Anda di halaman 1dari 10

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENGELOLA ALOKASI DANA DESA

(ADD) DI DESA TEGESWETAN DAN DESA JANGKRIKAN KECAMATAN


KEPIL KABUPATEN WONOSOBO

PARTICIPATION IN MANAGING
ALLOCATION FUND VILLAGE (ADD) TEGESWETAN VILLAGE AND VILLAGE
JANGKRIKAN DISTRICT DISTRICT KEPIL WONOSOBO
Ray Septianis Kartika
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri
Jalan Kramat Raya No. 132, Senen - Jakarta Pusat
e-mail: raseka_twpa@yahoo.com
Diterima: 11 Juli 2012; direvisi: 31 Juli 2012; disetujui: 10 Agustus 2012

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam mengelola ADD dan
mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat yang ditemui masyarakat dalam berpartisipasi
mengelola ADD. Metode penelitiannya menggunakan deskriptif analitis kualitatif dengan informan
kepala desa dan masyarakat. Hasil penelitian menyebutkan bahwa Masyarakat Desa Tegeswetan dan
Desa Jangkrikan berinisiatif besar untuk berkontribusi dalam pengelolaan ADD. Tidak hanya dalam
perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan, tetapi yang lebih penting adalah kesadaran masyarakat
untuk terlibat dalam membangun desa merupakan solusi untuk memajukan pembangunan desa.
Kata kunci: partisipasi masyarakat, ADD, pemerintah daerah, pembangunan desa.

Abstract
Purpose of this study was to determine the people's participation in managing ADD and identify
supporting factors and obstacles encountered in participating communities to manage ADD.Method of
research using qualitative descriptive analysis of village heads and community informants.The study
saysthat the Rural Community and Rural JangkrikanTegeswetan major initiative to contribute to the
management of ADD.Not justin the planning, implementation and monitoring, but more importantis the
awareness of the community to get involvedin building the villageis a solution to promote rural
development.
Keywords: community participation, ADD, local government, village development.

PENDAHULUAN manapun, tentunya dengan mengandalkan sumber daya


manusia yang ada di desa sebagai subjek pelaksana
Desa sebagai sistem pemerintahan terkecil pembangunan. Pelimpahan kewenangan kepada desa
menuntut adanya pembaharuan guna mendukung tersebut dapat menjadikan instrumen dan solusi yang
pembangunan desa yang lebih meningkat dan tingkat tepat untuk mewujudkan akselerasi pembangunan di
kehidupan masyarakat desa yang jauh dari desa. Meskipun harus juga diimbangi dengan
kemiskinan. Berbagai permasalahan yang ada di desa pendukung lainnya, seperti kemampuan dan mentalitas
dan sangat kompleks, menjadikan batu sandungan aparat pemerintah desa maupun sikap responsif
bagi desa untuk berkembang. Mulai dari adanya masyarakat desa untuk secara konstruktif
urusan-urusan yang seyogyanya mutlak menjadi dan bertahap berupaya meningkatkan
urusan desa, namun masih menjadi kewenangan kesejahteraannya.
pemerintah kabupaten sebagaimana yang tertuang Atas dasar pertimbangan itulah, maka untuk
dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang menunjukkan eksistensi desa sebagai bagian dari
Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 72 pemerintahan langkah awalnya dengan memberikan
Tahun 2005 tentang Desa, hingga lahirnya sebuah kewenangan kepada desa untuk mengelola keuangannya
Permendagri No. 30 Tahun 2006 tentang Tatacara sendiri melalui pemberian Alokasi Dana Desa (ADD)
Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Tujuannya
Kepada Desa. Proses penyerahan kewenangan adalah untuk memberikan ruang yang lebih besar bagi
tersebut memang sudah sepatutnya menjadi titik awal masyarakat desa agar dapat berperan aktif dalam
kebangkitan desa. Dimana desa diberikan kepenuhan penyelenggaraan pembangunan di desa. Pemberian
mutlak untuk mengatur dan mengelola tata ADD kepada desa karena didasari oleh beberapa
pemerintahnnya sendiri tanpa intervensi dari pihak kendala yang dihadapi desa, yang sebagian

