Anda di halaman 1dari 13

RESUME ILMU SOSIAL POLITIK

POLITIK
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat
yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.
Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang
berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang
berbeda, yaitu antara lain:
Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan
kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles).
Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan
Negara.
Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan di masyarakat.
Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan
kebijakan publik.
Sejarah dan prinsip dasar keperawatan di dunia politik
Menurut sejarah keterlibatan perawat dalam politik terbatas. Walaupun secara
individu seperti Florence Nightingale, LilianWald, Margaret Sanger, dan Lavinia
Dock telah mempengaruhi dalam pembuatan keputusan seperti sanitasi, nutrisi,
keluarga berencana dan keluarga yang kurang dihargai dalam kelompok (HALLLONG 1995). Akan tetapi pergerakan wanita telah memberikan inspirasi pada
perawat mengenai masalah perawatan kesehatan. Selain itu dengan banyaknya
lulusan berpendidikan tinggi masuk sebagai anggota profesi, mereka membawa
keperawatan ke dalam aktivitas dan kegiatan di kampus universitas.
Pada 1974, ANA membentuk the nurses coalition in politics (N-CAP), yang menjadi
komite aksi politik (Political Action Committee (PAC)) pertama bagi perawat.
Organisasi ini, yang dikenal sebagai ANA-PAC, merupakan komite aksi politik

utama yang mencari dukungan bagi kandidat yang ingin ke dalam kantor federal
(Mason 1990).
Kekuatan politik merupakan kemampuan untuk mempengaruhi atau meyakinkan
seseorang untuk memihak pada pemerintah dan memperlihatkan bahwa kekuatan
dari pihak tersebut membentuk hasil yang diinginkan (Rogge 1987). Dahulu, perawat
merasa tidak nyaman dengan politik karena mayoritas perawat adalah wanita dan
politik merupakan dominasi laki-laki. Perawat juga tidak menyadari preseden
historis yang ditetapkan oleh perawat dalam arena politik, dan karena mereka kurang
mendapatkan pendidikan politik untuk memenangkan kompetensi dalam berpolitik
(Mason dn Talbott 1995, Mason 1990).
Keterlibatan perawat dalam politik mendapatkan perhatian yang lebih besar dalam
kurikulum keperawatan, organisasi professional dan tempat perawatan kesehatan
(Stanhope dan Belcher, 1993). Organisasi keperawatan telah mempekerjakan
seseorang yang mampu melobi untuk mendorong terbentuknya legislasi Negara
bagian dan U.S Congress untuk meningkatkan kualitas perawatan kesehatan. Kalisch
1982 menuliskan bahwa ANA bekerja untuk meningkatkan standar kesehatan dan
ketersediaan pelayanan perawatan kesehatan bagi semua orang, mendorong standar
keperawatan yang tinggi, menstimulasi dan meningkatkan pengembangan perawat
professional dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan umum. Tujuan ini tidak
dibatasi oleh pertimbangan kenegaraan, ras, keturunan, gaya hidup, warna kulit,
seks, dan usia.
Selain itu perawat secara individu dapat mempengaruhi keputusan politik pada
semua tingkat pemerintahan dan organisasi keperawatan. Jika perawat menjadi
mahasiswa yang serius dalam memperhatikan kebutuhan social, menjadi aktivis
dalam mempengaruhi peraturan untuk memenuhi kebutuhan dan menjadi contributor
waktu dan uang yang terbuka bagi keperawatan

dan organisasi serta menjadi

kandidat untuk bekerja menjadi asuhan kesehatan yang baik secara universal, maka
masa depan akan cemerlang.

