Anda di halaman 1dari 8

Landasan BOOK REPORT

Landasan
Pendidikan
Pendidikan

Kampus UIKA Bogor Jl. K.H. Sholeh Iskandar Km. 2 Kedung Badak,
Kota Bogor 16162, Jawa Barat – Indonesia. Telp./ Fax. (0251) 8356884
email: mail@uika-bogor.ac.id
Nama : Hilma Nuraeni
NPM / Prodi : 201102020834 / Pendidikan Masyarakat
Judul buku : Landasan Pendidikan
Penulis : Dr. Durotul Yatimah, M.Pd
Penerbit : CV. Alumgadan Mandiri Jakarta
Tempat & tahun terbit: Jakarta, 2017
Ringkasan buku :
No BAB / Subab / Bagian Butir – butir Penting / Menarik
1. 1 / Pendahuluan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu :
memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan)
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Adapun
pengertian pendidikan menurut para ahli seperti menurut
John Dewey dalam buku Democracy and Education
(1950:89-90). Pendidikan adalah rekonstruksi atau
reorganisasi pengalaman yang menambah makna
pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk
mengarahkan pengalaman selanjutnya. Selain itu, pada
pasal 1 ayat 1 UU No/20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pendidikan diartikan sebagai : “suatu
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”
Pemerintah Indonesia pun telah menyatakan bahwa
setiap warga Negara berhak untuk mendapatkan
pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada UU Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 5, yang dimana
dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap warga negara
dalam keadaan apapun kondisinya, baik yang memiliki
fisik normal maupun yang memiliki kelainan fisik dan
keterbelakangan mental, semua memiliki hak yang sama
untuk mendapatkan layanan pendidikan yang optimal.
Kegiatan mendidik dan mengajar yang dilakukan oleh
pendidik dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta
didik disebut kegiatan pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran, pendidik melakukan transfer ilmu,
pengetahuan, keterampilan, memberikan stimulus dan
motivasi melalui dialog, diskusi, keteladanan, nasihat,
bimbingan,arahan, atau hal-hal yang dapat ditangkap
pancaindra peserta didik,sehingga terjadi kegiatan belajar
pada peserta didik. Pendidikan bukan hanya berlangsung
di sekolah. Pendidikan akan dimulai segera setelah anak
lahir dan akan berlangsung sampai manusia meninggal
dunia, sepanjang ia mampu menerima pengaruh-pengaruh.
Obyek-objek ilmu pendidikan itu adalah peserta didik,
pendidik, tujuan pendidikan, orang tua, materi pendidikan,
metode dan alat pendidikan, sekolah/ lembaga
pendidikan, dan lingkungan pendidikan.
2. 2 / Proses Pendidikan Proses pendidikan menurut pedagogik berlangsung sejak
anak lahir sampai anak mencapai dewasa. Pendidik dalam
hal ini bisa orang tua dan/atau guru yang fungsinya
sebagai pengganti orang tua, membimbing anak yang
belum dewasa mengantarkannya untuk dapat hidup
mandiri, agar anak dapat menjadi dirinya sendiri. proses
pendidikan itu merupakan kegiatan sosial atau pergaulan
antara pendidik dengan peserta didik dengan
menggunakan isi atau materi pendidikan, metode, dan alat
pendidikan tertentu yang berlangsung dalam suatu
lingkungan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Menurut UNESCO pendidikan yang
berkelanjutan (seumur hidup) dilaksanakan berdasarkan
empat pilar proses pembelajaran, yaitu:
1)Learning to know (Belajar untuk
menguasai..pengetahuan)
2)Learning to do (Belajar untuk menguasai keterampilan )
3)Learning to be (Belajar untuk mengembangkan diri)
4)Learning to live together (Belajar untuk hidup
bermasyarakat)
Proses Pendidikan bukanlah pembentukan seseorang.
Pendidikan bersifat normative karenanya tujuan, isi,
cara dan alat pendidikan yang digunakan pendidik
semuanya harus diarahkan untuk membimbing anak
ke arah kedewasaan. Selain itu, dalam pergaulan
pendidikan, pendidik harus pula memperhatikan dan
mempertimbangkan aspek pribadi anak didik. Apakah
karakteristik anak didik berkenaan dengan keenakannya,
minat, bakat, kemampuan.
Dalam proses pendidikan peranan pendidik bukanlah
membentuk pribadi peserta didik, melainkan memberikan
bantuan atau memberikan tuntunan agar peserta didik
tumbuh dan berkembang sesuai dengan kekuatan lahir-
batinnya atau kodrat alamnya.