Partisipasi Masyarakat dalam Mengelola Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Tegeswetan dan Desa Jangkrikan
Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo – Ray Septianis Kartika | 179
besar desa mengalami keterbatasan dalam keuangan memberdayakan masyarakat. Beberapa alasan
desa, sehingga Program ADD adalah terobosan dalam mengapa masyarakat perlu diajak untuk berperan
upaya penyelenggaraan pemerintahan desa dan serta dan didorong untuk berpartisipasi, sebagaimana
pemberdayaan masyarakat desa secara terpadu. Menurut yang ditulis Rahardjo Adisasmita (2006), yaitu (1)
Hudayana, ada empat faktor utama yang menyebabkan Masyarakat memahami sesungguhnya tentang
lahirnya ADD, yaitu: (1) desa memiliki APBDes yang keadaan lingkungan sosial dan ekonomi
kecil dan sumber pendapatannya sangat tergantung pada masyarakatnya; (2) Masyarakat mampu menganalisis
bantuan yang sangat kecil pula; (2) Kesejahteraan sebab dan akibat dari berbagai kejadian yang terjadi
masyarakat desa rendah; (3) Rendahnya dana dalam masyarakat; (3) Masyarakat mampu
operasional desa untuk menjalankan pelayanan; dan (4) merumuskan solusi untuk mengatasi permasalahan
Banyak program pembangunan masuk ke desa, tetapi dan kendala yang dihadapi masyarakat; (4)
hanya dikelola oleh dinas. Masyarakat mampu memanfaatkan sumber daya
ADD yang diberikan tersebut pada pembangunan (SDA, SDM, dana, teknologi) yang
prinsipnya harus menganut prinsip akuntabel, dimiliki untuk meningkatkan produksi dan
transparansi, dan partisipasi maupun efisiensi produktivitas dalam rangka mencapai sasaran
menjadi agenda yang sangat penting. Pengelolaan pembangunan masyarakatnya; dan (5) Masyarakat
keuangan desa yang diberikan kepada daerah melalui dengan upaya meningkatkan kemampuan SDM-nya
ADD pada prinsipnya tetap mengacu pada pokok dan kemauan, sehingga dengan berlandaskan pada
pengelolaan keuangan daerah, yang dimaksudkan kepercayaan diri dan keswadayan yang kuat mampu
untuk membiayai program pemerintah desa dalam menghilangkan sebagian besar ketergantungan
melaksanakan kegiatan pemerintahan dan terhadap pihak luar.
pemberdayaan masyarakat. Meskipun besaran dana Dengan demikian penulis memandang sangat
ADD masih terbilang terbatas, namun telah mampu esensialnya menyoroti dan menguak partisipasi
menjadi stimulan bagi pelaksanaan pembangunan masyarakat dalam pengelolaan ADD. Asumsinya
desa. Bahkan sebagian besar masyarakat desa adalah bahwa partisipasi masyarakat selain sebagai
menyampaikan opininya bahwa kebijakan ADD ini upaya mempercepat pembangunan desa, namun juga
dirasakan lebih bermanfaat. Mekanismenya dapat dilihat sebagai upaya terwujudnya
dirasakan lebih transparan dan partisipatif dan demokratisasi desa.
pemanfaatannya lebih demokratis, berdasarkan pada Menilik uraian di atas dapat ditarik perumusan
rembug desa, sebagaimana yang di langsir oleh masalah yang dianggap sangat penting untuk kita amati,
sebuah situs internet. yaitu: (1) Bagaimana partisipasi masyarakat dalam
Pemberian ADD kepada desa, juga dapat mengelola ADD, dan (2) Faktor pendukung dan
dijadikan cerminan terwujudnya good governance, penghambat apa saja yang ditemui masyarakat dalam
dimana pemerintah dan masyarakat memiliki berpartisipasi mengelola ADD.Dari perumusan masalah
hubungan yang erat dan sekaligus meningkatkan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah (1)
partisipasi masyarakat, sehingga mendorong Mengetahui proses partisipasi masyarakat dalam
akuntabilitas, transparansi dan responsivitas mengelola ADD; (2) Mengidentifikasi faktor pendukung
pemerintah lokal. Hal senada diungkapkan Haryanto dan penghambat yang ditemui masyarakat dalam
(2007) pada sebuah situs internet, bahwa prinsip- berpartisipasi mengelola ADD.
prinsip good governance, diantaranya adalah Teori yang relevan dalam penelitian ini adalah
partisipasi masyarakat, tegaknya supremasi hukum, Good Governance, di manasalah seorang pakar,
tumbuhnya transparansi yang dibangun atas dasar Hetifah Sj. Sumarto (2003) mengatakan bahwa
arus informasi yang bebas dan informasi perlu dapat “Salah satu karakteristik dari good governance atau
diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan tata kelola pemerintahan yang baik atau
memadai, peduli pada stakeholder, berorientasi pada kepemerintahan yang baik adalah partisipasi.”
konsensus, kesetaraan, efektifitas dan efisiensi, Selanjutnya, UNDP mengartikan partisipasi sebagai
akuntabilitas, serta adanya visi strategis. karakteristik pelaksanaan good governance adalah
Lebih lanjut dikemukakan, bahwa nilai yang keterlibatan masyarakat dalam pembentukan
terpenting dalam pemberian ADD adalah dana yang keputusan, baik secara langsung maupun tidak
diperuntukkan bagi kemaslahatan masyarakat desa, langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat
secara etis harus pula melibatkan masyarakat sebagai menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut
sasaran fundamental kemajuan desa. Masyarakat dibangun atas dasar kebebasan bersosialisasi dan
dipandang sebagai elemen yang terpenting dalam proses berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.
pembangunan, apalagi kita sadari percepatan Sebagai wujud menciptakan kepemerintahan
pembangunan harus dimulai dari bottom up, yaitu yang baik, maka harus tertuju pada seluruh aspek
mengerakkan masyarakat agar berperan aktif dalam khususnya pada pembangunan pedesaan partisipatif.
memajukan pembangunan. Titik sentral pembangunan Pembangunan masyarakat desa pada dasarnya
memang terlihat dari partisipasi aktif masyarakatnya. merupakan gerakan masyarakat yang didukung oleh
Berkeinginan merubah dan memiliki keinginan untuk pemerintah untuk memajukan masyarakat desa. Oleh
dirubah, merupakan aset terpenting untuk karena itu, pendekatan utama yang digunakan dalam

180 | Jurnal Bina Praja | Volume 4 No. 3 September 2012 | 179 – 188
pembangunan masyarakat desa adalah, sebagai berikut: 2. Partisipasi dalam pelaksanaan. Segi positifnya
(a) Pendekatan partisipatif yang melibatkan warga adalah program yang telah direncanakan dapat
masyarakat desa dalam segenap proses pembangunan, selesai dikerjakan. Tetapi segi negatifnya adalah
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan cenderung menjadikan warga masyarakat sebagai
pemanfaatan hasil-hasilnya; (b) Pendekatan objek pembangunan dimana warga hanya
kemandirian yang menitikberatkan pada kegiatan dan dijadikan pelaksana pembangunan tanpa didorong
usaha berdasarkan kemandirian lokal; (c) Pendekatan untuk mengerti dan menyadari permasalahan yang
keterpaduan, yaitu mengarahkan kegiatan pembangunan mereka hadapi. Sehingga warga masyarakat tidak
secara lintas sektor dan lintas daerah ke dalam suatu secara emosional terlibat dalam program, yang
proses pembangunan yang menyeluruh dan terpadu. berakibat kegagalan seringkali tidak dapat
Tujuan akhir dari pembangunan pedesaan adalah untuk dihindari. Partisipasi masyarakat menurut Isbandi
meningkatkan kesejahteraan penduduknya secara adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses
langsung dan secara tidak langsung adalah untuk pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada
meletakkan dasar-dasar pembangunan yang kokoh di masyarakat, pemilihan dan pengambilan
untuk memperkuat pembangunan daerah dan keputusan tentang alternatif solusi untuk
pembangunan nasional sebagai tujuan antara atau menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi
sasaran dari pembangunan pedesaan adalah masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam
mengupayakan agar desa-desa yang merupakan satuan proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.
terkecil administrasi pemerintahan dapat mempercepat Mikkelsen (1999) membagi partisipasi menjadi 6
pertumbuhan tingkat keswadayaan. Menumbuh- (enam) pengertian, yaitu (1) Partisipasi adalah
kembangkan keswadayaan melalui Partisipasi kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek
Masyarakat, pandangan Schlippe (2007) suatu desa tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan, (2)
dapat berkembang baik terdapat tiga unsur yang Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka)
merupakan suatu kesatuan yaitu desa, masyarakat dan pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan
pemerintahan desa. Dalam partisipasi masyarakat, menerima dan kemampuan untuk menanggapi
pelaksanaan program pembangunan diperlukan proyek-proyek pembangunan, (3) Partisipasi
kesadaran warga masyarakat akan minat dan adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat
kepentingan yang sama. Strategi yang bisa diterapkan dalam perubahan yang ditentukannya sendiri, (4)
adalah penyadaran. Untuk berhasilnya program tersebut Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang
warga masyarakat dituntut untuk terlibat tidak hanya mengandung arti bahwa orang atau kelompok
dalam aspek kognitif dan praktis tetapi juga keterlibatan yang terkait, mengambil inisiatif dan
emosional. Berdasarkan pandangannya partisipasi dapat menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal
dilihat dari dua hal yaitu: itu, (5) Partisipasi adalah pemantapan dialog
antara masyarakat setempat dengan para staf yang
1. Partisipasi dalam perencanaan, dapat dilihat dari melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring
dua aspek posistif dan negatif. Pada segi positif, proyek, agar supaya memperoleh informasi
partisipasi adalah dapat mendorong munculnya mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak
keterlibatan secara emosional terhadap sosial, (6) Partisipasi adalah keterlibatan
program-program pembangunan desa yang telah masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan,
direncanakan bersama. Sedangkan negatifnya dan lingkungan mereka. Sedangkan pentingnya
adalah kemungkinan tidak dapat dihindarinya partisipasi dikemukakan oleh Conyers sebagai
pertentangan antar kelompok dalam masyarakat berikut: pertama, partisipasi masyarakat
yang dapat menunda atau bahkan menghambat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi
tercapainya suatu keputusan bersama. mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap
Perencanaan secara partisipastif diperlukan masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya
karena bermanfaat yakni (1) Masyarakat program pembangunan serta proyek-proyek akan
mampu secara kritis menilai lingkungan sosial gagal; kedua, bahwa masyarakat akan lebih
ekonominya dan mampu mengidentifikasi mempercayai proyek atau program pembangunan
bidang-bidang atau sektor-sektor yang perlu apabila keberadaannya dilibatkan dalam proses
dilakukan perbaikan, dengan demikian persiapan dan perencanaan; ketiga, partisipasi
diketahui masa depan mereka, (2) Masyarakat merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat
dapat berperan dalam perencanaan masa depan dilibatkan dalam pembangunan masyarakat
masyarakatnya tanpa memerlukan bantuan para mereka sendiri.
pakar atau instansi perencanaan pembangunan
dari luar daerah pedesaan, (3) Masyarakat dapat Pelibatan masyarakat dalam seluruh aspek
menghimpun sumber daya dan sumber dana pembangunan terutama di desa, secara prinsipil harus
dari kalangan anggota masyarakat untuk ditekankan pula keterlibatan mereka dalam Alokasi
mewujudkan tujuan yang dikehendaki Dana Desa.Menurut Bahrul Ulum dalam kegiatan
masyarakat . Bintek, Partisipasi masyarakat dalam mengelola
ADD adalah hak bagi warga untuk menyuarakan,

