Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
1
Menurut Anderson (1975): Kebijakan publik adalah sebagai
kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat
pemerintah. Definisi kebijakan publik menurut Anderson dapat
diklasifikasikan sebagai proses management, dimana didalamnya terdapat fase
serangkaian kerja pejabat publik. Ketika pemerintah benar-benar berindak
untuk menyelesaikan persoalan di masyarakat. Pernyataan Anderson tersebut
juga dapat menjadi pembuat keputusan ketika kebijakan publik yang diambil
bisa bersifat positif (tindakan pemerintah mengenai segal sesuatu masalah)
atau negatif (keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu).
Kebijakan pemerintah sudah seharusnya selalu memperhatikan
kepentingan orang banyak. Dewasa ini, arah kebijakan pemerintah justru
berbalik ingin mendapatkan keuntungan sebanyaknya dari masyarakat.
Dampaknya, rakyat kecil makin sengsara. Contohnya kebijakan Pemkot
palembang menaikkan harga Rp26,5 juta/bulan atas HGB Pasar 16
Ilir Palembang. Akibatnya, kebijakan tersebut banyak
ditentangkan dan digugat oleh pedagang yang merasa
keberatan karena tidak sesuai dengan jumlah pendapatan dan
fasilitas yang didapat dari pemerintah.

II. Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, dapat ditarik rumusan masalah,
II.1Bagaimana jika dibandingkan antara fakta dan teori kebijakan publik?
II.2Apakah kebijakan pemerintah tersebut telah cocok?
II.3Bagaimana solusi yang tepat untuk permasalah yang ada?

III. Metode dan Pendekatan Analisis

1
Metode yang digunakan adalah observasi langsung dan tidak langsung.
Observasi langsung dengan cara mengamati lingkungan atau kerja lapangan.

1
Fauzi Indriansyah, Definisi Kebijakan Publik Menurut Para Ahli,
http://indriansyah03.blogspot.co.id/2015/02/kebijakan-publik-menurut-para-
ahli.html, diakses tanggal 3 Oktober pukul 18.01
Ibid.

Sedangkan observasi tidak langsung ialah dengan cara mengambil fakta-fakta


lapangan dari koran online dan berita-berita di media massa elektronik.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kelompok, yaitu pendekatan
hasil perjuangan antara kelompok-kelompok masyarakat.

IV. Tujuan
IV.1 Kritik terhadap kebijakan pemerintah kota Palembang
IV.2 Memberikan solusi
IV.3 Membandingkan antara fakta lapangan dengan teori yang ada
IV.4 Menganalisis setiap masalah hingga menemukan solusi yang tepat

BAB II
PEMBAHASAN

I. Perbandingan antara Teori dan Fakta Kebijakan Publik


I.1 Konsep kebijakan Publik
Kebijakan publik adalah sesuatu yang dihasilkan pemerintah yang berasal
dari segala kejadian dalam masyarakat dan dipergunakan pula untuk
kepentingan masyarakat. Kebijakan ini digunakan untuk mendamaikan
tuntutan dari pihak-pihak berkonflik, maupun untuk menciptakan
pendorong bagi tindakan bersama bagi pihak-pihak yang ikut menetapkan
tujau. Jadi, kebijakan di satu pihak berbentuk suatu usaha yang kompleks
dari masyarakat untuk kepentingan masyarakat, dipihak lain kebijakan

2
merupakan suatu teknik atau cara untuk mengatasi konflik dan
menimbulkan intensif.
I.2 Sistem Kebijakan Publik
Ada 2delapan unsur yang terdapat dalam sistem kebijakan publik. Bisa
dianggap unsur ini mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang akan
diputuskan, yaitu
a. warga negara,
b. MPR/DPR,
c. sistem peradilan,
d. presiden kabinet,
e. BPK, media Massa,
f. organisasi masyarakat, dan
g. partai politik.
I.3 Tahapan Kebijakan Publik
a. Penyusunan Agenda, yaitu berbentuk asumsi, persepsi, dan mobilisasi
ataupun dukungan yang nantinya akan menjadi agenda pemerintah/
ketetapan DPR
b. Formulasi dan anggaran, kebijakan yang diajukan lalu di analisis
apakah sudah tepat sasaran atau belum dan seberapa besar anggaran
yang dikeluarkan untuk kebijakan tersebut.
c. Setelahnya akan lahir kebijakan publik dan secara hukum perda, yaitu
berbentuk juklak dan juknis.
d. Impelementasi, penerapan kebijakan publik yang telah diambil mulai
dari perencanaan, sumber daya yang digunakan, penyediaan pelayanan
yang maksimal dan pengorganisasian yang sehat yang selanjutnya
akan menjadi kebijakan tindakan.
e. Evaluasi, penilaian dari kebijakan yang telah diimplementasikan.
Apakah telah sesuai dan cocok untuk semua aspek
f. Rencana masa depan, evaluasi dijadikan bahan untuk membuat
rencana-rencana baru sehingga kesalahan yang terjadi sebelumnya
dapat terhindarkan.

