Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pembangunan adalah karya terstruktur yang mempunyai implikasi


luas terhadap kualitas hidup manusia. Hal ini karena konstruksi
pembangunan terdiri atas serangkaian aktivitas yang direncanakan untuk
memajukan kondisi kehidupan manusia. Analogi ini menyiratkan bahwa karya
terstruktur yang dilakukan melalui pembangunan dalam berbagai bidang
kehidupan selama ini, ternyata telah mengantarkan bangsa Indonesia
memasuki milenium ketiga dengan berbagai konsekuensinya. Pembangunan
kesejahteraan sosial sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan
nasional, juga mengambil peran aktif dalam meningkatkan kualitas hidup
bangsa Indonesia. Terdapat indikasi bahwa selama empat tahun belakangan
ini, Indonesia ternyata berhasil menata dan meningkatkan kualitas hidup
rakyat setahap lebih maju dari tatanan kehidupan yang diwarisi
menjelang akhir melienium yang lalu.

Seiring dengan kemajuan di bidang kesejahteraan sosial yang dicapai


dalam kurun waktu empat tahun terakhir ini, disadari pula bahwa
keberhasilan bangsa Indonesia ternyata masih diwarnai aneka permasalahan
sosial yang belum terselesaikan. Sampai saat ini, bangsa Indonesia masih
tetap dihadapkan pada permasalahan, baik masalah yang bersifat primer
maupun akibat/dampak non sosial. yang belum sepenuhnya terjangkau oleh
proses pembangunan kesejahteraan sosial.

Dwi Heru Sukoco (1991) mendefinisikan kesejahteraan sosial


sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraan dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang
untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan di dalam beberapa bidang seperti
kehidupan keluarga dan anak, kesehatan,penyesuaian sosial, waktu
senggang, standar-standar kehidupan, dan hubungan-hubungan sosial.
Pelayanan kesejahteraan sosial memberi perhatian utama terhadap individu-
individu, kelompok-kelompok, komunitas-komunitas, dan kesatuan-
kesatuan penduduk yang lebih luas pelayanan ini mencakup pemeliharaan
atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan.

Pendapat lain tentang kesejahteraan sosial diungkapkan pula oleh


Friedlander dalam Dwi Heru Sukoco(1991) bahwa kesejahteraan sosial
merupakan suatu sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan sosial
dan lembaga-lembaga, yang bermaksud untuk membantu individu-individu
dan kelompok agar mencapai standar kehidupan dan kesehatan yang
memuaskan, serta hubungan perorangan dan sosial yang memungkinkan
mereka mengembangkan segenap kemampuan dan meningkatkan
kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga
maupun masyarakat.

Strategi pembangunan di Indonesia adalah peningkatan pemerataan


pembngunan beserta hasil-hasilnya melalui arah kebijakan pembangunan
sektoral dan kinerja masyarakat terutama dipedesaan. Pembangunan desa
merupakan sebagai subjek pembangunan, dan sebagai gerakan masyarakat
dalam melaksanaan pembangunan yang dilandasi oleh kesadaran untuk
meningkatkan kehidupan yang lebih baik . diketahui bahwa hampir semua
penduduk Indonesia bertempat tinggal dipedesaan. Dengan jumlah
penduduk yang dan komponen alam yang potensial akan mendapatkan
asset melalui alokasi dana desa (ADD) berdasarkan perda pasal 211 ayat 5
pengelolaan keuangan desa tentang anggaran desa dan lembaga desa
dilakukan oleh kepala desa tentang anggaran dan pendapatan serta
belanja daerah, ini diharapkan kesejahteraan dan pembangunan didesa
dapat menjadi kenyataan . apabila alokaisi dana desa diaktifkan secara
intensif dan efektif untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyrakat desa. maka pembangunan pedesaan sebagai sasaran
pembangunan, guna untuk mengurangi berbagai kesenjangan desa dan
kota akan dapat lebih diwujudkan.
Alokasi dana desa (ADD) akan mendorong terlaksananya otonomi
desa, sekaligus sebagai upaya pemberdayaan pemerintah desa dan
masyarakat desa. pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten sebagai
fasilitator, memfasilitasi masyrakat desa agar mampu melaksanakan
pembangunan desanya.