Partisipasi Masyarakat dalam Mengelola Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Tegeswetan dan Desa Jangkrikan
Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo – Ray Septianis Kartika | 181
mengakses, mengontrol program ADD yang ada di lokasi di Kabupaten Wonosobo dikarenakan
desanya. Sedangkan dampak dari tingginya penyelewengan dana ADD pernah terjadi di Kabupaten
kepercayaan masyarakat terhadap program tersebut Wonosobo. Informan dalam penelitian ini adalah
disebut swadaya. Kebijakan ADD sejalan dengan masyarakat yang berada di lokus penelitian, yang
agenda Otonomi daerah, dimana desa ditempatkan berjumlah sekitar 5 informan yang terdiri dari
sebagai basis desentralisasi. Kebijakan ADD sangat masyarakat dan kepala desa. Pemilihan informan
relevan dengan perspektif yang menempatkan desa dengan menggunakan teknik snowball sampling.
sebagai basis partisipasi. Karena desa berhadapan Dimana pada teknik ini peneliti mencari sumber
langsung dengan masyarakat dan control masyarakat informan yang akurat dengan menanyakan kepada
lebih kuat. Masih menurut Bahrul Ulum, cara informan lainnya yang dipandang dapat memberikan
membangun partisipasi ADD yaitu: (1) Sisi informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
kelembagaan pembentukan pelaksana pengelolaan Sedangkan teknik pengumpulan data diperoleh dengan
ADD melalui musyawarah; (2) Perencanaan cara: (1) Observasi, dimana peneliti secara langsung
melibatkan keterwakilan masyarakat dalam mendatangi lokus penelitian sekaligus mengamati
penyusunan APBDes secara partisipatif; dan (3) partisipasi masyarakat di lokasi tersebut. Observasi juga
Penggunaan ADD sebaiknya sesuai aturan 70% dianggap sebaga wahana yang tepat untuk menggali dan
untuk Belanja Pembangunan dan 30% Belanja Rutin. memperoleh informasi, karena peneliti mengetahui
Pada dasarnya pemberian ADD merupakan wujud kondisi subyek yang ditelitinya; (2) Wawancara,
dari pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan dilakukan dengan mengkaji dan menggali informasi dari
otonominya agar tumbuh dan berkembang mengikuti masyarakat dan kepala desa secara komprehensif dan
pertumbuhan dari desa itu sendiri berdasarkan seobyektif mungkin yang dilakukan peneliti secara
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokrasi maksimal dengan mengacu pada pedoman wawancara.
dan pemberdayaan masyarakat. ADD merupakan hak Teknik analisis datanya adalah menggunakan analisis
desa yang berasal dari dana perimbangan pusat dan data kualitatif yaitu dengan menggambarkan,
daerah yang mana pemerintah daerah kabupaten/kota menguraikan dan menganalisis data berdasarkan hasil
memiliki hak untuk memperoleh anggaran DAU wawancara dan observasi lapangan. Informasi yang
(Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi diterima oleh peneliti ditata, diedit, diperbaiki dan
Khusus) dari Pemerintah Pusat. Berdasarkan kemudian diketik ulang sebab sebagian besar data yang
Permendagri No. 37 Tahun 2007 tentang Pedoman diperoleh masih belum siap untuk dianalisis karena
Pengelolaan Keuangan Desa dijelaskan pada Pasal 18 masih dalam bentuk kasar (catatan lapangan yang masih
bahwa alokasi dana desa berasal dari APBD dalam coret-coretan yang sulit dibaca orang lain,
kabupaten/kota yang bersumber dari bagian dana rekaman yang belum ditranskripkan, foto-foto yang
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang belum dicetak atau belum dikelompokkan). Data
diterima oleh kabupaten/kota untuk desa paling kualitatif yang banyak itu perlu diperkecil dan
sedikit 10% (sepuluh persen). Tujuan Alokasi Dana dikelompokkan dalam kategori-kategori yang ada.
Desa menurut PP No.72 Tahun 2005 tentang Desa Bahkan dalam analisa data kualitatif, penulis
untuk (1) Menanggulangi kemiskinan dan mengaitkan temuan-temuan di lapangan dengan teori
mengurangi kesenjangan; (2) Meningkatkan yang telah ada lalu penulis menginterpretasikan hasil
perencanaan dan penganggaran pembangunan di temuan lapangan tersebut ke dalam ranah pemikiran
tingkat desa dan pemberdayaan masyarakat; (3) penulis
Meningkatkan pembangunan infrastruktur pedesaan;
(4) Meningkatkan pengamalan nilai-nilai kegamaan, HASIL DAN PEMBAHASAN
sosial budaya dalam rangka mewujudkan
peningkatan sosial; (5) Meningkatkan ketentraman Kondisi Wilayah Kabupaten
dan ketertiban masyarakat; (6) Meningkatkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka Kabupaten Wonosobopada dasarnya merupakan
pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi aturan dasar atau hakekat makna dari anggaran yang
masyarakat; (7) Mendorong peningkatan harus diikuti agar amanat yang diberikan oleh rakyat
keswadayaan dan gotong royong masyarakat; dan (8) dapat dicapai dalam rangka meningkatkan
Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Di samping itu Bapermades juga melakukan
pendampingan terhadap pelaksanaan ADD terhadap
Dalam penelitian ini menggunakan metode
desa yang menerima dana tersebut sesuai dengan
deskriptif analitis. Menurut Suharsimi Arikunto
Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 49 Tahun 2010
(2003) penelitian deskriptif adalah penelitian yang
tentang Pedoman Pelaksanaan Alokasi Dana Desa
tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu,
Kabupaten Wonosobo Tahun 2011. ADD yang
tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang
dialokasikan untuk Kabupaten Wonosobo pada tahun
suatu variabel, gejala atau keadaan. Pendekatan yang
2007 Rp 21.228.426.000; tahun 2008 Rp
digunakan dalam penelitian ini menggunakan
40.000.000.000; Tahun 2009 sebesar Rp 33.000.
pendekatan kualitatif. Wilayah dalam penelitian ini
000.000; Tahun 2010 sebesar Rp 27.000.000.000;
berada di Provinsi Jawa Tengah dengan mengambil

