Anda di halaman 1dari 38

11

BAB I 11

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa merupakan sebagai kesatuan masyarakat terkecil yang memiliki

batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakatnya berdasarkan asal usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan

dihormati oleh negara. Pembangunan pedesaan selayaknya mengarah pada

peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Di dalam pelaksanaan otonomi

daerah, desa merupakan bagian dari pelaksanaan otonomi daerah tersebut. Hal ini

berarti bahwa pembangunan desa tidak dapat di pisahkan dari pembangunan

nasional dan merupakan unsur pokok dalam sistem pembangunan Indonesia.

Dalam Undang-Undang 23 Tahun 2014 mengakui adanya otonomi desa,

dan dengan adanya otonomi desa tersebut diharapkan desa akan menjadi mandiri.

Kemandirian itu di pengaruhi beberapa faktor seperti: desentralisasi kewenangan,

penguatan keuangan desa, penguatan kelembagaan desa, kelembagaan

masyarakat, kapasitas dan perangkat desa (SDM) serta pemberdayaan masyarakat

desa. Oleh karena itu, upaya memperkuat desa merupakan langkah untuk

mempercepat terwujudnya otonomi desa dan kesejahteraan masyarakat, sebagai

tujuan otonomi daerah dan menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah

dengan pemerintahan provinsi, dan pemerintah kabupaten/ kota dan masyarakat.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Desa

menyebutkan bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan,
12
12

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,

dan hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

kesatuan Republik Indonesia. Memusatkan pembangunan kearah pembangunan

desa berarti melaksanakan amanat dari cita-cita kemerdekaan indonesia dalam

menciptakan kesejahteraan sosial yang adil dan makmur. Dengan cara ini dapat di

antisipasi dengan mudah segala permasalahan yang ada di desa. Sumber daya

alam yang ada di upayakan penggunaannya secara optimal, mengingat pentingnya

Peran pemerintah desa dalam pelaksanaan pembangunan baik itu fisik maupun

non fisik di desa, maka pembangunan desa memiliki elemen-elemen dalam

penyelenggaraan otonomi masyarakat desa, yakni:

a. Kepala desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa,

melaksanakan pembangunan desa, pembinaan masyarakat desa, dan

pemberdayaan masyarakat desa.

b. Sekretaris desa, mempunyai tugas membantu kepala desa dan

bertanggungjawab pada kepala desa terutama dalam administrasi, dan

birokrasi desa.

c. Pelaksanaan teknis lapangan

d. Unsur kewilayahan

e. BPD (Badan Permusyawaratan Desa)

f. Lembaga kemasyarakatan

Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan juga

harus ada, sebab masyarakat adalah pemilik kedaulatan, berkewajiban dan

sebagai subjek dalam pembangunan. Selain itu, program-program yang

dirumuskan dan dilaksanakan harus memberikan kesempatan secara langsung

kepada masyarakat
13
13

dalam perencanaan yang menyangkut kesejahteraan mereka dan melaksakan

sendiri serta memetik hasil program yang dicapai.

Dalam pembangunan partisipasi masyarakat merupakan salah satu elemen

proses pembangunan desa. Oleh karena itu partisipasi masyarakat dalam

pembangunan perlu di tingkatkan lagi sehingga masyarakat akan merasa diberi

peluang atau kesempatan ikut serta di dalam pembangunan, karena pada dasarnya

penggerakkan partisipasi masyarakat desa merupakan salah satu sasaran

pembangunan desa itu sendiri. Masyarakat sebagai objek pembangunan berarti

masyarakat terkena secara langsung atas kebijakan atau kegiatan pembangunan.

Dalam hal ini masyarakat perlu ikut dilibatkan baik dari segi formulasi kebijakan

maupun aplikasi kebijakan tersebut, sebab mereka yang dianggap lebih tahu

kondisi lingkungannya. Tanpa adanya partisipasi masyarakat pembangunan maka

hanyalah menjadikan masyarakat sebagai objek semata. Penempatan masyarakat

sebagai subjek pembangunan mutlak dibutuhkan sehingga masyarakat dapat

berperan serta secara aktif. Partisipasi masyarakat dapat berupa sumbangan dana,

tenaga, pikiran maupun pendapat dalam pembuatan kebijakan pemerintah dalam

pembangunan desa tersebut. Namun demikian ragam dan kadar partisipasi

seringkali ditentukan secara massa yakni dari banyaknya individu yan g

dilibatkan, padahal partisipasi masyarakat pada hakikatnya akan berkaitan dengan

akses masyarakat untuk memperoleh informasi. Partisipasi masyarakat masih

belum sepenuhnya ikutserta dalam pelaksanaan program atau kegiatan

pemerintahan desa. Keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan desa tidak

terlepas dari partisipasi masyarakat dalam pembanguna desa. Di desa

telah dibentuk pemerintah desa yaitu Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

sebagai wujud dari


14
14

demokrasi yang berfungsi sebagai legislatif desa. Adanya kebijakan otonomi

daerah telah memberikan kewenangan kepala daerah mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi yang

berkembang pada masyarakat.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, perencanaan pembangunan

di Desa Sifalaete Tabaloho Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli kurang

melibatkan peran masyarakat dalam program pembangunan desa. Selain itu, ini

juga disebabkan kurangnya kepedulian masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi

dalam program pembangunan desa. Sedangkan dalam mewujudkan keberhasilan

pembangunan di daerah khususnya di desa harus melibatkan partisipasi

masyarakat sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Pasal 1 ayat 1 Nomor

45 Tahun 2017 Tentang Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah bahwa partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah yang selanjutnya disebut partisipasi masyarakat adalah peran

serta masyarakat untuk menyalurkan aspirasi, pemikiran, dan kepentingannya

dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “PERANAN PEMERINTAH DESA UNTUK MENINGKATKAN

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA DI DESA

SIFALAETE TABALOHO KECAMATAN GUNUNGSITOLI KOTA

GUNUNGSITOLI”.

1.2. Rumusan Masalah


15
15

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah peranan pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pembangunan desa Di Desa Sifalaete Tabaloho

Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli.

2. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa di Desa

Sifalaete Tabaloho Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Apakah peranan pemerintah desa untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa di desa Sifalaete

Tabaloho Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli.

2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi penghambat dan

pendukung untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan desa di Desa Sifalaete Tabaloho Kecamatan Gunungsitoli

Kota Gunungsitoli.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat memberi manfaat bagi sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, penelitian ini dilakukan untuk menambah wawasan dan

pengetahuan tentang peranan pemerintah desa untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.


16
16

2. Bagi pemerintah desa, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran kepada pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pembangunan desa.

3. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini agar dapat menjadi informasi bagi

masyarakat tentang tujuan pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pembangunan desa.

4. Bagi Akademisi, hasil penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sebagai

salah satu referensi untuk penelitian selanjutnya.