M.J. Langeveld (1980) mengemukakan 2 ciri
(karakteristik) pergaulan yang mengandung situasi
pendidikan dalam rangka proses pendidikan, yaitu bahwa
dalam pergaulan orang berusaha mempengaruhi, dan
pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang
diciptakan oleh orang dewasa, seperti sekolah, buku,
peraturan, pola hidup sehari-hari, dan sebagainya) yang
ditujukan kepada anak agar mencapai kedewasaan.dalam
situasi pendidikan yang terjadi dalam pergaulan antara
orang dewasa (pendidik) dengan anak didik (orang yang
belum dewasa atau peserta didik) pada awalnya tanggung
jawab berada pada orang dewasa Pendidik). Namun,
seiring dengan perkembangan kedewasaan anak didik,
lambat laun tanggung jawab itu dialihkan oleh pendidik
kepada anak didik. Sebaiknya, lambat laun anak didik pun
berusaha merebut atau menerima tanggung jawab tersebut.
Akhirnya, anak tidak lagi tergantung kepada pendidik, ia
akhirnya mampu berdiri sendiri (dewasa).
3. 3 / Aliran – aliran Baru Ada dua jenis aliran pendidikan yang pada hakekatnya
dalam Pelaksanaan bersifat non formal yang menjadi aliran pokok pendidikan
Pendidikan di nasional.
Indonesia. 1. Taman Siswa
Latar belakang pendirian dan kepentingan pendirian
pendidikan di lingkungan Taman Siswa ditujukan untuk
semua suku bangsa secara umum tanpa melihat ras, suku,
daerah, wilayah, keyakinan, dan keagamaan, atau
golongan tertentu. Pendidikan Taman Siswa ini didirikan
oleh seorang bangsawan dari Yogyakarta bernama RM.
Suwardi Suryaningrat, yang dimana pada tanggal 23
pebruari 1928 berganti nama menjadi Kihajar Dewantara.
Pada tahun 1912, Ki Hajar Dewantara dan Dr. Sucipto
Mangunkusuma mendirikan komite Bumiputera, yang
ternyata malah dianggap bahaya. Ki Hajar Dewantara
mengeksternir diri ke negeri Belanda selama 4 tahun, dan
ditempat inilah ia mendapatkan kesempatan untuk
mempelajari masalah pendidikan dan pengajaran, lalu
kembali pulang ke tanah air. Karena semakin kejamnya
pemerintah Belanda terhadap rakyat Indonesia, maka Ki
Hajar Dewantara meninggalkan medan perang, dan mulai
memasuki medan pendidikan dan pengajaran.
Setelah satu tahun mengajar di Adhidarma
Kihajar Dewantara mendirikan sekolah yang sesuai
dengan cita-citanya sendiri (3 Juli !922) dengan nama
“Natinal Onderwisj Institut Taman Siswa” yang kelak
diubah menjadi Perguruan Kebangsaan Taman Siswa.
Adapun rintangan yang dihadapi oleh ia adalah terkenanya
pajak rumah dan juga ordonisasi, namun hal itu berhasil
dibantah dan tidak terjadi. Taman siswa terkena lagi
peraturan tentang tunjangan anak yang mulai tahun ini
hanya diberikan kepada pegawai negeri yang anaknya
bersekolah pada sekolah negeri,sekolah partikelir
mendapatkan subsidi,sekolah-sekolah lain yang dapat hak
memakai salah satu nama sekolah negeri, misalnya HIS,
Voolks Schooldan sebagainya. Perjuangan lainnya adalah
menentang Pajak Upah yang diberlakukan tahun 1935.
Namun, lagi dan lagi Ki Hajar Dewantara berhasil
menentang hal tersebut.
Perguruan Kebangsaan taman Siswa mempunyai tujuh
asas perjuangan untuk menghadapi pemerintah colonial
Belanda serta sekaligus untuk mempertahankan
kelangsungan hidup bersifat nasional, dan demokrasi.
Dalam perkembangan selanjutnya Taman siswa
melengkapi “ Asas 1922” tersebut dengan “ Dasar-dasar
1947 “ yang disebut pula “ Panca Dharma “ yaitu :
1) Asas Kemerdekaan
2) Asas Kodrat Alam
3) Asas Kebudayaan
4) Asas Kebangsaan
5) Asas Kemanusiaan
Upaya – upaya pendidikan yang dilakukan Taman
Siswa diantaranya, menyelenggarakan tugas pendidikan
dalam bentuk perguruan dari tingkat dasar sampai tingkat
tinggi. mengikuti dan mempelajari perkembangan dunia di
luar Taman Siswa, dan lainnya. Adapun hasil – hasil yang
dicapai ialah pemikiran tentang pendidikan nasional,
lembaga – lembaga pendidikan dari Taman Indria sampai
dengan Sarjana Wiyata, dan sejumlah besar alumni
perguruan.
