Partisipasi masyarakat merupakan bentuk partisipasi anggota masyarakat dalam setiap kegiatan
pembangunan, termasuk kegiatan perencanaan dan pelaksanaan dalam program pembangunan.
Keterlibatan masyarakat dalam bentuk partisipasi mendukung keberhasilan program yang diberikan
pemerintah. Pelaksanaan pembangunan sendiri dilakukan oleh pemerintah Desa Sababilah,
Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan tanpa adanya bantuan individu
masyarakat, khususnya dalam bentuk materi (dana), dimana masyarakat hanya memberikan
dukungan dalam bentuk tenaga kerja. Selain itu, manfaatnya bagi pembangunan ini dapat dicek
dengan hasil proyek pembangunan di Desa Sababilah, Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito
Selatan yang telah membawa manfaat besar bagi masyarakat setempat. Dan masyarakat juga
dilibatkan dalam memantau dan mengevaluasi hasil pembangunan. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Sababilah, Kecamatan Dusun
Selatan, Kabupaten Barito Selatan. Kajian ini menunjukkan bahwa evaluasi terhadap partisipasi
masyarakat dalam pengembangan di Desa Sababilah, Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito
Selatan dapat dilakukan, meskipun demikian diperlukan evaluasi terhadap pembangunan di Desa
Sababilah, Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan agar dapat diselesaikan dengan
baik.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan bertujuan menciptakan perubahan yang berkelanjutan menuju kemajuan yang lebih baik.
Dengan mencapai progres pembangunan, perlu mendorong pemerataan hasil pembangunan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat, merangsang inisiatif dan partisipasi aktif masyarakat, serta mengoptimalkan pemanfaatan
sumber daya daerah secara terpadu. Otonomi daerah, yang dinamis, harmonis, bertanggung jawab, dan
memperkuat solidaritas serta persatuan bangsa, menjadi kunci dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang ini menegaskan bahwa tujuan pemerintah daerah
adalah mempercepat kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan dan partisipasi aktif masyarakat
sebagai fondasi utama pembangunan di tingkat daerah.
Untuk mencapai pembangunan tersebut, selain masyarakat sebagai pemangku kepentingan utama,
pemerintah juga harus memberikan bimbingan dan nasehat. Dalam hal ini tidak bisa dilakukan oleh satu instansi
saja, namun tentunya akan dilakukan oleh beberapa instansi terkait.
Karena suatu lembaga tidak dapat memberikan bimbingan dan arahan serta dapat melibatkan banyak
lembaga, maka dalam hal ini perlu adanya kesatuan pendapat di antara lembaga-lembaga yang terlibat. Jika hal
ini tidak dilakukan, kemungkinan besar arah dan fokusnya tidak akan sama, dan proses pembangunan tidak akan
mencapai tujuan yang diharapkan.
Suksesnya suatu program pembangunan tidak hanya tergantung pada keterampilan pemerintah,
melainkan juga pada keterlibatan masyarakat dalam menjalankan program tersebut. Ndraha (dalam Huraerah,
2011: 110) mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat dalam setiap fase pembangunan, mulai dari
perencanaan hingga evaluasi, sangat penting. Oleh karena itu, peran masyarakat dalam pembangunan desa
memiliki nilai strategis, baik dalam sektor pembangunan maupun tata pemerintahan.
Dalam Konteks Keputusan Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, terdapat pembatasan
kekuasaan pemerintah daerah namun memberikan otonomi pada tingkat desa. Undang-undang ini terbagi
menjadi tiga bagian yang terkait dengan pemerintahan daerah, pemilihan umum pemerintah daerah, dan
pemerintahan tingkat desa.
Pembangunan desa dapat dibagi menjadi dua tahap, yakni pembangunan fisik dan non-materi. Kedua
tahap ini saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Aspek material mencakup lingkungan (namure) dan struktur
fisik (shell), sedangkan aspek non-materi melibatkan manusia (people), jaringan (network), dan masyarakat
(Doxiadis, 1968 dalam Soetomo, 2009).
Penelitian ini mengkaji partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa Sababilah, dengan fokus pada
faktor pendukung dan penghambat. Tujuan penelitian adalah menggambarkan partisipasi masyarakat dalam
proses pembangunan di desa Sababilah, kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan. Penelitian ini
diharapkan memberikan panduan untuk meningkatkan pembangunan di wilayah tersebut, serta kontribusi
teoritis dalam pengembangan ilmu pengetahuan pemerintahan, khususnya terkait otonomi daerah dan
pemerintahan tingkat desa.