BAB II URAIAN

TEORITIS

2.1. Peranan Pemerintah Desa

2.1.1 Pengertian Peranan

Peranan adalah suatu rangkaian perilaku yang teratur, ditimbulkan karena

suatu jabatan tertentu, kepribadian seseorang barangkali juga amanat

mempengaruhi bagaimana peranan harus dijalankan. Peranan timbul karena

seseorang memahami bahwa ia bekerja tidak sendirian. Mempunyai lingkungan

yang setiap saat diperlukan untuk berinteraksi di lingkungan itu luas dan beraneka

macam, masing-masing akan mempunyai lingkungan yang berlainan. Tetapi

peranan yang harus di mainkan pada hakekatnya tidak ada perbedaan.

Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang


melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia
menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dan peranan
adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tak dapat dipisah-
pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak
ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Sebagaimana
halnya dengan kedudukan, peranan juga mempunyai dua arti. Setiap orang
mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan
hidupnya. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang di
perbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan- kesempatan apa yang
1
diberikan masyarakat kepadanya.
Peranan mencangkup dalam tiga hal yaitu:
1. Peranan meliputi norma-norma yang di hubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan kemasyarakatan.
2. Merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi.

1
Soerjono Soekanto, So sio logi Suatu Pengant ar , Depok : PT.Rajagrafindo Persada, 2012, hal.
211

17
18
18

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting


2
bagi struktur sosial masyarakat.
2.1.2. Pemerintahan Desa

Pemerintahan desa merupakan suatu kesatuan masyarakat kecil yang

mempunyai wewenang untuk mengurus kepentingan masyarakatnya. “Pemerintah

desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli

berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam

mengenai pemerintahan desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli,

3
demokratisasi, dan pemberdayaan masyarakat” . Pemerintahan desa bagian dari

birokrasi pemerintah modern yang bertugas mengelolah barang-barang publik

termasuk melakukan pungutan pajak pada masyarakat. Sebagian institusi modern,

pemerintah desa tidak hanya cukup memainkan legitimasi yang dibangun

dari dimensi kinerja politik dan ekonomi. Desa adalah suatu kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat

istimewa, landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah

keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan

masyarakat.

Lembaga musyawarah desa merupakan wadah permusyawaratan atau

mufakat dari pemuka-pemuka masyarakat yang ada di desa dan dalam mengambil

keputusannya ditetapkan berdasarkan musyawarah dan mufakat dengan

memperhatikan perkembangan dalam masyarakat desa tersebut, dalam masyarakat

tradisional untuk menggerakan masyarakat desa sangat berbeda dengan

menggerakan masyarakat perkotaan.

2
Ibid., hal.
210
3
Haw Widjaja, Oto no mi Desa, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003, hal.
3
19
19

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, dan Peraturan

Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Desa mengatakan bahwa:

Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peraturan

Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa menyatakan bahwa “pemerintah

desa atau disebut dengan nama lain adalah kepala desa dan perangkat desa sebagai

4
unsur penyelenggara pemerintahan desa”.

Pemerintahan desa merupakan simbol formal dari pada kesatuan masyarakat


desa, pemerintahan desa diselenggarakan di bawah pimpinan seorang kepala
desa beserta para pembantunya perangkat desa, mewakili masyarakat desa
5
guna hubungan keluar maupun ke dalam masyarakat yang bersangkutan .
Sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa, maka pemerintahan desa

pada hakekatnya mempunyai tugas dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan,

pembangunan, dan kemasyarakatan. Fungsi pemerintahan desa sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan urusan pemerintahan desa

2. Melaksanakan pembangunan.

3. Melaksanakan pembinaan masyarakat.

4. Melaksanakan ketentraman dan keterlibatan masyarakat.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai mitra pemerintahan desa

dalam menjalankan tugas dan fungsinya, berdasarkan Undang-undang Nomor. 32

Tahun 2004 pada pasal 209 disebutkan bahwa BPD berfungsi menetapkan

peraturan desa bersama kepala desa, menapung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat. Atas peran dan fungsinya tersebut dalam PP Nomor 72 Tahun 2005

4
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa, Jakarta: Menkumham,
2005
5
Abdul Rohman, Ika Sasti Ferina, Ermadiani, Pengelo laan Ad ministrasi Keuangan
Pemerintahan
Desa, Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2018, hal.
6
20
20

bahwa BPD mempunyai wewenang sebagai berikut: Membahas rancangan

peraturan desa bersama kepala desa, melaksanakan pengawasan terhadap

pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa, mengusulkan

pengangkatan dan pemberhentian kepala desa, membentuk panitia pemilihan

kepala desa, menggali dan merumuskan aspirasi masyarakat, menyusun tata tertib.

Peran pemerintah dalam pembangunan nasional antara lain yaitu:


1. Peran Selaku Stabilisator
Suatu peran dalam mewujudkan perubahan menjadi suatu gejolak
dalam situasi ekonomi dan budaya yang mengharapkan
terselenggarannya pembangunan.
2. Peran Selaku Innovator
Inovator merupakan salah satu produk dari kreativitas, segi administrasi
pembangunan inovasi dalam suatu metode baru yang melaksanakan
perannya dalam pembangunan dengan menerapkan inovasi di
lingkungan birokrasi pemerintahan inovasi yang sifatnya konsepsional
dan inovasi sistem prosedur dan metode kerja.
3. Peran Selaku Pelopor
Pemerintah harus terlebih dahulu menerapkan inovasi dalam tubuh
pemerintahan itu sendiri. Secara eksplisit bahwa pemerintah harus
memainkan peranan selaku pelopor bagi dalam segi kehidupan
bernegara.
4. Peran Selaku Pelaksana Sendiri
Pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan merupakan tanggung
jawab nasional dan bukan menjadi beban pemerintah semata-mata,
karena berbagai pertimbangan, seperti keselamatan suatau daerah, modal
yang terbatas, kemampuan yang masih belum memadai, karena tidak di
minati oleh masyarakat dan secara konstitusional memang merupakan
tugas pemerintah, sangat mungkin terdapat berbagai kegiatan yang tidak
bisa dipisahkan kepada pihak swasta melainkan harus diselengarakan
6
sendiri oleh pemerintah.
2.1.3. Desa

Undang-undang nomor 6 Tahun 2014 menyatakan bahwa desa merupakan

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintaan, kepentingan masyarakat setempat

6
Sondang P. Siagian, Ad minist rasi Pembangu nan, Jakarta: PT Bumi Aksara.2000, hal.
142
21
21

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan hak tradisional yang diakui

dan di hormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dari situlah terbukti bahwa kesatuan masyarakat hukum, yakni warga desa yang

tingal dalam suatu lokasi yang mana memiliki hak atau wewenang untuk

melakukan atau menjalankan pemerintahannya untuk kepentingan warga yang

tinggal dalam kawasan desa tersebut. Desa memiliki kekuatan hukum dalam

menjalankan pemerintahannya dibawah kepala desa serta perangkat desa lainnya

yang juga diawasi oleh BPD atau Badan Permusyawaratan Desa. Hal ini

tercantum dalam berbagai aturan serta pengertian desa menurut UU No. 6 Tahun

2014 tersebut yang harus dipahami oleh warga Negara


Indonesia.

