Abstract
The Law No.6 / 2014 on the village has opened up opportunities for villages to become self-sufficient and
autonomous. The Village autonomy is autonomous of village governments in managing the finances of the village. One
of program that given by the government is the village fund with the proportion of 90:10. The purpose of giving the
village fund is to fund village governance, implement the development, and empower rural communities. However,
the implementation of the use of village funds were still not effective due to inadequate capacity and capability of
the village government and lack of community involvement in the management of village funds.
Abstrak
Lahirnya UU No.6/2014 tentang desa telah membuka peluang bagi desa untuk menjadi mandiri dan otonom.
Otonomi desa yang dimaksud adalah otonomi pemerintah desa dalam melakukan pengelolaan keuangan desa.
Salah satu program yang diberikan pemerintah saat ini adalah pemberian dana desa dengan proporsi 90:10. Tujuan
pemberian dana desa ini adalah untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan
pemberdayaan masyarakat desa. Namun, dalam pelaksanaan penggunaan dana desa masih dirasakan belum efektif
dikarenakan belum memadainya kapasitas dan kapabilitas pemerintah desa dan belum terlibatnya peran serta
masyarakat secara aktif dalam pengelolaan dana desa.
Otonomi Desa dan Efektivitas Dana Desa ... | Nyimas Latifah Letty Aziz | 193
desa dengan daerah dan pemerintah meliputi desa serta masyarakat untuk membangun desa
aspek kewenangan, perencanaan, pembangunan, secara kolektif.
keuangan dan demokrasi desa. Melalui UU Pembangunan dapat diartikan sebagai
ini, kedudukan desa menjadi lebih kuat. UU upaya meningkatkan kemampuan manusia untuk
ini dengan jelas menyatakan bahwa desa dan memengaruhi masa depannya. Ada lima implikasi
desa adat mendapat perlakuan yang sama dari utama dari pembangunan tersebut yakni: (a)
pemerintah dan pemerintah daerah. Dalam hal capacity, pembangunan berarti membangkitkan
ini, desa diberikan otonomi untuk mengatur dan kemampuan optimal manusia, baik individu
mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan maupun kelompok; (b) equity, mendorong
hak asal-usul, adat istiadat, dan nilai sosial tumbuhnya kebersamaan dan kemerataan
budaya masyarakat desa, serta menetapkan dan nilai dan kesejahteraan; (c) empowerment,
mengelola kelembagaan desa. Tentunya untuk menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk
menjalankan kesemuanya itu maka pemerintah membangun dirinya sendiri sesuai dengan
desa perlu mendapatkan dukungan dana. kemampuan yang ada padanya. Kepercayaan
Dana tersebut diperoleh dari sumber-sumber dalam bentuk kesempatan yang sama, kebebasan
pendapatan desa meliputi PADesa (Pendapatan memilih dan kekuasaan dalam memutuskan;
Asli Desa), alokasi APBN (Anggaran Pendapatan (d) sustainability, membangkitkan kemampuan
Belanja Negara), bagian dari PDRD kabupaten/ untuk membangun secara mandiri; dan (e)
kota, ADD (Alokasi Dana Desa), bantuan interdependence, mengurangi ketergantungan
keuangan dari APBD provinsi/kabupaten/kota, negara yang lain dan menciptakan hubungan
hibah dan sumbangan pihak ketiga, dan lain-lain saling menguntungkan dan saling menghormati.2
pendapatan yang sah. Ini bertujuan supaya Pembangunan memiliki tiga sasaran
pemerintah desa dapat memberikan pelayanan pembangunan yakni pengangguran, kemiskinan,
prima dengan memberdayakan masyarakat untuk dan ketimpangan. Apabila ketiganya mengalami
berpartisipasi aktif dalam program kegiatan penurunan, pembangunan memiliki arti penting.
pembangunan baik fisik maupun non fisik Namun, apabila terjadi sebaliknya, sulit
sehingga tercapai pembangunan dan peningkatan dikatakan adanya pembangunan.3 Sayangnya,
kesejahteraan masyarakat desa. ketidakmerataan pembangunan yang terjadi
Sejak tahun 2015, pemerintah memberikan di Indonesia antara kawasan perkotaan dan
Dana Desa (selanjutnya akan disebut dengan perdesaan memiliki gap yang tinggi sehingga
DD) kepada desa yang bersumber dari APBN pembangunan pedesaan menjadi jauh tertinggal
yang ditransfer melalui APBD kabupaten/ dibanding perkotaan. Oleh karena itu, fokus
kota. Desa mempunyai hak untuk mengelola perhatian pemerintahan saat ini adalah bagaimana
kewenangan dan pendanaannya. Namun, sebagai membangun desa menjadi desa yang otonom
bagian dari NKRI (Negara Kesatuan Republik dan mandiri, salah satunya melalui pemberian
Indonesia) pemerintah desa perlu mendapat dana desa.
