Anda di halaman 1dari 18

PERAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA ILOMATA

DALAM MEMBERDAYAKAN PARA LANJUT USIA


DI KOTA GORONTALO

JURNAL

OLEH

MUHLIS DAUD MALI


NIM. 121 407 018

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
2015
LEMBAR PERSETUJUAN

Jurnal yang berjudul:

Peran Panti Sosial Tresna Werdha Ilomata Dalam Memberdayakan


Para Lanjut Usia Di Kota Gorontalo

Oleh:

Muhlis Daud Mali


Nim. 121 407 018

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Yakob Napu, M.Pd. Dr. Mohamad Zubaidi, M.Pd.


NIP. 19600727 198703 1 003 NIP. 19661022 200604 1 001
PERAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA ILOMATA DALAM
MEMBERDAYAKAN PARA LANJUT USIA
DI KOTA GORONTALO

Muhlis Daud Mali, Yakob Napu, Mohamad Zubaidi1

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran panti werdha dalam


memberdayakan masyarakat usia lanjut di Kota Gorontalo. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif, teknik pengumpulan data dalam bentuk
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
potensi panti Sosial Tresna Werhda Ilomata dalam memberdayakan lanjut usia
belum sepenuhnya berjalan dengan baik hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
yang mempengaruhi penyelenggaraan program pemberdayaan bagi lanjut usia
terutama kurangnya petugas pemberdaya professional dan minimnya anggaran
dari pemerintah kota sehingga beberapa fasilitas tidak dapat dipergunakan secara
maksimal untuk pemberdayaan lanjut usia. Untuk Pemberdayaan lanjut usia ini
panti Sosial Tresna Werhda Ilomata melakukan proses pemberdayaan para lanjut
usia di Panti Sosial Tresna Werhda Ilomata kota Gorontalo dalam peningkatan
mutu pelayanan maka pihak panti membangun hubungan kemitraan dengan
organisasi-organisasi peduli lansia, dan meningkatkan kualitas dan profesinalisme
lembaga serta ketersediaan informasi, sarana dan prasarana. Proses pemberdayaan
ini berupa pelaksanaan program untuk pemberdayaan bagi lanjut usia yang
menghuni panti maupun lanjut usia yang di luar panti (day care service )dimana
pelaksanaannya mempertimbangkan aspek prioritas kebutuhan lanjut usia. Selain
itu metode pendekatan secara personal lebih efektif dalam membangun hubungan
yang harmonis antara petugas dengan para lansia. Hasil aktivitas pemberdayaan
para lansia di Panti Sosial Tresna Werhda Ilomata menunjukan bahwa setiap
program pemberdayaan dilaksanakan evaluasi oleh petugas penanggung jawab
program. Evaluasi dapat dilaksanakan sebelum, sementara intervensi berlangsung
dan sesudah kegiatan.

Kata kunci: peran panti sosial Tresna Werdha Ilomata.

