Anda di halaman 1dari 8

1.

Pengertian Politik Dan Strategi Nasional


Politik adalah pembentukan keukuasaan dalam masyarakat dalam membuat suatu
keputusan untuk negara. Politik juga diartikan sebagai seni dan ilmu untuk meraih
kekuasaan secara konstitusional dan nonkonstitusional. Dapat disimpulkan bahwa politik
adalah berbagai macam kegiatan yang menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem
negara dan upaya dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan yang kita kehendaki,
pengambilan keputusan menegnai seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala
prioritas dari tujuan yang telah ditentukan. Untuk melaksanakan tujuan tersebut diperlukan
kebijakan kebijakan yang dapat menyangkut mengenai peraturan, proses pembagian dan
alokasi mengenai sumber yang ada.
Strategi nasional adalah perencanaan dan memutuskan sesuatu untuk kepentingan
negara. Kata strategi sendiri berasal dari bahasa Yunani stratgos. Politik dan strategi
pertahanan nasional harus berjalan selaras. Strategi nasioanal dirancang untuk menjawab
kepentingan nasional negara tersebut. Setiap strategi di masing-maisng negara berbeda
karena kebijakan dan kebutuhan masyarakat disetiap negar berbeda-beda satu sama
lainnya. Sebagai salah satu negara berdaulat dan bermartabat, tentunya Indonesia harus
memiliki strategi besar yang dapat menjamin tercapainya segala kepentingan nasional
guna mewujudkan tujuan nasional menciptakan masyarakat adil dan makmur.Penyusunan
politik dan strategi nasional perlu memahami pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
sistem manajemen nasional yang berlandaskan ideologi Pancasila, UUD 1945, Wawasan
Nusantara, dan Ketahanan Nasional.
2. Penyusunan Politik dan Strategi Nasional
Sejak tahun1985 telah berkembang pendapat yang mengatakan bahwa lembaga-
lembaga yang terdapat dalam suprastruktur politik adalah MPR,DPR,Presiden,BPK.
Sedangkan badan-badan yang ada dalam masyarakat disebut dengan infrastruktur politik
yang mencakup pranata politik yang ada dalam masyarakat, seperti partai politik,
organisasi kemasyarakatan, media massa, kelompok kepentingan (interest group), dan
kelompok penekan (pressure group). Suprastruktur dan infrastruktur politik harus dapat
bekerja sama dan memiliki kekuatan yang seimbang.

Mekanisme penyusunan politik dan strategi nasional di tingkat suprastruktur politik


