Anda di halaman 1dari 22

PERAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN

DESA DI DESA KELINJAU ILIR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN


KUTAI TIMUR

Nama : Aan Setio Budi


NIM : 031250673
Email : aansetyo45@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
dalam pembangunan desa di Desa Kelinjau Ilir Kecamatan Muara Ancalong Kabupaten Kutai
Timur dan mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi dalam peran
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam pembangunan desa di Desa Kelinjau Ilir
Kecamatan Muara Ancalong Kabupaten Kutai Timur.
Tipe penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif yang berkaitan dengan objek
penelitian tentang bagaimana membuat, menggambarkan, meringkas berbagai kondisi dan
situasi yang timbul di lapangan. Sedangkan teknik pengumpulan data yang di gunakan peneliti
adalah observasi dan wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
dalam pembangunan desa di Desa Kelinjau Ilir Kecamatan Muara Ancalong Kabupaten Kutai
Timur sudah berjalan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Adapun faktor
pendukung dan penghambat yang dihadapi dalam peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
dalam pembangunan desa di Desa Kelinjau Ilir Kecamatan Muara Ancalong Kabupaten Kutai
Timur adalah partisipasi masyarakat terhadap kegiatan pembangunan yang cukup baik. Hal ini
dapat dilihat dari antusiasme masyarakat dalam menyampaikan ide dan gagasan mereka
terhadap perencanaan pembangunan. Sedangkan faktor penghambatnya adalah faktor cuaca.
Hal ini dikarenakan apabila pembangunan yang dilakukan tepat saat musim hujan. Maka dapat
dipastikan pembangunan tersebut akan sedikit terhambat.

Kata Kunci : Peran, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, Pembangunan

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini pemerintah republik Indonesia terus mengupayakan peningkatan


pelaksanaan pembangunan nasional dengan tujuan agar laju pembangunan daerah serta laju
pembangunan desa dan kota menjadi semakin seimbang dan serasi. Akan tetapi dalam
pelaksanaannya, pembangunan nasional masih saja dihadapkan dengan beberapa
permasalahan, salah satunya adalah terjadinya ketimpangan pembangunan antara desa dan
kota. Ketimpangan pembangunan ini terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhinya,
diantaranya adalah karena pembangunan di Indonesia tidak merata sehingga berdampak
pada tingginya angka kemiskinan di Indonesia.

Diharapkan dengan terciptanya pemberataan pembangunan , khususnya di pedesaan


akan lebih meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat pedesaan serta
mendorong keterlibatan aktif pemerintah desa dan masyarakat dalam proses pembangunan
desa. Peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dapat dilihat dari semakin banyaknya
kebutuhan yang dapat dipenuhi. Misalnya, akses jalan yang memadai dan layak sehingga
memudahkan berbagai distribusi kebutuhan pokok masyarakat. Selain itu, akses jalan yang
memadai dan layak juga dapat mempermudah masyarakat yang berprofesi sebagai petani
dan nelayan untuk mengirim hasil panen dan ikan hasil tangkapannya ke daerah lain.
Sehingga dapat berdampak terhadap peningkatan ekonomi masyarakat. Karena inilah hasil
pembangunan yang tepat dilakukan oleh pemerintah sangat berdampak pada masyarakat.
Kegiatan pembangunan ini merupakan tanggung jawab semua pihak baik itu pemerintah,
organisasi non-pemerintah dan perusahaan demi menciptakan masyarakat yang sejahtera.

Salah satu bentuk kepedulian pemerintah terhadap pemberdayaan masyarakat desa


dan pengembangan wilayah pedesaan adalah adanya dana desa yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi desa yang
ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Dengan adanya pemberian dana desa ini