1
Muhlis Daud Mali, Jurusan PLS Universitas Negeri Gorontalo, Drs. Yakob
Napu, M.Pd, dan Dr. Mohamad Zubaidi, M.Pd, selaku Dosen Jurusan PLS
Universitas Negeri Gorontalo
PENDAHULUAN
Pembangunan sosial merupakan suatu proses perubahan sosial yang
dirancang dan direncanakan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat. Salah
satu dinamika perubahan sosial yang terjadi akhir-akhir ini sebagai konsekuensi
pembangunan adalah semakin menurunnya fertilitas dan mortalitas penduduk.
Akibatnya, usia harapan hidup semakin meningkat. Salah satu tolak ukur
kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari umur harapan hidup penduduknya.
Demikian juga Indonesia sebagai suatu negara berkembang, dengan
perkembangannya yang cukup baik, diproyeksikan angka harapan hidupnya dapat
mencapai lebih dari 70 tahun pada tahun 2020 yang akan datang.
Proses menua (aging) atau biasa disebut proses lanjut usia adalah proses
alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial
yang saling berinteraksi satu sama lain akibat pertambahan umur. Penurunan
kondisi seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia secara lambat laun
mengarah pada kemunduran kondisi kesehatan fisik dan psikis yang selanjutnya
akan berpengaruh pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka. Menjadi tua
seharusnya bukan untuk ditakuti tapi untuk dinikmatim, hal itu merupakan
fenomena yang tidak dapat dihindari. Semakin baik dalam menikmati masa-masa
tua, maka akan semakin berkualitas usia yang dilaluinya. Kualitas usia tua akan
sengat berpengaruh pula terhadap perkembangan suatu masyarakat, karena suatu
bangsa makin tinggi harapan hidup masyarakatnya pada gilirannya makin tinggi
pula jumlah penduduknya yang berusia lanjut. Bila masa usia lanjut kurang
berkualitas, maka kelompok masyarakat ini akan menjadi beban bagi masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, bahwa “Negara mengembangkan
sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang
lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan” (Pasal 34, ayat 2).
Selanjutnya dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lansia, disebutkan bahwa “lansia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara” (Pasal 5). Kebijakan Pelaksanaan
peningkatan kehidupan sosial lansia ditetapkan secara terkoordinasi antara
instansi terkait baik pemerintah maupun masyarakat (Pasal 25, ayat 1).
Selama ini pemerintah menempatkan panti-panti sosial mitra kerja,
khususnya dalam pelayanan sosial dan pembangunan kesejahteraan sosial.
Pemerintah memberikan bantuan sosial kepada panti-panti Sosial sebagai bentuk
tanggung jawab Negara terhadap warga negara yang tidak beruntung,sekaligus
apresiasi terhadap panti-panti sosial. Meskipun demikian, terdapat ketidak
seimbangan antara anggaran yang disediakan oleh pemerintah untuk membantu
panti dan anggaran yang dimiliki oleh panti sendiri dengan kebutuhan operasional
panti-panti sosial. Kondisi ini menyebabkan panti-panti Sosial kesulitan
mengembangkan diri, terutam amemenuhi standar pelayanan sosial yang
mencakup aspek sumberdaya manusia, sarana,dan program.
Gorontalo sebagai provinsi baru tidak lepas dari berbagai persoalan akibat
dari perubahan sosial, peningkatan angka harapan hidup dari 50 tahun menjadi 60
tahun setelah berdiri menjadi provinsi Gorontalo.dapat dilihat pada table 1.3.
Tabel 1. 3 : Angka Harapan Hidup Provinsi Gorontalo

No Tahun Angka Harapan Hidup

1 2012 66,5 tahun


2 2017 67,4 tahun
3 2022 68,1 tahun
4 2027 68,8 tahun
5 2032 69,3 tahun

Peningkatan yang sangat signifikan ini akan berdampak pada kehidupan


sosial ekonomi masyarakat seperti banyaknya usia lanjut.Di kota Gorontalo,
terdapat panti sosial Tresna Werdha Ilomata yang dikelola oleh pemerintah. Panti
sosial yang beralamat di kelurahan Tapa, jalan Ahmat Arbi nomor 64, kecamatan
Kota Utara ini berdiri diatas lahan 9500 ha, dengan luas bangunan 5124 ha
sekarang dihuni oleh 35 orang, kapasitas tampung 120 orang. Bangunan berstatus
permanen tersebut terdiri atas 5kamar, yang masing-masing dihuni oleh 2orang
lansia/kamar. Rincikan detail kamar/ruangan dan fungsi-fungsinya, termasuk
halaman dan lain-lain, sarana parasarana lainya, tenaga pengelola, dana
operasional, dst.Untuk dapat mengetahui sejauh mana program dan subsidi panti
bermanfaat dan mendukung keberlanjutan pelayanan panti sosial tresna
werda,maka diperlukan data dan informasi obyektif tentang pelaksanaan program
dan hasil-hasil yang dicapai.
Berdasarkan uraian di atas, maka sangat perlu untuk meneliti masalah ini
dengan merumuskan judul:“Peran Panti Sosial Tresna Werdha Ilomata Dalam
Memberdayakan Para Lanjut Usia di Kota Gorontalo”.

