Anda di halaman 1dari 14

Peran Direktorat dalam Mengatasi Pembangunan di Desa Tertinggal.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kependudukan dan
Kesejahteraan Sosial
Diampu oleh Ibu Siti Aminah Al-Falathi, M.Pd.

Disusun Oleh :

Hilma Nuraeni 201102020834

Bella Satrina Hutapea 203313010047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS IBN KHALDUN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Peran Direktorat dalam Mengatasi Pembangunan di Desa Tertinggal” Ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kependudukan dan Kesejahteraan Sosial. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Peran Direktorat dalam Mengatasi
Pembangunan di Desa Tertinggal bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Siti Aminah Al-Falathi, M.Pd.
selaku dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bogor, 25 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. Masalah - Masalah Kemajuan dan Kemandirian Desa........................................3
B. Tugas dan Fungsi Direktorat PDP.........................................................................3
C. Kebijakan Direktorat PDP.....................................................................................5
D. Rencana Strategi Direktorat PDP..........................................................................6
BAB III PENUTUP..........................................................................................................8
A. Kesimpulan.............................................................................................................8
B. Saran.........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................9

ii
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan merupakan hal yang tidak asing lagi bagi suatu
Negara. Tujuan pembangunan sendiri adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pembangunan pedesaan atau desa dapat
dikatakan menempati bagian paling dominan mengisi wacana
pembangunan daerah. Hal tersebut bukan saja didasarkan atas alasan fisik
geografis, sumberdaya alam atau sumberdaya manusia. Tetapi didalamnya
menyimpan potensi-potensi ekonomi yang harus dikenali dan diperbaiki
(Dahuri & Nugroho, 2012). Dengan begitu, pembangunan dilaksanakan
secara terus-menerus sebagai suatu proses agar mampu tercapai keadaan
masyarakat yang semakin baik. Pembangunan pedesaan merupakan bagian
yang penting dari pembangunan Nasional. Selama ini banyak program
pembangunan yang dilakukan di Desa dirancang oleh Pemerintah.
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dikenal
dua pendekatan untuk membangun desa dan masyarakat, yakni
pembangunan desa dan pembangunan kawasan perdesaan. Pada
hakikatnya, kedua pendekatan ini saling melengkapi dan harus dilakukan
secara bersamaan dan simultan. Dalam konteks yang lebih luas,
pembangunan dalam skala desa maupun kawasan perdesaan tidak bisa
dilepaskan dari berbagai masalah yang terkait dengan masyarakat
perdesaan, seperti kerjasama antar desa, investasi perdesaan, keberadaan
desa di daerah tertinggal dan perbatasan, serta kawasan transmigrasi.
Pembangunan desa dan perdesaan juga menjadi bagian penting dari
pembangunan daerah, pengentasan kemiskinan dan pengurangan
kesenjangan antar wilayah. Penguatan desa pondasi bagi peningkatan
skala pembangunan yang lebih luas untuk memastikan terselenggaranya
pelayanan sosial, jasa pemerintahan, kegiatan ekonomi, hingga
permukiman.
Aspek-aspek yang ada di masyarakat desa dan perdesaan tersebut
perlu dibangun dan dikembangkan sebagai bagian dari upaya
meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dan cita-cita pembangunan
nasional. Diberlakukannya UU Desa diharapkan dapat menjadi salah satu
solusi terhadap permasalahan kesenjangan antara perkotaan-perdesaan.
Karena tujuan dari lahirnya UU Desa antara lain adalah untuk memajukan
perekonomian masyarakat di pedesaan, mengatasi kesenjangan
pembangunan kota dan desa, memperkuat peran penduduk desa dalam
pembangunan serta meningkatkan pelayanan publik bagi warga
masyarakat desa.
Untuk mencapai hal tersebut, beberapa hak dan wewenang
diberikan kepada desa termasuk pendanaannya yang dialokasikan khusus
dari APBN untuk desa, di samping sumber pendapatan lainnya.
Identifikasi permasalahan pokok terkait pembangunan desa dan perdesaan

