KELOMPOK 7 :
Pembangunan desa secara konseptual mengandung makna proses dimana usah usaha
dari masyarakat desa terpadu dengan usaha-usaha dari pemerintah. Tujuanna untuk
memperbaiki kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Sehingga dalam konteks
pembangunan desa, paling tidak terdapat dua stakeholder yang berperan utama dan sejajar
(equal) yaitu pemerintah dan masyarakat (Korten, 1988:378). Berdasarkan analisis situasi yg
ada pelaksanaan perencanaan pembangunan yang tidak tepat sasaran, terlaksana dengan
baik dan tidak dapat di manfaatkan hasilnya, karena pembangunan tersebut benar-benar tidak
memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal itu di mungkinkan terjadi, khususnya dalam
pembangunan masyarakat jika masyarakat tidak di libatkan mulai dari proses penyusunan
rencana di mulai dari perumusan masalah, penggalian potensi, penentuan prioritas masalah
serta perumusan rencana mengenai kegiatan yang akan di laksanakan. Dalam pemberdayaan
masyarakat berarti membahas mengenai suatu proses yang membangun manusia atau
masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan prilaku manusia dan
pengorganisasi masyarakat. Camat melaksanakan tugas-tugasnya dikecamatan belalau
dengan di bantu oleh staf seksi/bidang pemberdayaan masyarakat pekon/kelurahan yang
mempunyai tugas pokok membantu camat dalam pemberdayaan masyarakat
pekon/kelurahan yang meliputi, pembinaan pembangunan, bidang perekonomian, produksi,
distribusi dan lingkungan hidup. Semua kegiatan yang dilakukan oleh staf dibidang
pemberdayaan masyarakat yaitu penyusunan rencana program kerja seperti kebutuhan
masyarakat itu sendiri baik dalam pembangunan dan perekonomian, Kegiatan pembangunan
contohnya membangun sarana transportasi jalan atau jembatan yang kegunaannya untuk
melancarkan transportasi masyarakat dalam kegiatan usaha sehari-hari, serta di bantu oleh
warga-warga setempat dengan melakukan gotong royong bersama demi kepentingan
bersama dari hasil pembangunan tersebut.
Kegiatan lainnya seperti perekonomian berupa meningkatkan perekonomian
masyarakat dengan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat desa agar bisa
mengembangkan potensi dan kemampuan masyarakat, dapat meliputi antara lain dengan
bertani, berternak, melakukan wirausaha atau keterampilan keterampilan membuat home
industry (rumah industri) dan masih banyak lagi kemampuan dan keterampilan masyarakat
yang dapat di kembangkan
1.2 Tujuan
1. ……….
2. Mengetahui potensi wilayah dan upaya identifikasi wilayah desa, menurut
pandangan tenaga kerja dan pendapatan
3. Mengetahui analisis dan pengembangan wilayah desa
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3
PEMBAHASAN
Dalam menggunakan PRA ada beberapa prinsip dasar yang harus dipegang oleh
Pendamping Desa dalam melakukan pemetaan dan identifikasi potensi desa, antra lain :
Melibatkan kelompok masyarakat (mewakili)
Masyarakat setempat sebagai pelaku utama
Penerapan prinsip trianggulasi
Berorientasi praktis
Optimalkan hasil
Santai dan Informal
Prinsip demokrasi
Setelah memamahi prinsip – prinsip dasar PRA, maka berikutnya adalah melakukan
Langkah-langkah Pelaksanaan PRA yaitu :
Persiapan
Pelatihan
Penyusunan Tim PRA
Pendefinisisan tujuan PRA
Pembuatan Desain Kegiatan PRA
Kunjungan Awal
Pelaksanaan Pra
Penjelasan Maksud, Tujuan, dan Proses PRA
Diskusi Penggalian Informasi
Pendokumentasian Hasil Diskusi
Presentasi Hasil Diskusi
Perumusan Rencana Aksi
Tindak Lanjut
Perincian Rencana Aksi
Pelaksanaan Secara Partisipatif
Pengelompokan Data dan Informasi
Identifikasi Data
1. Pembuatan Peta Sumberdaya Desa
Peta secara sederhana diterjemahkan sebagai gambar wilayah dimana informasi
diletakkan dalam bentuk simbol-simbol. Sebagai media informasi, peta dimanfaatkan untuk
membantu pengambilan keputusan. Peta yang akan dibuat lebih merupakan sarana untuk
membantu proses diskusi pemahaman kondisi wilayah. Dengan demikian, peta bukan
sekedar merupakan hasil dari diskusi tetapi lebih dari itu yaitu bagian dari proses diskusi.