KAJIAN TEORETIS
Konsep pemberdayaan dalam wacana membangun masyarakat selalu
dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan.
Pada dasarnya pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan
sosial.
Dalam kamus Oxford English dijumpai kata “empower” yang
mengandung dua arti yaitu: (1) adalah memberi kekuasaan, mengalihkan
kekuasaan atau mendelegasikan otoritas kepada pihak lain agar berdaya, dan (2)
adalah upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan (Sukesi dalam
Sugiarti 2003:187). Empower pada arti pertama merupakan kecenderungan primer
dan makna pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan yang sekunder yang
menekankan pada proses stimulus, mendorong atau memotivasi individu agar
memiliki, melatih dan meningkatkan kemampuan dan keberdayaan untuk
menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog, berupaya
dan bekerja.
Suharto (dalam Muljono, 2010: 10) mengungkapkan bahwa pemberdayaan
menunjuk pada kemampuan orang/kelompok masyarakat yang rentan dan
lemah,sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam: (a) memenuhi
kebutuhan dasarnya, (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang
memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh
barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam
proses pembangunan dan kcputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.
Sementara itu Prijono dan Pranarka (1996: 32),manusia adalah subyek dari
dirinya sendiri. Proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan
kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya, mendorong atau
memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk
menentukan pilihan hidupnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa pemberdayaan harus
ditujukan pada kelompok atau lapisan masyarakat yang tertinggal.
Jika dilihat dari proses operasionalisasinya, maka ide pemberdayaan
menurut Sumodiningrat (2002:22) memiliki dua kecenderungan, antara lain : (1)
kecenderungan primer, yaitu kecenderungan proses yang memberikan atau
mengalihkan sebagian kekuasaan,kekuatan, atau kemampuan (power) kepada
masyarakat atau individu menjadi lebih berdaya, dan (2) kecenderungan sekunder,
yaitu kecenderungan yang menekankan pada proses memberikan stimulasi,
mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau
keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses
dialog.
Undang-undang Nomor 13 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (dalam
Hartono, 2008: 89) menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah setiap upaya
meningkatkan kemampuan fisik, mental spiritual, sosial, pengetahuan, dan
keterampilan agar para lanjut usia siap didayagunakan sesuai dengan kemampuan
masing-masing. Dari pengertian ini arah pemberdayaan sepertinya hanya
memberdayakan para lanjut usia agar mempunyai kemampuan, mental
spiritual,sosial, pengetahuan dan keterampilan. Oleh karena itu, bagaimana
pemberdayaan tidak saja terhadap para lanjut usia, dan keluarganya namun juga
kepada seluruh komponen bangsa ini agar diberdayakan sehingga upaya-upaya
peningkatan kesejahteraan lanjut usia dapat terwujud. Pemberdayaan harus
diselenggarakan menjadi suatu gerakan. Pemberdayaan mempunyai tahapan-
tahapan yaitu mulai penyadaran, pengembangan potensi,dan pendayagunaan.
Menurut Ife (1995;61-94), pemberdayaan memuat dua pengertian yakni
kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan ini diartikan bukan hanya
menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau
penguasaan klien atas : (1) Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan
hidup: kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup,
tempat tinggal, pekerjaan, (2) Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan
kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya, (3) Ide atau gagasan :
kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan gagasan dalam suatu forum
atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan, (4) Lembaga-lembaga: kemampuan
menjangkau, menggunakan dan mempengaruhi pranata-pranata masyarakat,
sepert lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan, (5) Sumber-sumber :