Bhattacharyya (dalam Supriatna, 1985: -30) menyatakan bahwa menurut literatur, partisipasi merujuk
pada ikut serta dalam kegiatan bersama. Sementara menurut Davis (dalam Ndraha, 1987: -37), partisipasi
diartikan sebagai rangsangan mental dan emosional yang memotivasi individu untuk mencapai tujuan bersama
dan bertanggung jawab secara kolektif.
Partisipasi
Masyarakat memiliki peran yang sangat krusial dalam mendorong pembangunan yang lebih tepat
sasaran dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Menurut Conyers (dalam Solekhan, 2014: 141), terdapat tiga
alasan utama mengapa partisipasi masyarakat begitu vital dalam pembangunan:
a. Partisipasi masyarakat menjadi sarana penting untuk mengumpulkan informasi mengenai kondisi, kebutuhan,
dan pandangan masyarakat setempat. Tanpa keterlibatan mereka, suatu proyek pembangunan dapat mengalami
kegagalan.
b. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap program atau proyek pembangunan akan meningkat jika mereka
merasa terlibat dalam proses perencanaan dan persiapan. Hal ini karena mereka akan memiliki pemahaman lebih
mendalam tentang rincian proyek dan memiliki pandangan tentang bagaimana mengambil tanggung jawab
terhadap suatu proyek tertentu.
c. Dari perspektif demokrasi, partisipasi adalah hak masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan.
Keberadaan partisipasi masyarakat dalam pembangunan tidak dapat dipertanyakan. Selain manfaat di atas,
partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan dapat membentuk pemerintahan desa yang bertanggung jawab,
terbuka, demokratis, akuntabel, dan transparan.
Desa
Menurut Keputusan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah : “Desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah dan mempunyai hak untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, atas dasar pengakuan masyarakat. Mengakui dan menghormati asal-usul serta
bea cukai. dalam sistem pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia”.
Pemerintahan Desa
Menurut Pasal 1 Ayat 6 Bab 1 UU No. 72 Tahun 2005, khusus untuk pemerintahan desa, yang
dimaksud sebagai pemerintahan desa dan badan permusyawaratan desa, mereka bertugas melaksanakan fungsi
pemerintahan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat. Pemerintahan daerah ini berlandaskan
pada asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan
Republik Indonesia.
Kepala Desa
Kepala Desa memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa sesuai kebijakan yang disepakati bersama Badan
Pertimbangan Desa.
1. Inisiatif/Pemrakarsa
Inisiatif adalah sikap orang yang pertama kali mencoba suatu hal. Dengan demikian, Kepala Desa di sini
berperan sebagai pemrakarsa, mengambil langkah awal untuk mengajak masyarakat bersatu demi
pembangunan dan kemajuan desa.
2. Motivasi/Motivator
Motivasi merupakan dorongan, rangsangan, atau pengaruh yang mendorong individu untuk menaati,
berpromosi dengan sungguh-sungguh, wajar, dan penuh tanggung jawab. Kepala Desa sebagai korektor
bertugas menggerakkan masyarakat desanya agar berperan aktif dalam pembangunan desa atau urusan lain
yang berkaitan.
3. Fasilitator
Sebagai fasilitator, Kepala Desa membantu memperlancar proses komunikasi di antara masyarakat,
memahami, dan memecahkan masalah bersama. Fasilitator di sini dapat berperan sebagai pegawai terlatih
atau berpengalaman dengan keterampilan teknis yang signifikan, mendukung masyarakat dan aparat desa
tanpa memberikan pelatihan, bimbingan, nasihat, atau pendapat.
4. Mobilisasi/Mobilisator
Mobilisator adalah sosok yang memimpin atau menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang berkaitan
dengan pembangunan demi kepentingan bersama. Kepala Desa sebagai penggerak mengajak masyarakat
untuk bersama-sama melakukan tindakan tertentu, seperti gotong royong atau perbaikan tempat umum.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Pemerintahan Desa, Bab IV Ayat 2 Pasal
14 mengatur bahwa Kepala Desa memiliki peran sebagai penyelenggara dan penanggung jawab utama dalam
bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Dalam menjalankan tugasnya, Kepala Desa memiliki
fungsi, antara lain:
a. Menggerakkan potensi masyarakat.
b. Melaksanakan tugas dari pemerintah atasannya.
c. Menjamin partisipasi kegiatan pemerintahan desa.
d. Melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya di bidang pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan.