2
diharapkan dapat mendorong percepatan pertumbuhan pembangunan di pedesaan, serta
bermanfaat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Demi tercapainya keberhasilan pembangunan masyarakat desa maka sebaiknya


segala program perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi pembangunan harus melibatkan
masyarakat karena merekalah yang mengetahui permasalahan dan kebutuhan dalam rangka
membangun wilayahnya. Dan merekalah nantinya yang akan memanfaatkan dan manilai
tentang berhasil atau tidaknya pembangunan di wilayah mereka. Oleh karena itu
pembangunan tersebut harus dilakukan secara secara bertahap dan berkelanjutan guna
mewujudkan hal yang lebih baik seiring dengan berjalannya waktu. Akan tetapi pada
kenyataanya masih ada saja ditemukan banyak program-program pembangunan yang tidak
sesuai dengan apa yang dibutuhan oleh masyarakat dikarenakan pemerintah belum
mengopimalkan peranan masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Selanjutnya, dalam upaya mensejahterakan masyarakat pada tingkat yang paling


kecil seperti desa Pemerintah Desa tidak dapat bekerja sendirian, namun harus bekerjasama
dengan lembaga lain salah satunya dengan LPM yang merupakan mitra kerja pemerintah
desa dalam menampung dan mewujudkan aspirasi serta kehidupan masyarakat dalam bidang
pembangunan. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang biasa disingkat sebagai LPM
sendiri merupakan salah satu Lembaga kemasyarakatan desa yang mempunyai peranan
penting dalam pembangunan di desa, mulai dari menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat desa dalam pembangunan desa, menyusun rencana dan melaksanakan
pembangunan desa, serta menumbuhkan dan menggerakkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan desa. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014
Tentang Desa tepatnya pada Pasal 94.

Untuk dapat menjalankan peranan tersebut secara efektif, maka LPM harus didukung
oleh sumberdaya manusia pengurus/anggota yang mempunyai kualitas pengetahuan dan
kecakapan/keterampilan yang memadai di bidang pembangunan desa dan memiliki 2
semangat dan komitmen yang kuat/tinggi untuk melaksanakan tugas dan fungsi LPM
dengan sebaik-baiknya. Selain itu LPM harus didukung dengan dana biaya operasional yang
cukup, serta adanya komitmen dari pemerintah desa setempat untuk memberdayakan LPM
berperan dalam pembangunan desa.

3
Lembaga Pembedayaan Masyarakat (LPM) adalah Lembaga Kemasyarakatan yang
tumbuh dari, oleh, dan untuk masyarakat, yang merupakan wahana partisipasi dan aspirasi
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan yang
bertumpu pada masyarakat, yang memiliki tugas untuk menyusun rencana pembangunan
secara partisipatif, menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat, melaksanakan dan
mengendalikan pembangunan.

Sedangkan fungsi dan peranan Lembaga Pembedayaan Masyarakat (LPM) sebagai


mitra kerja Pemerintahan adalah sebagai berikut :

a) penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan;


b) penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam
kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c) peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat;
d) penyusunan rencana, pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil
pembangunan secara partisipatif;
e) penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi, serta swadaya gotong
royong masyarakat; dan
f) penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya alam serta
keserasian lingkungan hidup

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan diatas. maka peneliti
tertarik untuk meneliti hal ini lebih jauh yang akan dituangkan kedalam sebuah karya ilmiah.
dengan mengambil judul "Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Pembangunan Desa Di Desa Kelinjau Ilir Kecamatan Muara Ancalong Kabupaten
Kutai Timur".

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam pembangunan desa di
Desa Kelinjau Ilir Kecamatan Muara Ancalong Kabupaten Kutai Timur?
2. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam peran Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat dalam pembangunan desa di Desa Kelinjau Ilir
Kecamatan Muara Ancalong Kabupaten Kutai Timur?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penulisan penelitian ini adalah:
1. Untuk melihat bagaimana peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam
pembangunan desa di Desa Kelinjau Ilir Kecamatan Muara Ancalong Kabupaten
Kutai Timur?
2. Untuk Melihat apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam peran
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam pembangunan desa di Desa Kelinjau Ilir
Kecamatan Muara Ancalong Kabupaten Kutai Timur?