kemampuan mobilisasi sumber, formal, informal dan kemasyarakatan, (6) Aktifis
ekonomi: kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi,
distribusi, dan penukaran barang serta jasa, dan (7) Reproduksi: kemampuan
dalam kaitannya dengan proses kelahiran, perawatan anak, pendidikan dan
sosialisasi.
Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.
Sebagai proses, pemberdayaan adalah seragkaian kegiatan untuk memperkuat
kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk
individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka
pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah
perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memliki kekuasaan atau
mempunyai pengatahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan
diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi
dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan sering kali digunakan
sebagai indikator keberhasilan sebuah proses.
Menurut Kieffer (1981:21), pemberdayaan mencakup tiga dimensi yang
meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi
partisipatif (Suharto,1997:215). Parsons (1994:106) juga mengajukan tiga dimensi
pemberdayaan yang merujuk pada: (1) Sebuah proses pembangunan yang bermula
dan pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah
perubahan social yang lebih besar, (2) Sebuah keadaan psikologis yang ditandai
oleh rasa percaya diri, berguna dan mampu mengendalikan diri orang lain, dan (3)
Pembebasan yang dihasilkan dan sebuah gerakan sosial, yang dimulai dan
pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan upaya-
upaya kolektif dan orang-orang lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan
mengubah struktur-struktur yang masih menekan (Parsons , 1994:106).
Pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan
(empowerment setting): mikno, mezzo, dan makro: (1) Aras Mikro. Pemberdayaan
dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress
management, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau
melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering
disebut sebagai Pendekatan yang Berpusat pada Tugas (task centered approach),
(2) Azas Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media
intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan
sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan
sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang
dihadapinya, dan (3) Azas Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi
Sistem Besar (large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada
sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,
kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen
konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan mi. Strategi Sistem Besar
memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami
situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang
tepat untuk bertindak.
Dubois dan Miley (1992:211) memberi beberapa cara atau teknik yang
Iebih spesifik yang dapat dilakukan daam pemberdayaan masyarakat: (1)
Membangun relasi pertolongan yang: (a) merefleksikan respon empati, (b)
mengharga pihhan dan hak klien menentukan nasibnya sendiri (self-
determination), (c) menghargai perbedaan dan keunikan individu, (d) menekankan
kerjasama klien (client partnerships; (2) Membangun komunikasi yang: (a)
menghormati martabat dan harga diri klien, (b) mempertimbangkan keragaman
individu, (c) berfokus pada klien, (d) menjaga kerahasiaan klien; (3) Terlibat
dalam pemecahan masalah yang: (a) memperkuat partisipasi klien dalam semua
aspek proses pemecahan masalah, (b) menghargai hak-hak klien, (c) merangkai
tantangan-tantangan sebagai kesempatan belajar, (d) melibatkan klien dalam
pembuatan keputusan dan evaluasi; dan (3) Mereflekskan sikap dan nilai profesi
pekerjaan sosial melaIui: (a) ketaatan terhadap kode etik profesi, (b) keterlibatan
dalam pengembangan profesional, riset, dan perumusan kebijakan, (c)
penerjemahan kesulitan-kesulitan pribadi ke dalam isu-isu public, (d)
penghapusan segala bentuk diskriminasi dan ketidaksetaraan kesempatan.
Lansia merupakan masa manusia menapaki kehidupan menjelang akhir