Politik dalam area keperawaatan


Banyak hal yang dapat di lakukan oleh seorang perawat sehingga mampu terjun ke
dunia politik. Salah satu yang paling umum dilakukan adalah mendukung salah satu
partai politik. Partai politik ini akan menjadi motor penggerak pembawa dikancah
perpolitikan Indonesia. Banyak partai yang menawarkan posisi legislative, ada partai
yang melakukan pengkaderan dari awal yang mampu menyiapkan calon-calon
legislative dari embrio yang akan di berikan suntikan idiologi dari partai tersebut,
ada juga partai yang memberikan kesempatan kepada siapa saja yang siap untuk
berjuangbersama-sama mendukung partainya dan menjadi calon legislative.
Dunia politik bukan dunia yang asing, namun terjun dan berjuang bersamanya
mungkin akan terasa asing bagi profesi keperawatan. Hal ini di tunjukkan belum
adanya keterwakilan seorang perawat dalam kancah perpolitikan Indonesia.
Tidak di pungkiri lagi bahwa seorang perawat juga rakyat Indonesia yang juga
memiliki hak pilih dan tentunya telah melakukan haknya untuk memilih wakilwakilnya sebagai anggota legislative namun seakan tidak ada satupun suara yang
menyuarakan hati nurani profesi keperawatan. Akankah ha ini di biarkan begitusaja?
Tentunya tidak, karena profesi kita pun mebutuhkan penyampaian aspirasi yang
patut untuk di dengar dan di selesaikannya permasalahan yang ada, yang tentunya
akan membawa kesejahteraan rakyat seluruh profesi keperawatan.Sulitnya
menjadikan Rancangan Undang-Undang (RUU) Keperawatan seringkali dikaitkan
dengan tidak adanya keterwakilan seorang perawat di badan legislative sana
Pentingnya perawat berada di area politik itu adalah sebagai berikut :
Politik menciptakan iklim yang kondusif bagi keperawatan terutama
mendapatkan legitimasi masyarakat dalam upaya mendukung usaha-usaha
memberikan asuhan keperawatan.
Politik memberikan kemudahan terhadap pencapaian tujuan keperawatan
dalam melakukan interverensi kepada masyarakat melalui serangkaian
aktifitas yang dilakukan oleh profesi keperawatan berupa kebijakan srategis
dalam memberikan asuhan keperawatan.

Manfaat Politik Untuk Keperawatan


a.

Terciptanya suatu regulasi dalam pendidikan perawat.

Banyak sekali keuntungan yang akan didapatkan ketika regulasi (undangundang)keperawatan telah ditetapkan, salah satunya adalah mengenai regulasi
pendidikan keperawatan di Indonesia. Walaupun regulasi pendidikan seharusnya
wewenang Dinas Pendidikan Tinggi, namun saat ini profesi keperawatan mengalami
dualisme arah, kiblat pendidikan keperawatan yang ganda ini menjadikan profesi
keperawatan semakin ruwet dan kemungkinan akan menyulitkan dalam birokasibirokrasipengurusannya.
Sesuai keputusan dinyatakan bahwa pendidikan hanya dapat dilaksanakan atau
berada di bawah Dinas Pendidikan Tinggi (DIKTI) namun kenyataan yang ada
adalah pendidikan keperawatan masih ada yang berada dibawah selain DIKTI dan
istitusi lainnya ada yang berada di bawah Dinas Kesehatan (Dinkes).
Kenapa hal tersebut masih terjadi? Dan mengapa hal semacam ini masih
dipertahankan sampai sekarang yang kemudian akan menjadikan banyaknya
kesenjangan, kurikulum yang tidak merata dan kesulitan dalam quality contro
kurikulum yang ada, dan masih banyak lagi permasalah yang lain.
Menjadi bagian dari dunia perpolitikan di Indonesia, di harapkan seorang perawat
mampu mewakili banyaknya aspirasi dan menyelesaikan permasalahan yang ada di
profesi keperawatan salah satunya seperti yang di sebutkan diatas yaitu mengenai
begaimana meregulasi pendidikan keperawatan yang hasil akhirnya diharapkan
tercapainya kualitas perawat bias di pertanggung jawabkan.
b.

Regulasi kewenangan perawat di lahan klinik

Regulasi kewenangan perawat di lahan klinik akan menjadikan profesi keperawatan


semakin mantap dalam langkah. Kewenangan perawat yang mandiri, terstruktur dan
ranah yang jelas akan menjadikan perawat semakin prefesional dan propossional
sesuai dengan tanggung jawab yang harus dipenuhi, selain itu dalam regulasi

kewenangan diharapkan tidak terjadinya overlap dan menghindari terjadinya


malpraktik yang kemungkinan dapat terjadi.
Regulasi pendidikan akan menjadikan tidak bermunculnya institusi pendidikan
keperawatan yang hanya mencari untung, politik uang, dan institusi yang tidak
melakukan penjaminan mutu akan output perawat yang di luluskan setiap
periodenya.