2.1.4. Peran Kepala Desa

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 pasal 1 ayat 3 Tahun 2014 Tentang

Desa menyebutkan bahwa Kepala desa adalah pemerintah desa atau yang disebut

dengan nama lain yang dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan desa. Kepala desa berkedudukan sebagai alat pemerintahan

desa yang memimpin penyelenggaraan pemerintah desa. Kepala desa bukan saja

menjalankan pemerintahan, membina keterlibatan ketentraman, menjaga supaya

hukum yang melanggar dapat dipulihkan seperti sediakala, tetapi juga agar orang-

orang yang melanggar hukum itu tidak mengulangi perbuatannya dan masyarakat

didamaikan secara musyawarah. Kepala desa adalah kepala organisasi

pemerintahan desa yang berkedudukan strategi dan mempunyai tanggungjawab

yang luas. Tanggungjawab meliputi urusan tugas pekerjaan yang terpisah

dan terbagi kepada pejabat instansi pemerintahan berdasarkan asas dekosentrasi

dan
22
22

desentralisasi, sedangkan di desa tanggungjawab urusan tugas dan pelayanan

terpusat kepala desa.

Pemerintahan daerah dikembangkan berdasarkan asas otonomi


(desentralisasi) dan tugas pemantauan. Asas dekonstrasi hanya diharapkan
didaerah-daerah provinsi dan kabupaten/kota yang belum siap atau belum
sepenuhnya melaksanakan prinsip otonomi sebagaimana ditentukan dalam
7
Undang-undang Dasar.

Dalam penyelenggaraan pemerintah desa, kepala desa mempunyai tugas


dan kewajiban antara lain adalah: Memimpin penyelenggaraan pemerintah
desa, membina kehidupan masyarakat desa, membina perekonomian desa,
memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa, mendamaikan
perselisihan masyarakat desa, dibantu oleh lembaga aparat desa, mewakili
desanya di dalam dan luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukumnya,
mengajukan rancangan peraturan desa dan bersama BPD menetapkannya
sebagai peraturan desa menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan
8
berkembang didesa bersangkutan.

Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun 2014, kepala desa

mempunyai penyelenggaraan urusan pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan. “Dalam mencapai tujuan mensejahterakan masyarakat desa,

masing-masing unsur pemerintahan desa, pemerintahan desa dan BPD, dapat

9
menjalankan fungsinya dengan mendapat dukungan dari unsur yang lain.”

Pelaksana tugasnya kepala desa mempunyai wewenang memimpin

penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang di tetapkan

bersama BPD, mengajukan rancangan peraturan desa, menetapkan peraturan desa

yang mendapat persetujuan bersama BPD, menyusun dan mengajukan rancangan

peraturan desa mengenai anggaran pendapatan dan belanja desa APBDesa untuk

dibahasa dan diterapkan bersama BPD, membina kehidupan masyarakat desa,

7
Jimly Asshiddigie, Ko nsit usi dan ko nst itusio nalis me I ndo nesia, Jakarta: Mahkamah
Konstitusi
Republik Indonesia, 2004, hal. 212
8
Haw. Widjaja, Op.cit ., hal.
30
9
Sadu Wasistiono, Wan Tahir, Pro spek Penge mba ngan Desa, Bandung: CV. Fokusmedia-
Anggota
IKAPI. 2006, Hal, 36
23
23

membina perekonomian desa, mengkoordinasikan pembangunan desa secara

partisipatif, mewakili desanya di dalam dan diluar pengadilan dan dapat menunjuk

kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

dan melaksanakan wewenang dengan peraturan perundang-undangan.

2.1.5. Struktur Pemerintahan Desa

Susunan Organisasi Pemerintah Desa terdiri dari kepala desa dan perangkat

desa. Kepala desa adalah unsur pimpinan yang mendapat mandate rakyat melalui

pemilihan langsung sebagai pemegang kekuasaan pemerintah desa.

Sedangkan perangkat desa merupakan unsur pembantu dalam menjalankan tugas

dan kewajiban kepala desa.

Kepala Desa

sebagai pimpinan pemegang kekuasaan pengelolaan pemerintah

desa. Kepala desa mempunyai tugas dan fungsi untuk

menyelenggarakan pemerintahan, melaksanakan pembangunan,

melakukan pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan

masyarakat.

Sekretariat Desa

Sekretaris Desa selaku coordinator para kaur dalam menjalankan

fungsi secretariat desa bertanggung jawab melaksanakan

administrasi penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan,

pemberdayaan masyarakat dan pembinaan masyarakat serta

administrasi lainnya yang berada dibawah pengelolaannya.

Kepala Urusan
24
24

Kepala urusan tata usaha dan umum

Kepala urusan perencanaan sebagai unsur staf sekdes

Kepala urusan keuangan dalam membantu sekdes

bertanggungjawab untuk menata kelola keuangan.

Pelaksanaan Teknis

Kasi pemerintahan sebagai unsur teknis membantu kepala desa

dalam melaksanakan kegiatan yang bersifat operasional.

Melaksanakan kegiatan tata kerja pemerintahan, menyusun

rancangan peraturan desa yang berhubungan dengan tataruang

wilayah, batas desa dan melaksanakan pembinaan masalah

pertanahan.

Kewilayahan

Unsur wilayah dengan sebutan dusun dipimpin oleh kelapa dusun.

Setiap dusun sibagi dalam beberapa satuan wilayah yang lebih

kecil dengan sebutan rukun warga.

2.2. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa

2.2.1. Pengertian Partisipasi masyarakat

Partisipasi merupakan suatu keterlibatan masyarakat yang mengambil

bagian ikut serta dalam kegiatan program pembangunan desa. Partisipasi

masyarakat adalah keterlibatan dan pelibatan anggota mayarakat dalam

pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan

(implementasi) program pembangunan yang dikerjakan dimasyarakat lokal.

“Partisipasi masyarakat dalam pembangunan pendesaan merupakan aktualisasi


25
25

dari ketersediaan dan kemauan anggota masyarakat untuk berkorban dan


10
berkontribusi dalam implementasi program pembangunan yang dilaksanakan”

Dalam Peraturan Pemerintah pasal 1 ayat 1 No. 45 Tahun 2017 Tentang

Partisipasi Masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintah daerah menyatakan

bahwa “partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang

selanjutnya disebut partisipasi masyarakat adalah peran serta masyarakat untuk

menyalurkan aspirasi, pemikiran, dan kepentingannya dalam penyelenggaraan

11
pemerintahan daerah”.

