Anda di halaman 1dari 26

A.

Judul
“PERAN KEPEMIMPINAN PEMERINTAH DESA UNTUK
MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PEMBANGUNAN DESA”
(Studi Deskriptif di Desa Sabandar Kabupaten Cianjur)
B. Latar Belakang
Harus kita sadari bahwa kehidupan bangsa ini saling ketergantungan
satu sama lainnya dalam hal menciptakan kesejahteraan yang menyeluruh.
Untuk menyikapi hal tesebut diharapkan keterlibatan dari semua aspek yang
bersifat positif serta mendukung terciptanya kesejahteraan yang menyeluruh
yang salah satunya dalam bidang pembangunan. Peranan pemerintah pada
masa ini lebih diarahkan untuk menciptakan aparatur yang efisien, efektif
bersih, dan beribawa serta mampu melaksanakan seluruh tugas umum
pemerintahan dan pembangunan dengan sebaik-baiknya dengan dilandasi
semangat dan sikap pengabdian pada masyarakat, bangsa dan Negara.
Perhatian pembangunan perlu diarahkan kepada pembangunan
pedesaan dengan segala aspeknya, karena titik tumpu pembangunan
masyarakat Indonesia berada di pedesaan. Tetapi semuanya berbanding
terbalik dengan kenyataan yang ada saat ini. Keadaan yang demikian ini
diperkuat oleh adanya kenyataan bahwa masyarakat perdesaan masih diliputi
dengan masalah kemiskinan, keterbelakangan dan berbagai kerawanan sosial
lainnya. Perlu usaha yang terencana untuk membangun prasarana
perhubungan desa, produksi, pemasaran dan prasarana desa untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Pemerintah Desa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
mempunyai hambatan dan permasalahan. Hambatan dan permasalahan
tersebut antara lain meliputi : kurangnya sumberdaya manusia Perangkat
Desa, kurangnya sarana dan prasarana kerja, serta penghasilan yang masih
rendah.
Kita memahami bahwa pembangunan dibutuhkan untuk memecahkan
berbagai masalah seperti kemiskinan, kesenjangan sosial, pengangguran, dsb.
Namun pemahaman yang demikian tidak boleh dibiarkan begitu saja tanpa

1
adanya kritik maupun kontrol terhadapnya karena pada prinsipnya kehadiran
pembangunan dapat diasumsikan sebagai satu-satunya cara untuk dapat
memecahkan masalah dapat berbalik fakta, seperti adanya kesenjangan sosial-
ekonomi, politik dan kebudayaan.
Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, dibutuhkan keterlibatan aktif
dan keseriusan dari pemerintahan setempat baik pemerintah pusat, pemerintah
daerah, kecamatan maupun pemerintah desa.
Pemerintahan desa berperan penting dalam mewujudkan pembangunan
desa yaitu meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-
besarnya bagi kesejahteraan masyarakat desa. Sebagaimana pasal 1 ayat 9
tahun 2013 UndangUndang tentang Desa menyebutkan bahwa kawasan
pedesaan merupakan kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat pemukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Hal ini bertujuan untuk pencapaian tujuan pembangunan. Pembangunan
pedesaan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional untuk
meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berlandaskan pada potensi
dan kemampuan masyarakatnya sehingga mewujudkan kehidupan masyarakat
yang mandiri, maju, sejahtera, dan berkeadilan. Tetapi tujuan pembangunan
tersebut tidak akan terwujud ketika tidak ada kerjasama antara pemerintahan
desa dengan masyarakat untuk membangun desanya dengan baik sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
Pembangunan desa akan menjadi sebuah tantangan besar bagi
pemerintahan desa, dimana terdapat permasalahan yaitu bahwa Desa
Sabandar pembangunan desa yang masih minin, dan partisipasi masyarakat
yang minim.
Pertama, Desa Sabandar merupakan desa pemekaran (desa baru) dari
yang mulai dimekarkan pada tahun 2003. Alasan dilakukan pemekaran
sebagaimana diungkapkan oleh selaku tokoh masyarakat yang ikut
memperjuangkan pemekaran tersebut adalah “jika masih bersatu ternyata
yang termasuk paling barat yang tidak kebagian masalah pembangunan”,

2
beliau merasa miris melihat keadaan masyarakat dan berkeinginan untuk
memajukan daerah melalui pemekaran tersebut.
Melihat keadaan tersebut maka dilakukan suatu pemekaran wilayah
pedesaan oleh aparat pemerintah berserta masyarakat. Hal ini dilakukan
karena adanya kebutuhan untuk mengatasi jauhnya jarak rentang kendali
antara pemerintah dan masyarakat, serta memberi kesempatan pada daerah
untuk melakukan pemerataan pembangunan serta bertujuan untuk
menyediakan pelayanan publik yang lebih baik dalam wilayah kewenangan
yang terbatas / terukur dan mewujudkan kemandirian daerah. Melalui proses
perencanaan pembangunan daerah pada skala yang lebih terbatas, maka
pelayanan publik sesuai kebutuhan lokal Akan lebih tersedia serta
meningkatkan efektifitas penyelenggaraan pemerintah dan pengelolaan
pembangunan.
Pemekaran wilayah desa yang terjadi di Indonesia menjadi salah satu
jalan untuk pemerataan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Seperti dalam bidang ekonomi, keuangan (rencana add 1 Milyard
setiap desa), pelayanan publik dan aparatur pemerintah desa termasuk juga
mencakup aspek sosial politik, batas wilayah maupun keamanan serta
menjadi pilar utama pembangunan pada jangka panjang.
Bagi suatu desa yang baru dimekarkan, memiliki tanggung jawab bagi
pemerintahan baru dan daerah otonom baru Desa Sabandar dalam
menjalankan roda kepemerintahannya dengan mandiri dan bisa meningkatkan
kualitas pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan baik dalam rangka pelayanan,
pemberdayaan dan pembangunan menuju terwujudnya suatu tatanan
kehidupan masyarakat yang maju, mandiri, sejahtera, adil dan makmur serta
bisa mempercepat akselerasi pembangunan daerah yang menyeluruh.
Kedua, dalam pembangunan terdapat permasalahan yaitu terlihat
dengan tingkat pendapatan, pendidikan, kesehatan, prasarana fisik, dan
kelembagaan yang rendah. Masalah dalam pendapatan dikarenakan
masyarakat memiliki akses yang lemah terhadap faktor-faktor produktif,
modal usaha, keterampilan, dan informasi yang rendah. Masalah di bidang
pendidikan adalah sarana prasarana yang kurang memadai, dan kualitas