182 | Jurnal Bina Praja | Volume 4 No. 3 September 2012 | 179 – 188
Tabel 1. APBD Kabupaten Wonosobo Tahun 2010

1. Pendapatan Daerah Rp 718.375.340.393


1. Pendapatan Asli Daerah = Rp 63.591.324.980
2. Dana Perimbangan = Rp 540.506.872.768
3. Lain-Lain Pendapatan yang sah = Rp 114.271.142.645
2. Belanja Daerah Rp 720.254.292.159
4. Belanja Tidak Langsung = Rp 505.882.831.433
5. Belanja Langsung = Rp 214.371.460.726
3. Pembiayaan Rp 1.878.951.766
1. Penerimaan = Rp 40.469.951.766
2. Pengeluaran = Rp 38.591.000.000
Sumber data: Sistem Informasi Profil Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2010

Dana tersebut dipergunakan untuk kegiatan yang mengajukan proposal pada saat musyawarah
pembangunan desa dengan perincian sebagai berikut dusun berlangsung.
(a) Minimal 30% untuk kegiatan pengembangan Dalam hal pengawasan, masyarakat juga
ekonomi kerakyatan dan peningkatan kesejahteraan dilibatkan meninjau ulang kegiatan ADD karena
rakyat; (b) Minimal 30% untuk kegiatan pemerintah desa bersikap transparan dan akuntabel
penyelenggaraan pemerintahan; dan (c) Maksimal dalam mengimplementasikan ADD di masyarakat.
40% untuk kegiatan pembangunan infrastruktur. Selama menjalankan aktivitas kegiatan yang dibiayai
ADD, masyarakat melakukannya atas inisiatif sendiri
Partisipasi Masyarakat dalam Mengelola ADD dengan dikoordinir oleh perangkat setempat.
di Desa Tegeswetan Berdasarkan sepengamatan Kepala Desa Tegeswetan
Sebagaimana informasi yang diperoleh dari sebagai langkah mendukung kelancaran dalam
Kepala Desa Tegeswetan menyebutkan bahwa Desa pemanfaatan ADD, pemerintah kabupaten
Tegeswetan menerima ADD sejak tahun 2004. menyelenggarakan pelatihan tentang pelaksanaan
Pemerintah desa selama ini telah melakukan ADD yang dilaksanakan di kecamatan. Dana
sosialisasi kepada masyarakat melalui kecamatan, pelatihan tersebut diambil dari dana pendamping
seperti menanyakan tentang kesulitan yang dialami setiap tahunnya.
oleh masyarakat dan juga sosialisasi mengenai Kepala Desa Tegeswetan juga
jumlah ADD maupun menempelkan poster-poster mengungkapkan, selama ini masyarakat telah
ADD pada jalan umum. ADD yang telah digulirkan mengelola dengan baik ADD. Buktinya, kegiatan
ke masyarakat selama ini telah bermanfaat dengan yang ada baik fisik maupun non fisik tak bisa
baik seperti yang dituturkan oleh Kepala Desa dan dilepaskan dari peran serta masyarakat. Bahkan
masyarakat seperti perbaikan infrastruktur jalan satu untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, semua
kampung yang dibetonisasi dan pembuatan senderan masyarakat tumbuh kesadaran dan tanggung
jalan. Hal ini dapat dilihat pada Kadus Kemencing jawabnya untuk memelihara wilayahnya sendiri
sudah mencapai tahap penyelesaian 100%, Kadus tanpa adanya unsur paksaan dari siapapun. Sehingga
Bojongan sudah mencapai tahap 100% dan Kadus ADD yang ada sudah layak dan dapat memenuhi
Sabrang sudah mencapai tahap 100%, maupun kebutuhan mereka dalam membangun desa.
pemberdayaan masyarakat difokuskan untuk kegiatan Faktor pendukung yang ditemui masyarakat
PKK, bantuan madrasah, pemberdayaan ekonomi dalam mengelola ADD adalah pemerintah desa
seperti simpan pinjam dengan bunga 2,5%. Jadi bersikap transparan kepada masyarakat mengenai
keseluruhan ADD dimanfaatkan secara operasional jumlah ADD yang diterimadari kabupaten dan juga
30% untuk belanja pegawai, tunjangan BPD, uang adanya dukungan SDM yang mampu mempersiapkan
representasi BPD, tunjangan LKMD, tunjangan SPJ dengan tepat waktu. Penyelesaian SPJ tepat
kades, dan 70% untuk pemberdayaan masyarakat. waktu merupakan suatu pemberlakukan mengingat
Penyaluran ADD telah melibatkan masyarakat apabila SPJ tahap I belum diajukan kepada
dengan baik melalui musrenbangdes, sehingga segala Bapermasdes maka SPJ tahap kedua tidak akan
kebutuhan masyarakat dan pembangunan desa dapat dicairkan kembali, dan justru SPJ Tahap I merupakan
dilaksanakan dengan baik melalui ADD. Hal ini bukti kebenaran administrasi yang semestinya dapat segera
bahwa ADD yang berada di Desa Tegeswetan dipertanggungjawabkan.
realitanya telah dapat memberdayakan masyarakat.
Tak hanya itu masyarakat Desa Tegeswetan juga Partisipasi Masyarakat dalam Mengelola ADD
dilibatkan dalam proses perencanaan, dengan proses di Desa Jangkrikan
awal melalui musyawarah dusun (musdus). Pada Masyarakat sekitar Desa Jangkrikan
forum itu masyarakat diberikan kebebasan untuk menjelaskan bahwa Pemerintah Desa melakukan
menuangkan ide-idenya dan bahkan ada masyarakat sosialisasi ADD kepada mereka melalui rapat-rapat
musdus dan musdes dengan mengundang masyarakat