Dengan

regulasi

pendidikan

keperawatan,

semua

menjadi

terstandardisasi, profesi keperawatan yang mempunyai nilai tawar, nilai jual dan
menjadi profesi yang di pertimbangkan.
Tidak kalah penting dengan regulasi pendidikan dimana regulasi pendidikan
merupakan bagaimana melakukan pembangunan fondasi yang kokoh dan system
yang mendukung akan terbentuknya generasi perawat siap tempur.
Ruang Lingkup Politik Dalam Keperawatan
Lingkup keberadaan perawat di dalam area politik tidak hanya terbatas pada
kepentingan perawat itu sendiri seperti menciptakan iklim yang kondusif bagi
keperawatan terutama mendapatkan legitimasi masyarakat di dalam upaya
mendukung usaha-usaha memberikan asuhan keperawatan, tetapi juga bagaimana
suatu regulasi/undang-undang di keperawatan bisa tercipta.
Ada banyak hal yang harus dilakukan seorang perawat dalam berperan secara aktif
dan pasif dalam dunia politik. Mulai dari kemampuan yang harus dimiliki bidang
poitik hingga talenta yang harus dimilki mengenai sense of politik. Seseorang
berkewajiban untuk melakukan hak dari kewajibannya sebagai insan politik guna
melakukan hak dari kewajibannya sebagai insan politik guna melakukan perilaku
politik yang telah disusun secara baik oleh undang-undang dasar dan perundangan
hukum yang berlaku. Dari hal tersebut perawat merupakan insan dari perpolitikan
juga berhak dan berkewajiban ikut serta dalam mengambil kekuasaan demi
terwujudnya regulasi profesi keperawatan yang nyata. Dari hal tersebut, perawat juga
bisa memperjuangkan banyak hal terkait dengan nasib perawat itu sendiri.
Pengalaman perawat menghadapi kenyataan hubungan kekuasaan (politik) bisa juga
diterapkan dalam bekerja dengan pasien dan dokter, yang berarti bahwa perawat

mengetahui etika bahwa etika harus dilakukan dengan kekuasaan dan pembagian
kekuasaan dalam hubungan langsung antar pribadi. Bagaimanapun, tantangan adalah
memahami sifat alami hubungan kekuasaan dan etika pemabagian kekuasaan dalam
mengajar, dalam management, dalam pendidikan kesehatan dan riset, dalam
mempengaruhi sumber daya dan dalam politik kesehatan local dan nasional.
Perawat tidak hanya belajar merawat pasien tetapi juga meningkatkan kesejahteraan
pasien secara umum yang berarti memperhatikan standard dan management
pelayanan, kemampuan staff, efisiensi, dan efektifitas prosedur yang digunakan,
peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit dan kesehatan masyarakat.
Perkembangan Sosial Politik Dalam keperawatan
Masalah penyakit dan kesehatan secara bertahap mengalami pergeseran dari penyakit
infeksi ke penyakit kardiovaskuler dan degeneratif. Oleh karena itu tuntutan
masyarakat terhadap mutu semakin meningkat. Hal tersebut mempengaruhi
perkembangan pendidikan keperawatan dan kedudukannya dlm kancah politik dan
sosial.
Pendidikan Dalam keperawatan
Selaras dengan peningkatan ilmu dan teknologi pendidikan keperawatan tahap demi
tahap mengalami peningkatan baik mutu maupun jenjang. Dulu perawat hanya
berpendidikan dasar dan menengah sekarang sudah jenjang pendidikan tinggi.
Jenjang utama : SPK, D.III, S.1 dan S.2. Perkembangan pendidikan keperawatan saat
ini dipengaruhi oleh faktor-faktor :
Situasi politik dan kesadaran masyarakat ttg haknya perlu reformasi bidang
pendidikan.
Desentralisasi/otonomi daerah mempengaruhi dalam pengelolaan pendidikan
dan penempatan tenaga kerja lulusan.
Arus globalisasi mempengaruhi dalam menyiapkan tenaga yang siap
berkompetisi global.

Organisasi dalam keperawatan Indonesia

PPNI didirikan tanggal 17 Maret 1974, merupakan gabungan :

Ikatan Perawat Indonesia ( IPI )


Persatuan Perawat Indonesia ( PPI )
Ikatan Guru Perawat Indonesia ( IGPI )
Ikatan Perawat Wanita Indonesia (IPWI).

Fungsi PPNI :
Sebagai wadah tenaga keperawatan
Mengemban, mengamankan dan membela Pancasila
Menampung, memadukan, menyalurkan dan memperjuangkan aspirasi serta
mengembangkan keprofesian dan kesejahteraan tenaga perawatan.

NEGARA
Secara literal istilah Negara merupakan terjemahan dari kata-kata asing, yakni state
(bahasa Inggris), Staat (bahasa Belanda dan Jerman) dan etat (bahasa Perancis), kata
state, staat, etat itu diambil dari kata bahasa latin status atau statum, yang berarti
keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan
tetap.
Secara terminology, Negara diartikan dengan organisasi tertinggi di antara satu
kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup dalam daerah
tertentu dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini mengandung
nilai konstitutif dari sebuah Negara yang meniscayakan adanya unsur dalam sebuah
Negara, yakni adanya masyarakat (rakyat), adanya wilayah (daerah) dan adanya
pemerintah yang berdaulat.
Menurut Roger H. Soltao, Negara didefinisikan dengan alat (agency) atau
wewenang masyarakat. Menurut Haroid. J. Laski negera merupakan suatu
masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat
memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok yang
merupakan bagian dari masyarakat itu.