3
tenaga pengajar. Di bidang kesehatan, masih kurangnya sarana prasarana
kesehatan, tenaga medis, sistem pelayanan, dan rendahnya tingkat kesadaran
akan pola hidup yang sehat.
Berkenaan dengan sarana fisik yaitu jalan antar desa yang masih
memerlukan pembenahan untuk kelancaran akses. Masalah ini timbul karena
dalam proses pembuatan jalan tidak ada yang mengawasi dari pemerintah
desa dan masyarakat, sehingga kualitas jalan rendah dan mudah rusak. Selain
itu sarana yang lain adalah rendahnya kepemilikan sarana sanitasi keluarga
seperti jamban, tidak adanya sistem pengelolaan sampah atau tempat
pembuangan, mengindikasikan bahwa minimnya kesadaran masyarakat akan
kesehatan dengan pola hidup yang bersih.
Ketiga, partisipasi masyarakat yang masih minim terlihat dari
kurangnya keterlibatan masyarakat dalam tahapan pembangunan mulai dari
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemanfaatan hasil, dan tahap
evaluasi. Partisipasi menurut Rono dan Abdillahi (2003) merupakan aktif dan
terlibatnya masyarakat dalam pelaksanaan program pemerintah yang telah
ditetapkan. Pada kenyataanya di lapangan masih ditemukan permasalahan
dalam pembanguan pedesaan yang dilakukan oleh pemerintahan desa
Sabandar. Ini membuktikan bahwa kepemimpinan yang dilaksanakan oleh
pemerintahan desa masih belum maksimal, dan dalam pelaksanaan
pembangunan belum memenuhi semua kebutuhan untuk mensejahterakan
masyarakat mengenai prioritas kebutuhan masyarakat yang utama dalam
pembangunan. Hal ini menjadi faktor penyebab rendahnya partisipasi
masyarakat dalam pembangunan, sehingga masyarakat enggan untuk terlibat
atau berperan serta dalam pembangunan, karena mereka kurang dilibatkan
dalam proses perencanaan pembangunan sehingga mereka tidak mengetahui
tujuan pembangunan yang akan dilaksanakan.
Selanjutnya, dalam Ketentuan Umum Pada Undang-undang No 78
Tahun 2007 poin (6) menyatakan bahwa:
Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan

4
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ketentuan tersebut menjelaskan bahwa prakarsa masyarakat sangat
dibutuhkan dalam menjalankan pembangunan sehingga peran serta desa
sebagai lembaga pemerintahan yang berada paling dekat dengan masyarakat
mempunyai peran krusial dalam pembangunan nasional menuju kesejahteraan
rakyat. Sejalan dengan peran sentral tersebut maka desa sebagaimana yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah No 72 tahun 2005 tentang Desa diberikan
kewenangan dalam mengelola keuangan dan secara mandiri menjalankan
roda pemerintahannya sendiri melalui prinsip-prinsip pemerintahan
partisipatif.
Melihat Desa Sabandar sebagai desa baru, akan lebih sulit di awal untuk
melaksanakan kepemerintahannya karena harus dengan mandiri
melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan pembangunan dengan otonomi
yang dimiliknya. Disini peran pemerintahan desa (pemerintah desa dan BPD)
sangat penting dalam mewujudkan tujuan pembangunan.
Kepemimpinan pemerintahan desa sangat berperan dalam mewujudkan
pembangunan desa. Pemerintahan desa memiliki informasi dan komunikasi
mengenai hal-hal yang berkaitan kepentingan masyarakat. Pemimpin dalam
hal ini merupakan suatu sosok atau figur yang mengetahui segala hal
mengenai masyarakat dan menjadi panutan bagi masyarakat karena memiliki
kekuasaan, kewibawaan, dan kepandaian yang menjadi perhatian masyarakat.
Melalui sosok seorang pemimpin tersebut suatu pembangunan bisa
diselenggarakan dengan baik, efektif dan efisien.
Masyarakat juga sangat berperan dalam mewujudkan pembangunan
desa. Melalui masyarakat pemimpin mengetahui berbagai kebutuhan yang
harus dipenuhi untuk melakukan pembangunan guna untuk mensejahterakan
masyarakatnya. Selain itu pembangunan yang berlandaskan pada potensi dan
kemampuan masyarakatnya akan mewujudkan kehidupan masyarakat yang
mandiri, maju, sejahtera, dan berkeadilan harus dilakukan pembangunan yang
partisipatif, dimana masyarakat berperan aktif dan atau ikut serta dalam
proses pembangunan.