Partisipasi Masyarakat dalam Mengelola Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Tegeswetan dan Desa Jangkrikan
Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo – Ray Septianis Kartika | 183
desa dan semua elemen di desa. Masyarakat faktor pendukung dalam mengelola ADD di Desa
mengatakan bahwa ADD yang diterima Desa Jangkrikan adalah ADD yang bergulir di masyarakat
Jangkrikan sangat bermanfaat oleh masyarakat karena sesuai dengan aspirasi masyarakat sedangkan faktor
sudah sesuai dengan aspirasi masyarakat. Penyaluran penghambatnya adalah keterbatasan pada dana yang
ADD berdasarkan informan dari masyarakat telah masih minimalis.
melibatkan masyarakat dengan baik karena penyaluran Alokasi Dana Desa merupakan bantuan hibah
sesuai rencana (JOP masing-masing) yang kesemuanya dari pemerintah daerah yang diperuntukan bagi
itu atas kerjasama yang baik antara pemerintah desa dan kemajuan masyarakat desa khususnya dalam
masyarakat. Kronologis penyaluran ADD dijelaskan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Bantuan
lebih lanjut oleh kepala desa bahwa setelah menerima hibah yang dialokasikan untuk desa tersebut bersumber
uang ADD kemudian pemerintah desa mengundang JOP dari dana APBD yang tentunya disesuaikan dengan
masing-masing dan melakukan musyawarah di balai kemampuan daerah. ADD yang diprioritaskan untuk
desa. kemajuan desa, pada dasarnya mengacu dan
Lebih lanjut informan mengungkapkan menggunakan prinsip-prinsip partisipatif. Bersama
kebutuhan masyarakat dan pembangunan desa dapat masyarakat turun langsung membangun wilayahnya
dilaksanakan dengan baik melalui ADD meski bertahap, secara swadaya dan bertanggungjawab memperbaiki
karena uang ADD belum langsung mencukupi lingkungannya dengan memegang kebersamaan, saling
pembangunan desa seperti pembuatan jalan betonisasi. rasa dan saling karsa.
Oleh karenanya sampai saat ini, dengan proses Secara umum ADD yang diberikan oleh
pencapaian tahap-tahap tertentu ADD dapat berjalan pemerintah daerah wujud menciptakan good
sesuai kesepakatan dalam musyawarah. governance, yang salah satu karakteristiknya adalah
Informan masyarakat juga menuturkan dalam melalui partisipasi. Sebagaimana yang diungkapkan
pengelolaan ADD didasarkan atas keinisiatifan mereka Hetifah Sj. Sumarto (2003) berpendapat salah satu
sendiri dengan memegang asas gotong royong. Di karakteristik dari good governance atau tata kelola
samping itu keterlibatan masyarakat dalam APBDes pemerintahan yang baik atau kepemerintahan yang baik
diterapkan secara terbuka karena menganut prinsip adalah partisipasi. Bahkan Isbandi Rukminto Adi (2007)
transparansi, sehingga masyarakat mengetahui menyatakan untuk menciptakan partisipasi aktif
pengeluaran desa yang tersirat dalam APBDes seperti masyarakat dalam melaksanakan program pembangunan
pengeluaran desa BOP pemerintah desa dan lembaga- diperlukan kesadaran warga masyarakat akan minat dan
lembaga beserta renovasi untuk infrastruktur fisik. kepentingan yang sama. Strategi yang bisa diterapkan
Sejalan pelaksanaan ADD, masyarakat adalah penyadaran. Untuk berhasilnya program tersebut
mengungkapkan bahwa ADD telah dilaksanakan warga masyarakat dituntut untuk terlibat tidak hanya
dengan baik untuk operasional pemerintah desa dalam aspek kognitif dan praktis tetapi juga keterlibatan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. emosional. Seperti yang terjadi di sampel penelitian
Informan kepala desa dan masyarakat masyarakat berinsiatif sendiri untuk membangun
menjelaskan secara detail, bahwa masyarakat sudah wilayahnya, karena mereka menganggap bahwa desa
sewajarnya mengetahui pertanggungjawaban ADD, tempat mereka mengadu nasib dan tempat bernaung
mengingat masyarakat berkecimpung langsung di bagi keluarganya. Rasa memiliki yang sangat kuat
dalam pengelolaan ADD. Keberhasilan masyarakat disamping sifat ke gotong royongan yang melekat
dalam berpartisipasi dapat dinilai sebagai wujud turut dalam diri masyarakat, mengindikasikan pengelolaan
dilibatkannya masyarakat sampai pada tahap ADD berdasarkan prinsip partisipasi melalui
perencanaan. Tahapan perencanaan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan telah
berbagai gagasan yang dicetus masyarakat yang terlaksana dengan baik. Sebagaimana yang diungkapkan
dilakukan dari musyawarah RT, kadus terus sampai oleh Pusic (2006) bahwa perencanaan tanpa
tingkat desa. Dalam mengelola ADD, masyarakat memperhitungkan partisipasi masyarakat akan
melakukan musyawarah, usulan pertanggungjawaban menjadikan perencanaan hanya di atas kertas.
dan pengawasan terhadap pelaksanaan ADD dengan Berdasarkan pandangannya, partisipasi atau keterlibatan
melibatkan masyarakat langsung, BPD, perangkat warga masyarakat dalam pembangunan desa dapat
desa dan semua unsur desa. Bahkan dengan adanya dilihat dari dua hal yaitu:
ADD kesejahteraan masyarakat meningkat karena 1. Partisipasi dalam perencanaan, dapat dilihat dari
kebutuhan penunjang dan urgensi bagi masyarakat dua aspek posistif dan negatif. Pada segi positif
telah terpenuhi, sekaligus jumlah pengangguran telah partisipasi adalah mendorong munculnya
menurun. Masyarakat miskin di Desa Jangkrikan keterlibatan secara emosional terhadap
juga sudah berangsur berkurang karena mendapat program-program pembangunan desa yang telah
penanganan yang baik. direncanakan bersama. Sedangkan negatifnya
Pelatihan oleh pemerintah desa maupun adalah kemungkinan tidak dapat dihindarinya
pemerintah kabupaten sudah terselenggarakan di aula pertentangan antar kelompok dalam masyarakat
kecamatan. Berdasarkan informasi dari masyarakat, yang dapat menunda atau bahkan menghambat
mereka selama ini ikut memelihara ADD secara baik tercapainya suatu keputusan bersama. Fakta
sesuai dengan keahliannya masing-masing. Adapun yang ditemui di lokasi sampel, perencanaan