3
I.4 Contoh Fakta Kebijakan Publik
Saya menarik isu yang sedang hangat dalam masyarakat Palembang, yaitu
pemerintah yang menetapkan kebijakan atas Hak Guna Bangunan (HGB)
pasar 16 Ilir Palembang. Dari teori-teori yang telah saya paparkan
sebelumnya, terlihat ketimpangan sangat jauh dengan fakta yang ada di
lapangan. Saya melihat Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang terlihat
enggan mengatasi masalah yang ada, buktinya Pemkot berdalih tidak
memiliki kewenangan untuk memperpanjang HGB termasuk memfasilitasi
karena Pasar 16 Ilir Palembang sudah diserahkan semuanya pada
Perusahaan Daerah (PD) Pasar Palembang Djaja.
Padahal, apabila suatu isu telah menjelma menjadi isu publik itu sudah
menjadi tugas pemerintah untuk ikut campur karena pemerintahlah yang
memegang tampuk hukum yang absah. Apabila tidak ada kejelasan, maka
isu tersebut akan menimbulkan dampak yang dramatis dan luas serta
emosi massa dukungan media massa akan meruntuhkan kekuasaan.
Adapun masalah-masalah yang terjadi, yaitu

a. pedagang tidak bisa memperpanjang HGB,


b. uang perpanjangan HGB tersebut, tidak berdasaran Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP), yaitu sebesar 26,5 juta/bulan,
c. belum ada peraturan yang jelas dari satu tahun yang lalu,
d. pedagang merasa pemerintah tidak melindungi mereka,
e. pedapatan sedang menurun sehingga uang HGB perpanjangan terasa
sangat berat.
Dari masalah-masalah diatas, jelas sekali pemerintah kota Palembang
terlalu lamban dalam mengambil kebijakan dan sayangnya ketika
mengambil kebijakan, kebijakan tersebut malah memberatkan banyak
pedagang. Pemkot sebagai pengawas, belum mengambil langkah tegas
terhadap PD Pasar Palembang Djaja.

II. Cocok atau tidaknya kebijakan pemerintah


Ketepatan suatu kebijakan dapat dinilai dari beberapa kriteria, yaitu

4
a. Kelayakan politik,
b. Kelayakan ekonomi,
c. Kelayakan keuangan/biaya,
d. Kelayakan administrasi,
e. Kelayakan teknologi,
f. Kelayakan sosial-budaya,
g. Kelayakan-kelayakan apa yang telah dibuat secara khusus.
KETERANGAN :
II.1Kelayakan politik
Kemampuan untuk merealisasikan atau mewujudkan kebijakan berkat
dukungan politik yang ada. Suatu kebijakan yang tidak mendapat
dukungan politik tidak akan terlaksna. Proses perumusan suatu rencana
UU menjadi UU akan menemui kegagalan kalau tidak mendapat dukungan
secara mayoritas dalam DPR. Dalam lingkungan birokrasi, keperluan
adanya persetujuan atasan merupakan salah satu bagian dari kriteria politik
yang bersifat khusus.
II.2Kelayakan ekonomi
Berkaitan dengan dampak dari kebijakan dilihat dari segi ekonomi.
Bagaimana pengaruhnya pada daya saing bangsa, bagaimana pengaruhnya
pada pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, tingkat inflasi,
pemerataan pendapatan antar penduduk dan daerah. Kelayakan ekonomi
lebih bersifat makro ekonomi. Sebab itu bisa jadi dampai secara mikro
menguntungkan tetapi secara makro justru merugikan.
II.3Kelayakan keuangan/biaya
Hal yang paling diperhatikan disini adalah kelayakan dari segi biaya dan
keuntungan. Persoalannya adalah apakah kebijakan itu mudah mendapat
dukungan keuangan? Adakah sumber pembiayaannya, menguntungkan
dilihat dari segi laba rugi pembiayaan? Apakah kebijakan itu dapat
menurunkan ongkos produksi yang pada gilirannya dapat meningkatkan
daya saing di pasar dan luar negeri.
II.4Kelayakan administrasi

5
Apakah ada kemampuan administrasi untuk merealisasikan kebijakan yang
bersangkutan. Apakah gagasan atau strategi yang disarankan dalam suatu
kebijakan dapat dilaksanakan sesuai dengan faktor pendukung
administrasi yang ada. Faktor-faktor input administrasi yaitu sumberdaya
manusia, pembiayaan, logistik, informasi, legitimasi dan partisipasi.
Hanya saja sumberdaya manusia dalam administrasi adalah juga pemilik
karena dia warga negara yang mempunyai dengan semua orang.
Pengertiannya berbeda dengan hanya sebagai uang, karena uang yang
tersedia pada suatu waktu boleh jadi cukup, tetapi kalau belum
dialokasikan secara pasti dalam anggaran biaya secara admistratif tidak
dapat digunakan. Demikian juga berkenaan dengan logistik dan informasi.
Legitas atau keabsahan merupakan faktor penting. Begitu juga dengan
dukungan dan partisipasi masyarakat.
II.5Kelayakan teknologi
Ketersediaan dan dukungan teknologi yang sesuai. Pelaksanaan suatu
kebijakan yang memerlukan teknologi tinggi sulit dilakukan di negara
yang baru berkembang. Akibatnya negara yang memiliki teknologi tinggi
mempunyai pengaruh yang lebih menentukan dalam hampir seluruh proses
kebijakan di dunia.
II.6Kelayakan sosial-budaya
Kemampuan untuk didukung oleh mayoritas keyakinan atau budaya yang
ada pada masyarakat.
II.7Kelayakan-kelayakan yang lainnya sesuai dengan apa yang dibuat secara
khusus.
Dapat berupa pemerataan, terjangkau, baik dari segi harga maupun dari
segi jarak dan alat transportasi yang ada, meningkatkan kemampuan dan
keterampilan masyarakat, memberdayakan masyarakat, meningkatkan
harga diri masyarakat, perintisan dan sebagainya.