Pembangunan merupakan kegiatan yang selalu terus dilakukan tujuan

untuk memberikan perubahan kepada masyarakat, terutama menciptakan

kesejahteraan. Pembangunan berlangsung dalam lingkungan dimana berlangsung

reaksi timbal balik antara makluk dan faktor-faktor alam yang disebut ekosistem.

Dalam suatu ekosistem terdapat keseimbangan dalam reaksi timbal balik antara

manusia dan lingkungan hidup, Pembangunan menimbulkan perubahan sehingga

turut mempengaruhi tingkat keseimbangan manusia dan lingkungan hidup, oleh

pembangunan maka yang diubah adalah lingkungan alam dan lingkungan sosial.

Perubahan keseimbangan manusia dengan lingkungan menimbulkan berbagai

akses negatif. Oleh karena itu, maka perlu diterapkan pengawasan yang ketat

untuk mencegah berkembangnya akses negatif menjadi liar, pengawasan perlu

dilakukan terhadap akses pembangunan yang menimbulkan kerusakan dan

pencemaran lingkungan alam dan lingkungan sosial, sehingga sumber alam dan

kemampuan masyarakat akan lestari dan mampu mendukung proses

10
Ibid
11
Peraturan Pemerintah Nomor 45 pasal 1 ayat 1 Tahun 2017 Tentang Partisipasi
Masyarakat, Jakarta: Menkumham, 2017
26
26

pembangunan yang bersifat terus menerus dari satu masyarakat kemasyarakat

lain.

Pembangunan tingkat nasional, provinsi dan daerah ini perlu dicerminkan

dan dituangkan dalam pelaksanaan pembangunan desa. Untuk itu, pemimpin-

pemimpin di daerah dapat turut memberikan peran serta masyarakat dalam

pengawasan pembangunan daerah. Dengan memperhatikan daerah pembangunan

yang seimbang antara lingkungan dan manusia disekitarnya akan

memberikan kualitas masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam pembangunan.

Pembangunan merupakan perubahan yang secara sengaja dilakukan untuk

memperoleh hasil yang baik dan dapat dimanfaatkan oleh lapisan masyarakat,

pembangunan kata kunci bagi segala hal yang dilakukan sebagai usaha

memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Seringkali yang dimaksud

terutama kemajuan materiil, maka pembangunan sering diartikan sebagai

kemajuan akan tetapi tidak memikirkan dampak terhadap hasil pembangunan itu

sendiri. Pembangunan oleh masyarakat hanya dilihat dari kemajuan fisik yang

dicapai, dengan meningkatkan pembangunan yang dilaksanakan masyarakat

beranggapan bahwa ada kemajuan bagi negaranya ataupun daerahnya.

Pentingnya dukungan dan partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan

pembangunan akan memberikan konsep pemberdayaan masyarakat ini lebih luas.

Tidak sekedar strategi untuk memenuhi kebutuhan dasar maupun penyediaan

mekanisme untuk mencegah proses kemiskinan, tetapi nyangkut suatu pandangan

pembangunan sebagai pertumbuhan semata, tetapi mengintegrasikan konsep

pembangunan yang berdimensi petumbuhan dengan keadilan dan berkelanjut

an. Setiap orang diberikan kesempatan untuk menjadi penyumbang dan di

hormati
27
27

bagi kelurga, kelompok dan masyarakat dimensi ketercakupan. Pemberdayaan

masyarakat dapat dikatakan sebagai paradigm pembangunan yang berdimensi

masyarakat dan dimensi berkelanjutan. Dimensi-dimensi tersebut secara eksplisit

tercermin berbagai pendekatan pembangunan, dalam hal ini pembangunan

tentunya kita tidak terlepas dari seseorang yang dapat menjadi motivator

agar berbagai program dapat dilaksanakan. Kepala desa sebagai pemimpin di

desa sudah seharusnya dapat mendorong pembangunan dengan

menggunakan partisipasi masyarakat.

Pembangunan partisipasi merupakan paradigma yang relevan dalam

mengembangkan sumber daya manusia yang sangat relevan dalam pembangunan

suatu daerah. Untuk mendapat partisipasi masyarakat yang optimal

diperlukan kemampuan pemerintah untuk mengembangkan partisipasi

masyarakatnya. Dengan dukungan partisipasi masyarakat, pembangunan

mengalami kemajuan, usaha yang tepat untuk mengembangkan partisipasi

masyarakat banyak adalah pembentukan organisasi yang menjadi wadah dari

kegiatan pembangunan masyarakat.

Dengan adanya partisipasi masyarakat desa dalam berbagai pelaksanaan

pembangunan tentu hasil yang akan dicapai akan lebih baik di bandingkan dengan

pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah tanpa adanya

dukungan masyarakat. Masyarakat lebih mengetahui kondisi daerah mereka serta

lebih menguasai apa yang dibutuhkan dan menjadi permasalahan bagi mereka

sendiri, pembangunan yang direncanakan oleh pemerintah tanpa adanya masukkan

dari masyarakat biasanya akan banyak mengalami kesulitan dan akan

menghadapi
28
28

berbagai tantangan tersebut biasanya akan berakibat terhadap kegagalan dalam

pembangunan tersebut.

2.2.2. Jenis-jenis partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa

1) Partisipasi pikiran

Mengajak masyarakat untuk terus ikutserta terlibat dalam kegiatan

program-program pembangunan di desa.

2) Partisipasi Tenaga

Tenaga merupakan salah satu bentuk partisipasi dari masyarakat desa yang

sangat potensi diarahkan dalam proses pembangunan desa, khususnya

dalam pengerjaan pembangunan desa.

3) Partisipasi Barang atau Uang

Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan program pembangunan

desa dalam bentuk barang atau uang agar tujuan yang akan dicapai akan

berjalan dengan baik dengan melibatkan masyarakat.

2.2.3. Peran pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat

Pemerintahan desa sebagai pemimpin penyelenggaraan pembangunan

harus memiliki tanggungjawab atas perubahan yang terjadi, baik perubahan di

dalam masyarakat maupun sosial kemasyarakatan. Untuk itu pemerintah desa

selaku kepala pemerintah desa dalam usaha mengantisipasi perubahan perubahan

tersebut harus memiliki kemampuan untuk berpikir atau berbuat secara rasional

dalam mengambil keputusan yang akan terjadi di tengah-tengah masyarakat.


29
29

Disamping itu keputusan yang nantinya akan diambil tanpa memberatkan

masyarakat banyak, kemudian pemerintah harus memiliki peran yang cukup baik

sebagai alat yang melakukan perubahan dalam setiap pembangunan desa

yang dilaksanakan untuk memperoleh dukungan partisipasi dari masyarakat.