Merealisasikan tujuan pembangunan tersebut, maka segenap


potensi alam harus digali, dikembanagkan dan dimanfaatkan sebaik
mungkin. begitu pula dengan potensi manusia berupa penduduk yang
banyak jumlahnya maka pengetahuan dan keterampilannya, harus
ditingkatkan sehingga mampu menggali, mengembangkan dan
memanfaatkan potensi sistem secara maksimal, dan pelaksanaan program
pembangunan tercapai.Ekonomi Daerah seperti yang telah
rencanakan oleh pemerintah di terapkan dapat mempercepat pertumbuhan
dan pembangunan didesa.

Otonomi Desa secar umum memiliki arti bahwa desa mampu


berinisiatif dan berkreatifitas untuk menjalankan pemerintahannya sendiri
menumbuhkan kinerja masyarakat dalam pembangunan. sehingga desa
memiliki ruang gerak yang luas dalam melaksansakan pembangunan,
karena tidak lagi terbebani program – program pembangunan pemerintah
kabupaten/ kota, provinsi maupun pemerintah pusat. Desa dalam undang –
undang Nomor 32 tahun 2004 memiliki arti bahwa:

“Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang adalah pemerintah desa untuk mengatur dan mngurus
kepentingan masyarkat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam system pemrintahan Negara
kesatuan republik Indonesia”

Keikutsertaan masyarakat desa dalam pembangunan adalah


kesadaran yang tidak muncul dengan sendirinya. kesadaran tersebut harus
dibimbing dan diarahkan sampai mereka bisa mencapai kemandiriannya
sendiri. dengan adanya keterlibatan secara mental dan emosional mulai dari
keterlibatan perumusan kebijakan , pelakssanaan tanggung jawab sampai
pemanfaatan pembangunan akan bisa dirasakan secara merata oleh
masyarakat dan tidak hanya diserap oleh pihak-pihak tertentu.

Pemberdayaan masyarakat desa adalah peningkatan kemampuan


dan kemandirian masyarakat dan meningkatkan taraf hidupnya.
pemberdayaan sendiri merupakan suatu proses yang berjalan terus-
menerus.pemberdayaan masyarakat antara lain dilakukan melalui kinerja
masyarakat. Menurut Widjaja (2002:76) kinerja masyarakat dalam
pelaksanaan otonomi daerah memiliki hubungan yang sangat erat satu sama
lain.keberhasilan otonomi didesa disatu pihak membutuhkan kinerja
masyarakat yang tinggi, di lain pihak, proses otonomi dapat
memeberikan kesempatan dalam menempatkan kekuatan dan sumber daya
menjadi lebih dekat, dan lebih jelas, sehingga mudah diatur oleh
pemerintahan desa. dalam lingkungan dimana budaya masyarakat
sangat rendah, otonomi dapat menjadi langkah awal dalam menciptakan
kesempatan yang bersifat rutin dan teratur bagi interaksi masyarakat.

Semakin melembaganya kinerja masyarakat desa dalam


pembangunan akan bermuara pada swakelola desa secara mandiri.
meskipun, sekedar menempatkan kemampuan masyarakat desa untuk
membiayai pembangunan. dalam konteks pembangunan desa secara
mandiri atau keswadayaan mengandung arti yang lebih luas daripada
sekedar perimbangan tanggung jawab pembiayaan pembangunan.

Memberdayakan masyarakat desa, selain dilakukan reorientasi peran


pemerintah pusat, juga secara sistematis dan konsisten melakukan
penyadaran terhadap mesyarakat desa melalui isu-isu lokal yang sesuai
dengan kebutuhan dan kepentingan mereka. Upaya yang dilakukan lebih
berifat partisipatoris sehingga mampu membutuhkan kemampuan
masyarakat lokal. stategis lain adalah melakukan tekanan secara politik
terhadap institusi-institusi lokal seperti eksekutif, legislatif, dan yudikatif
khususnya yang menyangkut fungsional kinerja mereka. tekanan ini
dilaakukan untuk, mendorong perbaikan pada kinerja institusi – institusi
formal tersebut untuk merespon, merencanakan, dan melaksanakan
aspirasi yang berkembang dikalangan masyarakat.