2. Identifikasi Kegiatan Usaha atau Mata Pencaharian
Teknik kajian mata pencaharian adalah teknik PRA yang digunakan memfasilitasi
diskusi mengenai berbagai aspek mata pencaharian masyarakat. Jenis-jenis mata
pencaharian beserta aspek-aspeknya, digambarkan dalam sebuah bagan.
3. Jenis Informasi yang diidentifikasi meliputi:
Mata pencaharian bidang pertanian seperti pertanian tanaman pangan, peternakan,
perkebunan, perikanan;
mata pencaharian bidang non pertanian seperti industri makanan, pertenunan,
kerajinan, gerabah dan lain-lain:
mata pencaharian bidang jasa seperti buruh, tukang, transpot dan lain-lain
4. Peta Transek Desa atau Penelusuran Lokasi
Arti harfiah transek adalah gambar irisan muka bumi. Pada awalnya transek digunakan
oleh para ahli lingkungan untuk mengenali dan mengamati wilayah-wilayah ekologi. Sebagai
teknikPRA, Teknik Penelusuran Lokasi (transek) adalah teknik PRA untuk melakukan
pengamatan langsung lingkungan dan sumberdaya masyarakat, dengan jalan menelusuri
wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati. Hasil pengamatan dan lintasan
tersebut kemudian dituangkan dalam bagan atau gambar irisan muka bumi untuk didiskusikan
lebih lanjut.
5. Identifikasi Kalender Musim
Teknik penyusunan kalender musim adalah teknik PRA yang memfasilitasi pengkajian
kegiatan –kegiatan dan kejadian-kejadian yang terjadi berulang dalam satu kurun waktu
tertentu ( musiman) dalam kehidupan masyarakat Kegiatan-kegiatan dan keadaan-keadaan
itu dituangkan dalam kalender kegiatan atau keadaan-keadaan , biasanya dalam jarak waktu
satu tahun ( 12 bulan).
6. Identifikasi Kecenderungan Usaha Pertanian
Teknik pembuatan bagan kecenderungan dan perubahan adalah teknik PRA yang dapat
menggambarkan perubahan-perubahan berbagai keadaan, kejadian, serta kegiatan
masyarakat dari waktu kewaktu. Dari besarnya perubahan, hal-hal yang diamati yang dapat
berkurang, tetap atau bertambah, kita bisa memperoleh gambaran adanya kecenderungan
umum perubahan yang akan berlanjut di masa yang akan datang.
7. Hubungan Kelembagaan
Masyarakat dalam melakukan aktivitas kesehariannya, baik secara langsung atau tidak
sering berinteraksi dengan berbagai kelembagaan lain apakah itu pemerintahan atau swadaya
masyarakat. Dalam interaksi ini, kedua belah fihak mempunyai peran yang berbeda dan dari
tujuan yang umum dijumpai, masyarakat adalahpenerima, mungkin ada juga sebagai pelaku.
Pada saat interaksi itu terjadi atau bahkan setelah suatu kegiatan berakhir, masyarakat
selalu akan menilai bagaimana keterkaitan dan sumbangan yang diberikan oleh lembaga-
lembaga tersebut, adakah menyentuh langsung kepentingan atau aktivitas mereka, bahkan
mungkin sama sekali tidak ada hubungan dengan masyarakat.
Mengetahui analisis ekonomi dan pengembangan wilayah desa
Dalam pengembangan wilayah desa, teknik-teknik yang digunakan untuk menganalisis
keadaan perekonomian suatu daerah dapat bermacam-macam. Untuk dapat menganalisis
suatu keadaan perekonomian daerah kita perlu tahu terlebih dahulu apa itu ekonomi wilayah.
Ekonomi wilayah adalah ekonomi yang menekankan aspek ruang ke dalam analisis ekonomi.
Ilmu ekonomi wilayah merupakan gabungan antara ilmu ekonomi tradisional dengan teori
lokasi. Yang intinya membahas pada sektor sektor yang nantinya output dari ekonomi wilayah
yaitu pengclasteran antar sektor.