2.2.4. Pembinaan terhadap masyarakat

a. Pembinaan masyarakat dalam bidang ekonomi

Peran dan prakarsa pemerintah masih dominan dalam perencanaan dalan

pelaksanaan maupun untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan teknis

warga desa dalam membangun desa, berbagai teori mengatakan bahwa kesadaran

dan partisipasi warga desa menjadi kunci keberhasilan warga desa. Sedangkan

untuk menumbuhkan kesadaran warga desa akan pentingnya usaha usaha

membangun sebagai sarana untuk memperbaiki kondisi sosial dan meningkatkan

partisipasi warga desa dalam pembangunan.

b. Pembinaan Masyarakat desa pada bidang hukum

Pembinaan di bidang hukum dilakukan oleh pemerintah desa bekerja sama

dengan dinas terkait dapat memberikan bimbingan kemasyarakatan dan

pengentasan anak di lembaga lembaga permasyarakatan.

c. Pembinaan masyarakat dalam bidang kesehatan

Pembinaan ini ditujukkan untuk pembentukan generasi muda yang sehat

baik fisik maupun mental serta mampu berperan dalam upaya meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan lingkungannya.

2.2.5. Kemampuan Pemerintah Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat


30
30

Pemerintah desa sebagai administrator di bidang pembangunan dan

kemasyarakatan mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam hal ini

pelaksanaan kebijakan sehubungan dengan program pembangunan yang di

laksanakan dalam tingkat desa. Dapat dikatakan demikian karena kepala desa

bersama dengan pemerintah desa lainnya diharapkan mampu mengembangkan

partisipasi masyarakat dalam menujang keberhasilan dari proses pembangunan

tersebut lewat kebijakan kebijakan yang diimplementasikan atau

dilaksanakan. Peran serta masyarakat pada umumnya tentu tidak lepas dari

pelaksanaan pembangunan tidak hanya semata mata berada di tangan

pemerintah saja akan tetapi bertanggungjawab masyarakat juga sebab dalam hal

ini masyarakat merupakan objek sekaligus subjek pada pembangunan tersebut.

2.2.6. Upaya yang dilakukan oleh kepala desa selaku pemerintahan desa

Kepala desa selaku pemerintah di desa harus melakukan upaya yang tidak

merugikan masyarakat banyak seperti dalam memahami aspirasi ataupun

keburuhan masyarakat secara keseluruhan harus benar-benar diperhatikan oleh

pemerintahan desa. Hal inilah yang mendapatkan segala bentuk

pembangunan yang dilakukan oleh pemerintahan desa, pemimpin diberikan

oleh masyarakat apabila dapat diproses pelaksanaannya dilakukan secara

terpadu dan sesuai dengan harapan, maka pemerintah dalam hal ini kepala desa

dalam pelaksanaan tugasnya berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan dampak

bagi masyarakat.

Untuk mengakselerasikan pembangunan desa mencermati dan

memperhitungkan potensi dan masalah maka program utama yang nantinya

diharapkan dapat menjadi pengaruh utama jalannya roda pemerintahan


31
31

pembangunan desa, serta dapat memberikan akses penting terhadap pertumbuhan

dan perkembangan pembangunan di bidang lain antara lain: Program

pembangunan SDM, program penyelenggaraan pemerintah desa yang baik dan

bersih, program pembangunan lingkungan hidup, pemerintah dalam pelaksanaan

kebijakan pembangunan, belum sepenuhnya terbuka dan tranparan disamping itu

juga pemerintah belum sepenuhnya bekerja sama dengan seluruh komponen

masyarakat dan dalam memotivasi masyarakat dalam memelihara hasil

pembangunan yang ada. Untuk mencapai tingkat pembangunan desa

maksimal yang dalam hal ini pembangunan desa maka kepala desa selaku

pemerintah desa memerlukan langkah strategi dalam pelaksanaan pembangunan

yaitu:

a. Melambangkan dan memberdayakan fungsi kontrol oleh pihak yang

berwenang.

b. Melakukan evaluasi terhadap program kegiatan yang telah dan sedang

dilaksanakan.

c. Melakukan monitoring.

d. Memperbaiki kebijakan kebijakan strategi yang nantinya diarahkan

kepada kebijakan masyarakat.

e. Melakukan penyesuaian program yang selaras dengan perkembangan

lingkungan.

2.2.7. Faktor penghambat pelaksanaan kebijakan dalam meningkatkan

partisipasi masyarakat

Kemampuan pemerintah desa dalam pelaksanaan kebijakan maupun dari

kemampuan pemerintah desa dalam mengerakkan partisipasi masyarakat, maka


32
32

dapat dipahami bagaimana luas dan komponen permasalahan yang dihadapi oleh

pemerintah desa dalam pelaksanaan kebijakan untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam penyelenggara pembangunan kemasyarakatan. Kendala

- kendala yang dihadapi oleh masyarakat sebagai berikut: Tingkat kesadaran

masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat, sikap dan mental mayarakat.

2.3. Pembangunan Desa

Pembangunan desa pada umumnya merupakan suatu usaha perubahan untuk

menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu. Perubahan-

perubahan yang direncanakan dengan mendayagunakan potensi alam,

manusia dan sosial budaya inilah disebut pembangunan. Potensi alam harus digali,

dikembangkan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya seperti tanah, sumber air,

mineral, dan sebagainya.

Konsep Pembangunan biasanya melekat dalam konteks kajian suatu


perubahan, pembangunan disini diartikan sebagai bentuk perubahan yang
sifatnya direncanakan: Setiap orang atau kelompok orang tertentu akan
mengharapkan perubahan yang mempunyai bentuk lebih baik bahkan
sempurna dari keadaan yang sebelumnyauntuk mewujudkan harapan ini
tentu harus memerlukan suatu perencanaan. Pembangunan secara berencana
lebih dirasakan sebagai suatu usaha yang lebih rasional dan teratur bagi
pembangunan masyaakat yang belum aatau
12
berkembang.
“Pembangunan masyarakat dilakukan dengan pendekatan multisektor

(holistik), partisipatif, berdasarkan pada semangat kemandirian, berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan serta melaksanakan pemanfaatan sumber daya

pembangunan secara serasi, selaras dan sinergis sehingga tercapai dengan

13
optimal” . Pembangunan pada dasarnya adalah perubahan tujuan yang dilakukan

12
Suryono Sakti Hadiwijoyo, Fahim Diah Anisa, Perencanaan Pembangu nan Daerah, Depok:
PT. Rajagrafindo Persada, 2019, hal. 63
13
Ibid Hal. 73
33
33

pembangunan antara lain: keadilan sosial, kemakmuran yang merata, perlakukan

yang sama dimata hukum, kebahagiaan mental, spiritual, dan material.