diaturoleh presiden/mandataris MPR. Sedangkan untuk penyusunan politik di tingkat
suprastruktur politik dilakukan setelah presiden menerima GBHN.
Proses penyusunan politik strategi nasional pada infrastruktur politik merupakan sasaran
yang akan dicapai oleh rakyat Indonesia. Sesuai dengan kebijakan politik nasional
penyelenggara negara harus mengambil langkah pembinaan terhadap semua lapisan
masyarakat . Agar dalam proses perencanaan politik berjalan dengan baik maka dari itu
harus dirumuskan dan dilakukan pemikiran yang strategis . Pemikiran strategis adalah
kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengantisipasi perkembangan keadaan lingkungan
yang dapat mempengaruhi bahkan mengganggu pelaksanaan strategi nasional, umumnya
dilakukan telaah strategi atau suatu kajian terhadap pelaksanaan strategi yang akan
dilaksanakan dengan selalu memperhatikan berbagai kecenderungan.
Salah satu wujud pengapilikasian politik dan strategi nasional dalam pemerintahan
adalah sebagai berikut :
1. Otonomi Daerah
Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan salah
satu wujud politik dan strategi nasional secara teoritis telah memberikan dua bentuk
otonomi kepada dua daerah, yaitu otonomi terbatas bagi daerah propinsi dan otonomi luas
bagi daerah Kabupaten/Kota. Perbedaan Undang-undang yang lama dan yang baru ialah:
1. Undang-undang yang lama, titik pandang kewenangannya dimulai dari pusat (central
government looking).
2. Undang-undang yang baru, titik pandang kewenangannya dimulai dari daerah (local
government looking).
2. Kewenangan Daerah
1. Dengan berlakunya UU No. 22 tahun 1999 tenang Otonomi Daerah, kewenangan daerah
mencakup seluruh kewenangan bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang
politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta
kewenangan bidang lain.
2. Kewenangan bidang lain, meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan
pengendalian pembangunan secara makro.
3. Bentuk dan susunan pemerintahan daerah,
a. DPRD sebagai badan legislatif daerah dan pemerintah daerah sebagai eksekutif daerah
dibentuk di daerah.
b. DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah merupakan wahana untuk
melaksanakan demokrasi:
1). Memilih Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota/Wakil
Walikota.
2). Memilih anggota Majelis Permusawartan Prakyat dari urusan Daerah.
3). Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Gubernur/ Wakil Gubernur,
Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota/Wakil Walikota.
4. Membentuk peraturan daerah bersama gubernur, Bupati atas Wali Kota.
5. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) bersama gubernur,
Bupati, Walikota.
6. Mengawasi pelaksanaan keputusan Gubernur, Bupati, dan Walikota, pelaksanaan
APBD, kebijakan daerah, pelaksanaan kerja sama internasional di daerah, dan menampung
serta menindak-lanjuti aspirasi daerah dan masyarakat.
3. Stratifikasi Politik Dan Strategi Nasional (POLSTRANAS)
Stratifikasi berasal dari kata statum yang berarti lapisan. Stratifikasi adalah
pembedaan suatu unsur berdasarkan kriterianya ke dalam kelas-kelas tertentu.
Sedangkan politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang melaksanakan proses pembuatan keputusan demi kebaikan dalam suatu
negara. Pengertian lainnya, politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara
kosntitusional maupun nonkonstutisional.
Dalam arti kepentingan umum politik adalah segala usaha untuk kepentingan umum, baik
yang berada dibawah kekuasaan negara di pusat maupun di daerah, dalam kata lain politik
adalah suatu rangkaian azas/prinsip, keadaan serta jalan, cara dan alat yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau suatu keadaan yang kita kehendaki disertai
dengan jalan, cara dan alat yang akan kita gunakan untuk mencapai keadaan yang kita
inginkan.
Stratifikasi politik dan strategi nasional dan daerah dalam negara Republik Indonesia
adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Penentu Kebijakan Puncak.
a. Tingkat kebijakan puncak meliputi kebijakan tertinggi yang lingkupnya menyeluruh
secara nasional yang mencakup : penentuan UUD, penggarisan masalah makro politik
bangsa dan negara untuk merumuskan tujuan nasional (national goals) berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Kebijakan puncak ini dilakukan oleh MPR dengan hasil