supervisi dari level pemerintah di atasnya. Hal Kajian mengenai dana desa ini merupakan
ini dikarenakan untuk kedepannya, jumlah DD kajian yang baru dan menarik mengingat
yang akan diberikan ke desa akan semakin penyaluran dana desa baru diberlakukan pada
besar sementara kapasitas dan kapabilitas SDM tahun 2015. Tulisan ini akan membahas tentang
(Sumber Daya Manusia) dalam pengelolaan otonomi desa dan efektivitas penggunaaan
keuangan desa masih belum cukup memadai. dana desa. serta kendala yang dihadapi dalam
Selain itu, keterlibatan masyarakat untuk implementasi penggunaan dana desa. Bagian akhir
merencanakan dan mengawasi penggunaan merupakan catatan penutup untuk memberikan
dana desa masih dirasakan minimal. Dengan
demikian, ini menjadi tugas dan catatan penting
tidak hanya bagi pemerintah pusat, tetapi juga 2
Lihat : Bryan White dalam Budi Suryadi, Ekonomi Politik
bagi pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah Modern Suatu Pengantar, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2006).
3
Lihat : Dudley Seers dalam Hudiyanto, Ekonomi Politik,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2005).
Otonomi Desa dan Efektivitas Dana Desa ... | Nyimas Latifah Letty Aziz | 195
Selanjutnya dalam perspektif UU perangkat desa. Sedangkan UU No.32/2004
No.32/2004 pasal 200 ayat (1), pemerintahan menyatakan pemerintah desa terdiri atas kepala
desa dibentuk dalam lingkup pemda kabupaten/ desa dan perangkat desa. Tidak ada klausul
kota. Pemerintahan desa terdiri dari pemerintah tentang atau yang disebut dengan nama lain. Ini
desa dan BPD (Badan Permusyawaratan Desa). artinya terjadi pola penyeragaman sebutan kepala
Pembentukan, penghapusan, dan penggabungan desa. Secara formal tidak ada lagi wali nagari di
desa, dilakukan dengan memperhatikan asal-usul Sumatera Barat, hukum tua di Minahasa, opo
atau prakarsa masyarakat. Desa di kabupaten/kota lao di Sangihe dan Talaud, sangadi di Bolaang
secara bertahap dapat diubah statusnya menjadi Mongondow, atau ayahanda di Gorontalo. Semua
kelurahan atas usul dan prakarsa pemerintah diseragamkan dengan satu nama ‘kepala desa’.
desa dan BPD yang ditetapkan dengan perda Ini merupakan sebagian warna yang dibawa oleh
(peraturan daerah). Pemerintah desa terdiri dari UU No. 32/2004.8
kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa Saat ini jumlah desa yang ada di Indonesia
terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa sudah mencapai 74.000 (tujuh puluh empat
lainnya. Sekretaris desa diisi oleh PNS yang ribu).9 Dengan demikian pelaksanaan pengaturan
memenuhi syarat.6 desa yang selama ini berlaku sampai dengan
Urusan pemerintahan yang menjadi UU No.32/2004 sudah tidak sesuai lagi
kewenangan desa yakni : (1) urusan pemerintahan dengan perkembangan zaman, terutama dalam
yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa; hal masyarakat hukum adat, keberagaman,
(2) urusan pemerintahan yang menjadi kewajiban demokratisasi, partisipasi masyarakat, dan
kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya pemerataan pembangunan sehingga terjadi gap
ke desa; (3) tugas pembantuan dari pemerintah, yang tinggi antarwilayah, kemiskinan, sosial
pemerintah provinsi, dan/atau kabupaten/kota budaya, dan lingkungan yang dapat mengancam
yang disertai pembiayaan, sarana, prasarana, keutuhan NKRI. Oleh karena itu, perlu ada suatu
dan SDM; dan (4) urusan pemerintahan lainnya gerakan pembaharuan desa untuk meredam
yang oleh peraturan perundang-undangan semua itu, khususnya dalam memahami otonomi
diserahkan ke desa. Apabila kita melihat urusan desa.
kewenangan (pada pon 2 dan 3), tampak UU No.6/2014 memberikan ruang gerak yang
bahwa pemerintah desa mengalami proses luas untuk mengatur perencanaan pembangunan
penunggangan kepentingan pemerintahan di atas dasar kebutuhan prioritas masyarakat
atasnya. Demikian halnya dengan BPD yang desa tanpa terbebani oleh program-program
menjadikan proses demokrasi di tingkat desa kerja dari berbagai instansi pemerintah yang
menjadi terancam.7 selanjutnya disebut ‘otonomi desa’. Otonomi
Ini menunjukkan bahwa UU No.32/2004 desa merupakan otonomi yang asli, bulat dan
sebagai bagian dari proses penyeragaman bentuk utuh serta bukan merupakan pemberian dari
pemerintahan di daerah. Kondisi pemerintahan pemerintah. Sebaliknya pemerintah berkewajiban
demikian menjadi bagian dari proses sejarah menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh
yang tidak dapat dielakkan. Sebagai contoh, desa tersebut.10
sistem pemerintahan nagari di Sumatera Barat
kurang mempunyai landasan pijakan yang
sah bila mengacu pada UU ini. Desa tidak 8
J. Kaloh, Mencari Bentuk Otonomi Daerah: Suatu Solusi
lagi mempunyai otonomi. Sementara UU dalam Menjawab Kebutuhan Lokal dan Tantangan Global,
hlm..186.