Pendapatan regional (PDRB) adalah salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi
ekonomi pada suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku dan
atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah. Konsep
yang harus diketahui yaitu :
Konsep add value
Konsep add value yaitu biaya pembelian / perolehan dari sektor lain yang telah dihitung
sebagai produksi di sektor lain atau berasal dari impor. Secara sederhana add value dapat
kita artikan sebagai "nilai" yang kita tambahkan ke dalam satu barang, atau materi, atau jasa,
atau bahkan manusia. Sebagai contoh, jika kita jual singkong 1 kg, (anggap) harganya seribu
rupiah. Tetapi jika kita jual singkong yang yang sudah diolah misalnya tepung tapioca, maka
hargaya bisa menjadi (anggap) 6 ribu rupiah. Artinya kita telah menambah nilai 5 ribu rupiah
pada 1 kg singkong. Nilai singkong menjadi 6 kali lipat.
Tentu, dalam melakukan proses "nilai tambah", ada "biaya tambah", atau added cost.
Menambah nilai singkong menjadi 6 kali lipat tidak gratis. Butuh mesin untuk menggiling,
mesin untuk meaduk adonan, butuh air yang banyak untuk mencucui singkong singkong yang
akan diolah dll. Tinggal kita, bagaimana memaksimalkan added value dan meminimalkan
added cost.
Dalam hitung pendapatan regional ada dua metode yaitu langsung dan tak langsung:
1. Metode langsung
Pendekatan produksi
Pendekatan pendapatan
Pendekatan pengeluaran
Metode tidak langsung
2. Metode tidak langsung
Metode tidak langsung adalah suatu cara mengalokasikan produk domestic bruto
wilayah dari wilayah yang lebih luas ke masing masing bagian wilayah, misalanya
mengalokasikan PDB Indonesia ke setiap provinsi dengan alakator tertentu.
3.2 Studi Kasus “Sektor Pertanian Jadi Satu Keberhasilan Pembangunan Desa
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo saat
menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pembangunan Pertanian 2019.
"Karena sekitar 82 persen masyarakat kita tinggal di pedesaan yang mayoritas tergantung
dari sektor pertanian, perkebunan, peternakan maupun perikanan," kata Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo saat menghadiri
Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pembangunan Pertanian 2019 yang dibuka oleh Menteri
Pertanian Andi Amran Sulaiman di Hotel Bidakara, pada Senin (14/1).
Angka kemiskinan menurut Eko, mengalami penurunan sebesar 1,82 juta jiwa. Dan yang lebih
membanggakan angka penurunan di desa lebih besar dibandingkan di kota. Di desa menurun
sekitar 1,2 juta jiwa dan di kota 580 ribu. Namun, harus diakui bahwa jumlah orang miskin
masih lebih banyak di desa daripada di kota.
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo saat menghadiri
Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pembangunan Pertanian 2019.
"Tapi, jika angka kemiskinan di desa bisa terus kita pertahankan, maka dalam waktu lima
tahun ke depan jumlah orang miskin di desa akan lebih kecil dari pada di kota," katanya seperti
dalam siaran pers.
Bukan itu saja, kerja keras dari berbagai pihak secara bersama-sama terutama didorong oleh
keberhasilan disektor pertanian selama empat tahun ini telah terjadi peningkatan pendapatan
yang sangat signifikan. Kalau di tahun 2014 pendapatan per kapita di desa hanya 572 ribu per
kapita per bulan, di tahun 2018 angka pendapatan per kapitanya telah mengalami peningkatan
menjadi 874 ribu per kapita per bulan.
"Kalau ini bisa kita pertahankan, lima tahun yang akan datang pendapatan per kapita didesa
itu sudah lebih dari dua juta. semua ini salah satu faktor utamanya adalah keberhasilan
di sektor pertanian," ujar Eko.
3.3 Pembahasan Studi Kasus “Sektor Pertanian Jadi Satu Keberhasilan
Pembangunan Desa
Dari angka diatas kita bisa tau bahwa perkembangan desa yang tertinggal sudah
mengalami peningkatan yang cukup besar sejak 5 tahun terakhir. Dari target yang ditetapkan
Indonesia dalam bidang pengembangan desa tertinggal sudah lebih 559 desa yang mandiri,
dan dari setiap desa tersebut masyarakatnya memiliki mata pencaharian dari sektor pertanian,
perikanan, hutan, perkebunan, dan peternakan. Dan dari sektor inilah desa-desa tertinggal
tersebut bisa bangkit menjadi desa yang berpotensi dan makmur dalam segi pertanian.