Berdasarkan kriteria diatas, dapat dikatakan kebijakan pemerintah kota


Palembang belum cocok untuk diterapkan. Pasalnya, belum ada keputusan

6
dari segi politik (Pemprov), mengganggu stabilitas ekonomi di Palembang,
mengurangi pendapatan daerah, banyak pedagang yang gulung tikar akibat
tidak sanggup membayar sewa yang terlalu mahal. Dari segi
keuangan/biaya, ini sangat merugikan karena ketika kebijakan ini
dipastikan sah maka banyak pedagang yang akan digusur contohnya, kios
seperti aquarium di pasar 16 dibongkar, akibatnya pemerintah akan
mengeluarkan banyak uang untuk ganti rugi. Lagipula, bukankah dalam
kebijakan publik sumberdaya manusia itu dipandang memiliki hak yang
sama? Apabila tidak ada partisipasi maka kebijakan tersebut sangat sulit
dijalankan parahnya, apabila kebijakan ini dipaksa maka akan timbul
masalah yang lebih rumit lagi, misalnya kriminalitas akibat kurangnya
pendapat pedagang.

III. Solusi
III.1 Pemerintah kota Palembang sebagai pengawas hendaknya
memperhatikan hak-hak pedagang dan melindungi pedagang. Karena
semua pedagang memiliki hak yang sama, baik itu yang sudah memiliki
HGB atau belum, maka sudah seharusnya kedua-duanya dipikirkan. Bisa
saja pemerintah melalui kementrian keuangan ikut menetapkan biaya
sewa. HGB di pasar 16 baru sebesar Rp4.500.000 kenapa tidak
disamakan?
III.2 Karena pasar 16 Ilir merupakan icon kota Palembang dan pusatnya
belanja, maka akan terjadi kesulitan ekonomi apabila aktivitas pasar
terhenti seperti kelangkaan sumber daya pangan atau sandang. Pemerintah
bisa menyiapkan tempat sementara untuk berdagang atau benar-benar
menempatkan pedagang pada tempat permanen dengan biaya sewa yang
sesuai dengan pemasukan para pedagang.
III.3 Pemkot, PD pasar Palembang Djaja dan para pedagang dapat
melakukan diskusi terbuka sehingga mengetahui apa yang diingankan para
pedagang dan dapat menemukan titik terang.

7
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Pemerintah harus memikirkan aspek-aspek penilaian sebelum mengesahkan
sebuah kebijakan sehingga masyarakat ikut berpartisipasi dengan program
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2003. Teori dan Konsep Kebijakan Publik dalam
Kebijakan Publik yang Membumi, konsep, strategi dan kasus. Yogyakarta :
Lukman Offset dan YPAPI.
Nexzzon, Addhy. 2013. Sistem, Proses, dan Siklus Kebijakan Publik. (Online)
http://bookerchon.blogspot.co.id/2013/05/sistem-proses-dan-siklus-
kebijakan.html. Diakses: 3 Oktober 2016.
UU No. 40 Tahun 1996 tentang hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai
atas tanah.
Fauzi Indriansyah. 2015. Definisi Kebijakan Publik Menurut Para Ahli. (Online)
http://indriansyah03.blogspot.co.id/2015/02/kebijakan-publik-menurut-
para-ahli.html. Diakses: 3 Oktober 2016
Tasmalinda. 2016. Pedagang Pasar 16 Ilir Ngadu ke Sekda Sumsel. Koran
Sindo, 20 September 2106.
Saputra, Odi Aria. 2016. Ini Tuntutan Pedagang Soal HGB Pasar 16 Ilir.
Sripoku.com, 5 September 2016.
Solehin, Raden Mohd, 2016. Tuntutan Perpanjangan HGB Pasar 16 Ilir
Palembang Sulit Direalisasikan, Walikota: Itu Hak PD Pasar.
Palembang.Tribunnews.com, 27 September 2016.
Hafiz, Abdul. 2016. Pemkot Harus Kaji Ulang HGB Pasar 16 Ilir Palembang.
Sripoku.com, 29 September 2016

Anda mungkin juga menyukai