hayat. Keadaan ini identik dengan perubahan-perubahan yang mencolok pada
fisik maupun psikis manusia tersebut. Secara kronologis lansia merupakan orang
yang telah berumur 60 tahun ke atas (Wahyuni, 2003:1). Dengan demikian menua
merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi)
dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Menurut Hurlock (1996:380) berpendapat bahwa tahap akhir dalam
rentang kehidupan sering dibagi menjadi usia lanjut. Di sini yang berkisar antara
60-70 tahun dan usia lanjut mulai pada usia 70 tahun sampai akhir kehidupan
seseorang. Menurutnya usia lanjut adalah sebagai periode penutup rentang
kehidupan seseorang dimana akan terlihat tanda-tanda kekuatan mental dan fisik.
Dalam Rencana aksi Nasional 2009-2014 (Depsos: 2008: 6) Konsep lanjut
usia dari aspek kesehatan, sesorang disebut sebagai lanjut usia (older age)
Person) jika berusia 60 tahun keatas, penduduk yang berusia antara 49-59 tahun
disebut sebagai pra lanjut usia, dan umur 70 tahun keatas disebut sebagai lanjut
usia beresiko. Sedangkan kosep lanjut dari aspek ekonomi, lanjut usia (60 tahun
keatas) dikelompokkan menjadi: (a) lanjut usia yang produktif yaitu lanjut usia
yang sehat baik dari aspek fisik, mental, maupun sosial, dan (b) lanjut usia yang
tidak produktif yaitu lanjut usia yang sehat secara fisik tetapi tidak sehat dari
aspek mental dan sosial atau sehat secara mental tetapi tidak sehat dari aspek fisik
dan sosial, atau .lanjut usia yang tidak sehat baik dari aspek fisik, mental, maupun
sosial.
Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat
dibagi menjadi empat bagian, pertama, fase iuventus antara 25-40 tahun, kedua
fase verilitas antara 40 hingga 50 tahun, ketiga fase prasenium antara 55 hingga
65 tahun dan keempat fase senium antara 65 tahun hingga penutup.(Masdani
dalam Nugroho 1995:13).
Dari prespektif fungsional, secara sosiologis, para lanjut usia akan
meinggalkan posisi tenggung jawab mereka ketika mereka meninggal atau
menjadi tidak kompoten. Untuk mencegah hal ini, dalam teori penarikan diri (),
pilihan pensiun diajukan untuk membujuk usia lanjut agar menyerahkan posisi
mereka kepada orang yang lebih muda. (Henslin : 2006 : 71-72).
Dalam prespektif individu, Cummiry (1576) menunjukkan bahwa
penarikan diri di mulai pada usia paruh baya, jauh sebelum pensiun, saat
seseorang merasa bahwa kehidupan semakin mendekat. Individu tidak menarik
diri dengan segera, namun karena waktunya terbatas, ia mulai memberikan
prioritas pada tujuan dan tugas. Penarikan diri akan sepenuhnya dimulai ketika
sudah meninggalkan rumah, kemudian meninggal dengan datangnya pensiun, dan
akhirnya, seseorang telah menjanda atau menduda.
Secara psikologis, ciri-ciri yang dijumpai pada usia lanjut antara lain :
Mereka kurang percaya diri, sering merasa kesepian, merasa sudah tidak
dibutuhkan lagi dan tidak berguna. (Fitrah, 2010: 3). Oleh karena itu, persolan dan
keluhan para lanjut usia dapat meliputi psiko-edukatif. Seperti kesepian,
kehilangan, ditolak dan tidak disenangi, hubungan yang tegang dengan keluarga.
Dilihat dari segi kejiwaan, individu yang menginjak lanjut usia biasanya
labil apabila mendapat perolehan penghinaan atau rasa kasihan yang tidak sesuai
dengan keadaannya. Oleh karena itu biasanya para lansia menginginkan untuk
tidak tergantung dengan orang lain dengan usaha mereka sendiri walaupun biaya
hidup tidak menjadi jaminan untuk mampu memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut
dilakukan karena ia ingin di hargai, diiginkan kehadirannya dan ingin hidup lebih
bermakna dan bermanfaat bagi orang lain di masa tuanya.
Seseorang yang telah menginjak lansia biasanya muncul sikap yang tidak
disadari oleh dirinya sendiri seperti cerewet, pelupa, sering mengeluh, berikap
egois, berkurangnya kelenturan dalam menghadapi perubahan dll. Biasanya lansia
tersebut akan merasa diterima bila anak cucu (keluarganya) menerima segala
kekurangannya, lebih diperhatikan dan dimengerti walaupun itu sulit diterima
bagi semua keluarga akan tetapi dengan pemahaman bahwa setiap orang nanti
kelak ketika dia mengajak lanjut usia akan menunjukkan sifat yang sama.

TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peran panti werdha
dalam memberdayakan masyarakat usia lanjut di Kota Gorontalo.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Ilomata Kota
Gorontalo beralamat Jalan Ahmad Arbi, Kelurahan Tapa, Kecamatan Kota Utara,
Kota Gorontalo. Secara geografis Panti Sosial Tresna Werdha Ilomata terletak
dekat dengan terminal 42 Gorontalo.
Dalam penelitian deskriptif ini peneliti menggunakan pola studi kasus.
Pola ini digunakan untuk memperoleh gambaran yang mendalam tentang situasi
tertentu. Adapun kasus yang diangkat dalam penelitian ini adalah, peran panti
werdha dalam memberdayakan masyarakat usia lanjut di Kota Gorontalo.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran panti werdha dalam
memberdayakan masyarakat usia lanjut di Kota Gorontalo, diuraikan berdasarkan
indikator berikut:
1. Potensi Pemberdayaan Para Lanjut Usia
Berdasarkan hasil analisis penelitian sesuai indikator tersebut diperoleh
gambaran bahwa Unit Pelaksana Teknis Daerah panti Sosial Tresna Werhda
Ilomata kota Gorontalo menampung 35 orang lansia diantaranya 8 orang lanjut
usia laki-laki dan 27 orang lansia perempuan. sebanyak 27 orang yang berasal dari
kota Gorontalo dan 8orang lanjut usia berasal dari daerah sekitarnya. Kendala
yang dihadapi panti dalam memberdayakan para lansia adalah kurangnya tenaga
pemberdaya profesional yang tersedia sehingga pimpinan panti Sosial Tresna
Werhda Ilomata mensiasati kekurangan tenaga pemberdaya dengan
memanfaatkan seluruh stafnya untuk menjalankan program pemberdayaan bagi
lansia. Adapun jumlah pegawai PSTW Ilomata sekarang ini berjumlah 17 orang
dengan status pendidikan S1 4 orang, SLA sebanyak 12 orang dan 1 orang
lulusan SLP yang bertugas di bagian dapur umum. Keseluruhan personil
berpartisipasi dalam memberikan pelayanan, pembimbingan dan pembinaan
terhadap lanjut usia ,Untuk pemenuhan pangan pemerintah kota Gorontalo
mengalokasian dana berupa anggaran rutin yang diterima PSTW Ilomata untuk
biaya pemenuhan makan Lanjut Usia. Keterbatasan anggaran berdampak pula
pada biaya pemeliharaan sarana dan prasarana panti, panti Sosial Tresna Werhda
Ilomata kota Gorontalo. sejak dibangun pada tahun 1981 sampai dengan sekarang
tahun 2014 UPTD PSTW Ilomata belum mendapatkan dana operasional dari
pemerintah kota Gorontalo baik perawatan sarana maupun prasarana sehingga
beberapa gedung tidak dapat dipergunakan secara maksimal untuk kegiatan
pemberdayaan. Lanjut usia terlantar yang ditampung di Panti Sosial Tresna
Werhda Ilomata dengan latarbelakang miskin dan tidak mempunyai sanak
keluarga sebanyak 10 orang dan 25 orang memiliki keluarga tetapi miskin, untuk
mempermudah pelayanan bagi lanjut usia petugas melakukan seleksi dalam 2
tahapan, tahapan pertama dilakukan untuk mengetahui latar belakang lansia dan
tahapan berikunya dilakukan petugas untuk mengidentifikasi kondisi fisik dan
psyhis. Lanjut usia menjadi penghuni panti harus diantar oleh keluarga, hal ini
bertujuan untuk memudahkan koordinasi jika terjadi hal-hal yang berhubungan
dengan lanjut usia misalnya : sakit atau pun meninggal dunia. Panti Sosial Tresna
werhda Ilomata Kota gorontalo dalam memberdayakan lansia mendapatkan
perhatian serius dari pemerintah kota Gorontalo, lembaga sosial dan seluruh
masyarakat pemerhati lanjut usia.
2. Proses Pemberdayaan Lanjut Usia
Hasil analis data menunjukan pula bahwa keberhasilan program
pemberdayaan ditentukan oleh penggunaan strategi yang tepat. Olehnya PSTW
Ilomata selalu berusaha membangun hubungan kemitraan dengan organisasi-
organisasi peduli lansia peningkatan kualitas dan profesinalisme lembaga serta
didukung ketersediaan informasi, sarana dan prasarana penunjang kegiatan
pemberdayaan, program pemberdayaan Lanjut usia dilaksanakan dalam bentuk
pembinaan dan penanaman nilai-nilai keimanan, kegiatan ini di bertujuan untuk
mempertebal rasa keimanan klien terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pembinaan
spiritual keagamaan lebih dititik beratkan pada keutamaan shalat lima waktu bagi
kehidupan di dunia maupun di akhirat, pembinaan kerohanian pelaksanaannya
dua kali setiap bulan oleh petugas dari Depag kota Gorontalo namun dua tahun
terakhir petugas tidak lagi memberikan Pembinaan kerohanian, olehnya para
lansia menikmati suguhan rohani melalui tayangan televisi setiap pagi. metode
pendekatan secara personal dengan mengedepankan hubungan yang harmonis
antara petugas dengan para lansia sangat efektif dalam mencapai keberhasilan.
pembinaan aqidah dan akhlak dikolaborasikan dengan eksistensi sholat dan
keutamaan sholat. Pelayanan ini diharapkan akan memberikan pencerahan rohani