5
Sejalan dengan penelitian terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh
Gusti Muhammad Fadli (2010) menujukkan bahwa pembangunan merupakan
proses yang membutuhkan kepemimpinan dan partisipasi. Kepemimpinan
dan partisipasi sulit dipisahkan. Kepemimpinan yang bagus tetapi dilandasi
dengan partisipasi yang jelek tidak akan membawa proses pembangunan
mencapai hasil secara maksimal. Demikian juga sebaliknya, partisipasi yang
bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung juga membuat tujuan
pembangunan sulit dicapai sesuai harapan.
Dari penelitian tersebut jelas bahwa peran pemimpin dan
kepemimpinan yang dilaksanakan oleh pemimpin serta partisipasi masyarakat
sangat berpengaruh dalam pencapaian tujuan pembangunan. Maka dari itu
perlu kerjasama antara pemerintahan desa sebagai pemimpin pemerintahan
dan masyarakat dalam melakukan program pembangunan, serta bagaimana
sebagai seorang pemimpin bisa mempimpin anggotanya dengan baik. Maka
dari itu, perlu adanya usaha pemerintahan desa untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa. Karena dengan itu
pemerintahan desa bisa mengetahui kebutuhan masyarakat untuk menentukan
program pembangunan yang akan dilaksanakan, begitupun sebaliknya
masyarakat bisa berpartisipasi mengelurakan aspirasi dan tenaganya dalam
pembangunan tersebut. Untuk itu interaksi dan hubungan antara pemerintahan
desa dengan masyarakat harus dipelihara.
Melihat berbagai kenyataan dalam pelaksanaan kepemimpinan
masyarakat, menarik untuk diteliti dimana perlu adanya suatu kajian atau
penelitian mengenai pelaksanaan kepemimpinan masyarakat dan partisipasti
masyarakat dalam pembangunan, serta mencari solusi dengan memberikan
pengetahuan tentang perlunya kepemimpinan masyarakat untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Bertitik tolak dari permasalahan di atas, maka penulis mencoba untuk
mengangkat permasalahan tersebut kedalam sutu studi penelitian dan
mengambil judul: “PERAN KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DESA
UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PEMBANGUNAN DESA”.

6
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas tergambar bahwa
yang menjadi masalah utama dalam penelitian ini adalah mengenai peran
kepemimpinan pemerintahan desa dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan, dengan uraian lebih rinci sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kepemimpinan pemerintahan desa dalam melaksanakan
program pembangunan desa, menyangkut kepemimpinan yang diterapkan
oleh pemerintahan desa dengan mengidentifikasi kepemimpinan yang
dilaksanakan oleh pemerintahan desa melalui teori kepemimpinan
2. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, dan kesadaran
akan pentingnya program pembangunan desa untuk kesejahteraan bersama
dalam memenuhi kebutuhan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan
desa dapat diidentifikasi melalui bentuk partisipasi yang diberikan;
tahapan partisipasi yang dilakukan masyarakat mencakup keikutsertaan
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil, serta
evaluasi program pembangunan desa; dan tingkatan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan.
3. Hambatan dalam pelaksanaan program pembangunan oleh pemerintahan
desa mencakup faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
program pembangunan desa.
4. Upaya yang dilakukan oleh pemerintahan desa dalam mengatasi hambatan
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program
pembangunan oleh pemerintahan desa mencakup solusi dari pemerintahan
desa dalam meningkatkan pasrtisipasi masyarakat untuk keberhasilan
pencapaian tujuan pembangunan
D. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang dan identifikasi mengenai masalah pokok
penelitian yaitu dengan rumusan masalah penelitian “Peran Kepemimpinan
Pemerintahan Desa untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam
Pembangunan”. Agar rumusan masalah tersebut menjadi rinci, maka
dikembangkan beberapa pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut:

7
1. Bagaimana kepemimpinan pemerintahan desa dalam melaksanakan
pembangunan desa?
2. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa?
3. Hambatan apa yang terjadi dalam pelaksanaan program pembangunan oleh
pemerintahan desa?
4. Upaya apa yang dilakukan oleh pemerintahan desa dalam mengatasi
hambatan untuk meningkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
program pembangunan oleh pemerintahan desa?
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah
dikemukakan di atas, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
peran kepemimpinan pemerintahan desa untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan di Desa Sabandar Kecamatan Karang
Tengah Kab.Cianjur.
2. Tujuan Khusus Adapun yang menjadi tujuan khusus tujuan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui bagaimana kepemimpinan pemerintahan desa dalam
melaksanakan pembangunan desa.
b. Mengetahui partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.
c. Mengetahui hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan program
pembangunan oleh pemerintahan desa.
d. Mengetahui berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintahan desa
dalam mengatasi hambatan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pelaksanaan program pembangunan oleh pemerintahan desa.
F. Manfaat Penelitian
Selain tujuan-tujuan tersebut di atas, penulisan skripsi ini juga
diharapkan bermanfaat untuk berbagai hal diantaranya:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran atau wawasan keilmuan yang dikhususkan dalam bidang kajian
ilmu sosiologi khususnya sosiologi organisasi, sosiologi pembangunan,

8
dan sosiologi desa kota yang dikhususkan dalam peranan kepemimpinan
pemerintahan desa dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.
2. Secara Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
a. Peneliti
1) Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam
bidang ilmu sosiologi.
2) Untuk menambah wawasan luas mengenai kondisi riil di masyarakat
terutama mengenai pelaskanaan kepemimpinan pemerintahan desa
kaitannya dengan partisipasi masyarakat desa dalam melaksanakan
pembangunan desa.
b. Masyarakat Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan mampu
membuka mata masyarakat bahwa partisipasi mereka dalam
pembangunan desa sangat penting guna mencapai tujuan pembangunan
dan kesejahteraan masyarakat.
c. Pemerintahan Desa
1) Membantu pemerintah dalam mencari solusi untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan memperbaiki kinerja
pemerintahan desa dalam peranannya sebagai pemimpin masyarakat.
2) Mengungkapkan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
melaksanakan pembangunan desa yang partisipatif sesuai dengan
kebutuhan dan potensi masyarakat yang ada.
d. Prodi PPKn
1) Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu
mengenai kepemimpinan sebagai contoh mengenai penerapan
kepemimpinan dalam kepemerintahan.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau
sumbangan dalam meningkatkan pemahaman terhadap mata kuliah
Otonomi Daerah yang berhubungan dengan pembangunan desa dan
partisipasi masyarakat desa.
3) Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan contoh dalam
menerapkan dan menghubungkan beberapa cabang ilmu sosiologi