184 | Jurnal Bina Praja | Volume 4 No. 3 September 2012 | 179 – 188
ADD masih sebatas beresensi positif dikarenakan karena semua kegiatan yang menggunakan dana
perencanaan ADD dilakukan dengan musyawarah ADD dengan berdasarkan aspirasi masyarakat
untuk mencapai mufakat yang diawali dari melalui musdus hingga ke musrenbangdes.
kegiatan musyawarah dusun (musdus). Bahkan masyarakat sendiri menjadi pelaku
Masyarakat diberikan kebebasan untuk majunya pembangunan di desa, dengan
menunangkan segala ide-idenya berkaitan kekuatannya sendiri dan tanggungjawab yang
kegiatan yang akan direalisasikan. Kesepakatan- dimilikinya sebagai warga desa yang baik tanpa
kesepakatan yang terjalin selama musyawarah mengenal lelah membuat jalan hingga
berlangsung menjadi ketentuan yang harus dijalani bermanfaat untuk semua orang terutama dalam
bersama, sebab kesepakatan tersebut dapat hal mendukung perekonomian warga.
mempermudah segala aktivitas yang dilaksanakan Disampaikan lebih lanjut mengapa masyarakat
masyarakat dalam memanfaatkan dana ADD. mengetahui kebutuhan desanya sendiri karena beberapa
Kesepakatan tersebut berupa sumbangan dari pertimbangan, seperti yang diungkapkan oleh Rahardjo
warga berbentuk material yang secara langsung Adisasmita (2006) disebabkan karena (a) Masyarakat
dapat dimanfaatkan untuk pembangunan jalan. Hal memahami sesungguhnya tentang
ini terjadi di Desa Jangkrikan Kecamatan Kepil keadaan lingkungan sosial dan ekonomi
Kabupaten Wonosobo. Beberapa hal yang perlu masyarakatnya; (b) Masyarakat mampu menganalisis
dijelaskan mengapa perencanaan secara sebab dan akibat dari berbagai kejadian yang terjadi
partisipastif bermanfaat yakni (a) Masyarakat dalam masyarakat; (c) Masyarakat mampu
mampu secara kritis menilai lingkungan sosial merumuskan solusi untuk mengatasi permasalahan
ekonominya dan mampu mengidentifikasi bidang- dan kendala yang dihadapi masyarakat; (d)
bidang/atau sektor-sektor yang perlu dilakukan Masyarakat mampu memanfaatkan sumber daya
perbaikan, dengan demikian diketahui masa depan pembangunan (SDA, SDM, dana, teknologi) yang
mereka terutama yang terjadi di wilayah sampel dimiliki untuk meningkatkan produksi dan
bahwa jalan-jalan protokol yang perlu perbaikan produktivitas dalam rangka mencapai sasaran
juga merupakan hasil rekomendasi dari pembangunan masyarakatnya; dan (e) Masyarakat
masyarakat; dengan upayanya meningkatkan kemampuan SDM
(b) Masyarakat dapat berperan dalam dan kemauannya sehingga berlandaskan pada
perencanaan masa depan masyarakatnya tanpa kepercayaan diri dan keswadayan yang kuat dan
memerlukan bantuan para pakar atau instansi mampu menghilangkan sebagian besar
perencanaan pembangunan dari luar daerah ketergantungannya terhadap pihak luar.
pedesaan. Masyarakat dapat menghimpun Penelusuran di wilayah sampel
sumber daya dan sumber dana dari kalangan mengungkapkan partisipasi masyarakat sangat baik,
anggota masyarakat untuk mewujudkan tujuan dikarenakan sebagian besar menganggap desanya
yang dikehendaki masyarakat. Hal ini terjadi di adalah sebagai bagian dari rumahnya, dimana
Desa Jangkrikan Kecamatan Kepil Kabupaten masyarakat dilahirkan dan dibesarkan hingga
Wonosobo dimana masyarakatnya mengumpul- mencari nafkah di desanya. Fenomena ini sepadan
kan dana secara swadaya untuk mempercepat dengan yang diungkapkan Anggel bahwa partisipasi
pembangunan jalan dengan penarikan iuran yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh
perbulan sebesar Rp 100.000 yang dialokasikan banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
untuk kepentingan umum. kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, salah
2. Partisipasi dalam Pelaksanaan, menurut Isbandi satu diantaranya yaitu: Lamanya tinggal, dimana
Rukminto Adi (2007) dapat dilihat dari dua segi lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu
positif dan negatif. Pada sisi positif, partisipasi dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan
adalah bagian terbesar dari suatu program yang tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang.
dapat menyelesaikan pekerjaaan. Tetapi segi Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu,
negatifnya adalah kecendrungan yang menjadi- maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung
kan warga masyarakat sebagai objek pem- lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam
bangunan dimana warga hanya dijadikan setiap kegiatan lingkungan tersebut.
pelaksana pembangunan tanpa didorong untuk Lain halnya yang diutarakan Holil (1980) unsur-
mengerti dan menyadari permasalahan yang unsur yang mempengaruhi partisipasi sosial yaitu: (a)
mereka hadapi. Sehingga warga masyarakat Kepercayaan diri masyarakat; (b) Solidaritas dan
tidak secara emosional terlibat dalam program, integritas sosial masyarakat; (c) Tanggung jawab sosial
yang berakibat kegagalan seringkali tidak dapat dan komitmen masyarakat; (d) Kemauan dan
dihindari. Teori ini sepadan dengan realita kemampuan untuk mengubah atau memperbaiki
dilapangan, dimana bila dicermati dari segi keadaan dan membangun atas kekuatan sendiri; (e)
positifnya partisipasi di lokasi sampel sangatlah Prakarsa masyarakat atau prakarsa perseorangan yang
memberi nilai positif yang besar bagi diri diterima dan diakui sebagai/menjadi milik masyarakat;
masyarakat. Dimana ADD yang dilaksanakan (f) Kepentingan umum murni, setidak-tidaknya umum
telah relevan dengan kebutuhan masyarakat, dalam lingkungan masyarakat yang

