contoh keberadaan perilaku kawin cerai di Lombok, baisanya
istri ditinggalkan begitu saja ketika sedang hamil dan saat melahirkan.
Ini menimbulkan kejiwaaan yang dapat berpengaruh pada kondisi ibu
hamil dan melahirkan, risiko meninggal sangat memungkinkan.
Kebiasaan lain yang berpengaruh pada kesehatan misalnya adalah pola
konsumsi lemak berlebihan, konsumsi rokok, alkohol, zat aditif
(Narkoba) dan perilaku seks yang tidak aman. Selain itu pola

7
pencarian pengobatan juga memberikan gambaran kebiasaan
masyarakat kemana mereka memilih mencari obat atau pengobatan.
Seringkali pertimbangan ini dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat
setempat, misalnya ke Puskesmas, atau ke mantri kesehatan. Ketika
mereka memilih, ada keterbatasan-keterbatasan sehingga pilihan yang
dijatuhkan menyesuaikan kemampuan yang mereka miliki.
Keterbatasan tersebut dapat berupa terbatas dalam memahami sakit,
terbatas dalam keuangan, terbatas pada informasi tempat layanan
kesehatan, begitu juga dengan kendala geografis dan sulitnya akses
yang tersedia.
Dari keterangan di atas bahwa analisis perilaku kesehatan dapat
memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat sehubungan dengan kesehatan maupun upaya kesehatan
yang meliuti gaya hidup remaja, adat, kepercayaan, norma, maupun
tradisi yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat yang
berhubungan dengan kesehatan, perilaku sehat dan hiegienis serta
perilaku penduduk dalam pencarian pengobatan.
5. Lingkungan
Lingkungan merupakan keadaan fisik yang berada di luar kita, yang
memiliki interaksi dengan manusia baik disengaja maupun tidak
disengaja. Interaksi timbal balik ini seringkali memberi konsekuensi
yang berakibat pada kesakitan seseorang atau masyarakat. Analisis
lingkungan mencakup aspek fisik, biologis dan sosial. Analisis ini
bertujuan memperoleh informasi tentang keadaan sanitasi lingkungan
di rumah tangga dan komunitas (misalnya air bersih, air limbah,
sampah, penggunaan bahan kimia, ternak/hewan peliharaan,
kepemilikan jamban dalam satu keluarga, jenis jamban yang
digunakan, tipe tempat tinggal, ketersediaann tempat pembuangan
limbah rumah tangga, sumber pencemaran di sekitar rumah) dan
ketersediaan sarana transportasi dan telekomunikasi untuk mengetahui
informasi akses masyarakat terhadap air dan penyehatan lingkungan.
Pada lingkungan sering dipakai sebagai media untuk sarang dan hidup

8
suatu penyebab penyakit, misalnya nyamuk yang membawa penyakit
malaria atau demam berdarah.
Beberapa elemen yang perlu dilihat terkait dengan lingkungan antara
lain sebagai berikut.
a. Air
Air merupakan sumber kehidupan, tanpa air tidak ada kehidupan.
Lalu air seperti apa yang diperlukan manusia untuk kesehatannnya,
yaitu air bersih dan sehat. Air bersih mutlak diperlukan untuk
minum, memasak, mandi dan cuci. Desa memerlukan air untuk
irigasi sawah dan perkebunan. Maka jika saja air bersih dan sehat
tidak dapat ditemukan akan berakibat pada timbulnya penyakit,
seperti diare. Masyarakat dalam mengkomsumsi air bermacam-
macam mulai dari air sungai, air tuk (sumber mata air), telaga, air
tadah hujuan, sumur, air dalam kemasan, pompa, PDAM dan lain-
lain.
b. Tempat Buang Air Besar
Tempat pembuangan air besar juga menjadi masalah ketika tempat
yang digunakan tidak memenuhi kesehatan. Jamban merupakan
bentuk umum dari standar pembuangan air besar yang sehat. Bidan
perlu mengetahui, sarana yang digunakan untuk buang air besar di
masing-masing kepala keluarga. Contoh tempat pembuangan air
besar antara lain yaitu septic tank, lobang tanah, kolam, ladang
terbuka, sungai, dan danau/telaga.
c. Lantai Rumah
Lantai rumah berupa tanah merupakan indikator kurang sehat,
sebab lantai rumah dari tanah memiliki risiko terkena penyakit
ISPA dan diare. Data tentang lantai rumah menjadi penting untuk
memberi gambaran rencana kegitan dan juga memberi gambaran
kondisi kemiskinan warga. Namun demikian ada beberapa
masyarakat yang memandang lantai rumah merupakan bentuk
budaya, yang mereka anggap cocok dengan kondisi lingkungan
setempat. Contoh beberapa jenis lantai rumah yang di gunakan di