No.22/1999 pasal 95 ayat (1) menyatakan
bahwa pemerintah desa terdiri atas kepala desa 9
Lihat “Kemenkeu Minta Jumlah Desa di Indonesia Tidak
atau yang disebut juga dengan nama lain, yaitu Ditambah”, 20 April 2016 http://nasional.republika.co.id/
berita/nasional/umum/16/04/20/o5xcdd383-kemenkeu-minta-
jumlah-desa-di-indonesia-tidak-ditambah, (diakses pada 1
6
J. Kaloh, Mencari Bentuk Otonomi Daerah: Suatu Solusi Oktober 2016).
dalam Menjawab Kebutuhan Lokal dan Tantangan Global (ed.
Revisi), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), hlm. 185. 10
HAW Widjaja, Otonomi Desa : Merupakan Otonomi yang
Asli, Bulat dan Utuh, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
7
Ibid, hlm. 186. 2008),hlm.165.
Otonomi Desa dan Efektivitas Dana Desa ... | Nyimas Latifah Letty Aziz | 197
pemerintah telah memberikan bantuan dana (d) Kriteria keadaptasian; ketanggapan
kepada desa yang dikenal dengan DD (Dana organisasi terhadap perubahan internal
Desa) untuk semakin mendorong pembangunan dan eksternal
perdesaan demi meningkatkan kesejahteraan (e) Kriteria pengembangan; mengukur
masyarakat desa. Dana desa merupakan dana kemampuan organisasi untuk
realokasi anggaran pusat berbasis desa yang meningkatkan kapasitasnya terhadap
diberikan 10% dari dan diluar dana transfer tuntutan lingkungan.
ke daerah secara bertahap. Dengan demikian
desa semakin diberikan ruang gerak yang luas Sedangkan Steers mengemukakan efektivitas
untuk mengelola pembangunan desa melalui tidak hanya untuk mendapatkan keuntungan yang
sumber-sumber pendapatan yang diperolehnya. banyak, tetapi juga diukur dengan jumlah barang
Lantas sejauhmana desa mampu mengoptimalkan atau kualitas pelayanan yang dihasilkan di mana
penggunaan DD tersebut? ukuran kriteria efektivitas itu sendiri sebenarnya
intangible. Lebih lanjut Steers mengemukakan
Efektivitas Dana Desa bahwa efektivitas organisasi adalah kemampuan
organisasi dalam memperoleh dan menggunakan
Efektivitas pada umumnya sering dihubungkan
secara efisien sumber-sumber yang tersedia
dengan efisiensi dalam pencapaian tujuan baik
untuk mencapai tujuannya.14 Pendekatan yang
tujuan individu, kelompok dan organisasi. 12
digunakan untuk mengukur efektivitas adalah
Menurut Gibson ada 2 (dua) pendekatan dalam
optimalisasi tujuan dengan asumsi bahwa
menilai keefektifan menurut tujuan dan teori
organisasi yang berbeda memiliki tujuan
sistem. Berdasarkan pendekatan tujuan maka
yang berbeda pula. Ada 4 (empat) kategori
untuk merumuskan dan mengukur keefektifan
yang memengaruhi efektivitas yakni (a) sifat
melalui pencapaian tujuan ditetapkan dengan
organisasi, seperti struktur dan teknologi; (b) sifat
usaha kerjasama. Sedangkan pendekatan teori
lingkungan, seperti kondisi pasar dan ekonomi;
sistem menekankan pentingnya adaptasi terhadap
(c) sifat karyawan, seperti tingkat kinerja dan
tuntutan ekstern sebagai kriteria penilaian
prestasi karyawan; (d) kebijakan dan praktek
keefektifan. Lebih lanjut Gibson menyatakan
manajerial.15
bahwa konsep efektivitas organisasi haruslah
mencerminkan 2 (dua) kriteria, yakni (a) Pendapat lainnya, Robbins menyatakan
keseluruhan siklus masukan-proses-keluaran, keefektifan organisasi dilihat dari pencapaian
dan (b) mencerminkan hubungan timbal balik tujuan yang kemudian dikenal dengan pendekatan
antara organisasi dan lingkungannya. Kriteria konstituensi strategis, bahwasanya organisasi
ini kemudian berkembang dengan dimensi waktu dikatakan efektif apabila memenuhi tuntutan
jangka pendek meliputi : 13 konstituensi yang terdapat di lingkungan
organisasi tersebut. Konstituensi yang dimaksud
(a) Kriteria produksi; mencerminkan
adalah pendukung kelanjutan eksistensi
kemampuan organisasi untuk
organisasi. 16
menghasilkan jumlah dan keluaran
kualitas yang dibutuhkan lingkungan. Berdasarkan ketiga pendapat di atas,
(b) Kriteria efisiensi; perbandingan dapat disimpulkan untuk mengukur efektivitas
keluaran terhadap masukan yang penggunaan dana desa, ada beberapa aspek
mengacu pada ukuran pengguna sumber penting yang perlu dipertimbangkan yakni (a)
daya yang langka dalam organisasi. pencapaian tujuan, bahwa penggunaan dana desa
(c) Kriteria kepuasan; ukuran keberhasilan dapat dikatakan efektif apabila penggunaannya
organisasi dalam memenuhi kebutuhan
anggotanya. Richard M Steers, Efektivitas Organisasi, diterjemahkan oleh
14
Otonomi Desa dan Efektivitas Dana Desa ... | Nyimas Latifah Letty Aziz | 199
Berdasarkan skema payung hukum tersebut, dokumen tersebut belum/terlambat disampaikan,
jelas PP No. 60/2014 menyatakan bahwa DD Menteri atau Bupati/Walikota mengenakan sanksi
bersumber dari APBN (Anggaran Pendapatan administratif berupa penundaan penyaluran DD
Belanja Negara). DD diberikan 10% (sepuluh sampai dipenuhinya dokumen tersebut. Dalam
persen) dari dan di luar dana transfer ke daerah hal ini, penundaan terjadi karena sebagian
dan diberikan secara bertahap. Pada tahun 2015 daerah belum memasukkan DD ke dalam APBD
terdapat tiga tahapan dalam penyaluran DD. induk, dan terlambat menetapkan perbup/perwali
Pada tahap I (April) DD disalurkan sebesar tentang pengalokasian DD per desa.