Partisipasi Masyarakat dalam Mengelola Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Tegeswetan dan Desa Jangkrikan
Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo – Ray Septianis Kartika | 185
bersangkutan, dalam pengertian bukan kepentingan desa dapat mengelola sendiri proyek pembangunannya
umum yang semu karena penunggangan oleh dan hasil-hasilnya dapat dipelihara secara baik demi
kepentingan perseorangan atau sebagian kecil dari keberlanjutannya. Seperti yang diketahui bahwa
masyarakat. Kegiatan ADD yang berjalan memang masyarakat desa yang memperhitungkan sendiri
didasari atas kepentingan umum karena masyarakat pengeluaran untuk pembangunan fisik, tanpa mencari
yang menentukan dan masyarakat yang mengetahui keuntungan masyarakat mengalokasikan sebesar-
kebutuhan-kebutuhannya; (g) Musyawarah untuk besarnya dana yang ada untuk perbaikan jalan. Bahkan
mufakat dalam pengambilan keputusan dilakukan tenaga masyarakat dengan sukarela dipertaruhkan demi
dengan itikad baik untuk mendapat hasil yang baik. kepentingan bersama, tanpa mengenal lelah dan waktu
Komitmen menjadi penting tatkala begitu banyak masyarakat menyelesaikan pekerjaan jalan yang
kebutuhan yang mendesak dan menjadi aspirasi dilakukannya saat ini; (b) Tiap-tiap desa memperoleh
masyarakat, namun harus juga dipertimbangkan pemerataan pembangunan sehingga lebih mampu
prioritas yang mendesak dan urgensi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat desa,
realisasikan, dari semua sampel menyatakan bahwa disebabkan pembangunan di desa-desa sampai dusun-
musyawarah mufakat sangatlah penting dalam dusun sudah mengalami perubahan, jalan becek telah di
merencanakan kegiatan ADD; dan (h) Kepekaan dan betonisasi, masyarakat dengan mudah mengakses jalan
ketanggapan masyarakat terhadap masalah, dengan mengendarai kendaraan roda empat atau roda
kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan dua; (c) Desa memperoleh kepastian anggaran untuk
umum masyarakat. Sikap responsiv masyarakat desa belanja operasional pemerintahan desa. Sebelum adanya
dibuktikan dengan masyarakat atas kesadarannya ADD, belanja operasional pemerintahan desa besarnya
bahu membahu, bergotong royong berbaur dengan tidak pasti. Karena dalam ketentuannya sudah
masyarakat lainnya untuk mencapai satu tujuan yaitu dijelaskan 30% untuk operasional Pemerintah Desa dan
menciptakan iklim kegotongroyongan, tanpa 70% untuk pemberdayaan masyarakat;(d) Desa dapat
memandang harkat dan martabat tapi mencapai misi menangani permasalahan desa secara cepat tanpa harus
kemajuan pembangunan secara harfiah. lama menunggu datangnya program dari pemerintah
Sejalan perkembangannya, masyarakat dalam daerah Kabupaten/Kota; (e) Desa tidak lagi hanya
mengelola ADD juga dihadapkan faktor penghambat tergantung pada swadaya masyarakat dalam mengelola
diantaranya adalah keterbatasan dana ADD yang tidak persoalan pemerintahan, pembangunan serta sosial
bisa mengakomodir kebutuhan masyarakat. Faktor kemasyarakat desa; (f) Dapat mendorong terciptanya
pendukung yang ditemui masyarakat diantaranya adalah demokrasi di desa. ADD dapat melatih masyarakat dan
koordinasi dan komunikatif yang erat antara Pemerintah pemerintah desa untuk bekerjasama, memunculkan
Desa dengan masyarakat, transparansi kepercayaan antar pemerintah desa dengan masyarakat
pemerintah desa dalam melaporkan desa dan mendorong adanya kesukarelaan masyarakat
pertanggungjawaban ADD, sinkronisasi antara aspirasi desa untuk membangun dan memelihara desanya; dan
masyarakat dengan kegiatan ADD. Holil berpandangan (g) Dapat mendorong terciptanya pengawasan langsung
Implikasinya dapat dilihat dari beberapa faktor, yang dari dari masyarakat untuk menekan terjadinya
berasal dari luar diri masyarakat diantaranya penyimpangan. Hal ini terjadi di Desa Tegeswetan
dipengaruhi oleh (1) Komunikasi yang intensif antara Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo, bahwa
sesama warga masyarakat, antara warga masyarakat masyarakat bergerak kritis dan segera melaporkan
dengan pimpinannya serta antara sistem sosial di dalam kepada pemerintah daerah dalam hal ini Bapermasdes
masyarakat dengan sistem di luarnya; dan (2) apabila ditemui penyimpangan yang dilakukan oleh
Kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi. kepala desa. Seperti yang dilaporkan masyarakat terkait
Lingkungan di dalam keluarga masyarakat atau kepala desa yang melakukan penggelapan dana ADD
lingkungan politik, sosial, budaya yang memungkinkan sekitar Rp 10.000.000, atas pelaporan masyarakat
dan mendorong timbul dan berkembangnya prakarsa, tersebut hingga saat ini kepala desa dikenai tindakan
gagasan, perseorangan atau kelompok. pidana 2 tahun penjara.