9
masing – masing rumah tangga yaitu marmer, ubin/tegel, semen,
kayu, bambu, tanah atau batu.
d. Sampah
Sampah merupakan produk sisa dari suatu proses produksi yang
setiap hari dihasilkan baik di rumah tangga, pabrik, pasar, kandang
dan lain-lain. Jenis sampah ini yang perlu diketahui, apa yang
diakibatkannya jika sampah tidak dikelola dengan baik. Jika
pengelolaan tidak baik akan berpengaruh pada penyakit ISPA dan
juga diare. Dengan mengenali jenis sampah, jumlah yang
dihasilkan maka akan memudahkan melakukan penyelesaian
berkait dengan sampah. Beberapa jenis sampah dan sumbernya
antara lain sebagai berikut.
1) Sampah organik, yaitu sampah yang berasal dari limbah rumah
tangga, kandang ternak, pasar dan lain-lain.
2) Sampah non organik, yaitu sampah yang berasal dari pasar,
rumah tangga, industri pabrik.
3) Sampah kimia/ beracun yaitu sampah yang berasal dari industri
tambang.
2.2. Determinan Kesehatan Reproduksi
A. Kebersihan organ-organ genital
Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja
tersebut dalam merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalnya. Bila
alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu
memudahkan pertumbuhan jamur. Remaja perempuan lebih mudah
terkena infeksi genital bila tidak menjaga kebersihan alat-alat genitalnya
karena organ vagina yang letaknya dekat dengan anus.
B. Akses terhadap pendidikan kesehatan Remaja
Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan
reproduksi sehingga remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya
dilakukan dan hal-hal yang seharusnya dihindari. Remaja mempunyai hak
untuk mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi
dan informasi tersebut harus berasal dari sumber yang terpercaya. Agar

10
remaja mendapatkan informasi yang tepat, kesehatan reproduksi remaja
hendaknya diajarkan di sekolah dan di dalam lingkungan keluarga. Hal-
hal yang diajarkan di dalam kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi
remaja mencakup tentang tumbuh kembang remaja, organ-organ
reproduksi, perilaku berisiko, Penyakit Menular Seksual (PMS), dan
abstinesia sebagai upaya pencegahan kehamilan, Dengan mengetahui
tentang kesehatan reproduksi remaja secara benar, maka dapat
menghindari dilakukannya hal-hal negatif oleh remaja. Pendidikan tentang
kesehatan reproduksi remaja tersebut berguna untuk kesehatan remaja,
khususnya untuk mencegah dilakukannya perilaku seks pranikah,
penularan penyakit menular seksual, aborsi, kanker mulut rahim,
kehamilan diluar nikah, gradasi moral bangsa, dan masa depan yang
suram dari remaja yang bersangkutan.
C. Hubungan Seksual Pra-Nikah
Prilaku seksual manusia merupakan bagian dari prilaku reproduksi. Pada
manusia prilaku seksual dapat di defenisikan sebagai interaksi antara
prilaku prokreatif dengan situasi fisik serta sosial yang melingkunginya.
Prilaku seksual manusia bukan hanya cerminan rangsangan horman
semata, melainkan menggambarkan juga hasil saling pengaruh hormon
dan pikiran. Seks pranikah adalah melakukan hubungan seksual sebelum
adanya ikatan perkawinan yang sah, baik hubungan seks yang peneratif
(penis dimasukkan ke dalam vagina, anus, dan mulut) maupun yang non
peneratif (penis tidak di masukkankedalam vagina). Oral dan anal seks
termasuk hubungan seks peneratif. (Arma, 2007).
Hubungan seksual pra-nikah dapat menyebabkan gangguan kesehatan
reproduksi akibat infeksi penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS,
Meningkatkan resiko terhadap penyakit menular seksual (PMS) seperti
sifilis dan herpes genitalis, Remaja perempuan terancam kehamilan yang
tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan pengguguran kandungan yang
tdak aman, infeksi organ reproduksi, kemandulan dan kematian akibat
perdarahan, dan keracunan hamil dan persalinan prematur.
D. Penyakit Menular Seksual (PMS)