Pembangunan suatu bentuk perubahan yang sifatnya direncanakan setiap orang

atau kelompok orang tertentu akan mengharapkan perubahan yang mempunyai

bentuk lebih baik bahkan sempurna dari keadaan sebelumnya, untuk mewujudkan

harapan ini tentu harus memerlukan suatu perencanaan. Pembangunan secara

berencana lebih dirasakan sebagai suatu usaha yang lebih rasional dan teratur bagi

pembangunan masyarakat yang belum tau baru berkembang.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat

dalam sebuah pembangunan, termasuklah didalamnya ketika kebijakan yang

dikeluarkan pemerintah tidak mampu memenuhi tingkat kepuasan masyarakat,

sehingga pihak lain dalam hal ini masyarakat bereaksi dengan mengusulkan

beberapa program untuk pembangunan, dalam hal ini posisi masyarakat cukup

strategi dalam menentukan tingkat pembangunan di wilayahnya. Keterlibatan

masyarakat dalam proses pembangunan sangat dibutuhkan sebab pembangunan

yang telah dilaksanakan memiliki dampak terhadap masyarakat.

Pembangunan dapat mempermudah atau mempersulit masyarakat dalam

melakukan aktivitas keseharian, akibatnya sangatlah tepat ketika masyarakat

dilibatkan dalam proses pembangunan dikarenakan informasi tentang

pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dimiliki oleh

masyarakat sebagai sasaran pembangunan. Untuk mencapai keberhasilan

pembangunan desa, ada beberapa tahapan yang dibutuhkan yaitu: Tahap

perencanaan pembangunan, tahap pelaksanaan, tahap

monitoring dan evaluasi.


34
34

Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 Tentang pedoman Pembangunan

Desa pasal 2 dan 3 menjelaskan bahwa: Pemerintah Desa menyusun perencanaan

pembangunan desa sesuai dengan kewenangan dengan mengacu pada

perencanaan pembangunan kabupaten/kota. Pembangunan Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh pemerintah desa dengan dilibatkan

seluruh masyarakat desa dengan semangat gotong royong.

2.3.1. Tahap Perencanaan Pembangunan

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan desa, bergantung kepada peranan

pemerintah dan masyarakat. Keduanya harus mampu menciptakan sinergi. Tanpa

melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan dapat mencapai hasil

pembangunan secara optimal. Selain memerlukan keterlibatan masyarakat,

pembangunan desa juga membutuhkan strategi yang tepat agar dapat lebih efisien

dari segi pembiayaan dan efektif dari segi hasil.

Perencanan pembangunan pada umumnya dan perencanaan pada


khususnya, semakin terasa memanfaatnya dan memegang perenan penting
untuk menjamin suksesnya pembangunan tersebut. Karena apabila ditinjau
dari segi pemenuhan kebutuhan dapatlah dikatakan bahwa tujuan pokok
pembangunan tiada lain adalah menemukan, dan menciptakan dan
mengusahakan keseimbangan antara kebutuhan dengan bahan baku yang
14
tersedia.
Pemilihan strategi pembangunan ini penting karena akan menentukan

dimana peran pemerintah dan peran masyarakat, sehingga kedua pihak mampu

berperan secara optimal dan sinergis. Keterlibatan masyarakat merupakan salah

satu kunci yang sangat penting dalam keberhasilan pembangunan desa. Dengan

keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan, maka

14
Nyoman Beratha, Desa Masyarakat Desa dan Pembangu na n Desa, Jakarta Timur: Ghalia
Indonesia, 1982, Hal. 79
35
35

pemerintah tidak lagi menerapkan sistem pembangunan yang Top Down namun

akan menerapkan sistem Bottom Up dimana usulan yang berasal dari masyarakat

akan menjadi masukan penting dalam upaya pembangunan desa.

“Perencanaan pembangunan merupakan tahapan awal dalam proses

pembangunan sebelum diimplementasikan. Pentingnya perencanaan karena untuk

menyesuaikan tujuan yang ingin dicapai dalam pembangunan dengan sumber

15
daya yang ada serta berbagai alternatif lain yang mungkin diperlukan”.

Penyusunan perencanaan pembangunan di Indonesia didasarkan pada Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional. Perencanaan Pembangunan dalam undang-undang tersebut diartikan

sebagai suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, dengan

memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

Perencanaan pembangunan merupakan tugas pokok dalam administrasi atau


manajemen pembangunan. Perencanaan diperlukan karena kebutuhan lebih
besar dari pada sumber yang tersedia. Melalui perencanaan ingin
dirumuskan kegiatan pembangunan yang efesien dan efektif dapat memberi
hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan
16
mengembangkan potensi yang ada.
Perencanaan memiliki peran yang sangat penting untuk melihat bagaimana

partisipasi masyarakat dalam program pembangunan desa. Dalam hal ini

perencanaan kegiatannya meliputi musyawarah yang dilakukan di kantor desa,

maka setelah kegiatan sosialisasi dilaksanakan, kegiatan selanjutnya adalah

muasyawarah pembangunan ditingkat desa (musbangdesa). Mekanisme

penyusunan kegiatan pembangunan ditetapkan melalui musyawarah

pembangunan desa. Kegiatan musyawarah pembangunan ini dilaksanakan untuk

15
Ibid., hal. 91
16
Noverman Duadji, Administrasi Pembangunan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014, Hal,
46
36
36

menyerap aspirasi masyarakat desa tentang kegiatan yang dilakukan pada

program tersebut. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan diharapkan dapat

mendorong munculnya keterlibatan secara emosional terhadap program yang akan

dilaksanakan.

2.3.2. Tahap Pelaksanaan

Setelah penyusunan perencanaan pembangunan maka tahap selanjutnya

adalah tahap pelaksanaan pembangunan desa. Partisipasi masyarakat dalam

pelaksanaan pembangunan desa yang dimaksud adalah masyarakat yang turut

berpartisipasi dalam kegiatan pelaksanaan pembangunan desa yang dilakukan

oleh masyarakat swadaya dan difasilitasi oleh pemerintah desa. Pemerintah juga

dapat memonitoring kegiataan pelaksanaan pembangunanan desa agar sesuai

yang direncanakan sebelumnya, sehingga pelaksanaan pembangunan desa

berjalan dengan baik.

Dalam melaksanakan pembangunan desa, baik fisik maupun non fisik

maka pemerintah desa harus melibatkan masyarakat untuk ikut berkontribusi

dalam pelaksanaan pembangunan karena tujuan dan sasaran dari pembangunan

desa adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas

hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan

dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi

lokal serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.

2.3.3. Tahap Monitoring dan Evaluasi

Partisipasi masyarakat dalam proses monitoring dan evaluasi adalah

masyarakat yang diikutsertakan berpartisipasi untuk menjaga jalannya kegiatan


37
37

pembangunan desa agar sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya.