1
menjadi basis kerja dan tindakan intervensi sistematis melalui program
dan kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pembangunan Desa
dan Perdesaan(Direktorat Jenderal PDP). Selain itu, inovasi kerangka
kelembagaan di Desa terus disosialisasikan dan digerakkan untuk
memperkuat akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi, dalam hubungan
antara penyelenggara pemerintahan Desa dan warga desa itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Masalah-Masalah Kemajuan dan Kemandirian Desa ?
2. Apa saja Tugas dan Fungsi Direktorat PDP ?
3. Apa Kebijakan dari Direktorat PDP?
4. Bagaimana Rencana Strategi Direktorat PDP ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui serta memahami masalah-masalah kemajuan
dan kemandirian desa
2. Untuk mengetahui serta memahami tugas dan fungsi direktorat pdp
3. Untuk mengetahui serta memahami kebijakan dari direktorat pdp
4. Untuk mengetahui serta memahami rencana strategi direktorat pdp

2
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masalah-Masalah Kemajuan dan Kemandirian Desa
Upaya pembangunan desa dan perdesaan terus diupayakan guna mendorong
dan menyelesaikan masalah-masalah yang menjadi halangan utama bagi
kemajuan dan kemandirian desa, diantaranya
sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan dan tata kelola desa yang belum mandiri, atau
sepenuhnya masih bergantung pada pihak-pihak di atas desa (pemerintah
pusat dan daerah), dan pihak-pihak di luar desa (korporasi, perguruan
tinggi, organisasi masyarakat sipil dan sebagainya).
2. Tingkat kesejahteraan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat di
perdesaan yang masih rendah. Salah satu indikatornya adalah rendahnya
nilai tukar petani maupun upah penduduk desa yang bekerja sebagai
petani/nelayan gurem maupun buruh di sektor pertanian,
perikanan/kelautan, perkebunan dan pertambangan.
3. Keterbatasan ketersediaan sarana dan prasarana fisik maupun non fisik
atau pelayanan sosial dasar seperti pendidikan dan kesehatan di desa dan
kawasan perdesaan yang belum memadai. Hal ini ditunjukkan dengan
kurangnya jumlah tenaga pendidikan dan kesehatan, rendahnya angka
ketersediaan lingkungan permukiman perdesaan seperti air bersih,
perumahan, sanitasi dan drainase juga masih belum memadai, akses
terhadap listrik, transportasi dan telekomunikasi, terutama di desa-desa
perbatasan, terpencil dan kepulauan.
4. Marjinalisasi masyarakat perdesaan dari faktor-faktor ekonomi maupun
non ekonomi. Akibatnya ketidakberdayaan dan kemiskinan struktural di
perdesaan sehingga masyarakat terjebak pada lingkaran setan kemiskinan.
5. Daya dukung lingkungan hidup ekonomi, sosial dan budaya masyarakat
desa semakin menurun dan memburuk. Hal ini menyebabkan kedaulatan
desa atas sumber-sumber kehidupan seperti pangan, papan/perumahan,
lingkungan fisik dan energi lokal terbarukan semakin terancam.
6. Pengembangan potensi produksi ekonomi dan kreatif lokal desa yang
belum optimal akibat kurangnya kapasitas, akses modal dan jejaring dalam
proses produksi, distribusi, bahan baku, dan pengolahan, maupun
pemasaran hasil produksi masyarakat desa.
7. Ketimpangan struktur kepemilikan dan penguasaan lahan serta sumber-
sumber daya lokal desa. Ketimpangan penguasaan aset produksi yang
dimaksud tidak hanya meliputi penguasaan modal fisik dan modal
finansial semata, tetapi juga mencakup ketimpangan dalam penguasaan
modal manusia dan modal alam

4
5

8. Liberalisasi dan globalisasi yang tidak memberikan perlindungan terhadap


aktifitas perekonomian di desa. Produk-produk hasil sumber daya alam
desa yang kurang berdaya saing karena tidak memiliki nilai tambah yang
tinggi menjadikan wilayah desa semakin terperosok ke dalam jurang
ketertinggalan.