9
dalam mendeskripsikan suatu fenomena dan penerapannya
dilapangan.
G. Definisi Operasional
Agar konsep-konsep dalam penelitian ini dapat diteliti secara empiris,
maka konsep tersebut harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi
variabel seperti yang di kemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2002:hlm 99)
Variable adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian. Variable dalam penelitian ini adalah :
1. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sebagai keseluruhan proses mempengaruhi,
mendorong, menggerakkan, dan menuntun orang lain dalam proses kerja
agar berpikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Pemerintah Desa
Pemerintah desa adalah bagian dari birokrasi pemerintah modern
yang bertugas mengelola barang-barang publik termasuk melakukan
pungutan pajak pada masyarakat. Sebagai institusi modern, pemerintah
desa tidak hanya cukup memainkan legitimasi simbolik dan sosial tetapi
harus membangun legitimasi yang di bangun dari dimensi kinerja politik
dan ekonomi.
3. Pembangunan Desa
Pembangunan desa merupakan usaha pembangunan dari masyarakat
pada unit pemerintah terendah yang harus dilaksanakan dan dibina terus
menerus, sistematis dan terarah sebagai satu kesatuan dengan
pembangunan daerah dan nasional.
4. Partisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakat adalah penentuan sikap dan keterlibatan
setiap individu dalam situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada
akhirnya mendorong individu tersebut untuk berperan serta dalam
pencapaian tujuan organisasi serta mengambil bagian dalam setiap
pertanggungjawaban bersama .

10
H. Kajian Teori
1. Landasan Teoritik
a. Konsep Peran Pemerintah

Peranan merupakan aspek dinamis dari status, apabila seseorang


melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan status dan peranan
tidak dapat dipisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain,demikian
pula sebaliknya. Dimana tak ada peranan tanpa kedudukan atau tak ada
kedudukan tanpa peranan. Sebagaimana halnya dengan kedudukan maka
peranan juga mempunyai arti bahwa manusia mempunyai macam-macam
peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal ini mengandung
arti bahwa peranan tersebut menentukan apa yang diperbuat oleh masyarakat
dan sekaligus kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat
kepadanya.

Pemerintah dalam bahasa inggris, disamakan dengan government yang


diturunkan dari kata “to govern” yang mempunyai arti :

1) Melaksanakan wewenang pemerintah.


2) Cara atau sistem memerintah.
3) Fungsi atau kekuatan untuk meerintah.
4) Wilayah atau Negara untuk diperintah.
5) Badan yang terdiri dari orang-orang yang melaksanakan wewenang dan
administrasi hukum dalam suatu Negara.

Dalam bahasa sehari-hari orang mencampur-adukan penggunaan istilah


pemerintah dan pemerintahan, seolah-olah kedua-duanya mempunyai arti
yang sama, padahal keduanya mempunyai arti yang berbeda. (Bayu
Suryaningrat, 1980:1) menjelaskan perbedaan istilah pemerintah dan
pemerintahan sbb : istilah pemerintahan menunjuk pada organ atau alat
perlengkapan yang menjalankan fungsi atau bidang tugas, pekerjaan itu.
Dapat dikatakan bahwa pemerintahan menunjuk pada objek sedangkan istilah
pemerintah menunjuk pada subjek. Kata pemerintah mempunyai arti sempit
dan arti luas, pemerintah dalam arti sempit menurut hukum tata Negara
positif di Indonesia sekarang ini (menurut UUD 1945) adalah presiden atau
11
dalam bidang eksekutif saja. Sedangkan dalam arti luas, meliputi kekuasaan
seperti Trias Politica atau Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif.

b. Konsep Pemerintah Desa


Pemerintah desa adalah bagian dari birokrasi pemerintah modern yang
bertugas mengelola barang-barang publik termasuk melakukan pungutan
pajak pada masyarakat. Sebagai institusi modern, pemerintah desa tidak
hanya cukup memainkan legitimasi simbolik dan sosial tetapi harus
membangun legitimasi yang di bangun dari dimensi kinerja politik dan
ekonomi. Desa adalah suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa, landasan
pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah keanekaragaman,
patisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan masyarakat.
Penyelenggara pemerintah desa merupakan sub sistem dari sistem
penyelenggara pemerintahan sehingga desa memilki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya (Widjaja, dalam buku
otonomi desa2003:3).
Lembaga musyawarah desa merupakan wadah permusyawaratan atau
mufakat dari pemuka-pemuka masyarakat yang ada di Desa dan di dalam
mengambil keputusannya di tetapkan berdasarkan musyawarah dan mufakat
dengan memperhatikan sungguh-sungguh yang berkembang dalam
masyarakat desa. Dalam masyarakat tradisional untuk menggerakkan
masyarakat desa sangat berbeda dengan menggerakan masyarakat perkotaan.
c. Konsep Partisipasi
Partisipasi berasal dari kata ; bahasa Inggris yaitu participacion dan kata
kerjanya participate artinya peran serta : ikut mengambil bagian. Secara
popular menjadi participation artinya peran atau ikut serta untuk mengambil
bagian dalam kegiatan tertentu.
Untuk memperjelas pengertian tersebut Bhattacharyya (dalam
Supriatna, 1985:30) mengatakan bahwa partisipasi menurut literatur berarti
ikut serta mengambil bagian dalam kegiatanbersama. Sedangkan Mubyarto
(1984:35) mendefinisikan sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya
setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan
12
kepentingan diri sendiri. Davis (dalam Ndraha, 1987:37) mengartikan
partisipasi sebagai suatu dorongan mental dan emosional yang menggerakkan
mereka untuk bersama sama mencapai tujuan dan bersama sama
bertanggungjawab. Sedangkan Nelson (dalam Bryant & White, 1982:206)
menyebutkan dua macam yaitu partisipasi antara sesama warga atau anggota
suatu perkumpulan yang dinamakan partisipasi horizontal dan partisipasi
yang dilakukan oleh bawahan dengan atasan, antara klien dengan patron, atau
antara masyarakat sebagai suatu keseluruhan dengan pemerintah yang diberi
nama partisipasi vertikal. Menurut Cohen dan Uphoff, (1977:3) menyatakan
bahwa partisipasi dapat merupakan keluaran pembangunan dan juga
merupakan masukannya sebab apabila masyarakat yang bersangkutan tidak
diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan suatu proyek di
Desanya, maka proyek itu pada hakekatnya bukanlah proyek pembangunan
desa.
d. Konsep Masyarakat