11
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya terutama
melalui hubungan seksual. Cara penularannya tidak hanya terbatas secara
genitalgenital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ano-genital.
Sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak hanya
terbatas pada daerah genital saja, tetapi juga pada daerah-daerah ekstra
genital. Penyakit menular seksual juga dapat terjadi dengan cara lain yaitu
kontak langsung dengan alat-alat seperti handuk, pakaian, termometer dan
lain-lain. Selain itu penyakit menular seksual dapat juga ditularkan oleh
ibu kepada bayinya ketika di dalam kandungan. Penyakit menular seksual
yang umum terjadi di Indonesia antara lain: gonore, vaginosis bakterial,
herpes simpleks, trikomoniasis, sifilis, limfogranuloma venerium, ulkus
mole, granuloma inguinale, dan Acquired immune deficiency syndrom
(AIDS).
E. Pengaruh Media Massa
Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang
cukup berarti untuk memberikan informasi tentang menjaga kesehatan
khususnya kesehatan reproduksi remaja. Dengan adanya artikel-artikel
yang dibuat dalam media massa, remaja akan mengetahui hal-hal yang
harus dilakukan dan dihindari untuk menjaga kesehatan reproduksinya.
F. Penyalahgunaan NAPZA
NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya. Contoh obat-obat NAPZA tersebut yaitu: opioid, alkohol,
ekstasi, ganja, morfin, heroin, kodein, dan lain-lain. Jika zat tersebut
masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi sistem saraf pusat. Pengaruh
dari zat tersebut adalah penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa nyeri, ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman yang luar biasa dan
pengaruh-pengaruh lain. Penggunaan NAPZA ini berisiko terhadap
kesehatan reproduksi karena penggunaan NAPZA akan berpengaruh
terhadap meningkatnya perilaku seks bebas. Pengguna NAPZA jarum
suntik juga meningkatkan risiko terjadinya HIV/AIDS, sebab virus HIV
dapat menular melalui jarum suntik yang dipakai secara bergantian.
G. Hubungan harmonis dengan keluarga

12
Kedekatan dengan kedua orangtua merupakan hal yang berpengaruh
dengan perilaku remaja. Remaja dapat berbagi dengan kedua orangtuanya
tentang masalah keremajaan yang dialaminya. Keluarga merupakan
tempat pendidikan yang paling dini bagi seorang anak sebelum ia
mendapatkan pendidikan di tempat lain. Remaja juga dapat memperoleh
informasi yang benar dari kedua orangtua mereka tentang perilaku yang
benar dan moral yang baik dalam menjalani kehidupan. Di dalam keluarga
juga, remaja dapat mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan dan yang
harus dihindari. Orang tua juga dapat memberikan informasi awal tentang
menjaga kesehatan reproduksi bagi seorang remaja.

2.3. Ketidaksetaraan dan Ketidakadilan dalam Kesehatan Reproduksi di


Komunitas
Bentuk – bentuk ketidakadilan gender
a. Gender dan marginalisasi perempuan (peminggiran)
Kurangnya pemahaman seksualitas khususnya pada system reproduksi
kerap menjadi sasaran utamanya Misalkan ketika seorang buruh pabrik
perempuan hamil atau melahirkan, jika ia izin tidak masuk bekerja bisa
diancam potong gaji atau bahkan pemutusan hubungan kerja.
b. Gender dan subordanasi perempuan (menomorduakan)
memprioritaskan penyerahan jabatan kepada seorang laki-laki daripada
perempuan yang juga memiliki kapabilitas yang sama adalah salah satu
contoh ketidakadilan. Tidak hanya menomorduakan, pandangan
superioritas terhadap laki-laki untuk sebuah jabatan tertentu harus diubah
b. Gender dan streotip
Banyak stigma atau lebel yang melekat pada wanita karena konstruksi
social di masyarakat. Misalkan saja, perempuan harus bekerja pada ranah
domestik, sedangkan laki-laki pada sector public. Anak laki-laki yang
mudah menangis dianggap sebagai laki-laki yang lemah atau cenggeng,
bukannya dianggap sebagai ungkapan emosi yang wajar.
d. Gender dan kekerasan