D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, secara umum penelitian ini bertujuan untuk:
1. Agar penelitian ini dapat dijadikan acuan mengembangkan khasanah kelimuwan bagi
pembaca maupun penulis sendiri tentang peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
dalam pembangunan desa di Desa Kelinjau Ilir Kecamatan Muara Ancalong Kabupaten
Kutai Timur.
2. Agar hasil penelitian dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan refrensi
yang menambah wawasan pembaca yang berhubungan dengan peran Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat dalam pembangunan desa.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Kegunaan tinjauan pustaka (library research) di dalam suatu penelitian adalah untuk
memperdalam pemahaman tentang masalah yang hendak diteliti. Tinjauan pustaka dapat
diperoleh dari studi linteratur dan pengamatan terhadap hasil-hasil penelitian para peneliti
terdahulu.
Menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji (1995:28-29), pada dasarnya bentuk bahan
pustaka dapat digolongkan dalam empat golongan pokok, yaitu:
1. Buku/monograf;
2. Terbitan berkala/terbitan berseri
3. Brosur/pamphlet
4. Bahan non-buku

Sebelum peneliti bahas lebih lanjut tentang penelitian ini, berikut peneliti sajikan beberapa
teori yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai sumber penunjang dalam penelitian ini.

A. Pengertian Peran

Menurut Riyadi (2002:138), Peran dapat diartikan sebagai orientasi dan konsep
dari bagian yang dimainkan oleh satu pihak dalam oposisi sosial. Selanjutnya menurut
Soekanto (2002:234), Peran adalah bagian yang dimainkan seseorang atau tindakan yang
dilakukan seseorang dalam suatu peristiwa. Peranan atau peran merupakan aspek yang
dinamis dari kedudukan (status).

Selanjutnya Soekanto (2002:242), menambahkan bahwa peran terbagi menjadi 3


jenis yaitu, peran aktif, peran partisipatif dan peran pasif. Peran aktif adalah pera yang
diberikan oleh anggota kelompok karena kedudukannya di dalam kelompok sebagai
aktivitas kelompok, seperti pengurus, pejabat, dan lain sebagainya. Peran partisipatif
adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok kepada kelompoknya yang
memberikan sumbangan sangat berguna bagi kelompok itu sendiri. Sedangkan peran
pasif adalah sumbangan anggota kelompok yang bersifat pasif, dimana anggota kelompok

6
menahan diri agar memberikan kesempatan kepada fungsi-fungsi lain dalam kelompok
sehingga berjalan dengan baik. Berdasarkan hal tersebut peran juga merupakan wujud
dari pelaksanaan segala hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya. Seseorang
dapat dikatakan berperan apabila sudah melaksanakan hak dan kewajibannya dengan baik
sesuai dengan kedudukannya dalam kehidupan organisasi maupun kelompok dalam
kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan peranan merupakan aspek dinamis di dalam
kedudukan (status). Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk
kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan saling berkaitan
satu sama yang lain.

Kemudian menurut Thoha (1997) Peran adalah suatu rangkaian yang teratur yang
ditimbulkan karena suatu jabatan. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki
kecenderungan untuk hidup berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok tadi akan
terjadi interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang
lainnya. Tumbuhnya interaksi diantara mereka ada saling ketergantungan. Dalam
kehidupan bermasyarakat itu munculah apa yang dinamakan peran (role). Peran
merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang, apabila seseorang
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya makaorang yang
bersangkutan menjalankan suatu peranan. Untuk memberikan pemahaman yang lebih
jelas ada baiknya terlebih dahulu kita pahami tentang pengertian peran.

B. LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat)

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat adalah Lembaga atau wadah yang dibentuk


atas prakarsa masyarakat sebagai mitra Pemerintah Desa dalam menampung dan
mewujudkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan.

Berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018 Tentang


Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa, tepatnya pada Pasal 6 ayat 1
yang menjelaskan bahwa LPM atau Lembaga Pemberdayaan Masyarakat termasuk
kedalam jenis Lembaga Kemasyarakatan Desa. Hal ini sejalan dengan Peraturan Mentri
Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan

7
Lembaga Adat Desa, tepatnya pada Pasal 7 ayat 5 yang menjelaskan bahwa LPM
memiliki tugas untuk membantu Kepala Desa dalam menyerap aspirasi masyarakat
terkait perencanaan pembangunan Desa dan menggerakkan masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan Desa dengan swadaya gotong-royong.