sehingga muncul ketenagan dan kedamaian bagi lansia. lansia yang tinggal di
dalam panti menyadari betapa pentingnya belajar agama, dan memperkokoh iman
dan ketaqwqaan kepada sang pencipta, menimbulkan ketenangan dan kedamaian
dalam menjalani sisa-sisa hidup. sebelum ajal menjemput.
Program-program kegiatan yang dilaksanakan PSTW Ilomata bagi lansia
di luar panti ( day care service ). Pembinaan dapat berupa pembinaan sosial yang
bertujuan untuk meciptakan hubungan yang serasi dan harmonis antar sesama
lansia, lansia dengan masyarakat pada umumnya. Pembinaan psikis diintegrasikan
dengan pembinaan spiritual keagamaan, upaya ini dilakukan karena pihak panti
tidak memilki tenaga professional.
Bagi lanjut usia yang masih produktif diberikan pelatihan keterampilan
membuat kasur, kue, taflak meja. Sebagai paya memberdayakan lansia produktif
maka, Departemen Sosial memberikan dana Usaha Ekonomi Produktif (UEP),
bantuan modal usaha ini sebagai bentuk penguatan usahanya. Pembinaan spiritual
sangat penting pelayanan ini diberikan dalam rangka memperkuat mental spiritual
dan kerohanian terutama dalam melaksanakan peribadatan sehari-hari, sehingga
lanjut usia mendapat ketenangan jiwa, pencerahan dan kedamaian menghadapi
hari tua.Berikut Tabel daftar peserta day care services
Pembinaan sosial bagi lanjut usia di PSTW Ilomata dapat dilakukan kapan
dan dimana saja baik secara kelompok maupun secara perorangan implikasi
positif adalah terciptanya hubungan yang baik dan harmonis antar sesama lanjut
usia. Pembinaan keterampilan disesuaikan dengan bakat dan minat lanjut usia
manfaatnya antara lain: 1) menghilangkan, stress para lansia. 2) para lansia bisa
lebih terasah kemampuannya dalam menciptakan hal baru, 3) melatih agar otot-
otot tangan tidak kaku, 4) bisa dijadikan kegiatan untuk mengisi waktu luang.
Pembinaan Cara hidup sehat bagi lansia dengan memberi pemahaman tentang
pentingnya kesehatan, dan membiasakan menjaga kebersihan lingkungan, diri
sendiri, makan secara teratur dan berolahraga. Day care service adalah program
pendampingan bagi lanjut usia produktif diluar panti bertujuan meningkatkan
kreativitas dan produktivitas sehingga lansia bisa menambah pendapatan dan
penghasilan.
Makna peringatan hari lanjut usia nasional berimplikasi positif terhadap
semangat lansia dalam bekerja dan memupuk rasa persatuan dan persaudaraan
antar sesama lansia dan petugas. Peringatan hari lansia nasional digelar berbagai
lomba kegiatan kesenian dan keterampilan yang bertujuan memotivasi rasa
percaya diri, persatuan dan kebersamaan sesama lanjut usia. Program kegiatan
memberdayakan lansia di PSTW Ilomata telah direncanakan dan ditetapkan oleh
panti dengan memperhatikan aspek yang menjadi prioritas kebutuhan lanjut usia
serta sumber daya manusia dalam hal ini tenaga /petugas pemberdaya dan
dukungan dana dari pemerintah kota Gorontalo. Membangun komunikasi yang
harmonis antar petugas dengan lanjut usia akan memudahkan petugas berinteraksi
dengan kliennya. Pemenuhan kebutuhan berupa kegiatan rekreasi dan kesenian
menjadi salah satu kegiatan yang paling di senangi oleh petugas dan juga lansia.
Petugas dalam melaksanakan program pemberdayaan sangat memahami
karakteristik kliennya dalam penyaluran bakat dan minat yang dimililki oleh
setiap lanjut usia. Selama proses intervensi berlangsung kadang kala terjadi
kasus yang bermula dari lanjut usia yang tidak disiplin dan mudah emosi.
Sebelum intervensi dilaksanakan petugas telah merencanakan langkah-langkah
persiapanan antara lain; materi yang akan disajikan, media/alat penunjang
tercapianya keberhasilan pemberdayaan bagi lansia. Dukungan moril petugas
sangat penting guna membangkitkan semangat lanjut usia untuk dapat berbuat
yang terbaik, peran petugas bukan saja melayani lanjut usia dari aspek pemenuhan
fisik akan tetapi lebih memprioritaskan pemenuhan aspek psyhis bagi lanjut usia
sangat membutuhkan motivasi untuk dapat membantu dirinya sendir dari
masalah-masalah yang dihadapinya. Kepala PSTW Ilomata selalu memberikan
apresiasi terhadap Petugas pemberdaya yang telah berkontribusi terhadap
kemajuan dan keberhasilan program. Apresiasi pimpinan berupa pemberian
penghargaan atas kinerjanya selama melaksanakan tugas atau berupa pujian
ataupun pengakuan hasil kerja petugas dalam memberdayakan lansia.
3. Hasil Aktivitas Pemberdayaan Para Lanjut Usia
Program yang telah dijalankan dilakukan evaluasi untuk mengukur tingkat
keberhasilan ataupun hambatan-hambatan yang terjadi selama ataupun setelah
selesai intervensi. Evaluasi di lakukan oleh penanggung jawab program dan