Tugas Kepala Desa Sebagai Pemimpin
Kepala desa perlu memiliki kapasitas, bakat, keterampilan, dan sifat kepemimpinan. Selain itu, mereka
harus mampu melaksanakan kegiatan, mengoordinasikan fungsi, serta memahami peran dan tanggung jawab
mereka. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Kepala Desa harus memiliki semua sifat dan syarat sebagai
seorang pemimpin untuk berhasil melaksanakan program pembangunan di desanya.
Pembangunan
Pembangunan dapat diartikan sebagai serangkaian usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengubah
dan memodernisasi bangsa, negara, dan pemerintahan.
Pembangunan Desa Secara Partisipasi
Menurut Irawan dan M.Supammoko (2002: 201), pengembangan masyarakat desa merupakan suatu
proses di mana masyarakat bekerja bersama aparat pemerintah untuk meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, dan
aspek budaya masyarakatnya guna mencapai integrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
BAB II
METODE PENELITIAN
Metode dalam penelitian merupakan serangkaian tata cara, langkah-langkah, dan pendekatan yang
harus diterapkan dalam konteks penelitian ilmiah. Hal ini melibatkan proses pengumpulan dan penyusunan data
untuk membuktikan serta memverifikasi keasliannya. Penelitian ini mengadopsi pendekatan kualitatif, yang
menurut Lexy J. Moleong (2006:6), bertujuan memahami berbagai fenomena yang dialami oleh subjek
penelitian, seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara komprehensif dan deskriptif dalam
konteks penelitian. Bentuk kata dan bahasa digunakan dalam konteks alam tertentu dengan menerapkan
berbagai metode alam.
Miles dan Huberman (2007: 181) mengemukakan bahwa analisis data melibatkan empat unsur utama,
yaitu:
a. Pengumpulan Data
b. Reduksi Data
c. Penyajian Data
d. Verifikasi Data
Tujuan penelitian sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005
adalah untuk mengkaji desa, yang disebut juga dengan nama lain, sebagai kesatuan masyarakat hukum. Desa
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat.
Kewenangan ini didasarkan pada asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Khusus Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa.
PEMBAHASAN
Fasilitasi Perencanaan dana
Keberhasilan suatu proyek pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan. Selain itu,
mengembangkan rencana mutu memerlukan koordinasi berbagai pihak. Apabila pembangunan dilakukan di
tingkat desa, kepala desa menjadi pihak yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan koordinasi. Sebagai
pemimpin tertinggi desa, kepala desa harus mampu dan benar-benar bertanggung jawab dalam melaksanakan
pembangunan. Untuk mencapai tujuan pembangunan, kepala desa perlu berkoordinasi dengan instansi desa
terkait dan mengintegrasikannya dengan masyarakat desa Sababilah melalui diskusi.
Kepala desa juga harus terus berkoordinasi dengan bawahannya untuk merumuskan rencana
pembangunan dan melaksanakannya melalui musyawarah (Musrenbangdes). Dalam proses
perencanaan pembangunan, kepala desa langsung menghubungi sekretariat surat desa untuk menyusun
surat undangan. Setelah itu, kepala desa menghubungi RT dan mengeluarkan undangan untuk
musyawarah.
Selain mengurus undangan, kepala desa juga memfasilitasi perencanaan dengan menyediakan tempat
musyawarah (Musrenbangdes). Setelah pembahasan usulan-usulan, rencana tersebut disetujui oleh Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dan diikuti oleh penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Desa (RKA), serta
Dokumen Pelaksanaan Anggaran Desa (DPA) menggunakan aplikasi bernama TIM SISKEUDES (Sistem
Keuangan Desa).
Kemudian, Pemerintah Desa mengajukan permohonan penyaluran dana desa yang diberikan oleh
Kepala Desa dengan persetujuan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Kepala desa Sababilah membuat
Alokasi Dana Desa (ADD) berdasarkan RKA dan DPA. Selanjutnya, kepala desa mengoordinasikan alokasi
dana desa (ADD) dengan pihak kecamatan. Hasil penelaahan tim verifikasi dan peninjauan persyaratan
pendaftaran alokasi dana desa (ADD) Tahap 1 ditandatangani oleh ketua tim verifikasi alokasi dana desa
(ADD), yaitu Bendahara Daerah kecamatan Dusun Selatan.
Camat kemudian memberikan rekomendasi pencairan Alokasi Dana Desa (ADD) Tahap 1 kepada
Bupati Barito Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPENNAS) Kabupaten Barito
Selatan dan Sekretariat Daerah Kabupaten Barito Selatan untuk melengkapi pencatatan LEBIH LANJUT.