B. Tugas dan Fungsi Direktorat PDP


Peraturan Menteri Desa No. 15 Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata
Kelola Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
menggabungkan bidang pembangunan desa dan perdesaan di dalam satu Unit
Kerja Eselon I, yaitu Direktorat Jenderal PDP.
Direktorat Jenderal PDP mempunyai tugas mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan
desa dan perdesaan. Dalam rangka pelaksanaan tugas tersebut, Direktorat Jenderal
PDP menjalankan serangkaian fungs meliputi,

1. Perumusan kebijakan di bidang perencanaan teknis pembangunan desa dan


perdesaan, pembangunan sarana dan prasarana desa dan perdesaan,
pengembangan sosial budaya dan lingkungan desa dan perdesaan,
advokasi dankerja sama desa dan perdesaan, serta fasilitasi pemanfaatan
dana desa.
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang perencanaan teknis pembangunan desa
dan
perdesaan, pembangunan sarana dan prasarana desa dan perdesaan,
pengembangan sosial budaya dan lingkungan desa dan perdesaan,
advokasi dan
kerja sama desa dan perdesaan, serta fasilitasi pemanfaatan dana desa
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria di bidang perencanaan
teknis
pembangunan desa dan perdesaan, pembangunan sarana dan prasarana
desa dan perdesaan, pengembangan sosial budaya dan lingkungan desa
dan perdesaan, advokasi dan kerja sama desa dan perdesaan, serta fasilitasi
pemanfaatan dana desa.
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang perencanaan teknis
pembangunan desa dan perdesaan, pembangunan sarana dan prasarana
desa dan perdesaan, pengembangan sosial budaya dan lingkungan desa
dan perdesaan, advokasi dan kerja sama desa dan perdesaan, serta fasilitasi
pemanfaatan dana desa.
5. Pelaksanaan evaluasi, dan pelaporan di bidang perencanaan teknis
pembangunan desa dan perdesaan, pembangunan sarana dan prasarana
desa dan perdesaan,pengembangan sosial budaya dan lingkungan desa dan
perdesaan, advokasi dan kerja sama desa dan perdesaan, serta fasilitasi
pemanfaatan dana desa.
6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal PDP.
6

7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

C. Kebijakan Direktorat PDP


Pembinaan terhadap kelembagaan ekonomi masyarakat di daerah tertinggal,
seperti koperasi, usaha kecil dan menengah serta usaha mikro lainnya, harus
dikembangkan guna terwujudnya struktur perekonomian yang kuat dengan
didukung oleh ekonomi rakyat yang tangguh. Untuk mendukung mengembangkan
perekonomian daerah yang berbasis kerakyatan, dibutuhkan dukungan kebijakan
dalam bentuk:
1. Memberikan kepada masyarakat untuk berperan aktif dalam proses
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, serta perubahan struktur
masyarakat dengan pengembangan perencanaan pembangunan yang
komprehensif/partisipatif, demokratis, aspiratif dan transparan.
Dalam pelaksanaan proses perencanaan tersebut kepala desa harus
melibatkan masyarakat sebagai subyek pembangunan, proses yang
melibatkan masyarakat ini, mencakup dengar pendapat terbuka secara
ekstensif dengan sejumalah besar warga negara yang mempunyai
kepedulian, dimana dengar pendapat ini disusun dalam suatu catatan
untuk mempercepat para individu. kelompok-kelompok kepentingan
dan para pejabat agensi memberikan kontribusi mereka kepada
pembuatan desain dan redesain kebijakan dengan tujuan
mengumpulkan informasi sehingga pembuat kebijakan bisa membuat
kebijakan lebih baik. (winarso, 2007:64).
2. Melakukan restrukturisasi dan redistribusi kepemilikan asset produktif
kepada masyarakat pedesaan dengan memakaistandar skala ekonomi
keluarga sejahtera (3 ha/KK);
3. Melakukan optimalisasi peran dan fungsi seluruh perusahaan
agribisnis dan forestry (dengan Peraturan Daerah) sebagai investor di
pedesaan untuk melakukan reinvestasi melalui kemitraan pola
perusahaan patungan bersama pemerintah dan masyarakat pedesaan
dalam membangun sistem perekonomian pedesaan;
4. Mengembangkan usaha kecil, menengah, koperasi dan usaha mikro
lainnya dengan cara peningkatan dan pengembangan keterkaitan dan
kemitraan usaha yang saling menguntungkan dan saling
membutuhkan;
5. Mengembangkan bidang-bidang yang mempunyai keterkaitan dengan
pengembangan bidang-bidang lainnya yaitu bidang industripertanian
dalam arti luas, bidang transportasi, perdagangan, pariwisata serta
bidang kelautan yang cukup strategis sesuai dengan kondisi dan
potensi yang dimiliki daerah;
6. Meningkatkan upaya pembangunan infrastruktur terutama
perhubungan darat, laut dan udara untuk meningkatkan aksesibilitas
dan kelancaran lalu lintas orang dan barang;
7. Mendorong upaya peningkatan nilai tambah (value added) sebagai
produk pertanian yang dihasilkan oleh petani di pedesaan melalui
7