Menurut Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018 Tentang


Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa, menjelaskan terkait dengan
tugas dari LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarkat) yang merupakan jenis dari LKD
(Lembaga Kemasyarakatan Desa) sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 yaitu
sebgai berikut :

a. Melakukan pemberdayaan masyarakat Desa;


b. Ikut serta dalam perencanaan dan pelaksanan pembangunan;
c. Meningkatkan pelayanan masyarakat Desa.

Sedangkan untuk fungsi dari LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarkat) yang


merupakan jenis dari LKD (Lembaga Kemasyarakatan Desa) dijelaskan dalam Peraturan
Mentri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa
dan Lembaga Adat Desa, tepatnya pada Pasal 5 yaitu sebagai berikut :

a. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat;


b. Menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat;
c. Meningkatkan kualitas dan mempercepat kualitas pelayanan Pemerintah Desa
kepada masyarakat Desa;
d. Menyusun rencana, melaksanakan, mengendalikan, melestarikan dan
mengembangkan hasil pembangunan secara partisipatif;
e. Menumbuhkan, menggerakkan dan menggerakkan prakarsa, partisipasi, swadaya,
serta gotong royong masyarakat;
f. Meningkatkan kesejahterakan keluarga;
g. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

8
C. Pembangunan

Menurut Rosidin (2010), pembangunan adalah proses perubahan sistem yang


direncanakan kearah perbaikan yang orentasinya pada modernisasi pembangunan bangsa
dan kemajuan sosial ekonomis. Konsep pembangunan itu merupakan kunci pembuka bagi
pengertian baru tentang hakikat proses administrasi pada setiap Negara dan sifatnya
dinamis, pembangunan akan berjalan lancar apabila disertai dengan administrasi yang
baik. Administrasi pembangunan menunjukkan betapa kompleksnya organisasi
pemerintah, sistem manajemennya, dan proses kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
untuk mencapai tujuannya.

Selanjutnya menurut Hasrullah (2015), Pembangunan merupakan upaya


meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan hasil dari pembangunan tersebut agar dapat
di rasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dengan adil dan merata. Dalam hal ini,
peranan dan partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintah daerah ikut
terlibat baik dalam proses mengatur maupun mengurus urusan pemerintah daerah. Di
dalam pelaksanaan pembangunan hendaknya dilaksanakan terarah, terpadu dan
berkesinambungan agar terjalin hubungan yang sinergi antara pelaksanaan pembangunan
pada level pemerintahan secara berjenjang dari pusat, pemerintah provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan sampai ke pemerintahan kelurahan dan di sisi lain juga
merupakan kewajiban segenap lapisan masyarakat yang dimulai dari proses perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan sehingga hasil yang dicapai bersentuhan langsung dan
menyentuh kepentingan masyarakat yang menjadi objek pembangunan.

Kemudian menurut Soekanto (2005:437), Pembangunan sebenarnya merupakan


suatu proses perubahan yang direncanakan dan di kehendaki. Selanjutnya, menurut
Afifuddin (2012:42) hakikat pembangunan adalah membangun masyarakat atau bangsa
secara menyeluruh demi mencapai kesejahteraan rakyat. Pandangan lain menurut
Listyaningsih (2014:18) pembangunan didefinisikan sebagai rangkaian usaha
mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh
suatu Negara menuju arah yang lebih baik.

9
Sementara itu menurut Tjokroamidjojo yang dikutip dalam Listyaningsih
(2014:44) istilah pembangunan belum menemukan suatu kesepakatan arti seperti halnya
modernisasi. Pembangunan biasanya secara umum didefinisikan sebagai rangkaian usaha
mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh
suatu Negara dan bangsa menuju modernitas. Pembangunan juga diarahkan kepada
perubahan paradigm atau mindset masyarakat dari tradisional menuju modern. Maka inti
dari arti pembangunan menurutnya adalah sebuah proses yang harus dilalui sebuah
Negara dalam rangka pencapaian tujuan Negara yang bersangkutan.