Para ahli seperti MacIver. J. L. Gillin, dan J. P. Gillin sepakat, bahwa


adanya sering bergaul atau interaksi karena mempunyai nilainilai, norma-
norma, cara-cara, dan prosedur yang merupakan kebutuhan bersama sehingga
masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
suatu system adat-istiadat tertentu, yang bersifat continue dan terikat oleh
suatu rasa identitas bersama.

Kesatuan sosial memiliki kehidupan jiwa seperti adanya ungkapan-


ungkapan jiwa rakyat, kesadaran masyarakat dan sebagainya. Dalam hal ini
individu berada dibawah pengaruh suatu kesatuan sosial. Jiwa masyarakat ini
merupakan potensi yang berasal dari unsur-unsur masyarakat, meliputi
pranata, status dan peranan sosial. Pranata sebagai wahana berinteraksi
menurut pola resmi, merupakan sistem norma khusus menata rangkaian
tindakan berpola mantap guna memenuhi kebutuhan khusus manusia. Status
atau kedudukan sosial dapat netral, tinggi, menengah, atau rendah.
Hubungannya dengan tindakan interaksi dikonsepsikan oleh norma yang
mengatur seluruh tindakan tadi. Peranan sosial adalah tindakan atau tingkah

13
laku individu yang mementaskan suatu kedudukan tertentu, bersifat khas,
tertentu dalam berhadapan dengan individu-individu dalam kedudukan lain.

e. Konsep Pembangunan

Istilah pembangunan juga menunjukan hasil proses pembangunan itu


sendiri. Secara etimologi, pembangunan berasal dari kata bangun,di awalan
“pe “ dan akhiran “ an “, guna menunjukan perihal orang membangun, atau
perihal bagaimana pekerjaan membangun itu dilaksanakan. Kata bangun
setidak-tidaknya mengandung tiga arti. bangun dalam arti sadar atau siuman.
Kedua, berarti bentuk. Ketiga, bangun berarti kata kerja, membangun berarti
mendirikan. Dilihat dari segi ini, konsep, pembangunan meliputi ketiga arti
tersebut. Konsep itu menunjukan pembangunan sebagai :

1) Masukan, kesadaran kondisi mutlak bagi berhasilnya perjuangan bangsa.


2) Proses, yaitu membangun atau mendirikan berbagai kebutuhan
bardasarkan nasional.
3) Keluaran, yaitu berbagai bentuk bangun sebagai hasil perjuangan, baik
fisik maupun non fisik (Taliziduhu Ndraha, 1987:1-2).

Para ahli banyak mengunakan berbagai istilah dalam mendefinisikan


pembangunan. Antara lain dengan menggunakan kata Modernisasi,
perubahan sosial (sosial change), development, pertumbuhan (growth) dan
lain sebagainya. Kata pembangunan seperti yang diungkapkan oleh beberapa
ahli sangatlah bervariasi. Antara lain seperti yang dikatakan oleh Bimantoro
Tjokoamidjojo dan Mustopadidjaja yang menyebutkan bahwa pembangunan
adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir.

Sondang P. Siagian mengemukakan pendapatnya mengenai


pembangunan itu adalah suatu usaha pertumbuhan dan perubahan yang
berencana dan dilakukan oleh suatu bangsa secara sadar, Negara dan
pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa.

Dari berbagai definisi yang di kemukakan di atas, maka dapat di ambil


kesimpulan bahwa pembangunan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan,
kebersamaan, kesempatan, kemandirian dan saling ketergantungan

14
masyarakat, yang pada akhirnya untuk meningkatkan kesejateraan
masyarakat itu sendiri.