sistem agribisnis dan agroindustri yang menekankan pada upaya


pengembangan berbagai industri turunan;
8. Memberdayakan lembaga dan organisasi ekonomi masyarakat di
pedesaan sebagai wadah pengembangan kegiatan usaha produktif dan
memberdayakan masyarakat miskin serta mendorong berkembangnya
lembaga-lembaga keuangan mikro dalam rangka mendekatkan
masyarakat pada akses permodalan guna mengembangkan ekonomi
kerakyatan.
D. Rencana Strategi Direktorat PDP
Dalam upaya memacu pembangunan dari sisi aspek ekonomi dan sosial di
daerah tertinggal, maka program pembangunan pedesaan harus mem- prioritaskan
ketiga aspek tersebut.
1) Peningkatan Ekonomi Rakyat (Mengentaskan Kemiskinan). Program
kemiskinanmerupakan pendekatan pembangunan yang bersifat
komprehensif dan mendasar dalam tataran kesejahteraan dan harkat yang
manusiawi, oleh karena sekalipun kemiskinan merupakan fenomena
ekonomi namun memberikan konsekwensi yang kuat terhadap berbagai
aspek kehidupan masyarakat sehingga mengakibatkan masyarakat yang
mengalami kemiskinan tersebut menjadi rendah nilai-nilai
kemanusiaannya sehingga dalam kehidupannya kurang bermarwah.
Khusus untuk daerah tertinggal pemilikan aset produktif seperti lahan
sangat tidak adil, hal ini menyebabkan terjadi ketimpangan pendapatan
bagi masyarakat pedesaan.
Dari hasil pengamatan terlihat penguasaan asset produktif (lahan) di
pedesaan lebih banyak dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar dan
orang kota. Dampak dari semuanya ini terhadap mekanisme pasar yang
dipengaruhi secara signifikan oleh aspek permodalan dan kebijakan yang
kurang berpihak kepada masyarakat miskin. Masyarakat lebih banyak
berhadapan dengan pasar yang bersifat monopsoni.
2) Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia (Pengetasan Kebodohan).
Kebodohan sebagai cerminan dari rendahnya mutu sumberdaya manusia
(SDM). Kualitas SDM sangatmenentukan perubahan dan percepatan
pembangunan disuatu daerah. Apabila kualitas SDM rendah, maka
masyarakat akan sulit menerima perubahan, mereka tidak mampu untuk
mengikuti perubahan baik dari sisi pembangunan maupun dari sisi
kemajuan ekonomi. Mutu SDM yang rendah akan berdampak pada
rendahnya tingkat keterampilan dan penguasaan teknologi. Individu
ataupun kelompok masyarakat yang mengalami kondisi ini akan selalu
menjadi objek pembangunan dan sangat terbatas kemampuannya untuk
menjadi subjek yang berperan secara aktif dalam pembangunan.
3) Pembangunan Infrastruktur. Pembangunan infrastruktur sangat diperlukan
untuk melancarkan dan mensukseskan pencapaian berbagai tujuan dan
keinginan di berbagai aspek kehidupan, terutama untuk mengentaskan
kemiskinan dan mengatasi kebodohan. Pembangunan merupakan sebuah
8