2. Ruang pendidik INS Kayu Tanam.
Ruang pendidik INS (Indonesia Nederlandsche
School) didirikan oleh Mohammad Sjafei (lahir di Matan,
Kalbar tahun 1895) pada tanggal 31 Oktober 1926 di
Kayu Tanam (Sumatera Barat). Setelah kemerdekaan
Indonesia, Moh. Sjafei mengembangkan asas-asas
pendidikan INS menjadi dasar-dasar pendidikan Republik
Indonesia.
1) Berpikir logis dan rasional.
2) Keaktifan atau kegiatan.
3) Pendidikan masyarakat.
4) Memperhatikan pembawaan anak.
5) Menentang intelektualisme.
Tujuan Ruang Pendidik INS kayu Tanam adalah
mendidik rakyat ke arah kemerdekaan, memberi
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan
masih banyak lainnya. Usaha – usahanya pun seperti
memantapkan dan menyebarluaskan gagasan –
gagasannya tentang pendidikan nasional, dan banyak lagi.
Adapun hasil yang dicapai oleh ruang pendidik INS Kayu
Tanam ialah mengupayakan gagasan – gagasan tentang
pendidikan nasional (terutama pendidikan keterampilan /
kerajinan), beberapa ruang pendidikan ( jenjang
persekolahan ), dan sejumlah alumni.
4. 4 / Permasalahan – Permasalahan tidak meratanya layanan yang dapat
permasalahan diberikan oleh dunia pendidikan, merupakan factor
Pendidikan. penting. Faktor pemerataan pendidikan, berarti factor
peluang setiap orang untuk mendapatkan haknya yaitu
mendapat pendidikan yang setinggi-tingginya dan dengan
kualitas pendidikan yang sebaik-baiknya. Semenjak awal
kemerdekaan hingga tahun 1970an, pertumbuhan
penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan sekitar
3-4 juta jiwa per tahun. Hal ini tentu akan berpengaruh
pada kenaikan jumlah peserta didik. Implikasinya adalah
semua komponen yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pendidikan mengalami kenaikan. Permasalahan di atas
semakin membesar, ketika meningkatnya jumlah
penduduk tersebut tidak diimbangi oleh peningkatan
kualitas hidup masyarakat, dimana angka kecukupan gizi
masih menjadi permasalahan utama seperti terjadi pada
sebagian besar kelompok masyarakat berpendapatan
rendah.
Masalah rendahnya mutu layanan pendidikan pada
sebagian besar masyarakat Indonesia, selain berdampak
negative pada prospek peningkatan kualitas SDM, juga
menjadi beban tersendiri bagi masyarakat. pendidikan
yang berkuaitas hanya dapat dijangkau oleh sekelompok
elit masyarakat yang memiliki kemampuan secara
finansial. Dampak dari pendidikan yang tidak berkualitas
tersebut diantaranya adalah rendahnya tingkat relevansi
antara kualitas hasil belajar siswa dengan tuntutan
kebutuhan masyarakat. Faktor-faktor yang berkaitan
dengan rendahnya relevansi
a) Rendahnya kemampuan menguasai Life Skill yang
relevan.
b) Rendahnya relevansi pendidikan dengan potensi
daerah.
c) Rendahnya kemitraan dengan dunia usaha / dunia
industri.
d) Rendahnya efektivitas pendidikan.
e) Rendahnya efisiensi pendidikan.
Solusinya apabila kita ingin meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara tentang
standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya
setelah melewati proses untuk menentukan standar yang
akan diambil. Dunia pendidikan terus berudah.
Kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat terus-
menertus berbenah apalagi di dalam dunia terbuka yaitu di
dalam dunia modern dalam era globalisasi.
5. 5 / Landasan Secara leksikal landasan berarti tumpuan, dasar atau alas
Pendidikan karena itu landasan merupakan tempat bertumpu, titik
tolak atau dasar pijakan. Landasan yang bersifat
konseptual identik dengan asumsi. Pendidikan merupakan
kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau lembaga
dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Kegiatan bantuan dalam pendidikan dapat berupa
pengelolaan pendidikan, dan dapat pula berupa kegiatan
pendidikan seperti bimbingan, pengajaran dan atau
latihan. Berkenaan dengan ini perlu dicatat bahwa sebagai
suatu kegiatan yang disadari pendidikan mengandung dua
dimensi, yaitu dimensi berpikir dan dimensi bertindak.