Setelah memenuhi semua syarat, Anda akan langsung dibawa ke Kabupaten Barito Selatan. Begitu pula dengan
proses pencairan Alokasi Dana Desa (ADD) tingkat desa tahap 2. Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (BAPENNAS) kemudian memeriksa dan mempertimbangkan pemenuhan persyaratan. Setelah
diterima, lengkapi syarat-syarat terlampir.
3. Fotokopi Rencana Kegiatan dan Anggaran Desa (RKA),dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Desa
(DPA)
4. Rekening Desa
6. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kepala Desa dan Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Bendahara
Desa
Dalam proses pencairan dana, terdapat dua periode, yaitu Tahap 1 (Satu) Alokasi Dana Desa (ADD)
dan Tahap 2 (Dua) Alokasi Dana Desa (ADD). Pencairan ADD Tahap 2 terjadi pada tanggal 30 Januari 2022.
Saat ini, pencairan ADD Tahap 2 sedang berlangsung. Penting untuk dicatat bahwa besaran anggaran untuk
pencairan ADD Desa pada Tahap 1 dan Tahap 2 berbeda.
Implementasi Kepala Desa memegang peranan kunci dalam kesuksesan pelaksanaan pembangunan.
Kepala Desa bertanggung jawab atas pembangunan desa, yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat untuk
mendukung keberhasilan pembangunan yang direncanakan melalui musyawarah. Untuk melaksanakan
pembangunan, diperlukan rapat dan pembentukan tim panitia pelaksana pembangunan. Tim panitia ini akan
langsung melaksanakan proses pembangunan sesuai hasil kesepakatan rapat, serta dapat
mempertanggungjawabkan jalannya pembangunan desa.
Dengan pembentukan tim panitia pelaksana pembangunan, proses pembangunan dapat terkoordinir
dengan baik. Kepala Desa merinci kegiatan pembangunan, termasuk Rencana Anggaran dan Biaya (RAB)
sebesar 10% untuk biaya survey, honor tim, desain (gambar, dokumentasi, pelaporan), dan 90% untuk fisik
pembangunan, termasuk bahan, ongkos tukang, dan potongan pajak sebesar 12,5% dari total anggaran.
Pemanfaatan hasil perencanaan dan pelaksanaan pembangunan menjadi kunci penting. Proses
pemanfaatan harus dilakukan dengan optimal untuk memberikan manfaat yang nyata bagi kemajuan desa.
Pembangunan harus difungsikan secara efektif untuk meningkatkan kesejahteraan desa.
Pembuatan beton jalan desa di Sababilah bertujuan untuk memudahkan warga dalam menggunakan
jalan beton desa tersebut, karena saat ini jalan desa tersebut banyak digunakan oleh warga desa Sababilah untuk
melintasinya dengan sebaik-baiknya baik dengan berjalan kaki. atau dengan sepeda/sepeda motor atau dengan
mobil.
2. Masjid
Pembangunan Masjid Al-Ikhlas di Desa Sababilah. Ini adalah tempat ibadah bagi seluruh umat Islam.
Ini adalah seruan kepada umat beragama islam untuk mengikuti perintah iman.
Bahkan bagi warga Desa Sababilah yang beragama Islam dan masih mengamalkan, masjid tetap digunakan,
dikelola dan dinikmati masyarakat dengan sebaik-baiknya. Sangat baik untuk memperdalam ilmu
agama.Termasuk pengajian, merayakan hari-hari penting umat Islam, dan lain-lain.
3. Gapura batas Desa
Gerbang tersebut berbatasan dengan jalan pedesaan menuju desa Tetangga. Hal tersebut merupakan
salah satu wujud wujud keinginan warga Desa Sababilah. Untuk mengetahui batas-batas jalan
pedesaan, tujuannya ke depan adalah agar tidak terjadi konflik dengan batas-batas jalan pedesaan
lainnya yang ada di Kecamatan Dusun Selatan. Pagar pembatas pedesaan masih digunakan, berfungsi
dan dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.
4. Pembangunan Gorong-gorong dan Saluran Irigasi.
Dari saluran irigasi yang ada di RT 5 saluran masih termanfaatkan, dikelola dan berfungsi
maksimal.Apabila terdapat saluran irigasi, tujuannya adalah untuk menghindari banjir akibat curah
hujan yang sangat deras.
5. Pembuatan Toilet umum
Pembangunan Toilet umum di seluruh kelurahan RT ini berkat pelaksanaan pekerjaan yang sangat
baik. Tujuannya agar warga atau pengunjung dari luar desa tidak mengalami kebingungan akibat
berulang kali buang air besar atau kecil saat berkendaraan melintasi diarea desa. Toilet umum ini
masih beroperasi, berfungsi dan dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.