Salah satu aspek yang penting dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan

sebagai bagian dari proses perencanaan dan evaluasi. Evaluasi ini dimaksudkan

untuk mengetahui pelaksanaan pembangunan berjalan sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan. Selain itu, pada tahap monitoring dan evaluasi ini masyarakat

juga harus ikut mengawasi pelaksanaan pembangunan desa yang dilakukan oleh

pemerintah desa agar masyarakat mengetahui keberhasilan program pembangunan

yang dilakukan pemerintah desa.

Pelaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah dan masyarakat


harus dipantau terus menerus dan di evaluasi perkembangannya. Tujuannya
adalah untuk mengetahui seberapa jauh pembangunan telah dilaksanakan
dan bagaimana hasilnya diukur dengan sasaran yang ingin dicapai. Atas
dasar evaluasi dapat diambil langkah-langkah agar pelaksanaan
pembangunan selanjutnya menunjang dan tidak merugikan upaya
pembangunan secara keseluruhan. Dengan demikian tujuan dan sasaran
17
pembangunan secara maksimal dapat tetap tercapai .
Peraturan pemerintah Nomor 39 Tahun 2006, disebutkan bahwa

monitoring merupakan suatu kegiatan mengamati secara seksama suatu keadaan

atau kondisi, termasuk juga perilaku atau kegiatan tertentu, dengan tujuan agar

semua data masukan atau informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan tersebut

dapat menjadi landasan dalam mengambil keputusan tindakan selanjutnya yang

diperlukan. Tindakan tersebut diperlukan seandainya hasil pengamatan

menunjukkan adanya hal atau kondisi yang tidak sesuai dengan yang

direncanakan sebelumnya.

17
Ibid., hal. 55
38
38

2.3.4. Transparansi

Dalam tahap pembangunan desa, masyarakat membutuhkan transparansi

pemerintah dalam pembangunan desa. Mulai dari perencanaan pembangunan,

pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kepada masyarakat. Transparansi

merupakan suatu keterbukaan dalam perencanaan pembangunan yang menjamin

akses atau kebebasan bagi masyarakat untuk memperoleh informasi tentang

perencanaan pembangunan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.

Tahap perencanaan pembangunan, pemerintah desa mengajak para tokoh-

tokoh mulai dari tokoh agama, tokoh adat, dan elemen masyarakat untuk meminta

saran atau pendapat dengan terlaksananya perencanaan pembangunan desa, dan

juga masyarakat ikut serta berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan dengan

transparansi keterbukaan pemerintah desa. Tahap pelaksanaan pembangunan

pemerintah harus melakukan transparansi kepada masyarakat dalam pembangunan

baik fisik maupun nonfisik, dan juga melibatkan masyarakat berpartisipasi dalam

keterbukaan pemerintah sehingga pelaksanaan pembangunan berjalan dengan baik

sesuai yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan terlaksananya pembangunan

maka pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi yang transparansi dengan

melibatkan masyarakat ikutsertakan dalam mengevaluasi pelaksanaan

pembangunan desa.

Keberhasilan dalam melaksanakan pembangunan ditentukan oleh

transparansi pemerintah yang akan mendorong masyarakat berpartisipasi

dalam pembangunan. Transparansi harus dapat dibangun atas dasar informasi

yang perlu
39
39

dapat diakses oleh pihak yang berkepentingan dan informasi yang tersedia harus

dapat dimengerti dan dipantau. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan

untuk mengungkapkan pendapat serta kapasitas untuk berpartisipasi secara

konstruksi.
2.4. Kerangka Berpikir

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pasal 1 ayat 3

menjelaskan bahwa Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut

dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Desa. Maka, pemerintah desa yaitu Kepala desa memiliki

wewenang untuk menjalankan dan menyelenggarakan pemerintahan desa. Untuk

mewujudkan keberhasilan pembangunan desa di Desa Sifalaete Tabaloho

Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli maka peranan pemerintah desa

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa harus melibatkan partisipasi

masyarakat dalam pembangunan desa. Dengan adanya partisipasi masyarakat,

maka pembangunan desa akan efektif dan efisien sesuai dengan yang telah di

rencanakan sebelumnya.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

UNDANG-UNDANG NO.

6 TAHUN 2014

Pemerintah Desa

Peranan Partisipasi
Pemerintah Desa Masyarakat

Pembangunan Desa

40
41
41

2.5. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi

operasional adalah semacam petunjuk untuk pelaksanaan bagaimana caranya

mengukur variabel. Defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat

membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama.

Maka operasional pada variabel pada penelitian ini dapat kita lihat pada table

berikut:

Tabel 2.1.
Defenisi Operasional
Variabel Dimensi Indikator

Peranan Pemerintahan 1. Pengambilan Kemampuan dalam


Kebijakan pengambilan keputusan
Desa 2. Sumber Infomasi Mengadakan konfirmasi
mengembangkan
identifikasi dengan unit
kerja
3. Pembinaan Keterlibatan partispasi
masyarakat dalam
pembangunan desa
pelaksanaan pembangunan
desa
Transparansi Pemerintah
Desa dalam Pembangunan
Desa
1. Keterlibatan Bentuk-bentuk partisipasi
Partisipasi Masyarakat Masyarakat masyarakat dalam
pembangunan
Dalam Pembangunan 2. Pelasanaan Kerja sama antara
pemerintahan desa dengan
Desa masyarakat
3. Pengawasan Kesesuaian Pembangunan
Desa
42
42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan sekumpulan peraturan, kegiatan dan

prosedur digunakan oleh pelaku suatu di siplin ilmu. Metodologi juga merupakan

analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian merupakan

suatu usaha yang sistematis penyelidikan yang sistematis dan terorganisasi untuk

menyelidiki masalah tertentu sehingga mendapatkan jawaban dari masalah

tersebut. Hakekat penelitian dapat di pahami dengan mempelajari berbagai aspek

yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian. Strategi dalam penelitian

terdiri dari beberapa bentuk penelitian diantaranya penelitian kualitatif, penelitian

kuantitatif, dan penelitian campuran yang menetapkan prosedur-prosedur

khususnya dalam penelitian.

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah suatu cara yang harus dilakukan untuk mencapai

tujuan dengan menggunakan alat pendekatan. Dalam melakukan penelitian ini,

jenis penelitian tentang peranan pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pembangunan desa di Desa Sifalaete Tabaloho Kecamatan

Gunungsitoli Kota Gunungsitoli menggunakan metode penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung

menggunakan analisa. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih dilakukan

dalam penelitian kulitatif.


43
43

Menurut Creswell, “penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk

mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau

sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan”. 18

Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai

dengan fakta dilapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk

memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan

pembahasan hasil penelitian.