Max Weber mendefinisikan bahwa Negara adalah suatu masyarakat yang


mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu
wilayah dengan berdasarkan system hukum yang diselenggarakan oleh suatu
pemerintah yang untuk maksud tersebut diberikan kekuasaan memaksa.
Tujuan Negara
Tujuan sebuah Negara dapat bermacam-macam, antara lain:
Memperluas kekuasaan
Menyelenggarakan ketertiban hukum
Mencapai kesejahteraan hukum.
Menurut Plato, tujuan Negara adalah untuk memajukan kesusilaan manusia,
sebagai perseorangan (individu) dan sebagai makhluk social. Sedangkan menurut
Roger H. Soltau tujuan Negara adalah memungkinkan rakyatnya berkembang serta
menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin (the freest possible development
and creative self-expression of its members).
Dalam ajaran dan konsep Teokratis (yang diwakili oleh Thomas dan Agustinus,
tujuan Negara adalah untuk mencapai penghidupan dan kehidupan aman dan tentram
dengan taat kepada dan dibawah pimpinan Tuhan.
Dalam Islam, seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Arabi, tujuan Negara adalah agar
manusia bisa menjalankan kehidupannya dengan baik, jauh dari sengketa dan
menjaga intervensi pihak-pihak asing.
Dalam konteks Negara Indonesia, tujuan Negara adalah untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanaan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.

Unsur Unsur Negara

Secara global suatu Negara membutuhkan tiga (3) unsur pokok, yakni rakyat
(masyarakat/warganegara), wilayah dan pemerintah.
Rakyat (masyarakat/warga Negara)
Unsur rakyat ini sangat penting dalam sebuah Negara, karena secara kongkret
rakyatlah yang memiliki kepentingan agar Negara itu dapat berjalan dengan
baik.
Wilayah Pulau : 20.356.000
Secara mendasar wilayah dalam sebuah Negara biasanya mencakup
8.000.000 daratan (wilayah darat), 18.500.000 km2 (wilayah laut/perairan)
dan udara (wilayah udara)
Pemerintah
Pemerintah adalah alat kelengkapan Negara yang bertugas memimpin
organisasi Negara untuk mencapai tujuan Negara oleh Karenanya.
Pemerintah seringkali menjadi personifikasi sebuah Negara.
Bentuk Bentuk Negara
Bentuk Negara dalam konsep dan teori modern saat ini terbagi dalam kedua bentuk
Negara, yakni Negara kesatuan (unitarisme) dan Negara serikat (federasi)
a. Negara kesatuan
Negara kesatuan merupakan bentuk suatu Negara yang merdeka dan berdaulat.
Dengan satu pemerintah yang mengatur seluruh daerah. Negara kesatuan ini terbagi
2 macam, yaitu:
Negara kesatuan dengan system sentralisasi yaitu urusan Negara langsung
diatur oleh pemerintah pusat
Negara kesatuan dengan system desentralisasi yakni kepala daerah sebagai
pemerintah daerah.
b. Negara serikat

Kekuasaan asli dalam Negara federasi merupakan tugas Negara bagian, karena ia
berhubungan dengan rakyatnya, semetara Negara federasi bertugas untuk
menjalankan hubungan luar negeri. Pertahanan Negara. Keuangan dan urusan pos.
Selain kedua bentuk Negara tersebut. Bentuk Negara ke dalam tiga kelompok yaitu:
Monarki
Negara monarki adalah bentuk Negara yang dalam pemerintahannya hanya
dikuasai dan diperintah (yang berhak memerintah) oleh satu orang saja.
Oligarki
Oligarki ini biasanya diperintah dari kelompok orang yang berasal dari
kalangan feudal.
Demokrasi
Rakyat memiliki kekuasaan penuh dalam menjalankan pemerintahan.
Kekuasaan
Menguraikan konsep kekuasaan politik kita perlu melihat pada kedua elemennya,
yakni kekuasaan dari akar kata kuasa dan politik yang berasal dari bahasa Yunani
Politeia (berarti kiat memimpin kota (polis)). Sedangkan kuasa dan kekuasaan kerap
dikaitkan dengan kemampuan untuk membuat gerak yang tanpa kehadiran kuasa
(kekuasaan) tidak akan terjadi, misalnya kita bisa menyuruh adik kita berdiri yang
tak akan dia lakukan tanpa perintah kita (untuk saat itu) maka kita memiliki
kekuasaan atas adik kita. Kekuasaan politik dengan demikian adalah kemampuan
untuk membuat masyarakat dan negara membuat keputusan yang tanpa kehadiran
kekuasaan tersebut tidak akan dibuat oleh mereka.
Bila seseorang, suatu organisasi, atau suatu partai politik bisa mengorganisasi
sehingga berbagai badan negara yang relevan misalnya membuat aturan yang
melarang atau mewajibkan suatu hal atau perkara maka mereka mempunyai
kekuasaan politik.