13
seseorang yang diperlakukan kasar bukan diangap sebagai subjek, tetapi
objek wajar dijadikan pelampiasan. Telah banyaknkasus ang tercatat
bahwa perempuan sering dijadikan objek kekerasan oleh laki-laki yang
tidak bertanggung jawab. Tindakan tersebut terjadi karena masih ada
anggapan kuasa dan superioritas laki-laki terhadap perempuan.
e. Gender dan beban ganda
Biasanya sering terjadi dalam rumah tangga, perempuan yang berkarie di
luar harus mengurus urusan domestic juga tana bantuan siapapun.
Pembagian kerja tanpa kesepakatan seperti ini masih sering dialamatkan
kepada perempuan sebagai korbannya,

Kesetaraan Gender menurut laporan UNICEF 2007 akan menghasilkan


“Deviden” ganda. Perempuan yang sehat, berpendidikan, berdaya, akan
memiliki anak-anak perempuan dan laki-laki yang sehat, berpendidikan dan
percaya diri. Pengaruh perempuan yang sangat besar dalam rumah tangga
telah memperlihatkan dampak yang positif pada gizi, perawatan kesehatan dan
pendidikan anak-anak.
Suatu paradigma baru diperukan untuk memberikan kerangka dan
menjelaskan hubungan antara perempuan dan laki- laki diberbagai lapisan
masyarakat.
Strategi-strategi untuk perubahan diperlukan yaitu bagaimana melakukan
perubahan hubungan antara perempuan dan laki-laki yang responsive gender,
sehingga terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender.
Upaya yang dapat dilakukan adalah penguatan mainstream (pengarusutamaan)
gender yang merupakan suatu strategi untuk mencapai keadilan dan
kesetaraan gender dalam segala aspek kehidupan social kemasyarakatan.
Pengarusutamaan gender merupakan suatu proses dan strategi agar isu-isu
gender/kesenjangan gender dikenali dan diatasi melalui kebijakan, program
dan pelayanan-pelayanan yang berkesinambungan.

2.4. Hubungan Gender dan Determinan Kesehatan yang Lain

14
Dalam berbagai aspek ketidaksetaraan gender tersebut sering ditemukan
pula ketidakadilan gender, yaitu ketidakadilan (unfairness, unjustice)
berdasarkan norma dan standar yang berlaku, dalam hal distribusi manfaat dan
tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan (dengan pemahaman bahwa
laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan kebutuhan dan kekuasaan).
Keadilan antara lain ditentukan oleh norma atau standar yang dianggap
pantas atau adil dalam suatu masyarakat, yang mungkin berbeda satu dengan
yang lain dan mungkin berubah dari waktu ke waktu. Sering kali sulit untuk
menentukan norma atau standar yang dapat diterima oleh berbagai pihak,
karena terkait dengan nilai-nilai dan penentuan keputusan, sehingga istilah
ketidaksetaraan lebih sering digunakan. Istilah “ketidaksetaraan” menyiratkan
bahwa kesenjangan yang terjadi tidak dinilai apakah hal tersebut dapat
dianggap pantas atau adil dalam suatu tatanan masyarakat. Dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa ketidakadilan adalah ketidaksetaraan yang tidak pantas
atau tidak adil.
a. Ketidakadilan dalam Hal Penyakit dan Kematian
Dibeberapa wilayah dunia, ketidakadilan antara perempuan dan laki-laki
berkaitan langsung dengan perkara hidup dan mati, terutama bagi kaum
perempuan. Misalnya tergambarkan dari tingginya angka kesakitan dan
kematian perempuan. Hal ini terjadi karena berbagai bentuk pengabaian
terhadap kesehatan, gizi an kebutuhan perempuan secara langsung kualitas
hidupnya.
b. Ketidakadilan dalam Kelahiran Bayi
Anak laki-laki lebih diinginkan kehadirannya daripada anak perempuan.
Sekalipun kitas tahu semua agama tidak membedakan jenis kelamin anak.
Namun karena kebanyakn laki-laki lebih tinggi status di masyarakat, maka
mencuatnya isu ketidaksetaraan gender yang tercermin dari kuatnya
keinginan orangtua untuk mempunyai anak laki-laki dari pada anak
perempuan.
c. Ketidakadilan dalam Rumah Tangga
Seringkali terdapat ketidakadilan gender yang mendasar di dalam rumah
tangga dan bentuknya bermacam-macam. Dari perkara yang sederhana