rumusannya dalam berbagai GBHN dengan Ketetapan MPR.
b. Dalam hal-hal dan keadaan tersebut yang menyangkut kekuasaan kepala negara seperti
tercantum dalam pasal 10 s/d 15 UUD 1945, maka dalam penentu tingkat kebijakan
puncak ini termasuk pula kewenangan Presiden sebagai Kepala Negara. Bentuk hukum
dari kebijakan nasional yang ditentukan oleh Kepala negara itu dapat dikeluarkan berupa:
Dekrit, Peraturan atau Piagam Kepala Negara.
2. Tingkat Kebijakan Umum.
Tingkat kebijakan umum merupakan tingkat kebijakan di bawah tingkat kebijakan puncak,
yang lingkupnya juga menyeluruh nasional dan berupa penggarisan mengenai masalah-
masalah makro strategis guna mencapai tujuan nasional dalam situasi dan kondisi tertentu.
Hasil-hasilnya dapat berbentuk :
Undang-Undang yang kekuasaan pembuatannya terletak ditangan Presiden dengan
persetujuan DPR (UUD 1945 pasal 5 (1))atau Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang Undang (Perpu) dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa.
Peraturan Pemerintah untuk mengatur pelaksanaan Undang-Undang yang wewenang
penerbitannya berada di tangan Presiden (UUD 1945 pasal 5 (2)).
Keputusan atau Instruksi Presiden yang berisi kebijakan-kebijakan penyelenggaraan
pemerintahan yang wewenang pengeluarannya berada di tangan Presiden dalam
rangka pelaksanaan kebijakan nasional dan perundang-undangan yang berlaku (UUD
1945 pasal 4 (1)).
Dalam keadaan tertentu dapat pula dikeluarkan Maklumat Presiden.
3. Tingkat Penentu Kebijakan Khusus.
Kebijakan khusus merupakan penggarisan terhadap suatu bidang utama (major area)
pemerintah sebagai penjabaran terhadap kebijakan umum guna merumuskan strategi,
administrasi, sistem dan prosedur dalam bidang utama tersebut. Wewenang kebijakan
khusus terletak pada Menteri, berdasarkan dan sesuai dengan kebijakan pada tingkat
diatasnya. Hasilnya dirumuskan dalam bentuk Peratuan Menteri atau Instruksi
Menteri dalam bidang pemerintahan yang dipertanggungjawabkan kepadanya. Dalam
keadaan tertentu dapat dikeluarkan pula Surat Edaran Menteri.
4. Tingkat Penentu Kebijakan Teknis.
Kebijakan teknis meliputi penggarisan dalam suatu sektor dibidang utama tersebut diatas
dalam bentuk prosedur dan teknis untuk mengimplementasikan rencana, program dan
kegiatan. Wewenang pengeluaran kebijakan teknis terletak ditangan Pimpinan Eselon
Pertama Departemen Pemerintahan dan Pimpinan Lembaga-Lembaga Non Departemen.
Hasil penentuan kebijakan dirumuskan dalam bentuk Peraturan, Keputusan atau Instruksi
Pimpinan Lemabaga Non Departemen atau Direktorat Jenderaldalam masing-masing
sektor atau segi administrasi yang dipertanggungjawabkan kepadanya. Didalam tata
laksana pemerintahan, Sekretaris Jenderal (Sekjen) sebagai pembantu utama Menteri
bertugas untuk mempersiapkan dan merumuskan kebijakan khusus Menteri dan Pimpinan
Rumah Tangga Departemen. Selain itu Inspektur Jenderal dalam suatu Departemen
berkedudukan sebagai Pembantu Utama Menteri dalam penyelenggaraan pengendalian ke
dalam Departemen. Ia mempunyai wewenang pula untuk mempersiapkan kebijakan
khusus Menteri.
5. Kekuasaan Membuat Aturan Di Daerah.
Kekuasaan membuat aturan di daerah dikenal dua macam:
a. Penentuan kebijakan mengenai pelaksanaan Pemerintahan Pusat di daerah yang
wewenang pengeluarannya terletak pada Gubernur, dalam kedudukannya sebagai Wakil
Pemerintahan Pusat Di Daerah yuridiksinya masing-masing, bagi daerah tingkat I pada
Gubernur dan bagi daerah tingkat II pada Bupati atau Wali Kota. Perumusan hasil
kebijakan tersebut dikeluarkan dalam keputusan dan instruksi Gubernur untuk propinsi dan
instruksi Bupati atau Wali Kota untuk kabupaten atau kota madya.
b. Penentuan kebijakan pemerintah daerah (otonom) yang wewenang pengeluarannya
terletak pada Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD. Perumusan hasil kebijakan
tersebut diterbitkan sebagai kebijakan daerah dalam bentuk Peraturan Daerah Tingkat I
atau II, keputusan dan instruksi Kepala Daerah Tingkat I atau II.
Menurut kebijakan yang berlaku sekarang, maka jabatan Gubernur dan Bupati atau Wali
Kota dan Kepala Daerah Tingkat I atau II disatukan dalam satu jabatan yang disebut
Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I, Bupati/Kepala Daerah Tingkat II atau Wali
Kota/Kepala Daerah Tingkat II.