Dengan demikian peranan pemerintah daerah


maupun pemerintah desa adalah merencanakan dan Menurut Bahrul Ulum partisipasi masyarakat
mengorganisir program ADD dengan menyediakan dalam mengelola ADD adalah hak bagi warga untuk
bantuan tehnis dan bantuan bahan-bahan pokok, diluar menyuarakan, mengakses, mengontrol program ADD
kemampuan masyarakat setempat dan organisasi- yang ada di desanya. Sedangkan dampak dari
organisasi non pemerintah lainnya. Oleh karenanya tingginya kepercayaan masyarakat terhadap program
partisipasi masyarakat menjadi elemen yang penting tersebut disebut swadaya. Pengelolaan ADD harus
dalam pengembangan masyarakat desa, mengingat menyatu di dalam pengelolaan APBDes, sehingga
masyarakat yang memahami dan mengerti kondisi prinsip pengelolaan ADD sama persis dengan
lingkungannya. Berdasarkan pemantauan di lapangan, pengelolaan APBDes yang harus mengikuti prinsip-
ADD yang telah bergulir di masyarakat secara implisit prinsip good governance yaitu (a) Partisipatif, proses
bermanfaat bagi masyarakat diantaranya adalah: (a) pengelolaan ADD sejak perencanaan, pengambilan
Desa dapat menghemat biaya pembangunan, karena keputusan sampai dengan pengawasan serta evaluasi

186 | Jurnal Bina Praja | Volume 4 No. 3 September 2012 | 179 – 188
harus melibatkan banyak pihak. Artinya dalam Masyarakat kritis dalam mengawasi pelaksanaan
mengelola ADD tidak hanya melibatkan para elit saja ADD sehingga meminimalisir terjadinya
tetapi juga harus melibatkan masyarakat lain seperti penyelewengan dana ADD; dan (e) minimnya
petani, kaum buruh, masyarakat, dll. Sedari awal di ketersediaan dana ADD yang tidak semuanya dapat
lokasi sampel partisipasi menjadi tolak ukur mengakomodir kebutuhan masyarakat desa.
keberhasilan ADD, tanpa masyarakat ADD tidak Berdasarkan simpulan di atas, disarankan (1)
dapat terealisasi dengan sempurna, dan tanpa Hendaknya pemanfaatan ADD tidak hanya difokuskan
masyarakat pula ADD tidak bermanfaat apapun; (b) untuk pembangunan fisik semata, karena banyak aspek
Transparan, semua pihak dapat mengetahui lainnya yang perlu menjadi atensi semua pihak;
keseluruhan proses secara terbuka. Selain itu (2) Masyarakat perludilibatkan dalam pembuatan
diupayakan agar masyarakat desa dapat menerima SPJ, mengingat di sekitar desa banyak masyarakat
informasi mengenai tujuan, sasaran, hasil, manfaat yang berpotensi dan memiliki latar belakang
yang diperolehnya dari setiap kegiatan yang pendidikan yang memadai dan mampu diberdayakan
menggunakan dana ini. Sikap transparansi di lokasi secara maksimal dalam proses pembuatan laporan.
sampel sudah diterapkan oleh Pemerintah Desa (3) Menambah anggaran ADD dari yang semestinya,
kepada masyarakat, bahkan masyarakat mengetahuinya mengingat ADD sangat bermanfaat untuk kemajuan
melalui poster penggumuman tentang ADD yang pembangunan desa; (4) Masyarakat yang terlibat
memuat kegiatan-kegiatan ADD sekaligus dalam pengelolaan ADD perlu mendapat pengawasan
pertanggungjawaban SPJ ADD juga diketahui khalayak dari pemerintah desa.
yang diinfokan melalui Musrenbangdes; dan
(c) Akuntabel, keseluruhan proses penggunaan ADD DAFTAR PUSTAKA
mulai dari usulan peruntukkannya, pelaksanaan
sampai dengan pencapaian hasilnya dapat Conyers, Diana. 1991. Perencanaan Sosial di Dunia
dipertanggungjawabkan di depan seluruh pihak Ketiga. Yogyakarta: UGM Press.
terutama masyarakat desa. Hetifah Sj. Sumarto. 2003. Inovasi, Partisipasi dan Good
Sehubungan dengan itu, seyogyanyalah Governance. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
partisipasi masyarakat menjadi faktor utama pendukung Holil Soelaiman. 1980. Partisipasi Sosial dalam Usaha
keberhasilan ADD. Masyarakat penggerak terciptanya Kesejahteraan Sosial. Bandung.
akselerasi pembangunan masyarakat desa, di tangan Isbandi Rukminto Adi. 2007. Perencanaan Partisipatoris
Berbasis Aset Komunitas: dari Pemikiran Menuju
masyarakatlah maju mundurnya desa menjadi prinsip
Penerapan. Depok: FISIP UI Press.
yang harus dipahami oleh stakeholder di desa. Dengan
Mikkelsen, Britha. 1999. Metode Penelitian
mengeyampingkan kepentingan-kepentingan pribadi
Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan:
dan egosentris pemangku kebijakan desa dan Sebuah Buku Pegangan Bagi Para Praktisi
menomorsatukan masyarakat di atas segala-galanya, Lapangan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
menjadikan cita-cita luhur untuk meningkatkan Rahardjo Adisasmita. 2006. Membangun Desa
kesejahteraan masyarakat menjadi sesuatu yang urgen Partisipatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
untuk ditindaklanjuti dan ditingkatkan. Oleh karenanya, Suharsimi, Arikunto. 2003. Manajemen Penelitian. Cet.
partisipasi masyarakat menjadi langkah kongkrit Ke-IV. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
terwujudnya kemakmuran dan peningkatan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa (Studi Kasus
kesejahteraan secara parsial. Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa-Desa
dalam Wilayah Kecamatan Tlogomulyo
SIMPULAN Kabupaten Temanggung Tahun 2008).
http://eprints.undip.ac.id/7610/1/Agus_
Menyimak uraian-uraian di atas, dapat Subroto.pdf.
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut (1) Tingkat http://pemdeswonosobo.blogspot.com/2009/04/alokasi-
partisipasi masyarakat Desa Tegeswetan dan Desa dana-desa.html.
Jangkrikan dapat dilihat pada tahap perencanaan, http://www.forumdesa.org/download/buku_saku_add/
pelaksanaan maupun pengawasan yang tergolong sangat buku_saku_ADD.pdf
baik. (2) Faktor pendukung dan penghambat
diantaranya yaitu (a) Dukungan dari Pemerintah
Kabupaten dan Pemerintah Desa yang berkooperatif dan
komunikasi efektif dalam meregulasikan ADD di
wilayah Desa Tegeswetan dan Desa Jangkrikan
sehingga pelaporan pertanggungjawaban dapat
dilaporkan dengan waktu yang telah ditentukan; (b)
Partisipasi masyarakat meningkat karena kesadaran
untuk membangun desa telah tertanam dari dalam diri
mereka untuk berkontribusi dalam pengelolaan ADD;
(c) Sikap mental Pemerintah desa yang transparan,
akuntabel dalam memanfaatkan dana ADD; (d)

Partisipasi Masyarakat dalam Mengelola Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Tegeswetan dan Desa Jangkrikan
Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo – Ray Septianis Kartika | 187
188 | Jurnal Bina Praja | Volume 4 No. 3 September 2012 | 179 – 188

Anda mungkin juga menyukai