Variasi yang dekat dari kekuasaan politik adalah kewenangan (authority),


kemampuan untuk membuat orang lain melakukan suatu hal dengan dasar hukum
atau mandat yang diperoleh dari suatu kuasa. Seorang polisi yang bisa menghentian
mobil di jalan tidak berarti dia memiliki kekuasaan tetapi dia memiliki kewenangan
yang diperolehnya dari UU Lalu Lintas, sehingga bila seorang pemegang
kewenangan melaksankan kewenangannya tidak sesuai dengan mandat peraturan
yang ia jalankan maka dia telah menyalahgunakan wewenangnya, dan untuk itu dia
bisa dituntut dan dikenakan sanksi.
Sedangkan kekuasaan politik, tidak berdasar dari UU tetapi harus dilakukan dalam
kerangka hukum yang berlaku sehingga bisa tetap menjadi penggunaan kekuasaan
yang konstitusional.
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok
guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan,
kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh

atau

kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau
kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau
Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan
berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan dari berbagai alternatif baik
kualitatif maupun kuantitatif untuk mendapat suatu alternatif terbaik guna menjawab
masalah atau menyelesaikan konflik (pertentangan).
Ada 4 unsur pengambilan keputusan :
Modal : Modal menunjukkan gambaran suatu masalah secara kuantitatif atau
kualitatif .
Kriteria: Kriteria yang dirumuskan menunjukkan tujuan dari keputusan yang
diamtril. Jika terdapat beberapa kriteria yang saling bertentangan, maka
pengambilan keputusan harus melalui kompromi (misalnya menambah jasa

langganan dan mengurangi persediaan, maka keputusan mana yang diambil


perlu kompromi).
Pembatas; Faktor-faktor

tambahan

yang

perlu

diperhatikan

dalam

memecahkan masalah pengambilan keputusan. Misalnya dana yang kurang


tersedia
Optimalisasi: Apabila masalah keputusan telah diuraikan dengan sejelasjelasnya (modal), maka manajer menentukan apa yang diperlukan (kriteria)
dan apa yang diperbolehkan (pembatas).
Jenis Pengambilan Keputusan
Terdapat dua jenis pengambilan keputusan, yaitu :
Pengambilan keputusan terprogram.
Pengambilan keputusan terprogram : Jenis pengambilan keputusan
ini.mengandung

suatu

respons

otomatik

terhadap

kebijaksanaan-

kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Masalah yang bersifat


pengulangan dan rutin dapat diselesaikan dengan pengambilan keputusan
jenis ini. Tantangan yang besar bagi seorang analis adalah mengetahui jenisjenis keputusan ini dan memberikan atau menyediakan metode-metode untuk
melaksanakan pengambilan keputusan yang terprogram di mana saja.
Pengambilan keputusan tidak terprogram
Pengambilan keputusan tidak terprogram: menunjukkan proses yang
berhubungan dengan masalah'masalah yang tidak jelas. Dengan kata lain,
pengambilan keputusan jenis ini meliputi proses- proses pengambilan
keputusan untuk menjawab masalah-masalah yang kurang dapat
didefinisikan. Masalah-masalah ini umumnya bersifat kompleks, hanya
sedikit parameter'parameter yang diketahui dan kebanyakan parameter yang
diketahui bersifat probabilistik. Untuk menjawab m'asalah ini diperlukan
seluruh bakat dan keahlian dari pengambilan keputusan, ditambah dengan
bantuan sistem infofmasi. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan
keputusan tidak terprogram dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/121472876/Aplikasi-politik-dalam-keperawatan . Diakses
tanggal 19 Juni 2015
http://fkep.unand.ac.id/images/KEPERAWATAN_DALAM_PERKEMBANGAN_S
OSIAL_POLITIK.ppt . Diakses tanggal 19 Juni 2015
Negara.Wikipedia
https://id.wikipedia.org/wiki/Negara . Diakses tanggal 19 Juni 2015

Anda mungkin juga menyukai