40%, tahap II (Agustus) sebesar 40% dan tahap Untuk penyaluran tahap II bahwa penyaluran
III (Oktober) sebesar 20%. Kemudian pada DD dari RKUN ke RKUD dilakukan setelah
tahun 2016, skema ini mengalami perubahan Menteri cq. Dirjen Perimbangan Keuangan
menjadi 2 (dua) tahapan yakni tahap I (Maret) menerima laporan realisasi penyaluran dan
sebesar 60% dan tahap II (Agustus) sebesar 40%. penggunaan DD tahap I dari Bupati/Walikota,
Alasan perubahan tahapan ini karena skema dan laporan realisasi penyaluran dan konsolidasi
tahun 2015, persyaratan penyaluran DD tidak penggunaan DD tahap I menunjukkan paling
berdasarkan kinerja penyaluran/penggunaan DD kurang 50% (lima puluh persen). Kemudian
tahap sebelumnya. Padahal ini penting untuk penyaluran DD dari RKUD ke RKD dilakukan
memastikan apakah penyaluran DD tepat waktu setelah Bupati/Walikota menerima laporan
dan tepat jumlahnya sehingga dapat menghindari realisasi penggunaan DD tahap I dari Kades
penundaan penyaluran DD tahap berikutnya. (kepala desa) dan laporan realisasi tahap
Hal ini dapat diketahui dari tahapan pemenuhan I menunjukkan paling kurang 50% (lima
10% DD pada tahun 2015 sebesar 3% yakni Rp. puluh persen). Berikut ini merupakan skema
20,7 triliun. Kemudian pada tahun 2016 naik pengalokasian DD
menjadi 6% yakni Rp. 46,9 triliun. Disini terjadi
peningkatan sebesar 126,24%. Pada tahun 2017
DD direncanakan sebesar Rp. 8,6 triliun.
Adapun yang menjadi persyaratan
penyaluran DD bahwa DD dapat disalurkan
dari RKUN ke RKUD setelah persyaratan
dipenuhi. Kemudian paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja setelah diterima di RKUD barulah
disalurkan ke RKD. Apabila Bupati/Walikota
tidak menyalurkan sebagaimana yang dimaksud
akan dikenakan sanksi administratif berupa
penundaan penyaluran DAU (Dana Alokasi
Umum) dan/atau DBH (Dana Bagi Hasil) yang
menjadi hak kabupaten/kota bersangkutan.
Persyaratan penyaluran DD pada tahap I
bahwa penyaluran dari RKUN ke RKUD haruslah
dilengkapi dengan dokumen (a) perda mengenai
APBD kabupaten/kota tahun berjalan; (b) perbup/
walikota mengenai tata cara pembagian dan
penetapan besaran DD; (c) laporan realisasi
penyaluran dan konsolidasi penggunaan DD
tahap sebelumnya. Kemudian penyaluran DD
dari RKUD ke RKD haruslah dilengkapi dengan
dokumen (a) perdes mengenai APB Desa tahun
anggaran berjalan dan (c) laporan realisasi
penggunaan DD tahap sebelumnya. Apalabila
Dana Desa
APBN Dana Desa per
per desa
kab/kota
Skema pengalokasian DD menggunakan Rp. 46,982 triliun pada tahun 2016. Terjadi
alokasi dasar sebesar 90% merata untuk semua kenaikan sebesar 126,24%. ADD juga mengalami
desa pada kabupaten/kota (alokasi minimal peningkatan meskipun jumlahnya tidak sebesar
yang diterima oleh desa secara merata di DD yakni Rp. 33,835 triliun menjadi Rp. 35,455
kabupaten/kota). Alokasi formula sebesar 10% triliun, ada kenaikan sebesar 4,79%. Bagi hasil
didistribusikan ke desa secara proporsional PDRD juga mengalami peningkatan sebesar
berdasarkan 4 (empat) indikator yakni jumlah 9,39% di mana pada tahun 2015 jumlahnya Rp.