Aparatur pemerintah harus mampu bekerja secara optimal dalam


menyikapi perubahan tatanan ynag ada untuk meningkatkan kualitas
pelayanan yang prima, pemberdayaan, peningkatan produktivitas dan
kapasitas masyarakat. Aparatur pemerintah sebagai abdi Negara dan abdi
masyarakat memberikan konsekuensi untuk melaksanakan pelayanan
secara professional kepada maysakat, sebab telah terjadi pergeseran
paradigma dimana aparatur pemerintah sebagai agen pembangunan
yang akan lebih berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam proses
pembangunan.Upaya pemerintah yang dilakukan selama ini tampaknya
belum begitu memuaskan banyak pihak , misalnya dalam pemenuhan
kebutuhan dan hal – hal yang terkait dengan sarana dan prasarana
diberbagai daerah di Indonesia termasuk juga di desa .

Sejak tahun 2008 PNPM Mandiri diperluas dengan melibatkan


Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)
untuk mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan
daerah sekitarnya. PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program
pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai
kementerian/sektor dan pemerintah daerah. Pelaksanaan Program
Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) sejak 2008
juga dilakukan pada desa-desa tertinggal. Dengan pengintegrasian berbagai
program pemberdayaan masyarakat ke dalam kerangka kebijakan Program
Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), cakupan
penanggulangan kemiskinan diharapkan dapat efektif dan efisien.

Pemerintah mencanangkan proses pemberdayaan dalam program


PISEW dilaksanakan sekurang-kurangnya hingga tahun 2015. Hal ini sejalan
dengan target waktu pencapaian tujuan pembangunan milenium atau
Millennium Development Goals (MDGs). Pelaksanaan PISEW yang
berdasar pada indikator-indikator keberhasilan yang terukur akan membantu
Indonesia mewujudkan pencapaian target- target MDGs tersebut.

Berdasarkan pada latar belakang tersebut, PISEW sebagai salah satu


program pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan, maka perlu
dilakukan penelitian tentang bagaimana Pengaruh Program PISEW terhadap
Kesejahteraan Masyarakat di salah satu tempat di Indonesia. Penelitian
tersebut akan dititikberatkan pada sampai sejauhmana dampak program
tersebut, sebab masyarakat dalam program ini bukan lagi sebagai obyek
penanggulangan kemiskinan, sebaliknya harus menjadi subyek upaya
penanggulangan kemiskinan di daerahnya.

Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut maka peneliti merasa


tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Dampak Sosial
Ekonomi Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi
Wilayah (PISEW) Dalam Kehidupan Masyarakat Desa Watuondo dan
Desa Bangun Mekar Kecamatan Wawonii Timur Laut, Kabupaten
Konawe Kepulauan.

I.2 Rumusan Masalah

Dari deskripsi yang telah dipaparkan pada bagian latar belakang di


atas, maka untuk mempermudah proses penelitian guna menghindari
pembahasan yang terlalu meluas diperlukan adanya perumusan masalah
sebagai berikut : Bagaimana dampak Program PISEW terhadap Sosial
Ekonomi Masyarakat Desa Watuondo dan Desa Bangun Mekar
Kecamatan Wawonii Timur Laut, Kabupaten Konawe Kepulauan.
I.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk dapat mengetahui dan menganalisis dampak Program PISEW


terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Watuondo dan Desa Bangun
Mekar Kecamatan Wawonii Timur Laut, Kabupaten Konawe Kepulauan
2. Untuk mengetahui hambatan pelaksanaan Program PISEW terhadap
Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Watuondo dan Desa Bangun Mekar
Kecamatan Wawonii Timur Laut, Kabupaten Konawe Kepulauan.

I.4 Batasan Penelitian

Pada penelitian ini hanya berfokus pada pembahasan terkait dampak


Program PISEW terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Watuondo
dan Desa Bangun Mekar Kecamatan Wawonii Timur Laut, Kabupaten
Konawe Kepulauan.

Anda mungkin juga menyukai