15
sampai kepada yang rumit. Begitu juga pembagian peran dan tanggung
jawabdalam rumah tangga, sering kali tidak adil. Misalnya dalam
pembagian tugas mengurus rumah tangga dan mengurus anak.
KDRT ( Kekerasan Dalam Rumah Tangga)
1. Pengertian
KDRT adalah singkatan dari Kekerasan Dalam Rumah Tangga
merupakan segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh suami
terhadap istri yang berakibat menyakiti secara fisik, psikis, seksual dan
ekonomi, termasuk ancaman, perampasan kebebasan yang terjadi
dalam rumah tangga atau keluarga.
2. Bentuk bentuk KDRT
a) Kekerasan Fisik, suatu tindakan kekerasan (seperti: memukul,
menendang, dan lain-lain) yang mengakibatkan luka, rasa sakit,
atau cacat pada tubuh istri hingga menyebabkan kematian.
b) Kekerasan Psikis , suatu tindakan penyiksaan secara verbal
(seperti: menghina, berkata kasar dan kotor) yang mengakibatkan
menurunnya rasa percaya diri, meningkatkan rasa takut, hilangnya
kemampuan untuk bertindak dan tidak berdaya.
c) Kekerasan Seksual, suatu perbuatan yang berhubungan dengan
memaksa istri untuk melakukan hubungan seksual dengan cara-
cara yang tidak wajar atau bahkan tidak memenuhi kebutuhan
seksual istri.
d) Kekerasan Ekonomi , suatu tindakan yang membatasi istri untuk
bekerja didalam atau di luar rumah untuk menghasilkan uang dan
barang, termasuk membiarkan istri yang bekerja untuk di-
eksploitasi, sementara si suami tidak memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga.
3. Penyebab KDRT
a) Ketimpangan ekonomi antara suami dan istri
b) Penggunaan kekerasan dalam menyelesaikan konflik
c) Otoritas dan pengambilan keputtusan ada ditangan suami

16
d) Terjadi perbedaan gender dan konsep maskulinitas yang berkaitan
dengan kekerasan kehormatan pria dan dominasi atas perempuan
dan persepsi bahwa pria mempunyai kepemilikan terhadap
perempuan
e) Budaya masyarakat yang patriarkis ditandai dengan pembagian
kekuasaan yang sangat jelas antara laki–laki dan perempuan
dimana laki–laki mendominasi perempuan.
f) Kepribadian dan kondisi psikologis suami yang tidak stabil.
g) Pernah mengalami kekerasan pada masa kanak-kanak
h) Persepsi mengenai kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga
harus ditutup karena merupakan masalah keluarga dan bukan
masalah sosial.
i) Masih rendahnya kesadaran untuk berani melapor dikarenakan dari
masyarakat sendiri yang enggan untuk melaporkan permasalahan
dalam rumah tangganya, maupun dari pihak- pihak yang terkait
yang kurang mensosialisasikan tentang kekerasan dalam rumah
tangga, sehingga data kasus tentang (KDRT) pun, banyak
dikesampingkan ataupun dianggap masalah yang sepele.
4. Dampak KDRT
a) Dampak terhadap wanita
1) ketakutan dan kecemasan, hilangnya rasa percaya diri, hilang
kemampuan untuk bertindak dan rasa tak berdaya
2) Kematian
3) Trauma fisik berta : memar, patah tulang, cacat
4) Trauma fisik terhadap kehamilan yang beresiko terhadap ibu
dan janin
5) Kehilangan akal sehat atau gangguan kesehatan jiwa
6) Paranoid, Curiga terus menerus dan tidak percaya dengan
orang lain
7) Ganggguan psikis berat (depresi, sulit tidur, mimpi buruk,
disfungsi seksual, kurang nafsu makan, ketagihan alkohol dan
obat-obatan terlarang)