Pembangunan sendiri terdiri dari pembangunan fisik dan non fisik. Menurut
Mudrajad Kuncoro (2010:12), menjelaskan bahwa Pembangunan fisik adalah
pembangunan yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat atau pembangunan yang
tampak oleh mata. Bentuk dari pembangunan fisik itu sendiri dapat berupa Infrastruktur,
bangunan, fasilitas umum dan lain lain. Sedangkan pembangunan non fisik adalah jenis
pembangunan yang tercipta oleh dorongan masyarakat setempat dan memiliki jangka
waktu yang lama. Bentuk dari pembangunan non fisik dapat berupa peningkatan
perekonomian masyarakat desa, peningkatan Kesehatan masyarakat, dan lain lain.

D. Pengertian Desa

Berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014, tepatnya pada Pasal 1 Ayat 1,


menjelaskan bahwa Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan
atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan demikian desa sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang diakui otonominya dan Kepala Desa melalui
pemerintah desa dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan pusat
ataupun pemerintahan daerah untuk melaksanakn urusan pemerintah tertentu. Landasan

10
pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah keanegaragaman, partisipasi, otonomi
asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.

Selanjutnya, dalam perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia, desa telah


berkembang dalam berbagai bentuk, sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar
menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang
kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembanguna menuju masyarakat yang adil,
makmur, dan sejahtera. Secara lebih operasional Undangundang Otonomi Daerah
mengamanahkan, bahwa penyelenggaraan pemerintah diarahkan untuk memberi
kewenangan yang lebih luas kepada Pemerintah Daerah dengan maksud untuk lebih
meningkatkan pelayanan dan partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan
di segala bidang.

Dalam konteks sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia yang membagi


daerah Indonesia atau daerah-daerah besar dan daerah kecil, dengan bentuk dan susunan
tingkatan pemerintah terendah adalah desa atau kelurahan. Dalam konteks ini, pemerintah
desa adalah merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan nasional.

Desa secara etimologi berasal dari bahasa sansekerta, deca yang berarti tanah air,
tanah asal atau tanah kelahiran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, desa adalah
satu kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem
pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang Kepala Desa) atau desa merupakan
kelompok rumah luar kota yang merupakan kesatuan.

Kemudian definisi secara sosiologis, desa merupakan sebuah gambaran dan


kesatuan masyarakat/komunitas penduduk yang bertempat tinggal dalam lingkungan
dimana mereka saling mengenal dengan baik dan arah kehidupan mereka relatif homogen
serta banyak bergantung pada alam. Komunitas di atas kemudian berkembang menjadi
satu kestuan masyarakat hukum dimana kepentingan bersama penduduk diatur menurut
hukum adat yang dilindungi dan dilambangkan. Ciri dari masyarakat hukum adat yang
otonomi adalah yang berhak mempunyai wilayah sendiri dengan batas yang sah, berhak
mengangkat bupati daerahnya/majelis sendiri berhak mempunyai sumber keuangan
sendiri, serta berhak atas tanahnya sendiri.

11
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subjek. Tempat dan Waktu Penelitian


Adapun subjek dari penelitian ini adalah Kantor Desa Kelinjau Ilir, Kecamatan Muara
Ancalong, Kabupaten Kutai Timur. Penelitian ini dilakukan di Desa Kelinjau Ilir,
Kecamatan Muara Ancalong, Kabupaten Kutai timur. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Oktober tahun 2021.

12
B. Desain Prosedur

Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43


Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018


Tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga
Adat Desa

Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di Desa


Kelinjau Ilir Kecamatan Muara Ancalong Kabupaten Kutai Timur

1. peranan membantu pemerintah desa dalam merencanakan atau menyusun


rencana pembangunan desa;
2. peranan membantu pemerintah desa dalam melaksanakan program-program
pembangunan desa yang sudah direncanakan/ditetapkan melalui musyawarah
perencanaan pembangunan desa; dan
3. peranan sebagai wadah penampung dan penyalur aspirasi serta penggerak
partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.