penduduk, jumlah penduduk miskin, luas 2,650 triliun menjadi Rp. 2,899 triliun pada
wilayah, dan tingkat kesulitan geografis. Namun, tahun 2016.
khusus untuk daerah pemekaran apabila data
jumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa,
dan luas wilayah desa yang belum tersedia
datanya dapat menggunakan data desa induk
secara proporsional. Sedangkan untuk data
tingkat kesulitan geografis dapat menggunakan
data yang sama dengan desa induk atau data
yang bersumber dari pemda. Dana Desa setiap
kabupaten/kota dialokasikan berdasarkan jumlah
desa di setiap kabupaten/kota dan rata-rata DD
setiap provinsi.
Berikut ini adalah gambaran perkembangan
dana ke desa pada tahun 2015 dan 2016 yang
mengalami peningkatan. Pada tahun 2015
DD sebesar Rp. 20,766 triliun naik menjadi
Otonomi Desa dan Efektivitas Dana Desa ... | Nyimas Latifah Letty Aziz | 201
Tabel 1. Dana Desa per Tahun 2015
Otonomi Desa dan Efektivitas Dana Desa ... | Nyimas Latifah Letty Aziz | 203
Berdasarkan tabel 1 dan 2 diketahui dan lain-lain, sehingga apabila diberikan
bahwa Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur sekaligus akan menyulitkan pemerintah desa
mendapatkan DD lebih banyak ketimbang dalam pengelolaannya, mengingat kapasitas dan
daerah-daerah lainnya di Indonesia, mengingat kapabilitas SDM desa belum memadai.
kedua provinsi tersebut memiliki desa yang lebih Sementara ini penyaluran DD ke desa masih
banyak sehingga secara otomatis mendapatkan melalui RKUD dan tidak langsung ke RKD.
porsi DD yang lebih besar.17 Ada tiga jenis dana Pemberlakuan ini atas dasar penjelasan pasal
yang disalurkan ke desa yakni DD (dana desa), 72 huruf b UU No. 6/2014 yang bersumber dari
ADD (alokasi dana desa), dan PDRD (Pajak APBN, yang ditransfer melalui APBD kabupaten/
Daerah dan Retribusi Daerah). Namun, yang kota. Dalam hal ini, desa mempunyai hak untuk
mungkin membingungkan adalah antara DD mengelola kewenangannya diikuti dengan
dan ADD. Meskipun ADD dan DD merupakan pendanaannya, namun tetap perlu mendapat
bantuan pemerintah pusat kepada desa, skemanya supervisi dari pemerintah di atasnya. Rencana ke
berbeda. ADD diberikan kepada desa dengan depan, pemberian jumlah DD ini akan semakin
jumlah paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari besar Rp.1,4 miliar per desa untuk memenuhi
dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota nawacita pemerintahan Jokowi-JK. Tentunya
setelah dikurangi dengan DAK (Dana Alokasi untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan
Khusus). Dalam hal ini, pemerintah pusat dapat kapasitas dan kapabilitas SDM yang memadai
menunda dan/atau mengurangi dana perimbangan untuk mengelola dana desa tersebut. Oleh
apabila kabupaten/kota tidak mengalokasikan karena itu, desa saat ini masih membutuhkan
ADD ke desa. Sedangkan DD merupakan dana pendamping untuk meningkatkan capacity
yang berasal dari alokasi APBN (Anggaran building-nya.
Pendapatan Belanja Negara). DD diberikan 10%
Penyaluran DD dengan formulasi 90:10
(sepuluh persen) dari dan diluar dana transfer ke
menunjukkan rasio perbedaan antara desa
daerah dan diberikan secara bertahap.
penerima terkecil dan terbesar. Formulasi
ini mengindikasikan kebutuhan dana APBN
Penyaluran dan Penggunaan Dana Desa terendah jika dikaitkan dengan DD minimal Rp.
Penyaluran DD ke desa dilakukan secara 1 miliar per desa. Pada tahun 2015, proporsi
bertahap. Pada tahun 2015 seperti yang sudah 90:10 dengan alokasi rata-rata per desa Rp.
dijelaskan sebelumnya ada 3 (tiga) tahapan dalam 280 juta dimana alokasi terendah sebesar Rp.
penyaluran DD, dan pada tahun 2016 dilakukan 254 juta dan tertinggi Rp. 1,12 miliar dengan
perubahan menjadi 2 (dua) tahapan. Penyaluran rasio kesenjangan terendah 1:4 (lihat tabel 1).