dilanjutkan oleh petugas yang mengasuh di tiap-tiap wisma. Evaluasi kegiatan
dilaksanakan terus-menerus selama proses intervensi yang sedang berlangsung.
Walaupun evaluasi yang dilaksanakan pada akhir proses sifatnya lebih
komprehensif, evaluasi ini pun merupakan kelanjutan dari keseluruhan kegiatan
evaluative. Penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan bagi lanjut usia ditanggapi
positif dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Manfaat langsung yang dirasakan lanjut usia penghuni Panti Sosial Tresna
Werhda Ilomata kota Gorontalo setelah antara lain; lanjut usia bisa melaksanakan
kegiatan yang bermanfaat dan tidak menjadi beban bagi keluarga. Manfaat lain
adalah kami lebih banyak waktu untuk menekuni kegiatan keagamaan, dan
merasakan kebermaknaan hidup pada usia senja. Keseluruhan lansia yang
menghuni panti merasa betah untuk tinggal di dalam panti karena terpenuhinya
semua kebutuhan baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psyhis/rohani.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
Potensi panti Sosial Tresna Werhda Ilomata dalam memberdayakan lanjut usia
belum sepenuhnya berjalan dengan baik hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
yang mempengaruhi penyelenggaraan program pemberdayaan bagi lanjut usia
terutama kurangnya petugas pemberdaya professional dan minimnya anggaran
dari pemerintah kota sehingga beberapa fasilitas tidak dapat dipergunakan secara
maksimal untuk pemberdayaan lanjut usia.
Proses pemberdayaan para lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werhda
Ilomata kota Gorontalo dalam meningkatkan mutu pelayanan maka pihak panti
membangun hubungan kemitraan dengan organisasi-organisasi peduli lansia, dan
meningkatkan kualitas dan profesinalisme lembaga serta ketersediaan informasi,
sarana dan prasarana memberdayaan lanjut usia. Program pemberdayaan bagi
lanjut usia yang menghuni panti maupun lanjut usia yang di luar panti ( day care
service ) dilaksanakan sesuai dengan program yang telah direncanakan oleh Panti
Sosial Tresna Werhda Ilomata dengan mempertimbangkan aspek prioritas
kebutuhan lanjut usia. Selain itu metode pendekatan secara personal lebih efektif
dalam membangun hubungan yang harmonis antara petugas dengan para lansia.
(Day care service)adalah program pendampingan bagi lanjut usia produktif
bertujuan meningkatkan kreativitas dan produktivitas dalam rangka menambah
pendapatan dan penghasilan. Apresiasi pimpinan berupa pemberian penghargaan
atas kinerjabawahan akan berpengaruh positif terhadap kinerja bawahan.
Hasil aktivitas pemberdayaan para lansia di Panti Sosial Tresna Werhda
Ilomata menunjukan bahwa setiap program pemberdayaan dilaksanakan evaluasi
oleh petugas penanggung jawab program. Evaluasi dapat dilaksanakan sebelum,
sementara intervensi berlangsung dan sesudah kegiatan. Manfaat setelah
mengikuti pemberdayaan antar lain terjalinnya hubungan kekerabatan antar
sesama lanjut usia, lanjut usia dengan petugas sehingga para lanjut usia menjadi
betah untuk tinggal di dalam panti.
Dari kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran-saran
sebagai berikut:
a. Diharapkan kepada pihak PSTW Ilomata agar berusaha mencari jalan keluar
untuk mengatasi factor-faktor yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan bagi lanjut usia
b. Perlu menghadirkan petugas pemberdaya professional khususnya
pelayanan/pembinaan di bidang psikis.
c. Diharapkan perhatian pemerintah kota Gorontalo menyangkut perbaikan dan
perawatan fasilitas panti guna menunjang keberhasialan program
pemberdayaan para lanjut usia.

DAFTAR RUJUKAN

Depsos, 2008. Rencana Aksi Nasional Lanjut Usia Tahun 2009-20014. Jakarta

Fitrah, Vina Dwi W. 2010. Memahami Kesehatan Pada Lansia. Trans Info Media,
Jakarta.

Henslin, James M. 2002. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi. Edisi 6, Jilid


2. Erlangga, Jakarta.

Hurlock, E. B.1999 Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang


kehidupan. Jakarta : Bulan Bintang.

Miles, Matthew B. and Huberman A. Michael. 1992. Analisis Data Kalitatif.


Terjemahan oleh Tjejep Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Muljono, Pudji. 2010. Model Pemberdayaan Masyarakat melalui Posdaya (Pos


Pemberdayaan Keluarga)Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor.

Nugroho, (1995). Perawatan lansia. Jakarta : ECG

Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Revika


Aditama, Bandung.

Wahyuni, Dwi. 2003. Identifikasi Kebutuhan Lansia. Penelitian. Puslitbang


KSPKPBKKBN. Available on line athttp://www.bkkbn.go.id/ditfor/resea
rch_detail.php?rchid=14.

Anda mungkin juga menyukai