3.2. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data pada penelitian ini, peneliti melakukan

pengambilan data di Desa Sifalaete Tabaloho Kecamatan Gunungsitoli Kota

Gunungsitoli.

3.3. Jenis Data

Data merupakan kumpulan suatu elemen awal yang menjadi dasar

pertimbangan pemutusan suatu kebijakan. Secara sederhana data adalah kumpulan

dari fakta-fakta yang dapat memberikan gambaran luas suatu keadaan.

Data Primer yaitu: data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh

peneliti langsung dari subjek atau objek penelitian.

Data Skunder yaitu: Data yang didapatkan tidak secara langsung dari

objek atau subjek penelitian.

3.4. Informan penelitian

18
Jhon W. creswell, Research Desig n, Pendekat an Meto de Kualit at if, Kuant itatif, dan
Campuran, Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2016, hal. 22
44
44

Penelitian kualitatif tidak di maksudkan untuk membuat generalisasi dari

hasil penelitiannya. Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan

memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.

Informan adalah orang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau

permasalahan tertentu yang darinya dapat memperoleh informasi yang jelas,

akurat, dan terpercaya dengan baik berupa pertanyaan, keterangan, atau data-data

yang dapat membantu dalam memahami persoalan atau masalah tersebut.

Informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Informan Kunci. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 1 orang

informan yakni Kepala Desa Sifalaete Tabaloho.

b. Informan Utama. Peneliti menggunakan informan utama sebanyak 3 orang

informan yakni Badan Permusyawaran Desa (BPD), Sekretaris desa, dan

Kepala dusun I Desa Sifalaete Tabaloho.

c. Informan Tambahan. Peneliti menggunakan informan tambahan sebanyak

5 orang informan yakni masyarakat Desa Sifalaete Tabaloho.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data dan

pengumpulan informasi melalui observasi dan wawancara, baik yang terstruktur

maupun yang tidak terstruktur, dokumentasi, materi-materi visual, serta usaha

merancang protokol untuk merekam atau mencatat informasi.

Data diperoleh melalui kegiatan langsung ke lokasi penelitian untuk

mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti dan
45
45

dilakukan dengan wawancara atau observasi kepada informan penelitian (data

primer) dan data juga berasal dari kepustakaan yang berupa buku-buku, internet,

serta dokumentasi yang relevan dengan objek penelitian (data skunder). Data yang

harus dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan. Validasi data dapat

ditingkatkan jika alat pengukur serta kualitas dari pengambilan datanya sendiri

cukup valid.

Menurut John W. Creswell, langkah-langkah pengumpulan data dalam


penelitian ini adalah:
a. Observasi kualitatif, merupakan observasi yang didalamnya peneliti
langsung turun kelapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas
individu-individu dilokasi penelitian. Dalam pengamatan ini peneliti
merekam atau mencatat, dengan cara terstrktur (misalanya, dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan yang memang ingin diketahui oleh
peneliti) aktivitas-aktivitas dalam lokasi penelitian. Peneliti kualitatif
juga dapat terlibat dalam peran-peran yang beragam, mulai dari sebagai
non partisipan hingga partisipan utuh.
b. Wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan (wawancara berhadap-
hadapan) dengan partisipasi, mewawancarai dengan telpon, atau terlibat
dalam fokus group interview (interview dalam kelompok tertentu).
Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan
pertanyaan- pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur dan bersifat
terbuka yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini
dari para partisipasi.
c. Dokumen-dokumen kualitatif,selama proses penelitian, peneliti juga bisa
mengumpulkan dokumen-dokumen.
d. Materi audio dari visual, data ini berupa foto, objek-objek seni,video,
dan segala jenis suara.19

3.6. Teknik Analisa Data

Peneliti ini bersifat deskriptif dengan tujuan memberi gambaran mengenai

sesuai atau kondisi yang terjadi dengan menggunakan analisa kualitatif. “Analisa

data dalam penelitian kualitatif akan berlangsung bersamaan dengan bagian-

bagian lain dari pengembangan penelitian kualitatif, yaitu pengumpulan data dan

19
Ibid., hal. 253
46
46

penulisan temuan”.20 Analisa data melibatkan pengumpulan data yang terbuka,

yang didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan umum, dan analisa informasi dari

para partisipan. Data-data yang telah dikumpul, baik data primer maupun data

skunder yang diperoleh dari lapangan yang akan di ekplorasi secara mendalam

selanjutnya akan menghasilkan suatu kesimpulan yang menjelaskan masalah yang

diteliti. Kegiatan analisa data adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,

memberi kode, dan mengkategorikannya.

Teknik analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-


langkah sebagai berikut :
langkah 1. Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Langkah
ini melibatkan transkripsi wawancara men-scanning materi,
mengetik data lapangan, atau memilah-milah dan menyusun
data tersebut ke dalam jenis yang berbeda tergantung pada
sumber informasi.
langkah 2. Membaca keseluruhan data. Langkah pertama adalah
membangun general sence atas informasi yang diperoleh dan
merefleksikan maknanya secara keseluruhan.
langkah 3. Menganalisis lebih detail dengan meng-coding data. Coding
merupakan proses mengelola materi/informasi menjadi
segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya. Langkah ini
melibatkan beberapa tahap mengambil data tulisan atau
gambar yang telah dikumpulkan selama proses pengumpulan
mensegmentasi kalimat-kalimat (paragraf-paragraf).
langkah 4. Terapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting orang-
orang, kategori-kategori dan tema-tema yang akan dianalisis.
Deskripsi ini melibatkan usaha penyampaian informasi secara
detail mengenai orang-orang, lokasi-lokasi atau peristiwa-
peristiwa dalam setting tertentu.
langkah 5. Menunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan
disajikan kembali dalam narasi/laporan kualitatif.
langkah 6. Terakhir dalam analisis data adalah menginterpretasi atau
memaknai data. Mengajukan pertanyaan seperti “pelajaran apa
yang bisa diambil dari semua ini ?” akan membantu peneliti
mengungkap esensi dari suatu gagasan. 21

20
Ibid., hal, 260
21
Ibid., hal. 254-
255
47
47

Gambar 3.1
Teknik Analisa Data

Menginterpretasi makna tema/

deskripsi

Saling menghubungkan tema/

deskriptif (misalnya, grounded

theory,studi kasus)

Tema Deskripsi

Validasi akurasi
informasi Memberi kode data

(tulisan tangan atau computer)


48

Membaca seluruh data

Menyusun dan mempersiapkan data

untuk analisa

Data mentah (transkrip, catatan

lapangan, gambar, dan sebagainya)

John W. Creswell, Research Design, Pendekatan Met o de Kualitat if, Kuant it atif, dan
Ca mpuran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016, hal. 263.

Anda mungkin juga menyukai