Faktor Faktor
Pendukung Penghambat

Terwujudnya Lembaga Pemberdayaan Desa berperan aktif sesuai dengan


undang-undang yang berlaku

13
C. Teknik Analisis Data

Dalam Penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, karena


penelitian ini berupaya untuk memahami bagaimana Peran Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di Desa Kelinjau Ilir Kecamatan Muara Ancalong
Kabupaten Kutai Timur. Tipe penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif yang
berkaitan dengan objek penelitian tentang bagaimana membuat, menggambarkan, meringkas
berbagai kondisi dan situasi yang timbul di lapangan. Dengan menetapkan fokus pada
masalah Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Desa yang akan
diteliti diharapkan nantinya peneliti akan mendapat data yang maksimal untuk
menggambarkan fenomena aktual yang terjadi.

14
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi data hasil penelitian digunakan untuk menjelaskan hasil penelitian kualitatif
dari instrumen yang telah diberikan mengenai Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Pembangunan Desa Di Desa Kelinjau Ilir Kecamatan Muara Ancalong Kabupaten Kutai Timur.

A. Diskripsi Hasil Penelitian


Pada sub bab ini penulis menjelaskan tentang deskripsi data hasil penelitian.
Deskripsi data adalah langkah untuk mendeskripsikan data hasil penelitian yang dilakukan.
Penelitian ini dilakukan selama bulan Oktober sampai dengan November 2021 di
Kantor Desa Kelinjau Ilir. Kecamatan Muara Ancalong. Penelitian dilakukan melalui
observasi, wawancara dan studi dokumentasi dengan subjek penelitian dan beberapa
informan yang merupakan staf dari Kantor Desa Kelinjau Ilir dan beberapa anggota dari
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Kelinjau Ilir. Tipe penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif yang berkaitan dengan objek penelitian tentang bagaimana membuat,
menggambarkan, meringkas berbagai kondisi dan situasi yang timbul di lapangan.
Berdasarkan hasil penelitian yang tentang Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Pembangunan Desa Di Desa Kelinjau Ilir Kecamatan Muara Ancalong Kabupaten Kutai
Timur diperoleh data sebagai berikut.

1. Deskripsi Tentang Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Dalam


Pembangunan Desa Di Desa Kelinjau Ilir Kecamatan Muara Ancalong Kabupaten
Kutai Timur

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) merupakan salah satu lembaga


kemasyarakatan desa yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan di desa, hal
ini dikarenakan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa berperan dalam berbagai hal,
baik dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa dalam pembangunan
desa, dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembangunan desa, maupun dalam
menumbuhkan dan menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.

15
Untuk itu peran penuh dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) sangat
dibutuhkan dalam setiap proses pembangunan desa.

Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi peneliti, terdapat beberapa peran


yang harus dilakukan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dalam
pelaksanaan pembangunan yang ada di desa. Beberapa peran tersebut antara lain :

1) peranan membantu pemerintah desa dalam merencanakan atau menyusun rencana


pembangunan desa;
2) peranan membantu pemerintah desa dalam melaksanakan program-program
pembangunan desa yang sudah direncanakan/ditetapkan melalui musyawarah
perencanaan pembangunan desa; dan
3) peranan sebagai wadah penampung dan penyalur aspirasi serta penggerak
partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.

2. Deskripsi Tentang Faktor Pendukung Dan Faktor Penghambat Dalam


Meningkatkan Kesejahteraan Petani
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di lapangan dapat diketahui bahwa
ada beberapa beberapa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam eran Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Desa. Faktor pendukung adalah faktor
yang bersifat mendukung, mensupport, atau mempermudah jalannya suatu kegiatan.
Sedangkan Faktor Penghambat adalah faktor yang bersifat menghambat, dan mempersulit
jalannya suatu kegiatan.

16
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah peneliti sajikan sebelumnya untuk
mengidentifikasi Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di
Desa Kelinjau Ilir Kecamatan Muara Ancalong Kabupaten Kutai Timur.

1. Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di


Desa Kelinjau Ilir Kecamatan Muara Ancalong Kabupaten Kutai Timur

Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi peneliti, terdapat beberapa peran


yang harus dilakukan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dalam
pelaksanaan pembangunan yang ada di desa. Beberapa peran tersebut antara lain :

1) peranan membantu pemerintah desa dalam merencanakan atau menyusun


rencana pembangunan desa
Berdasarkan hasil observasi penulis, ditemukan bahwa Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM) sudah berperan sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku. Yaitu dengan berperan dalam membantu setiap
perencanaan dan penyusunan rencana pembangunan desa yang dilakukan
bersama pemerintah desa. Baik itu dalam forum musyawarah perencanaan
pembangunan desa (musrembangdes), maupun diluar forum. Hal ini biasanya
bertujuan untuk menerapkan prioritas pembangunan dan penetapan program
dalam setiap kegiatan pembangunan desa. Hal ini secara jelas dijabarkan dalam
Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Lembaga
Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa, tepatnya pada Pasal 5. Yang
menjelaskan fungsi dari LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarkat) yang
merupakan jenis dari LKD (Lembaga Kemasyarakatan Desa).

2) peranan membantu pemerintah desa dalam melaksanakan program-program


pembangunan desa yang sudah direncanakan/ditetapkan melalui musyawarah
perencanaan pembangunan desa
Berdasarkan hasil observasi penulis, ditemukan bahwa Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM) sudah berperan sesuai dengan ketentuan

17
peraturan yang berlaku. Yaitu berperan dalam membantu pemerintah desa
dalam melaksanakan program-program pembangunan desa yang sudah
direncanakan/ditetapkan melalui musyawarah perencanaan pembangunan desa.
Karena sebagai mitra pemerintah desa yang bertugas untuk ikut serta dalam
menyusun rencana dan melaksanakan pembangunan desa, Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM) diharuskan untuk berperan aktif untuk
membantu pemerintah desa merealisasikan program-program yang sudah
ditetapkan bersama dalam musrembangdes. Hal ini secara jelas dijabarkan
dalam Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018 Tentang
Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa, tepatnya pada Pasal
5. Yang menjelaskan fungsi dari LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarkat)
yang merupakan jenis dari LKD (Lembaga Kemasyarakatan Desa).

3) peranan sebagai wadah penampung dan penyalur aspirasi serta penggerak


partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa
Berdasarkan hasil observasi penulis, ditemukan bahwa Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM) sudah berperan sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku. Yaitu berperan sebagai wadah penampung dan
penyalur aspirasi serta penggerak partisipasi masyarakat dalam pembangunan
desa. Karena pada dasarnya Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
memang mengemban tugas dan fungsi sebagai wadah partisipasi masyarakat
dalam setiap pembangunan desa. Hal ini secara jelas dijabarkan dalam
Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Lembaga
Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa, tepatnya pada Pasal 5. Yang
menjelaskan fungsi dari LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarkat) yang
merupakan jenis dari LKD (Lembaga Kemasyarakatan Desa).

18
2. Faktor Pendukung Dan Faktor Penghambat Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Petani
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi peneliti, terdapat beberapa
faktor pendukung dan faktor penghambat dalam peran Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM) dalam pelaksanaan pembangunan yang ada di desa. Faktor –
faktor tersebut antara lain :
1) Faktor Pendukung
Adapun faktor pendukung peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
(LPM) dalam pelaksanaan pembangunan di Desa Kelinjau Ilir Kecamatan
Muara Ancalong adalah partisipasi masyarakat terhadap kegiatan
pembangunan yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme
masyarakat dalam menyampaikan ide dan gagasan mereka terhadap
perencanaan pembangunan. Baik itu didalam forum rapat yang dilakukan
secara formal, maupun diluar forum rapat yang bersifat non formal. Hal ini
akan berdampak baik terhadap pembangunan yang dilakukan, karena secara
tidak langsung akan membuat rencana pembangunan yang disusun benar-
benar atas dasar kebutuhan masyarakat.