proses kegiatan yang sebelumnya tidak ada menjadi ada, atau yang
sebelumnya sudah ada dan dikembangkan menjadi lebih baik, menurut
Myrdal (1971) pembangunan adalah sebagai pergerakan ke atas dari
seluruh sistem sosial. Artinya bahwa pembangunan bukan melulu
pembangunan ekonomi, melainkan pembangunan seutuhnya yaitu semua
bidang kehidupan dimasyarakat (dalam Kuncoro. Mudrajad, 2013:5).
Pembangunan infrastruktur akan meningkatkan mobilitas manusia dan
barang antardaerah dan antara kabupaten/kota. Peningkatan ini hendaknya
tidak saja melalui kuantitas tetapi juga kualitasnya yang meliputi fasilitas
transportasi (jalan, jembatan, pelabuhan), fasilitas kelistrikan, fasilitas
komunikasi, fasilitas pendidikan, dan fasilitas air bersih. Tersedianya
infrastruktur yang memadai akan dapat mengembangkan potensi
sumberdaya manusia (SDM) dan potensi sumberdaya alam (SDA) secara
optimal dan dapat mengeliminasi kesenjangan antarkelompok masyarakat,
antarwilayah kabupaten/kota, serta antara pedesaan dengan perkotaan.
Semuanya ini akan semakin mengangkat derajat, harkat, martabat dan
marwah rakyat di daerah pedesaan karena eksistensinya akan semakin
diakui dan diperhitungan dalam konteks persaingan global.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam memacu pertumbuhan ekonomi, kebijaksanaan ekonomi harus
menganut paradigma baru dimana pemberdayaan ekonomi rakyat harus menjadi
perhatian utama. Karena sebagian besar rakyat hidup pada sektor pertanian dan
sektor ini masih memberikan kontribusi yang besar pada perekonomian negara,
maka pemberdayaan ekonomi rakyat juga berarti membangun ekonomi pertanian
dengan lebih baik. Pengembangan sektor pertanian ke depan harus diarahkan
kepada sistem agribisnis, karena pendekatan ini akan dapat meningkatkan nilai
tambah sektor pertanian. Pada hakekatnya dapat meningkatkan pendapatan bagi
pelaku-pelaku agribisnis di daerah. Sektor pertanian(agribisnis) sebagai sektor
ekonomi rakyat di pedesaan memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan
lebih lanjut, baik untuk memperkuat ekonomi rakyat, maupun sebagai andalan
Indonesia dalam perdagangan bebas.
B. Saran
Saran yang kami berikan di makalah ini ialah untuk para direktorat lebih
memperhatikan lagi apa saja kendala yang terjadi di pembangunan desa agar
segera ditanganin secara cepat agar desa tersebut pembangunannya tidak
tertinggal.

9
DAFTAR PUSTAKA
Budi Winarno,(2007). Kebijakan Publik: Teori dan Proses, (Edisi
Revisi),Yogyakarta: Media Pressindo, ISBN -979-222-207-3
Dahurii, R & Nugroho, I, pembangunan wilayah : perspektif ekonomi, sosial dan
Lingkungan, LP3ES, jakarta, 2012.
Direktorat Jenderal Pembangunan Desa dan Pedesaan.(2021).Laporan Kinerja
Direktorat Jenderal Pembangunan Desa dan Pedesaan
Mudrajad Kuncoro, (2013). “Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi” Edisi 4.
Jakarta: Erlangga.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber
Dari APBN
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

10

Anda mungkin juga menyukai