17
b) Dampak terhadap anak-anak
1) Perilaku yang agresif atau marah-marah
2) Meniru tindakan kekerasan yang terjadi dirumah
3) Mimipi buruk dan ketajutan
4) Sering tidak makan dengan benar
5) Menghambat pertumbuhan dan belajar
6) Menderita banyak gangguan kesehatan
c) Dampak terhadap masyarakat
1) Siklus kekerasan akan berlanjut ke generasi yang akan datang
2) Anggapan yang keliru atau tetap lestari bahwa pria lebih baik
dari pada wanita
3) Kualitas hidup manusia akan berkurang karena wanita tersebut
dilarang berbicara atau terbunuh karena tindakan kekerasan
d) Efek terhadap produktifitas misalnya berkurangnya kontribusi
terhadap masyarakat, berkurangnya kontribusi diri dan kerja, cuti
sakit semakin sering.
5. Peraturan terkait KDRT
a) UNDANG UNDANG NO 23 TAHUN 2004 TENTANG
PENGHAPUSAN KDRT
1) Selama ini KDRT dianggap sebagai masalah pribadi atau
keluarga sekarang ini telah menjadi masalah publik karena
persoalan KDRT dilaksanakan untuk memelihara keutuhan
rumah tangga yang harmonis dan sejahtera.
2) Tujuannya : untuk penghapusan KDRT dilaksanakan
berdasarkan atas azaz penghormatan HAM, keadilan gender
non diskriminasi dan perlindungan korban.
b) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN
REPRODUKSI BAB 3 PELAYANAN KESEHATAN IBU
Pasal 10
(1) Dalam rangka menjamin kesehatan ibu, pasangan yang sah
mempunyai

18
peran untuk meningkatkan kesehatan ibu secara optimal.
(2) Peran pasangan yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat
meliputi:
 mendukung ibu dalam merencanakan keluarga;
 aktif dalam penggunaan kontrasepsi;
 memperhatikan kesehatan ibu hamil;
 memastikan persalinan yang aman oleh tenaga
kesehatan di fasilitas
 pelayanan kesehatan;
 membantu setelah bayi lahir;
 mengasuh dan mendidik anak secara aktif;
 tidak melakukan kekerasan dalam rumah tangga; dan
 mencegah infeksi menular seksual termasuk Human
Immunode ficiency Virus (HIV) dan Acquired
Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)
6. Peran bidan dalam KDRT
a. Merekomendasikan tempat pelindungan seperti crisis center,
shelter dan one stop crisis center
b. Memeberikan pendampingan psikologis dan pelayanan pengobatan
fisik korban.
c. Memberikan support pendampingan hukum dalam acara peradilan
d. Melatih kader kader LSM untuk mampu menjadi pendamping
korban
e. Mengadakan pelatihan tentang perlindungan terhadap korban
kekerasan dalam rumah tangga sebagai bekal untuk mendampingi
korban.

19
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Analisis sosial adalah sebuah metode yang dikembangkan untuk
mengetahui dan mendalami realita sosial dengan menggali hubungan-
hubungan historis dan strukturalnya, keterkaitan dengan analisis situasi
kesehatan namun yang membedakan antara analisis sosial dengan analisi
situasi tidak perlu, yang penting adalah saling melengkapi. Dalam analisis
sosial, relasi antara fakta menjadi penting karena setiap fakta seringkali
tidak berdiri sendiri. Misalnya kebiasaan merawat tali pusat bayi dengan
dipopok pakai daun sirih tidaklah berdiri sendiri
Variabel yang biasa dianalisis adalah status kesehatan,
kependudukan, pelayanan, perilaku kesehatan, dan status lingkungan.
Tujuan menanalisis dengan data tersebut agar dapat gambaran status
wilayah mana yang patut diperhatikan dan status wilayah mana yang
hanya perlu dikembangkan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dwi, Elly. 2018. Asuhan Kebidanan Komunitas. Bahan Ajar Kebidanan.


El Sinta, Lusiana, dkk. 2017. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Padang: CV.
Rumahkayu Pustaka Utama.
Pinem, Srilina. 2017. Modul Askeb Komunitas. Medan: Akademi Kebidanan
Mitra Husada.
Soepardan, Suryani. 2007.Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.

21

Anda mungkin juga menyukai