2) Faktor Penghambat
Adapun faktor penghambat peran Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM) dalam pelaksanaan pembangunan di Desa Kelinjau Ilir
Kecamatan Muara Ancalong adalah faktor cuaca. Hal ini dikarenakan apabila
pembangunan yang dilakukan tepat saat musim hujan. Maka dapat dipastikan
pembangunan tersebut akan sedikit terhambat. Hal ini dikarenakan kondisi
jalan yang buruk saat musim penghujan datang. Yang menyebabkan distribusi
bahan baku pembangunan pun menjadi terhambat dan berdampak pada
keterlambatan pembangunan yang dilakukan.

19
BAB V

SARAN DAN TINDAK LANJUT

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
dalam pelaksanaan pembangunan di Desa Kelinjau Ilir Kecamatan Muara Ancalong dapat
ditarik kesimpulan bahwa :
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) sudah berperan sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku. Beberapa peran yang harus dilakukan oleh Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dalam pelaksanaan pembangunan yang ada di desa yang
meliputi, peranan membantu pemerintah desa dalam merencanakan atau menyusun rencana
pembangunan desa, peranan membantu pemerintah desa dalam melaksanakan program-
program pembangunan desa yang sudah direncanakan/ditetapkan melalui musyawarah
perencanaan pembangunan desa, dan peranan sebagai wadah penampung dan penyalur
aspirasi serta penggerak partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa sudah
dilaksanakan dengan baik oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Kelinjau
llir.
Akan tetapi dalam pelaksanaannya ada beberapa faktor yang mempengaruhi peran
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dalam pelaksanaan pembangunan di Desa
Kelinjau Ilir, yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat. Adapun faktor pendukung
tersebut adalah partisipasi masyarakat terhadap kegiatan pembangunan yang cukup baik. Hal
ini dapat dilihat dari antusiasme masyarakat dalam menyampaikan ide dan gagasan mereka
terhadap perencanaan pembangunan. Sedangkan faktor penghambatnya adalah faktor cuaca.
Hal ini dikarenakan apabila pembangunan yang dilakukan tepat saat musim hujan. Maka
dapat dipastikan pembangunan tersebut akan sedikit terhambat. Hal ini dikarenakan kondisi
jalan yang buruk saat musim penghujan datang. Yang menyebabkan distribusi bahan baku
pembangunan pun menjadi terhambat dan berdampak pada keterlambatan pembangunan
yang dilakukan.

20
B. Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran penulis terhadap Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM) dalam pelaksanaan pembangunan di Desa Kelinjau Ilir, yaitu:
1) Sebaiknya Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) lebih sering melakukan
koordinasi dengan berbagai pihak, misalnya Pemerintah Desa, Ketua RT dan BPD
terkait pembangunan yang dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menjaga harmonisasi
dalam pemerintahan desa
2) Sebaiknya dalam penampungan dan penyerapan aspirasi masyarakat Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dapat lebih optimal lagi. Ini dilakukan agar
pembangunan yang dilakukan benar-benar dibutuhkan dan diharapkan oleh
masyarakat.
3) Sebaiknya kedepannya masyakat dapat lebih aktif lagi dalam partisipasinya terhadap
pembangunan desa

21
DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Afifuddin, (2012), Metodologi Penelitian Kualitatif, Pustaka Setia, Bandung.

Kuncoro. Mudrajad, (2010), Masalah, Kebijakan, Dan Politik Ekonomika Pembangunan,


Erlangga, Jakarta.

Listyanningsih, (2014), Administrasi Pembangunan Pendekatan Konsep Dan Implementasi,


Graha Ilmu, Yogyakarta.

Riyadi S. Dodi, (2002), Pengembangan Wilayah : Teori dan. Konsep Dasar, Pusat Pengkajian
Kebiajakan, Jakarta.

Rosidin. Utang, (2010), Otonomi Daerah dan Desentralisasi, Pustaka, Bandung.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, (2012), Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Jakarta: Rajawali Press.

Soekanto. Soerjono, (2002), Sosiologi Suatu Pengantar, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Thoha. Miftah, (1997), Pembinaan Organisasi (Proses Diagnosa dan Intervensi), PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.

UNDANG-UNDANG :

Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa
dan Lembaga Adat Desa

22

Anda mungkin juga menyukai