f. Konsep Desa
Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas–
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang di
akui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Desa, dalam definisi lainnya, adalah suatu tempat atau daerah di mana
penduduk berkumpul dan hidup bersama, menggunakan lingkungan setempat,
untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan kehidupan
mereka. Desa adalah pola permukiman yang bersifat dinamis, di mana para
penghuninya senantiasa melakukan adaptasi spasial dan ekologis sederap
kegiatannya berpangupajiwa agraris. Desa dalam arti administratif, menurut
Sutardjo Kartohadikusumo, adalah suatu kesatuan hukum di mana
sekelompok masyarakat bertempat tinggal dan mengadakan pemerintahan
sendiri.
Penamaan atau istilah desa, disesuaikan dengan kondisi sosial budaya
masyarakat setempat seperti kampung, desa, dusun, dan sebagainya, susunan
Sali tesebut bersifat istimewa.Pengaturan mengenai pemerintahan desa telah
terjadi pergeseran kewenangan sehingga pemerintah pusat dan pemerintah
daerah tidak lagi ikut campur tangan secara langsung tetapi bersifat fasilitator
yaitu memberikan pedoman, arahan, bimbingan, pelatihan dan termsuk
pengawasan presentatif terhadap peraturan desa dan APBD.
Dalam memainkan perannya dalam pembangunan desa, dalam proses
penanggulangannya dan pemerintah juga harus melihat setiap kebijakan-
kebijakan yang akan diimplementasikan atau yang akan dilaksanakan, baik
itu berupa peraturan perundang-undangan, maupun melalui peraturan daerah
yang akan dikeluarkan maupun yang akan dijalankan. Sedangkan masyarakat
sendiri yang akan diposisikan untuk menilainya apakah kebijakan-kebijakan
tersebut dapat dikatakan sebagai salah satu pemecahan masalah ataukah
sebaliknya dapat menimbulkan masalah baru lagi dalam pembangunan
15
tersebut. Desa Koreng sampai saat ini masih melakukan pembangunan baik
dari segi infrastruktur dan suprastruktur dan membenahi pelayanan publik
yang sekian lama terbengkalai. Adapun program yang menjadi perhatian
lebih dari pemerintah desa adalah pembuatan Bak penampungan Air bersih,
perbaikan jalan dan pembangunan gedung sekolah. Pentingnya peran
masyarakat dalam ikut serta memberikan sumbangsih pikiran dan tenaga
dalam program-program pemerintah desa.
g. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
1) Faktor pendukung
Dalam menumbuhkan semangat untuk melakukan partisipasi atau peran
serta masyarakat dalam kegiatan pembangunan, dibutuhkan dukungan yang
kuat dari masyarakat dan pemerintah daerah. Oleh karena itu, keseluruhan
unsur tersebut terlibat secara langsung dalam pencapaian tujuan dan
keberadaan pembangunan itu sendiri.
Angell (dalam Ross, 1967: 130) mengatakan partisipasi yang tumbuh
dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:
a. Faktor Kesadaran/Kemauan ; Partisipasi yang timbul karena kehendak dari
pribadi anggota masyarakat, hal ini dilandasi oleh dorongan yang timbul
dari hati nurani sendiri.
b. Usia ; Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang
terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari
kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai
dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang
berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.
c. Jenis kelamin ; Partisipasi yang diberikan oleh seorang pria dan wanita
dalam pembangunanadalah berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya
sistem pelapisan sosial yang terbentuk dalam masyarakat, yang
membedakan kedudukan dan derajat ini, akan menimbulkan perbedaan
perbedaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita.
d. Pendidikan ; Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk
berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup

16
seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi
peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.
e. Pekerjaan dan penghasilan ; Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain
karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang
akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi
kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi
dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk
berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang
mapan perekonomian.
f. Lamanya tinggal ; Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu
dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan
berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam
lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung
lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan
lingkungan tersebut.
g. Adanya dukungan dari Pemerintah Daerah dan masyarakat ; Pemerintah
selakupengemban amanat rakyat untuk membangun memanglah harus
berperan, terutama pemerintahdaerah dalam hal ini Camat, mereka
diharapkan mampu mendorong masyarakatuntuk berpartisipasi dalam
pembangunan desa, mendatangi masyarakatuntuk menghimbau dan usaha
lainnya. Dukungan dari masyarakat, baik dari tokoh masyarakat maupun
warga secara umum. Partisipasi tokoh masyarakat turut membantu dalam
mengawasi dan memberikan arahan kepada masyarakat yang kurang
memahami tentang pembangunan desa serta berperan sebagai kontrol
sosial di tengah masyarakat.
h. Peralatan/Fasilitas ; Dalam pelaksanaan tugas kepala Kecamatan dan
perangkatnya, dibutuhkan kantor Kecamatan yang merupakan tempat
untuk melaksanakan tugas pengelolaan, pelaporan, pencatatan dan
berbagai kegiatan lainnya.
2) Faktor penghambat

Upaya mencapai tujuan dari suatu kelompok atau organisasi baik yang
bersifat normal maupun bersifat informal, maka yang menjadi faktor
17
pertimbangan pokok adalah tujuan yang ingin dicapai. Apabila tujuan
pendirian organisasi itu belum tercapai atau sangat sulit dicapai itulah yang
menjadi hambatan.

Hambatan atau kendala dalam partisipasi tergantung kepada situasi


setempat,ada kendala penting dalam partisipasi (Bappenas, 2001) yaitu :

a. Pola Pikir Masyarakat ; Pola pikir masyarakat yang masih “masa bodoh”
yang merasa pembangunan merupakan tanggung jawab pemerintah
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya
partisipasimasyarakat dalam pembangunan, khususnya pembangunan fisik.
Pola pikir masyarakat merupakan faktor yangmempengaruhi suatu
pembangunan, pola pikir yang tertutup, pasif merupakan faktor yang
menghambat partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
b. WaktuMasyarakat akan meluangkan waktunya untuk proyek apabila
merekamerasa bahwa proyek berguna.
c. Terbatasnya lapangan pekerjaan di pedesaan ; Dominasi sektor pertanian
sebagai matapencaharian penduduk dapat terlihat nyata di daerah
pedesaan, sampai saat ini lapangan kerja yang tersedia di daerah pedesaan
masih didominasi oleh sektor usaha bidang pertanian.Aktivitas usaha dan
matapencaharian utama masyarakat di daerah pedesaan adalah usaha
pengelolaan/pemanfaatan sumber daya alam yang secara langsung atau
tidak langsung ada kaitannya dengan pertanian. Bukan berarti bahwa
lapangan kerja di luar sektor pertanian tidak ada, akan tetapi masih sangat
terbatas.

Peluang usaha di sektor non pertanian belum mendapat sentuhan yang


memadai dan belum berkembang dengan baik.Kondisi ini mendorong
sebagian penduduk di daerah pedesaan untuk mencari usaha lain di luar
desanya, sehingga mendorong mereka untuk berhijrah/migrasi dari daerah
pedesaan menuju daerah lain terutama daerah perkotaan. Daerah perkotaan
dianggap memiliki lebih banyak pilihan dan peluang untuk bekerja dan
berusaha.

18
I. Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan


beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah
penulisbaca diantaranya :

Penelitian yang dilakukan oleh Edi Gunawan tahun 2011 dengan judul
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
kegiatan pembangunan di Kepenghuluan Tanjung Leban Kecamatan Kubu
menunjukkan kurang berpengaruhnya faktor faktor yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat. Karena masyarakat sibuk bekerja untuk mencari
kehidupan sehari-hari dan juga masyarakat beranggapan pembangunan adalah
tugas pemerintahan daerah kabupaten. Sehingga mereka merasa dimanjakan
oleh pembangunan yang sudah ada.