Jika dilihat dari segi lahan di pedesaan memang kebanyakan adalah lahan pertanian dan
perkebunan. Maka dari itu desa-desa tersebut berkembang dari sektor-sektor tersebut, namun
dari peningkatan ekonomi di desa masih saja orang miskin dan kurang makmur. Terhitung
jumlah orang miskin yang ada di desa dan di kota masih lebih besar yang ada di desa. Namun
dengan usaha yang di lakukan pemerintah dan penyadaran masyarakat terhadap pentingnya
modernisasi dibidang mata pencaharian yang sedang digeluti. Apabila cara ini berhasil maka
tingkat kemiskinan di desa akan lebih rendah daripada di kota, karena masyarakat didesa
kebanyakan memiliki lahan yang cukup luas dan efektif untuk dimanfaatkan sebagai lahan
pertanian dan perkebunan maupun peternakan.
BAB 4
KESIMPULAN
sia.
DAFTAR PUSTAKA
Christie N. J. Maramis. 2013. Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Konsumsi, Investasi, dan
Eksporneto Di Indonesia dan Sulawesi Utara Sebelum dan Sesudah Krisis Finansial
Global 2008. Jurnal EMBA 1435 Vol.1 No.4 Desember 2012, Hal. 1431-1443.
Conyers, Diana. 1991. Perencaan Sosial di Dunia Ketiga. Yogyakarta: UGM Press.
David C. Korten, 1988, Pembangunan yang Memihak Rakyat: Kupasan Tentang Teori dan
Metode Pembangunan, dialihbahasakan oleh Lembaga Studi Pembangunan (LSP),
Yayasan Studi Pembangunan, Jakarta.
Dumairy. 2001. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga. Faturochman, dan Marcelinus
Molo. 2004. Karakteristik Rumah Tangga Miskin Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
Ekonomi Pertanian, Vol (1) 75- 103.
Hicks, Gatoet Sroe. 2003. Simulasi Dampak Perubahan Faktor-faktor Ekonomi terhadap
Ketahanan Pangan Rumah Tangga pertanian. Jakarta: Erlangga.
Jeftaleibo. 2004. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Andi Offset.
Kartasasmita, G.1996. Pembangunan untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan
Pemerataan. Jakarta : CIDES.
Kurnadi. 2011. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Maryono et al. 2008. Analisis Efisiensi Teknis Dan Pendapatan Usahatani Padi Program Benih
Bersertifikat: Pendekatan Stochastic Production Frontier (Technical Efficiency and
Income Analysis for Certified Rice Seed Program: Stochastic Production Frontier
Aproach). Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian Vol (2) 2 :11-20
Maulana. 2004. Produktivitas. UGM Press: Yogyakarta.
Muhammad. 2010. Mata Pencaharian Penduduk. Jakarta: Erlangga
Mulyanto. 2002. Analisis Ekonomi Pendapatan Petani. Jambi: Universitas Jambi.
Mulyati, Sri Nur dan Mahfudz, Agus dan Permana, Leni. 2009. Ekonomi 1 : Untuk Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Nurasa, Tjetjep dan Deri Hidayat. 2003. Analisis Usaha tani dan Keragaan Marjin Pemasaran
Jeruk Di Kabupaten Karo. Jurnal Ekonomi Pertanian, XXXVI (1) 72-94.
Prayodi Dian. 2012. Makalah Ekonomi Fungsi Konsumsi
http://ryandfortunately.blogspot.com/2012/06/makalah-ekonomi-fungsikonsumsi.html.
Diakses taggal 24 November 2014.
Salvature, D dan Eugene A.D. 2004. Prinsip-Prinsip Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Sefta, L. 2003. Kearifan Lokal Yang Terabaikan (Sebuah Perspektif Sosiologi Pedesaan).
Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta.
Sudana, Wayan et al. 2002. .Karakterisik Rumah Tangga Tani di Lima Agroekosistem Wilayah
Pengemabangan SUT di Jawa Timur. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian, vol.5, no.2, hal. 83-96.
Sumodiningrat, C. 2005. Pembangunan Pertanian Dalam Ekonomi Kerakyatan, Otonomi
Daerah dan Persaingan Global. Yogyakarta: Fakultas Pertanian UGM.
Triyono, Lambang dan Masikun. 2002. Proses Perubahan Sosial di Desa Jawa, Teknologi,
Surplus Produksi dan Pergeseran Okupasi. Jakarta: CV Rajawali.