DD secara bertahap dan bukan sekaligus Tahun 2016, pemerintah secara konsisten masih
ini dengan pertimbangan, bahwasanya pada menggunakan proporsi 90:10 dengan alokasi
triwulan I (Januari - Maret), pembangunan masih rata-rata Rp. 628 juta per desa dengan alokasi
dalam proses persiapan sedangkan kebutuhan terendah Rp. 570 juta dan tertinggi Rp. 2,22
pembiayaan terbesar diperkirakan mulai April miliar, dengan rasio kesenjangan terendah 1:4
hingga Agustus. Kemudian penyaluran DD (lihat tabel 2).18 Dengan demikian dapat dikatakan
atas dasar kebutuhan kas desa dan mengurangi bahwa pengalokasian DD dengan proporsi 90:10
kas negara, karena di awal tahun penerimaan masih mengindikasikan kebutuhan anggaran
negara belum optimal sementara negara juga terendah dan terbaik.
harus menyalurkan dana ke daerah-daerah Kebijakan penggunaan DD bertujuan
lainnya. Selain menerima DD, desa juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dalam
mengelola dana yang berasal dari sumber menjaga tingkat konsumsi rumah tangga,
pendapatan lainnya, seperti ADD, DBH PDRD, tingkat pendapatan, dan tingkat inflasi yang
stabil. Selain itu juga untuk meningkatkan
17
Dana Desa Terbesar untuk Jatim-Jateng”, 28 Maret
konektivitas melalui pembangunan infrastruktur
2 0 1 5 . h t t p : / / w w w. p r e s s r e a d e r. c o m / i n d o n e s i a / dengan mendorong stabilitas harga dan distribusi
jawapos/20150328/281663958507989/TextView. (diakses
pada 1 Oktober 2016) 18
Dirjen Perimbangan Keuangan, Kemenkeu RI, 2016.
Otonomi Desa dan Efektivitas Dana Desa ... | Nyimas Latifah Letty Aziz | 205
Padahal, tujuan akhir dari penggunaan kerjasama desa, pengembangan BUMDesa,
DD adalah untuk peningkatan kesejahteraan dan pembangunan yang berskala lokal desa.
masyarakat desa melalui pemberdayaan TPT bertugas di kecamatan untuk mendampingi
masyarakat desa dan kemasyarakatan. Ini desa dalam pelaksanaan program dan kegiatan
sebagai bentuk feedback penggunaan DD dengan sektoral.
harapan dapat menciptakan pemerintahan dan Berdasarkan PP No. 43/2014 tentang
masyarakat desa yang otonom dan mandiri untuk Peraturan Pelaksana UU No. 6/2014 tentang
turut ambil bagian dalam pembangunan nasional Desa, khususnya pasal 128 yang mengatur tentang
berkelanjutan dalam kerangka NKRI. pendampingan desa oleh SKPD (Satuan Kerja
Perangkat Daerah), pemerintah dan pemerintah
daerah menyelenggarakan pemberdayaan
Tata Kelola Dana Desa
masyarakat desa dengan pendampingan secara
Berdasarkan Permendes No. 3/2015 tentang berjenjang. Pendampingan yang dilakukan
Pendampingan Desa, setiap desa perlu SKPD ini dapat dibantu oleh tenaga pendamping
pendampingan dalam melakukan tata kelola profesional/ahli, kader pemberdayaan masyarakat
DD. Tujuan pendampingan desa ini adalah desa, dan/atau pihak ketiga. Camat atau sebutan
untuk meningkatkan kapasitas, efektivitas lain dalam hal ini, melakukan koordinasi
dan akuntabilitas pemerintahan desa dan pendampingan masyarakat desa di wilayahnya.
pembangunan desa; meningkatkan prakarsa,
Pendamping profesional memiliki tugas dan
kesadaran dan partisipasi masyarakat desa
fungsi untuk mengawal penyaluran DD dalam
dalam pembangunan desa yang partisipatif;
hal memfasilitasi pemerintah desa, BPD (Badan
meningkatkan sinergi program pembangunan
Permusyawatan Desa) dan masyarakat desa
antarsektor; dan mengoptimalkan aset lokal
dalam menyusun RPJMDesa dan RKPDesa,
desa secara emansipatoris. Ruang lingkup
dan mengelola sisa DD di RKD. Selain itu juga
pendampingan desa dilakukan secara berjenjang
memfasilitasi pemerintah desa dan BPD dalam
untuk memberdayakan dan memperkuat desa.
menyusun APBDesa, memfasilitasi pemerintah
Ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan yang
desa
didasarkan pada kondisi geografis wilayah, nilai
APBDesa, dan cakupan kegiatan yang didampingi. menyusun laporan penggunaan DD,
Selain itu, pemerintah, pemerintah provinsi, memfasilitasi pemerintah desa dan mengajukan
pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah usulan penyaluran DD dari RKUD ke RKD.
desa juga melakukan upaya pemberdayaan Pendamping profesional juga bertugas untuk
masyarakat melalui pendampingan masyarakat membantu SKPD kabupaten/kota menyusun
berkelanjutan, termasuk dalam penyediaan SDM. laporan realisasi penyaluran dan konsolidasi
penggunaan DD. Berikut ini adalah posisi dan
Pendamping profesional terdiri
kuota pendamping profesional tahun 2015 dan
atas TAPM (tenaga ahli pemberdayaan
2016.