4. Implementasi Politik Strategi Nasional

1. Implementasi politik dan strategi nasional di bidang hukum:


a) Mengembangkan budaya hukum di semua lapisan masyarakat untuk terciptanya
kesadaran dan kepatuhan hukum.
b) Menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu dengan mengakui
dan menghormati hukum agama dan hukum adat.
c) Menegakkan hukum secara konsisten untuk menjamin kepastian hukum,
keadilan dan kebenaran, supremasi hukum serta mengahargai HAM.
d) Melanjutkan ratifikasi konvensi internasional terutama yang berkaitan dengan
HAM sesuai kebutuhan dan kepentingan bangsa.
e) Meningkatkan integritas moral dan keprofesionalan aparat penegak hukum untuk
menumbuhkan kepercayaan masyarakat.
2. Penyelenggara Negara
Membersihkan penyelenggara negara dari praktek korupsi, kolusi,dan nepotisme
dengan memberikan sanksi seberatberatnya sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku.
Meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan
keprofesionalan .
Melakukan pemeriksaan terhadap kekayaan pejabat dan pejabat pemerintahan
sebelum dan sesudah memangku jabatan dengan tetap menjunjung tinggi hak
hukum dan hakasasi manusia.
Meningkatkan fungsi dan keprofesionalan birokrasi dalam melayani masyarakat
dan akuntanbilitasnya dalam mengelola kekayaan Negara.
Meningkatkan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil dan Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk menciptakan aparatur yang
bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme, bertanggung jawab profesional,produktif dan
efisien.
Memantapkan netralisasi politik pegawai negeri dengan menghargai hakhak
politiknya.
3. Komunikasi, informasi, dan media massa
Meningkatkan pemanfaatan peran komunikasi melalu imedia massa modern dan
media tradisional untuk mempercerdas kehidupan bangsa memperkukuh
persatuandan kesatuan, membentuk kepribadian bangsa.
Meningkatkan kualitas komunikasi di berbagai bidang melalui penguasaan dan
penerapan teknologi informasi dankomunikasi guna memperkuat daya saing.
Meningkatkan peran pers yang bebas sejalan dengan peningkatan kualitas dan
kesejahteran insan pers agar profesional, berintegritas, dan menjunjung tinggi
supremasi hokum yang terkait.
Membangun jaringan informasi dan komunikasi antar pusat dan daerah serta antar
daerah secara timbal balik dalam rangka mendukung pembangunan nasional serta
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Memperkuat kelembagaan, sumber daya manusia,sarana dan prasarana
penerapan khususnya di luar negeri .
4. Agama
Memantapkan fungsi, peran dan kedudukan agama sebagai landasan moral,
spiritual, dan etika dalam penyelenggaraan negara.
Meningkatkan kualitas pendidikan agama melalui penyempurnaan sistem
pendidikan agama sehingga pendidikan menjadi lebih memadai.
Meningkatkan dan memantapkan kerukunan hidup antar umat beragama sehingga
tercipta suasana yang harmonis dan saling menghormati.
Meningkatkan kemudahan umat beragama dalam menjalankan ibadahnya.
Meningkatkan peran dan fungsi lembagalembaga keagamaan dalam ikut
mengatasi dampak perubahan yang terjadi dalam semua aspek kehidupan.
5. Pendidikan
Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan
yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
Melakukan pembaharuan system pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum.
Mengembangkan sikap kritis terhadap nilainilai budaya dalam rangka memilah
milah nilai budaya yang kondusif dan serasi untuk menghadapi tantangan
pembangunan bangsa dimasa depan.
Mengembangkan kebebasan berkreasi dalam berkesenian untuk mencapai
sasaran sebagai pemberi inspirasi bagi kepekaan rasa terhadap totalitas kehidupan.
Mengembangkan dunia perfilman Indonesia secara sehat sebagai media massa
kreatif yang memuat keberagaman jenis kesenian untuk meningkatkan moralitas
agama serta kecerdasan bangsa.

6. Kedudukan dan Peranan Perempuan


Meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Meningkatkan kualitas peran dan kemandirian organisasi perempuan dengan tetap
mempertahankan nilai persatuan dan kesatuan .
7. Pemuda dan Olahraga
Menumbuhkan budaya olahraga guna meningkatkan kualitas manusia Indonesia
sehingga memiliki tingkat kesehatan dan kebugaran yang cukup.
Meningkatkan usaha pembibitan dan pembinaan olahraga prestasi harus
dilakukan secara sistematis dan komprehensif .
Mengembangkan iklim yang kondusif bagi generasi muda dalam
mengaktualisasikan segenap potensi, bakat, dan minat .
Mengembangkan minat dan semangat kewirausahaan dikalangan generasi yang
berdaya saing, unggul dan mandiri.
Melindungi segenap generasi muda dari bahaya distruktif terutama bahaya
penyalah gunaan narkotika, obatobat terlarang dan zat adiktif lainnya (narkoba).
8. Pembangunan Daerah
Mengembangkan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggung jawab
dalam rangka pemberdayaan masyarakat
Melakukan pengkajian tentang berlakunya otonom idaerah bagi daerah propinsi,
daerah kabupaten, daerah kota dan desa
Mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kuat dengan
memberdayakan pelaku dan potensi ekonomi daerah serta memperhatikan
penataan ruang, baik fisik maupun sosial.
Mempercepat pembangunan pedesaan dalam rangka pemberdayaan masyarakat
terutama petani dan nelayan

Anda mungkin juga menyukai