Ada berbagai jenis landasan pendidikan,
berdasarkan sumber perolehannya kita dapat
mengidentifikasi empat jenis landasan pendidikan, yaitu
sebagai berikut.
1) Landasan religius pendidikan, yaitu asumsi-asumsi
yang bersumber dari religi atau agama yang menjadi
titik tolak dalam rangka praktik pendidikan.
2) Landasan filosofis pendidikan, yaitu asumsi-asumsi
yang bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak
dalam rangka praktik pendidikan.
3) Landasan ilmiah pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang
bersumber dari berbagai cabang atau disiplin ilmu yang
menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan.
4) Landasan yuridis atau hukum pendidikan, yaitu asumsi
- asumsi yang bersumber dari peraturan perundang -
undangan yang berlaku yang menjadi titik tolak dalam
rangka praktik pendidikan.
Landasan yuridis pendidikan adalah seperangkat
asumsi yang bersumber dari peraturan perundang-
undangan yang berlaku sebagai titik tolak dalam rangka
pengelolaan, penyelenggaraan dan kegiatan pendidikan
dalam suatu sistem pendidikan nasional. Landasan yuridis
sistem pendidikan nasional Indonesia, antara lain
berbentuk Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang RI Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, beserta
berbagai Peraturan Pemerintah (PP) yang berkenaan
dengan pendidikan yang menyertainya.
Landasan yuridis pendidikan bersifat ideal dan
normatif, artinya merupakan sesuatu yang diharapkan
dilaksanakan dan mengikat untuk dilakan oleh setiap
pengelola, penyelenggara dan pelaksana pendidikan
I'dalTm sistem pendfidikan nasional. Dalam pembukaan
UUD Negara RI Tahun 1945, di dalamnya akan
ditemukan secara tersirat cita-cita pendidikan nasional,
yakni untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sekalipun
Pasal mengenai pendidikan di dalam UU Negara RI Tahun
1945 dirumuskan begitu ringkas, namun sesuai dengan
kedudukannya sebagai kontitusi Negara, hal tersebut
merupakan norma atau ketentuan yang mendasar
berkenaan dengan cita-cita pendidikan nasional, jaminan
mengnai warga negara untuk mendapatkan pendidikan,
serta kewajiban pemerintah Untuk mengusahakan dan
menyelenggarakan sistem pendidikan nasional.
Jika pendidikan tidak berakar pada nilai-nilai agama,
pendidikan tidak akan dapat meningkatkan kualitas hidup
dan kehidupan manusia, masyarakat atau bangsa dalam
artian seutuhnya. Demikian pula jika pendidikan
dilaksanakan dengan berakar pada kebudayaan masyarakat
atau bangsa lain akibatnya akan menimbulkan
kesenjangan sosio-kultural. Pendidikan nasional mesti
berakar pada nilai-nilai agama, Selain harus berakar pada
nilai-nilai agama, pendidikan nasional mesti berakar pada
kebudayaan nasional Indonesia.
Fungsi pendidikan nasional adalah "mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Adapun tujuan pendidikan nasional
adalah "untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab" (Pasal 3 UU RI No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Landasan filosofis pendidikan merupakan
seperangkat asumsi idikan yang dideduksi dari asumsi-
asumsi filsafat umum (metafisika, epistimologi dan
aksiologi) yang bersifat preskriptif dari suatu aliran filsafat
tertentu. uraian landasan filosofis pendidikan
a) Metafisika (Hakikat Realitas). Realitas atau alam
semesta tidaklah ada dengan sendirinya, melainkan
sebagai ciptaan (makhluk) Tuhan Yang Maha Esa.
b) Epistemologi (Hakikat Pengetahuan). Segala
pengetahuan hakikatnya bersumber dari Tuhan YME.
Tuhan telah menurunkan pengetahuan baik melalui
Utusan-Nya (berupa wahyu) maupun berbagai hal
yang ada di alam semesta termasuk hukum-
hukumnya.
c) Aksiologi (Hakikat Nilai). Sumber segala nilai
hakikatnya adaiah Tuhan Yang Maha Esa. Oleh
karena manusia adaiah makhluk Tuhan, insan
pribadi/individual sekaligus insan sosial maka hakikat
nilai diturunkan dari Tuhan Yang Maha Esa,
masyarakat dan individu.
Dalam pendidikan pendidikan pemilihan dan aplikasi
metode pendidikan diharapkan mengacu pada prinsip Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan sebaiknya bersifat
multimetode. Ada berbagai peranan pendidik dan peserta
didik, namun pada dasarnya berbagai peranan tersebut
tersurat dan tersirat dalam semboyan "ing ngarso sung
tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.”

Anda mungkin juga menyukai