Penelitian yang dilakukan oleh Sugih Mulyana tahun 2013 dengan judul
partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa di desa Banjar Panjang
Kecamatan Kerumutan Kabupaten Pelalawan. Pada penelitian tersebut
menunjukanbahwa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat
yaitu: usia, dimana usia yang dominan. Berdasarkan penelitian yaitu usia,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan/penghasilan,dan lamanya tinggal.

Penelitian yang dilakukan oleh Sutami tahun 2009 dengan judul


partisipasi masyarakat pada pembangunan prasarana lingkungan melalui
Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kelurahan
Marunda Jakarta Utara pada penelitian tersebut menunjukkan adanya
antusiasme keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan
prasarana lingkungan dalam berbagai bentuk. Keikutsertaan responden pada
setiap tahapan pembangunan prasarana lingkungan menunjukkan bahwa
responden sudah melakukan kerjasama yang baik dengan pemerintah sebagai
penggagas adanya program PPMK. Indikasi adanya kerjasama ini,
menunjukkan bahwa bentuk partisipasi masyarakat telah berada pada tingkat
kemitraan (partnership), sedang keberadaan Program Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kelurahan Marunda Jakarta Utara berada
pada tingkat therapy.
19
J. Kerangka Pemikiran

Pelaksanaan Pembangunan di Desa


Sabandar

Factor-Faktor yang Pemerintah


Partisipasi Mempengaruhi Partisipasi
masyarakat Masyarakat

 Pusat  Anggaran
 Faktor Pendukung  Kabupaten  Program
 Sumbangan  Faktor Penghambat  Kecamatan Pembangunan
ide/pemikiran
 Bantuan Keuangan
 Bantuan Material
sumbangan
 Bantuan Tenaga

Analisis

Kesimpulan dan
Rekomendasi

20
K. Asumsi dan Hipotesis
1. Asumsi
Anggapan dasar atau postulat merupakan sebuah titik tolak pemikiran
yang sebenarnya telah di terima oleh penyelidik yang melandasi penelitian.
Sebagai titik tolak pemikiran dalam melakukan penelitian adalah harus
adanya anggapan dasar. Adapun anggapan dasar pada penelitian ini adalah
peran kepemimpinan pemerintah desa dipengaruhi beberapa faktor partisipasi
masyarakat dalam pembangunan desa yaitu faktor pendukung dan faktor
penghambat.
2. Hipotesis
Hipotesis dapat di artikan sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data
yang terkumpul. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ada 2 (Dua)
pernyataan, yaitu:
H1: Terdapat pengaruh signifikan antara partisipasi masyararakat dalam
pembangunan desa mempengaruhi peran dari kepemimpinan pemerintah
desa, yaitu bila partisipasi masyarakat lebih ke faktor pendukung pasti peran
kepemimpinan pemerintah desa akan baik akan tetapi bila ke arah
penghambat pasti akan menghambat peran dari kepemimpinan peerintah desa
itu sendiri.
H2: Terdapat pengaruh signifikan antara upaya yang dilakukan dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat yaitu semakin tinggi upaya yang
dilakukan pemerintah desa akan meningkatkan partisipasi masyarakat
contohnya dengan Sumbangan ide/pikiran, Bantuan Keuangan, Bantuan
Material, Bantuan Tenaga yang di lakukan oleh masyarakat agar dapat
membantu membangun pembangunan desa.
L. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode merupakan cara atau alat untuk mencapai suatu tujuan. Pada
penelitian ini penulis cenderung untuk menggunakan metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian survai untuk maksud penjelasan (explanatory

21
atau confirmatory). Ciri khas penelitian ini adalah data dikumpulkan dari
responden yang banyak jumlahnya dengan menggunakan kuesioner. Salah
satu keuntungan utama dari penelitian ini adalah mungkinnya pembuatan
generalisasi untuk populasi yang besar.
2. Desain Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data dapat
diperoleh. Adapun sumber data penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Data primer, diperoleh langsung dari responden dan informan penelitian
dengan cara melaksanakan observasi terhadap berbagai macam pelaksanaan
pembangunan, dan wawancara dengan menggunakan kuisioner kepada
responden. Data primer antara lain: tingkat partisipasi dalam pelaksanaan
pembangunan berupa pelaksanaan gotong royong, sumbangan dalam bentuk
materi dan tenaga, serta kegiatan-kegiatan pembangunan yang telah
dilaksanakan selama beberapa tahun terakhir.
b. Data sekunder, diperoleh dari berbagai sumber dengan cara menelaah buku
buku, dokumen, laporan pelaksanaan pembangunan, serta mengutip dan
mencatat berbagai informasi dalam bentuk yang sudah jadi.
M. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Pelaksanaan penelitian senantiasa akan selalu berhadapan dengan
masalah populasi, sebab suatu pengujian masalah selalu berhubungan dengan
sekelompok subjek baik manusia, gejala ataupun peristiwa sebagaimana yang
dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto 30 mengatakan definisi populasi
sebagai berikut: “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.” Populasi
dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga (KK) di Desa Sabandar
Kabupaten Cianjur.
2. Objek Penelitian
Karena tidak memungkinkan setiap peneliti menyelidiki populasi secara
keseluruhan, sedangkan penelitian bertujuan untuk menemukan generalisasi
yang berlaku secara umum, maka seringkali peneliti mengambil sebagian dari
populasi penelitian yaitu sebuah sampel. Mengingat besarnya jumlah populasi
dan keterbatasan yang dimiliki penulis maka sampel penelitian ini ditetapkan

22
secara purposive sampling (sengaja). Dengan menetapkan klasifikasi sampel
berdasarkan jenis pekerjaan yaitu pegawai, petani, pedagang dan wiraswasta.
N. Operasionalisasi Variabel
1. Variabel Terikat (Variabel X)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Peran
Kepemimpinan pemerintah desa ( Desa Sabandar Kabupaten Cianjur).