masyarakat, TPD (tenaga pendamping desa),
TPLD (tenaga pendamping lokal desa), dan
TPT (tenaga pendamping teknis). TAPM Tabel 3. Posisi dan Kuota Pendamping Profesional
bertugas meningkatkan kapasitas tenaga Tahun 2015 dan 2016
pendamping dalam rangka penyelenggaraan Tahun TA
(Tenaga
PD
(Pendamping
PLD
(Pendamping
Jumlah
Otonomi Desa dan Efektivitas Dana Desa ... | Nyimas Latifah Letty Aziz | 207
RKUD yang disalurkan melampaui semester kabupaten Pandeglang yang menyelesaikan
I sehingga mempersempit waktu penggunaan/ pelaporan penggunaan DD tahap I (60%)
penyerapan di desa. Selain itu sebagian besar dengan laporan penggunaan DD untuk kegiatan
daerah yang lambat penyaluran DD tahap I fisik sebesar 98,38%, kegiatan pemberdayaan
disebabkan kesulitan dalam penyusunan laporan masyarakat sebesar 1,15%, dan 0,47% untuk
konsolidasi penggunaan—karena laporan ini kegiatan pembinaan kemasyarakatan. Sedangkan
mengandalkan kepatuhan desa; sebagian besar ketiga kabupaten lainnya masih dalam proses
daerah yang lambat penyaluran DD tahap I penyelesaian.23 Dengan demikian, dapat diketahui
adalah kawasan timur Indonesia; dan masih bahwa penggunaan DD masih diprioritaskan
terdapat penyaluran DD tahap I dari RKUD ke pada kegiatan fisik semata. Ditemukan juga
RKD yang tidak tepat waktu/terlambat dengan dokumen perencanaan pembangunan desa
sebab: (a) APBDesa belum/terlambat ditetapkan, dengan APBDesa masih belum selaras. Oleh
(b) perubahan regulasi, (c) laporan penggunaan karena itu, perlu dibuat master plan penggunaan
belum dibuat, dan (d) dokumen perencanaan dana desa.
belum ada.22 Dana desa dapat menjadi alat motivasi bagi
Selain penyalurannya, dalam implementasi pemerintah desa untuk bekerja secara ekonomis,
penggunaan DD terdapat kendala di mana efektif dan efisien dalam mencapai target dan
masih terdapat penggunaan DD di luar prioritas tujuan organisasi yang ditetapkan. Dana desa juga
penggunaan, pekerjaan konstruksi dilakukan dapat menjadi alat koordinasi dan komunikasi
seluruhnya oleh pihak ketiga/penyedia jasa, hasil dalam pemerintahan desa dengan pelibatan
pengadaan tidak dapat digunakan/dimanfaatkan, peran aktif masyarakat desa, sebagai ukuran
pengeluaran DD tidak didukung oleh bukti yang penilaian kinerja pemerintahan desa atas target
memadai, kelebihan perhitungan volume RAB, yang dicapai dan efisiensi penggunaannya, dan
dan kelebihan pembayaran. Kendala lainnya juga menjadi alat kebijakan fiskal pemerintah desa
terjadi karena pemungutan dan penyetoran pajak untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong
tidak sesuai, dana disimpan bukan di RKD, dan pertumbuhan ekonomi di perdesaan.
pengeluaran di luar APBDesa. Kesemuanya ini Selain itu, desa dapat melakukan
menunjukkan bahwa rendahnya kapasitas dan pemberdayaan masyarakat sebagai upaya
kapabilitas SDM (aparatur desa) menyebabkan meningkatkan kemampuan dan potensi yang
rendahnya pemahaman terhadap standar akuntasi dimiliki masyarakat sehingga dapat mewujudkan
pemerintah (terkait transfer dana desa). jati diri, harkat dan martabat secara maksimal
Berdasarkan pengalaman Provinsi Banten, untuk bertahan dan mengembangkan diri secara
yang terdiri dari 4 (empat) kabupaten yakni mandiri (ekonomi, sosial, agama, dan budaya)
kabupaten Pandeglang dengan jumlah desa dan bertanggung jawab.24 Pemberdayaan tidak
sebanyak 326, kabupaten Lebak dengan jumlah hanya dari sisi kesempatan usaha dan modal
desa sebanyak 340, kabupaten Tangerang dengan tetapi juga harus diikuti dengan perubahan
jumlah desa sebanyak 246, dan kabupaten Serang struktur sosial ekonomi masyarakat. Ada 4
yang memiliki 326 desa. Dari keempat kabupaten akses yang mendukung peran, produktivitas dan
tersebut, masing-masing menerima alokasi efisiensi yakni akses terhadap SDA, teknologi,
DD pada tahun 2016 sebanyak Rp. 205,56 juta pasar, dan sumber pembiayaan. Keempat hal ini
untuk kabupaten Pandeglang, kabupaten Lebak menjadi tanggung jawab pemerintah desa sebagai
sebanyak Rp. 215,36 juta, kabupaten Tangerang fasilitator dengan melibatkan partisipasi aktif
sebanyak Rp. 168, 76 juta, dan kabupaten masyarakat.