6. Pembaharuan warna Pagar Balai Desa
Cat ulang warna pagar Balai Desa Sababilah agar tidak terlihat kusam. Sampai saat ini
bangunan tersebut masih digunakan, digunakan dan berfungsi. Hal ini terlihat melalui observasi
langsung penulis yang didampingi oleh Sekretaris Desa Sababilah Bapak Idariansyah. Pemagaran di
sekitar balai kota dimaksudkan untuk mencegah warga desa Sababilah meninggalkan hewan
ternaknya tanpa pengawasan. Hal ini mencegah hewan ternak menyebarkan kotorannya di kantor
desa.
7. Aktivitas Pelatihan Produksi Pupuk Organik
Pelatihan produksi pupuk organik untuk seluruh warga desa sababilah memberikan dampak
positif. Diharapkan dengan hasil tersebut, masyarakat selalu bersatu untuk meningkatkan pertanian
pedesaan dan tidak segan-segan menanggulangi hama dan penyakit yang ada. Itu masih digunakan,
berfungsi dan memberikan kinerja terbaik.
8. Sarana Olah raga
Sarana olah raga yang ada di Desa Sababilah memberikan dampak yang sangat positif bagi
warga Desa Sababilah. Merupakan salah satu kegiatan olah raga yang bertujuan untuk mempersatukan
dan mempererat suku dan tradisi budaya warga desa Sababilah tanpa diskriminasi. Selain itu, sarana
olahraga juga dapat menyembuhkan masyarakat melalui aktivitas fisik. Sarana olah raga tersebut
masih digunakan, dikelola dan difungsikan hingga saat ini.
Oleh karena itu, untuk mencapai pembangunan yang berhasil, perlu terus berkoordinasi dengan instansi
desa terkait dan menyosialisasikannya kepada masyarakat desa Sababilah melalui diskusi. Justifikasi, analisis,
dan acuan perlu disajikan sebagai dasar untuk mengambil tindakan partisipatif dan bertanggung jawab guna
menghindari kesewenang-wenangan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan
pengembangan tindak lanjut pembangunan desa.
Kepala desa juga diharapkan berperan sebagai stimulator atau penantang, mendorong masyarakat untuk
mengeluarkan ide dan mengoptimalkan potensi serta kapasitas mereka dalam mendukung pembangunan. Dalam
koordinasi pembangunan, pemerintah desa perlu menghadapi faktor pendukung dan penghambat untuk
memastikan kelancaran proses pembangunan desa secara efektif.
Faktor Pendukung:
➤ Sumber Daya Aparatur Desa: Aparat desa menunjukkan disiplin tinggi dalam memberikan pelayanan yang
baik dan secara konsisten mengkoordinasikan pelaksanaan pembangunan. Mereka juga berinteraksi langsung
dengan semua instansi terkait program desa dan masyarakat.
➤ Partisipasi Masyarakat: Kesadaran masyarakat menjadi pendorong utama, dengan kemauan, kapasitas,
kesiapan, motivasi, kesadaran, kerjasama, dan wawasan yang melekat pada anggota masyarakat. Mereka
menyadari pentingnya pembangunan, memperkuat motivasi untuk berpartisipasi.
➤ Sumber Dana: Pemerintah daerah dan pusat mengimplementasikan kebijakan alokasi untuk anggaran desa,
seperti Alokasi Dana Desa (ADD), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), dan Badan Usaha
Milik Desa. Hal ini bertujuan untuk memastikan pemanfaatan dana desa secara optimal.
Faktor Penghambat:
➤ Sumber Pendanaan dan Sarana Prasarana: Keterbatasan sumber daya keuangan dan kurangnya infrastruktur
merupakan hambatan utama. Desa Sababilah, yang terletak di wilayah Kecamatan Dusun Selatan,
menghadapi kendala aksesibilitas karena jarak yang jauh dari pusat pemerintahan. Keterbatasan sarana dan
prasarana juga menjadi faktor penghambat.
➤ Sumber Daya Manusia (SDM): Terorganisirnya SDM menjadi tantangan, dengan keberadaan desa yang sulit
dijangkau dan kondisi cuaca yang tidak menentu. Hal ini mempersulit pelaksanaan pembangunan dan
koordinasi antar instansi terkait.
➤ Kondisi Geografis: Letak desa yang terpencil, hanya dapat diakses melalui sungai dan jalan raya yang rentan
mengalami kerusakan parah, menjadi penghambat utama untuk distribusi dan mobilitas dalam mendukung
pembangunan.