2. Variabel Bebas(Variabel Y)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan Desa Sabandar
Kabupaten Cianjur.
O. Rangcangan Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Rancangan Pengumpulan Data
a. Observasi, yaitu cara mengumpulkan data yang berdasarkan atas tinjauan
dan pengamatan penelitian secara langsung terhadap aspek-aspek yang
terkait dengan partisipasi masyarakat dalam proses perencanan
pembangunan.
b. Interview atau wawancara, yaitu tindakan dalam melakukan tanya jawab
secara langsung dengan informan yang telah dipilih dalam hal
pengumpulan informasi yang akurat.
c. Kuisioner, yaitu memberikan sejumlah pertanyaan kepada responden
untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam menunjang pembangunan
desa serta untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat
tingkat partisipasi masyarakat.
d. Dokumen, yaitu data-data pendukung yang dibutuhkan dalam penulisan ini
berupa kemajuan pembangunan.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan peneliti untuk
mempermudah pekerjaan dalam pengumpulan data penelitian. Dalam
penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian dengan menggunakan
instrumen dengan metode melalui observasi, kuesioner, wawancara, dan
studi dokumentasi.

23
P. Rancangan Analisis Data
1. Analisa kualitatif yang tidak menggunakan model matematik, statistik atau
ekonometrik lainnya. Analisis yang terbatas hanya pada teknik pengolahan
datanya seperti pengecekan data dan tabulasi, dalam hal ini hanya sekedar
membaca tabel-tabel dan angka-angka yang tersedia, kemudian melakukan
uraian dan penafsiran.
2. Atas dasar hasil analisis tabel frekuensi, disusun tabel silang untuk melihat
kecenderungan hubungan serta arah hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen.
Q. Langkah – Langkah Penelitian
1. Tahap Konseptual (Merumuskan dan membatasi masalah, meninjau
kepustakaan yang relevan,mendefinisikan kerangka teoritis, merumuskan
hipotesis)
2. Fase Perancangan dan Perencanaan (memilih rancangan penelitian,
mengidentifikasi populasi yang diteliti, mengkhususkan metode untuk
mengukur variabel penelitian, merancang rencana sampling, mengakhiri
dan meninjau rencana penelitian, melaksanakan pilot penelitian dan
membuat revisi).
3. Mendesain instrumen pengumulan data penelitian. Agar dapat melakukan
pengumpulan data penelitian yag sesuai dengan tujuan penelitian
4. Fase Empirik (pengumpulan data, penyiapan data untuk analisis).
Mengumpulkan data penelitian dari lapangan.
5. Fase Analitik (analisis data, penafsiran hasil), Mengolah dan menganalisis
data hasil penelitian. Data yang dikumpulkan dari lapangan diolah dan
dianalisis untuk menemukan kesimpulan-kesimpulan, yang diantaranya
kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis penelitian.
6. Fase Diseminasi, Mendesain laporan hasil penelitian. Pada tahap akhir,
agar hasil penelitian dapat dibaca, dimengerti dan diketahui oleh
masyarakat luas, maka hasil penelitian tersebut disusun dalam bentuk
laporan hasil penelitian.

24
R. Jadwal Penelitian
Tabel 1.2 Jadwal penelitian

Tahun 2017
No Kegiatan
Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt

1. Pengajuan Proposal
Peneitian

2.
Sidang Ujian Proposal

3.
PPL 2

4. Turun SK Penelitian
Skripsi

5. Bimbingan dan
penulisan skripsi

6. Pengumpulan data
(penelitian)

7. Pengolahan data dan


akhir penulisan skripsi

8.
Sidang skripsi

25
Daftar Pustaka
Bryant and White, 1982. Pembangunan Masyarakat. LIBERTY. Yogyakarta
Cohen, J. M. and Norman T. Uphoff, 1977, Rural Development : Participation.
Itacha, Cornel University Press.
Fadli, M. G. (2010). Kepemimpinan dan Partisipasi Masyarakat dalam
Pembangunan Desa diKawasan Perbatasan Indonesia-Malaysia. (Tesis). Institut
Pertanian Bogor.
Gunawan, Edi. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi
Masyarakat dalam Kegiatan Pembangunan Di Kepenghuluan Tanjung Leban
Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir. Skripsi. Universitas Hasanuddin.
Dipublikasikan.
McIver and Gillin J. L. 1991. Perencanaan Sosial dan duniak ketiga. Gadja
Mada. University Press. Yogyakarta.
Mulyana, Sugih. 2013. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di
Desa Banjar Panjang Kecamatan Kerumutan Kabupaten Pelalawan. Tesis.
Universitas Padjadjaran. Dipublikasikan.
Ndaraha, Talizuduhu. 1980. Hubungan Antara Partisipasi dan Hasil-Hasil
Pembangunan. Yayasan Karya Darma II P. Jakarta.
Ross, J. 1967. Personal Religious Orientation and Prejudice. Journal of
Personality and Social. Psychology, 5, 432-443.
Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Supriyatna, 1985. Otonomi dan Pemberdayaan Desa. LAPERA, Pustaka Utama.
Yogyakarta.
Suryaningrat, Bayu, 1980. Mengenal Ilmu Pemerintahan, Bina aksara. Jakarta.
Sutami. 2009. Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Prasarana
Lingkungan Melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) Di
Kelurahan Marunda Jakarta Utara. Tesis. Universitas Diponegoro.
Dipublikasikan.
Widjaja, HAW, 2003. Otonomi Desa.Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Peraturan Perundang-Undangan
UU No 12 Tahun 2008
UU No 32 Tahun 2004
PP No 72 Tahun 2005 tentang Desa

26

Anda mungkin juga menyukai