Serang sebanyak Rp. 201,57 juta. Sayangnya Sejauh ini, partisipasi masyarakat belum
dari keempat kabupaten tersebut barulah sepenuhnya dilibatkan mulai dari proses
22
“ Lampiran Penyaluran Dana Desa Tahap I Tahun 2016”, Laporan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat
23
Otonomi Desa dan Efektivitas Dana Desa ... | Nyimas Latifah Letty Aziz | 209
kebutuhan atas mereka berkurang atau ditiadakan Undang-Undang dan Peraturan Perundang-
sampai dengan kapasitas dan kapabilitas SDM Undangan
desa benar-benar siap. Undang-Undang No. 22 Tahun 1948 tentang
Persoalan lainnya, keberadaan dana desa Penetapan Aturan-aturan Pokok mengenai
Pemerintahan Sendiri di Daerah-daerah yang
yang telah digelontorkan sejak tahun 2016 masih
Berhak Mengatur dan Mengurus Rumah
belum dirasakan manfaatnya secara optimal bagi Tangganya Sendiri.
efektivitas penggunaan DD untuk meningkatkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1957 tentang Pokok-
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, Pokok Pemerintahan Daerah.
diperlukan usaha dan kerja keras semua pihak Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun
mulai dari pemerintah (kemendagri, kemenkeu, 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
kemendes) dan pemda kabupaten/kota serta Daerah.
pemerintah desa beserta masyarakat desa untuk UU No. 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja sebagai
terlibat secara aktif dalam proses pembangunan Bentuk Peralihan untuk Mempercepat
desa, utamanya melalui BPD. Terwujudnya Daerah Tingkat III di Seluruh
Wilayah RI.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun
Referensi 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
Daerah.
Buku
Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun
Gibson, James L, Ivancevich, John M. Donnely Jr.
1979 tentang Pemerintahan Desa.
James H. Organisasi dan Manajemen. Perilaku
Struktur Proses, Alih Bahasa: Wahid, Djoerban. Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun
Jakarta: Erlangga. 1995. 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Hudiyanto. Ekonomi Politik. Jakarta: Bumi Aksara. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun
2005. 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
Kaloh, J. Mencari Bentuk Otonomi Daerah: Suatu
Solusi dalam Menjawab Kebutuhan Lokal dan
Tantangan Global (ed. Revisi). Jakarta: PT Website
Rineka Cipta. 2007 Beritamakassar.fajar.co.id.” Lagi, Ada Kades
Robins, Stephen P. Adminstrasi Negara-Negara Dituding Selewengkan Dana Desa”. 11 Juli
Berkembang (Terjemahan). Jakarta: CV 2016. http://beritakotamakassar.fajar.co.id/
Rajawali. 1995 berita/2016/07/11/lagi-ada-kades-dituding-
Steers, Richard M. Efektivitas Organisasi. selewengkan-dana-desa/,diunduh pada tanggal
Diterjemahkan oleh Magdalena Jamin. Jakarta 1 Oktober 2016.
: Erlangga. 1997. Djpk.depkeu.go.id.“ Lampiran Penyaluran Dana
Suryadi, Budi. Ekonomi Politik Modern Suatu Desa Tahap I Tahun 2016” , 31 Mei 2016
Pengantar. Yogyakarta: IRCiSoD. 2006. http://www.djpk.depkeu.go.id/wp-content/
uploads/2016/06/Lampiran-PENYALURAN-
Tangkilisan, Hessel Nogi S. Analisis Kebijakan dan
DANA-DESA-TAHAP-I-TAHUN-2016-
Manajemen Otonomi Daerah Kontemporer.
per-31-Mei-2016.pdf, diunduh pada tanggal1
Yogyakarta: Lukman Offset. 2003.
Oktober 2016.
Tjandra, W. Riawan. “Perspektif Otonomi Desa
https://www.bps.go.id/brs/view/id/1227, diunduh
dalam Dinamika Desentralisasi”, dalam
pada 1 Oktober 2016.
Dadang Juliantara. Mewujudkan Kabupaten
Partisipatif. Yogyakarta: Pustaka Jogja Metropublika.com. “Soal Kasus Dana Desa Warga
Mandiri. 2004. Minta LPJ, Kades Berdalih Masih di Kejaksaan”.
15 Maret 2016. http://www.metropublika.com/
Widjaja, HAW. Otonomi Desa : Merupakan
soal-kasus-dana-desa-warga-minta-lpj-kades-
Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh. Jakarta:
berdalih-masih-di-kejaksaan/, diunduh pada
PT RajaGrafindo Persada. 2008.
tanggal 1 Oktober 2016.
Nasional republika.co.id. “Kemenkeu Minta Jumlah
Desa di Indonesia Tidak Ditambah”, 20
April 2016. http://nasional.republika.co.id/
berita/nasional/umum/16/04/20/o5xcdd383-
Otonomi Desa dan Efektivitas Dana Desa ... | Nyimas Latifah Letty Aziz | 211